Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah

EDUKASI MANAJEMEN DIRI PADA PASIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE: STUDI KASUS Devita Listuhayu; Titis Kurniawan; Nursiswati Nursiswati
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 2 No. 8 (2023): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, Agustus 2023
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v2i8.1305

Abstract

Pasien CKD yang memiliki manajemen perawatan yang baik memiliki status kesehatan yang lebih baik dan mampu mencegah komplikasi. Akan tetapi banyak pasien CKD mengalami kegagalan dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Meski self-management terbukti efektif meningkatkan kapasitas pasien mengelola penyakitnya, sedikit literatur mendiskusikan bagaimana implementasi self-management pada setting rumah sakit. Case study ini bertujuan memaparkan bagaimana implementasi self-management pada seorang pasien CKD yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit umum daerah di wilayah Jawa Barat. Seorang laki-laki berusia 73 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dewasa dengan keluhan nyeri epigastrium disertai mual muntah, pusing dan lemas. Nilai kreatinin 7.8 mg/dL dan ureum 169,7 mg/dL. Pasien mengatakan kurang memahami terkait pengelolaan penyakitnya seperti diet, batasan cairan, pengobatan, serta aktivitas pada pasien CKD. Skor self-management sebelum diberikan intervensi adalah 53 (partly compensatory system). Selama 3 hari dirawat, pasien menerima edukasi dan diskusi terkait hambatan self-management mengenai diet, aktivitas, serta kepatuhan minum obat. Pembatasan cairan merupakan kendala utama pada pasien ini. Diakhir masa perawatan, pasien mengatakan paham mengenai diet, aktivitas, serta pengobatan pada pasien CKD. Gejala mual muntah sudah tidak dirasakan, nyeri epigastrium dan lemas berkurang. Satu minggu setelah keluar dari rumah sakit dan dilakukan follow up care melalui home visit, pasien telah menerapkan self-management mengenai diet, aktivitas, serta kepatuhan pengobatan CKD. Skor self-management satu minggu setelah keluar dari rumah sakit menjadi 67 (partly compensatory system). Edukasi self-management merupakan strategi yang efektif dalam meningkatkan kemampuan pasien menjalankan self-management. Kemauan dan kesadaran pasien dalam menjalankan self-management ini membutuhkan dukungan keluarga yang kuat
PENGELOLAAN PADA PASIEN DM TIPE 2 DENGAN LUKA ABSES DI LABIO SUPERIOR SINISTRA : LAPORAN KASUS Eka Turjanah Alviani; Sandra Pebrianti; Titis Kurniawan
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 3 No. 2 (2024): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, February 2024
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v3i2.2320

Abstract

Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan tubuh mengalami penurunan sistem imunitas sehingga terjadi gangguan pada skin barrier serta vaskularisasi yang buruk. Penyebaran abses pada daerah rongga mulut diakibatkan dari tingginya virulensi bakteri yang bisa berkembang secara luas ke segala arah, ketahanan jaringan yang lemah dan rusak serta kadar glukosa yang tidak terkontrol. Dan sebaliknya respon inflamasi pada pasien dengan abses orofasial dapat menyebabkan hiperglikemia. Tujuan: Menjelaskan kasus mengenai intervensi pengelolaan pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan luka abses di labio superior sinistra. Metode: penelitian ini dimuat dalam bentuk Case Report. Dilaksanakan disalah satu Rumah Sakit Kabupaten Sumedang pada tanggal 21 – 25 Juni 2023. Subjek dalam penelitian ini seorang dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadar gula darah pada luka abses bibir kiri atas. Hasil: Hasil penelitian menunjukan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari mengenai manajemen hiperglikemia dengan memonitor kadar glukosa darah bahwa gula darah masih mengalami ketidakstabilan. Untuk kondisi luka masih mengalami peradangan dan terdapat push, warna kulit merah muda. Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan bahwa ketidakstabilan kadar glukosa bisa menyebabkan terhambatnya penyembuhan luka dan respon inflamasi akan membuat kadar glukosa darah meningkat sehingga penatalaksanaan nya harus dilakukan secara bersamaan serta factor kepatuhan pasien terhadap pengobatan sangat penting untuk diperhatikan.
INTERVENSI KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI PADA PASIEN DEWASA DENGAN BUERGER DISEASE DAN ANEMIA STUDI KASUS Sepdian Puspaningrum; Hesti Platini; Titis Kurniawan
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah Vol. 3 No. 4 (2024): SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah, April 2024
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/sentri.v3i4.2514

Abstract

Latar belakang: Buerger disease adalah penyakit inflamasi progresif, nonaterosklerotik, yang sering menyerang arteri kecil dan menengah pada ekstremitas atas dan bawah. Anemia adalah kondisi kurangnya Hb yang berfungsi mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Pengobatan penyakit Buerger tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas, namun pada kasus yang parah, amputasi menjadi pilihan bagi pasien. Pada dewasa, tindakan operasi sering kali memunculkan berbagai masalah, sehingga diperlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut Kasus: seorang wanita berusia 65 tahun dirawat dengan keluhan nyeri dan kehitaman pada kaki kanan dan diagnosa medis gangren pedis ec. Buerger disease dan anemia, klien direncanakan untuk menjalani tindakan amputasi. Masalah keperawatan pada klien seperti kecemasan, kurang pengetahuan, nyeri, gangguan integritas kulit. Metode: Metode penelitian yang dilakukan merupakan case study dimana studi kasus dilakukan dengan melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dari mulai pengkajian hingga evaluasi Rencana perawatan: rencana asuhan keperawatan menggunakan standar SDKI, SIKI dan SLKI dengan intervensi utama berupa reduksi ansietas, manajemen nyeri, edukasi kesehatan dan perawatan luka. Kesimpulan: proses pemberian asuhan keperawatan pada kasus ini berfokus pada fase pre operasi dan post operasi, dengan intervensi pre operasi berfokus pada reduksi ansietas, dan edukasi. Sementara intervensi post operasi berfokus pada perawatan luka, pencegahan infeksi dan manajemen nyeri.