Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Islamic Peace Education: Internalization of God’s Feminine Names to Santri in the Syukrillah Islamic Boarding School R. Widya Setiabudi Sumadinata; Otong Sulaeman; Dina Yulianti
INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/infsl3.v14i1.49-70

Abstract

Amid public concern about increasing radicalism and intolerance among Indonesianstudents, discussions on the importance of peaceful education came again to draw attention. Through a qualitative research, we found a method of peaceful education teaching that is intrinsic and based on local wisdom about the feminine attributes of God which can be internalized by students so that they have a culture of peace. Through this method, the Syukrillah Islamic Boarding School, Cipongkor, West Java, has taught a comprehensive understanding of religion, recognition of different opinions on religions, and feminine characteristics which are essential qualities desired in peaceful education. This article offers a new perspective of peaceful education by adopting a local wisdom concept that hopefully enriches the discussion of peaceful education.
Islam Nusantara and Religious Peacemaking: Nahdlatul Ulama’s Ideas in Creating Peace in Afghanistan Mu'min Mu'min; Dina Yulianti; Otong Sulaeman
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 29, No 2 (2021)
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.29.2.8945

Abstract

The socio-political crisis in Afghanistan shows a surprising conse­quence, especially after the return of the Taliban in seizing the country after being overthrown by the United States (US) in 2001. The international community has pursued peace negotiations for the last ten years. Indonesia, however, has played a significant role in reconciling the factions in Afghanistan by involving religious organizations, in this case, Nahdlatul Ulama (NU). Religious narratives cannot be excluded in conflict resolution because the Taliban use religious justification in their actions. This study aims to uncover the religious narratives used by NU to calm down the opposing factions, including the Taliban. The qualitative research method used is interviews with the key informants and supported by various sources. This study finds that Nahdlatul Ulama has contributed to peace with a religious approach, namely peace hermeneutics and empathy detachment. In its implementation, NU uses religious narratives of Islam Nusantara. In addition, NU has also succeeded in creating capacity, institution building, and agreement among the conflicting factions.
Tujuan Utama Pejuang Asing dalam Melawan ISIS di Suriah Falhan Hakiki; Arfin Sudirman; Dina Yulianti
Andalas Journal of International Studies (AJIS) Vol 10, No 2 (2021): Andalas Journal of International Studies, Vol 10 No 2 November 2021
Publisher : Department of International Relations, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ajis.10.2.1-15.119-136.2021

Abstract

ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) is a transnational terrorist organization that has carried out attacks in various countries so that it becomes a threat to the state and society. Initially, ISIS was based in Syria and Iraq and carried out a lot of violence there. ISIS recruits foreign fighters from various countries and is termed “jihadists”. On the other hand, the fight against ISIS is carried out by the state, militia, and foreign fighters. These foreign fighters came to Syria from various countries individually to fight ISIS. This research aims to answer research questions regarding the goals of foreign fighters in fighting ISIS. The research was conducted qualitatively by conducting interviews with a number of informants and then analyzed by coding techniques using Atlas.ti software. The findings of this study are that foreign fighters have individual, ethnic, religious, ideological goals, to stop the occupation, and to overthrow the government.
POLEMIK ANTARA ANTROPOSENTRISME DAN EKOSENTRISME DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT MULLA SADRA Otong Sulaeman; R.W. Setiabudi Sumadinata; Dina Yulianti
Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : UIN Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/khazanah.v19i2.4914

Abstract

Ecological problems in the world have become increasingly worrisome and their solutions require global cooperation. In the West, this ecological problem creates a philosophical polemic between two camps, namely anthropocentrism and eco-centrism; which in the study of International Relations is known as the green theory. Given that 24% of the world's population is Muslim, who make up the majority in 49 countries, it is necessary to develop a 'green theory' based on Islamic philosophy. Through this paper, the author elaborates on Mulla Sadra's philosophical thoughts regarding the human position cosmologically in relation to the polemic between anthropocentrism and eco-centrism. There are four Mulla Sadra principles related to humans, namely (1) the principle of unity among all beings in the universe, (2) the principle of causality that connects every being, in which humans have a central and determining role in this causal system, (3) the principle of tajalliy which states that every existence in this universe is the appearance and incarnation of God, so that any attempt to destroy the ecosystem will basically harm man himself, and (4) the human principle as an intermediary for other forms in reaching perfection. Based on these four principles, Sadra stated that humans have a very central position in the middle of the universe. However, in contrast to anthropocentrism, which views humans as having the right to exploit nature, Sadra places humans as people responsible for managing nature.Masalah ekologi di dunia telah semakin mengkhawatirkan dan penyelesaiannya membutuhkan kerjasama global. Di Barat, masalah ekologis ini menciptakan polemik filosofis di antara dua kubu, yaitu antroposentrisme dan ekosentrisme; yang dalam kajian Hubungan Internasional dikenal dengan sebagai teori hijau (green theory). Mengingat 24% populasi dunia adalah Muslim yang menjadi mayoritas di 49 negara, perlu dikembangkan ‘teori hijau’ yang berbasis filsafat Islam. Melalui tulisan ini, penulis mengelaborasi pemikiran filsafat Mulla Sadra terkait dengan posisi manusia secara kosmologis dihubungkan dengan polemik di antara antroposentrisme dan ekosentrisme. Ada empat prinsip Mulla Sadra  terkait manusia, yaitu (1) prinsip kesatuan di antara semua wujud di alam semesta, (2) prinsip kausalitas yang menghubungkan setiap wujud, di mana manusia memiliki peran sentral dan menentukan dalam sistem kausailtas ini, (3) prinsip tajalliy yang menyatakan bahwa setiap maujud di alam semesta ini merupakan tampilan dan jelmaan Tuhan, sehingga setiap upaya merusak ekosistem pada dasarnya akan merugikan manusia itu sendiri, dan (4) prinsip manusia sebagai perantara bagi wujud-wujud lainnya dalam menggapai kesempurnaan. Berdasarkan keempat prinsip ini, Sadra menyatakan bahwa manusia memiliki posisi yang sangat sentral di tengah alam semesta. Namun berbeda dengan antroposentrisme yang memandang manusia berhak mengeksploitasi alam, Sadra menempatkan manusia sebagai pihak yang bertanggung jawab manusia dalam pengelolaan alam. 
Child Stateless sebagai kelanjutan dampak Human Trafficking dalam lingkup ASEAN Yumni Rizqika Ahlina; Teuku Rezasyah; Dina Yulianti
Padjadjaran Journal of International Relations Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/padjir.v2i2.25465

Abstract

Human Trafficking merupakan salah satu bentuk Transnational Organized Crime yang namanya tak asing lagi di abad ke- 21. Aspek yang menjadi sasaran dari Human Trafficking ini sendiri adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pada akhirnya mengancam Keamanan Manusia dari para korban yang merupakan pekerja migran di Kawasan Asia Tenggara terkhusus kasus Human Trafficking pekerja migran Indonesia di Malaysia. Tujuan ekonomi yang menjadi pendorong utama masyarakat ASEAN yang mayoritas adalah masyarakat dengan pendapatan perkapita menengah kebawah perlu untuk mencari peluang pekerjaan di luar negaranya. Iming- iming yang menggugah dan memunculkan pemikiran bahwa bekerja di luar negeri adalah peluang besar untuk mendapatkan kesejahteraan, maka kebanyakan pekerja migran lebih memilih untuk mengakses jaringan jaringan ilegal yang mudah dan murah. Tanpa disadari kasus Human Trafficking mampu menghasilkan masalah jangka panjang yakni bertambahnya populasi Child Stateless yang akan menanggung akibat sebagai individu yang tidak memiliki kewarganegaraan.
Kerja Sama Pertanian Indonesia dengan Tiongkok dalam Kerangka ACFTA Karina Saphira; R. Widya Setiabudi Sumadinata; Dina Yulianti
Padjadjaran Journal of International Relations Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/padjir.v4i2.38276

Abstract

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) telah mendorong peningkatan perdagangan antara Tiongkok dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Tiongkok di berbagai bidang pun semakin meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan bilateral dan perdagangan antara Indonesia-Tiongkok di bidang pertanian. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan perdagangan bebas serta hubungan bilateral. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka dengan beberapa tahapan yakni pengumpulan data, mereduksi data, hingga penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan kerja sama dan perdagangan kedua negara di bidang pertanian memberikan hasil positif bagi Indonesia, antara lain meningkatnya volume ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk beberapa komoditas pangan. Hubungan bilateral kedua negara, termasuk perdagangan pangan, perlu terus dilanjutkan meskipun Indonesia harus tetap menjaga kedaulatan pangannya dan menghindari membanjirnya produk pangan impor yang akan melemahkan pertanian di dalam negeri.
Peningkatan Hubungan Bilateral Sudan-Indonesia Melalui Diplomasi Budaya Alnour Abobaker Mohamed Musa; Arry Bainus; Dina Yulianti
Jurnal ICMES Vol 6 No 2 (2022): Jurnal ICMES: The Journal of Middle East Studies
Publisher : Indonesia Center for Middle East Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35748/jurnalicmes.v6i2.140

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran mahasiswa Sudan di Indonesia dalam memperkuat hubungan diplomasi di antara kedua negara. Konsep yang digunakan dalam menganalisis adalah beasiswa sebagai instrumen diplomasi budaya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan data dikumpulkan melalui wawancara dengan sejumlah mahasiswa Sudan penerima beasiswa dari Indonesia di beberapa universitas di negara ini, dan juga wawancara dengan perwakilan kedutaan Sudan dan Indonesia untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang hubungan antara dua negara melalui beasiswa sebagai diplomasi budaya. Temuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Beasiswa menciptakan kepercayaan antara Indonesia dan Sudan; karena melalui beasiswa, orang-orang dari dua negara dapat membangun kepercayaan dengan memahami pola pikir penduduk setempat, mendobrak batasan bahasa, dan membangun persahabatan dengan keluarga dan akademisi. (2) Beasiswa menciptakan hubungan internasional antara dua negara karena mahasiswa dapat memahami budaya tuan rumah yang berkontribusi pada transfer dan partisipasi budaya dalam jangkauan luas kedua masyarakat. Adaptasi tersebut akan memfasilitasi pemahaman, membuka jalan bagi implementasi perjanjian kerja sama, dan membangun hubungan yang mencapai kepentingan kedua negara. (3) Beasiswa adalah cara untuk memahami nilai dan gagasan; dimana mahasiswa Sudan memahami nilai-nilai bangsa Indonesia, dan mahasiswa Sudan melakukan kegiatan budaya di perguruan tinggi yang mengenalkan masyarakat Indonesia pada nilai dan budaya Sudan. Jika ada seratus mahasiswa Sudan di Indonesia, artinya ada seratus duta yang tersebar di berbagai kawasan Indonesia, dan mereka memahami nilai-nilai dan perilaku masyarakat setempat.
Dilema Hukuman Mati: Komparasi Antara Konvenan International Terkait Hak Asasi Manusia dan Pandangan Nahdlatul Ulama Kiagus Zaenal Mubarok; Dina Yulianti; Otong Sulaeman
Jurnal Keislaman Vol. 6 No. 1 (2023): Jurnal Keislaman
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54298/jk.v6i1.3709

Abstract

The United Nations, through Resolution 77/2022 of the Global Moratorium on the Death Penalty, has encouraged world countries to postpone the death penalty because it is seen as a violation of Human Rights. In this article, the authors compare the arguments by the United Nations and human rights organizations in abolishing the death penalty with the religious views of the largest Muslim organization in Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). The research was conducted using qualitative methods, and data collection techniques were conducted through interviews with informants, namely several Nahdlatul Ulama women activists, as well as literature studies. NU generally approves of the death penalty for perpetrators of serious crimes, such as corruption and subversive acts that threaten national security, as long as there are solid and convincing evidences. NU stated that Islam recognizes the principle of human rights, but the death penalty can be applied to severe crimes to protect the security of the state and protect the right to life of more people. In this study, it was also found that Islamic law (in this case, the verses of the Quran) were in line with the Criminal Code and laws in Indonesia regarding the death penalty.
SOSIALISASI PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK DI PONDOK PESANTREN YATIM AL KASYAF CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG Arry Bainus; Dina Yulianti; Deasy Silvya Sari; Savitri Aditiany
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini memiliki tujuan untuk menyebarluaskan pemahaman mengenai kedaulatan pangan dan pemberdayaan masyarakat agar melakukan langkah-langkah konkrit dalam mencapai kedaulatan pangan itu. Kegiatan dilakukan dengan cara melakukan sosialiasi konsep kedaulatan pangan dan pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan media tanam sayuran yang bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Metode kegiatan ini adalah metode community-based approach, dimana masyarakat diajak berpartisipasi aktif dalam kegiatan. Hasil dari kegiatan pengabdian ini ada tiga poin, yaitu meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai kedaulatan pangan dan peran mereka dalam upaya mencapai kedaulatan pangan; pemahaman bahwa sampah sesungguhnya memiliki nilai ekonomis yang tinggi; dan pemahaman mengenai urban farming.
Kepentingan Nasional Suriah Dalam Mendukung Rusia Pada Masa Perang Rusia-Ukraina Esra Erika Theodora Pangaribuan; Dina Yulianti
Padjadjaran Journal of International Relations Vol 5, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/padjir.v5i2.48002

Abstract

Perang Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak tahun 2022 telah menjadi sorotan dunia internasional. Perang ini melibatkan banyak negara, terutama negara-negara Uni Eropa dan AS yang memberikan bantuan senjata maupun bantuan kemanusiaan kepada Ukraina. Sebaliknya, ada negara-negara yang memberikan dukungan kepada Rusia. Salah satunya adalah Suriah, sebuah negara di Timur Tengah, yang memberikan dukungan secara total kepada Rusia melalui diplomasi dan bantuan militer. Artikel ini menganalisis kepentingan nasional yang mendorong Suriah untuk mendukung Rusia pada masa perang Rusia-Ukraina. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah metode kualitatif dengan memanfaatkan sumber data sekunder, serta wawancara dengan pengamat politik Suriah. Konsep yang digunakan dalam menganalisis adalah kepentingan nasional. Hasil penelitian ini adalah bahwa dukungan Suriah kepada Rusia dilandasi oleh kepentingan nasional dalam empat aspek, yaitu pertahanan, ekonomi, tatanan dunia, dan ideologi.