p-Index From 2019 - 2024
2.255
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Buletin Keslingmas
Arif Widyanto
Poltekkes Kemenkes Semarang

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

DESKRIPSI JUMLAH DAN SPESIES TIKUS DI DESA BANJARPANEPEN KECAMATAN SUMPIUH Vita Catelya Purbaningsih; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 38, No 4 (2019): BULETIN KESLINGMAS VOL 38 NO 4 TAHUN 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.991 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v38i4.5497

Abstract

Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan bagi manusia dalam berbagai hal. Di bidang kesehatan, tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa patogen yang dapat menyababkan penyakit pada manusia dan hewan peliharaan. Penyakit yang ditularkan oleh tikus diantaranya adalah penyakit pes, salmonellosis, leptospirosis, scrub typhus, murine typhus, rat-bite fever. Tujuan dari penelitian ini antara lain mendeskripsikan kasus Leptospirosis di Desa Banjarpanepen, memasang perangkap tikus, menghitung jumlah tikus yang tertangkap, mengidentifikasi spesies tikus yang tertangkap. Metode penelitian yang digunakan observasional dengan analisis deskriptif. Data dikumpulkan secara langsung pada subyek penelitian. Analisis data di gunakan analisis tabel dan grafik yaitu dianalisis secara deskriptif.Hasil Trapping di Desa Banjarpanepen dengan Succes trap 16,5%. Spesies tikus yang berhasil ditangkap di wilayah RT 1 RW 4 adalah Rattus tanezumi 13 ekor (76,47%), Juvenile 4 ekor (0,24%). Jenis tikus yang berhasil ditangkap di wilayah RT 1 RW 8 adalah Rattus tanezumi sejumlah 10 ekor (62,5%), Juvenile (tikus muda) sejumlah 5 ekor (31,25%), Subadult (tikus remaja) sejumlah 1 ekor (6,25%). Simpulan dari penelitian ini diperoleh spesies tikus Rattus tanezumi. Tikus Rattus tanezumi merupakan tikus rumah dan tikus ini berperan penting dalam penularan beberapa penyakit seperti pes, dan  leptospirosis. Disarankan untuk meningkatkan upaya pengendalian guna mencegah penyebaran habitat yang luas dan pemeriksaan bakteri Leptospira sp. pada tikus dan lingkungan serta hewan domestik dengan melibatkan dinas peternakan dan pertanian setempat sehingga dapat terdeteksi jalur penularan Leptospirosis di wilayah Desa Banjarpanepen.
EFFECTIVENESS OF LOTION EXTRACT OF VARIOUS TYPE OF PLANTS AS Aedes aegypti MOSQUITO REPPELENT Agus Subagiyo; M Choiroel Anwar; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 39, No 4 (2020): Edisi Spesial Seminar Internasional Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Keme
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.931 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i4.6588

Abstract

Effort to control DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) vectors without toxic substances by using natural and enviromentally friendly materials was natural repellent made using plants that were widely available in the community.Many types of plants contain  various secondary metabolite compound substances that have the potential to be used as natural insecticides, especially as repellent of the Aedes Aegypti mosquito. The research needs  to be done to determine the effectiveness of basil leaves, citronella leaves, clove leaves and betel leaves as a repellent against Aedes Aegypti mosquitoes. This research method was an experiment in the laboratory. The materials used for this research were basil leaves, citronella leaves, clove leaves, and betel leaves. The extracted leaves were then made lotions with certain formulas, tested as a natural repellent against Aedes Aegypti mosquitoes. The concentrations used were 20%, 40% and 80% as well as negative control (0%) and positive control (brand x lotions). The number of mosquitoes used in the study were 25 x 4 treatments = 100 mosquitoes. The replication or repetition was done 10 times. To find out the difference in the number of Aedes Aegypti mosquitoes that perch on the hands of probandus which has been smeared with basil leaf, citronella leaf, clove leaf and betel leaf extracts uses Anova Statistical tests and kruskal wallis. To see the difference between concentrations was tested with LSD or Mann-Whitney test. The calculation result of the number of Aedes Aegypti mosquitoes that perch before and after applying the lotion, the lowest was the lotion of citronella leaf extract 0% (11); 20% (2); 40% (1); 80% (1); The highest protection capacity of extract lotion is citronella leaves with concetrations of 20% (81,1%); 40% (95%), 80%(98,2%); There were no significant differences between the lotion concentrations of 20% and 80%, while the concentration of 40% is significantly different. Then the LSD follow-up test finds that the protective capacity of lotion of clove leaf extract is negative and citronella leaf extract is positive. The most effective protection capacity against Aedes Aegypti mosquitoes was lotion of citronella leaf extract with concentration of 40% (95%) and a concentration of 80% (98,2%), proven by the value of protection capacity that is stable even though it has been used for up to 6 hours and can exceed the protection capacity of lotion x (90,3%). It is reccomended that further research needs to be developed to optimize the lotion of citronella leaf extract 40% and 80% with orgonolaptic test of color, aroma, stickness and comfort of its use.
EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum, L.) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP DAYA HINGGAP NYAMUK Aedes aegypti Aji Pandu Zulaikha; Arif Widyanto; Teguh Widiyanto
Buletin Keslingmas Vol 38, No 3 (2019): BULETIN KESLINGMAS VOL 38 NO 3 TAHUN 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.392 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v38i3.5399

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian kimiawi sebagai salah satu pengendalian yang aman terhadap kesehatan dan ramah lingkungan adalah dengan menggunakan repellent alami. Daun cengkeh merupakan bagian tanaman yang mengandung eugenol, flavonoid, saponin dan tanin yang dapat bermanfaat sebagai repellent untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian yaitu dapat diketahuinya efektivitas berbagai konsentrasi ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum, L.) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi/semu dengan desain penelitian posttest only control group. Analisis statistik yang digunakan One-way Anova dengan uji lanjut LSD (Least Significant Difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 10% mempunyai daya hinggap 11,2%, konsentrasi 20% mempunyai daya hinggap 11,2%, konsentrasi 40% mempunyai daya hinggap 7,2%, konsentrasi 80% mempunyai daya hinggap 5,2%. Hasil analisis One-way Anova terbukti signifikan dengan nilai p = 0,000 α (0,05), sehingga ada perbedaan nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada tangan probandus dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun cengkeh. Kesimpulan penelitian adalah konsentrasi 80% ekstrak daun cengkeh efektif sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Disarankan agar peneliti lain melakukan penelitian menggunakan ekstrak daun cengkeh dengan metode ekstraksi yang berbeda atau penelitian daya proteksi atau menggunakan jenis tanaman lain.
APPLICATION OF LARVITRAP AND OVITRAP TO CONTROL Aedes sp. IN DHF ENDEMIC AREAS Arif Widyanto; Aris Santjaka
Buletin Keslingmas Vol 39, No 4 (2020): Edisi Spesial Seminar Internasional Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Keme
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.162 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i4.6589

Abstract

Alternative mosquito vector control at this time that is cheap, practical and relatively safe to the environment is needed by developing countries such as Indonesia.One of the methods of controlling Aedes sp without insecticides is the use of larvae traps (larvitrap). The working principle of larvitrap is that the eggs trapped in the tool The incidence rate (IR) of Dengue Hemorrhagic Fever per 100.000 population in Central Java in the last five years is as follows: 2011 amounted to 15,27 in 2012 amounted to 19,29 in 2013 amounted to 45,52 in 2014 amounted to 32,95 and years 2015 amounted to 34,87. Since 2010 DHF has spread to all districts / cities in Central Java. Larvitrap and ovitrap are tools that can be used as traps for Aedes sp. Both of these tools can be used with additional attractants which can serve to attract the attention of Aedes sp. in order to lay eggs on the tool. Larvae that hatch from eggs in the larvitrap eventually cannot become adults and will die. Mosquito eggs trapped in the ovitrap can be destroyed so that they do not develop into adult mosquitoes. The research objective was to determine the effectiveness of using larvitrap and ovitrap as a control tool for Aedes sp (DHF vector).The research method used is experimental research. The research location is in the Banyumas Regency area. Larvitrap made of plastic jars and pralon was painted black and modified using gauze on the top. Ovitrap from plastic cups was painted black and given an ovistrip. Larvitrap and ovitrap were placed in DHF endemic areas. After the larvitrap and ovitrap are taken, the number of trapped Aedes sp and the larvitrap / ovitrap index is calculated. Furthermore, analyzed the effectiveness of using larvitrap and ovitrap as a means of controlling mosquitoes Aedes sp.The results showed that the larvitrap index in the larvitrap installation in Pandak Village was 60%, while in Mersi Village it was 56,7%. The ovitrap index in the ovitrap installation in Pandak Village was 36,7%, while in Mersi Village it was 33,3%. The number of larvae trapped in the larvitrap installation in Pandak Village were 832 larvae, while in Mersi Village there were 985 larvae. The number of eggs trapped in the ovitrap installation in Pandak Village were 518 eggs, while in Mersi Village there were 811 eggs.The conclusion of this research is that larvitrap is more effective to control Aedes sp than ovitrap. The community is advised to use larvitrap as a tool to control the Aedes sp (DHF vector.
EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya) DAN WAKTU PENGUJIAN TERHADAP JUMLAH HINGGAP NYAMUK Aedes aegypti Aprina Titis Mustika; Arif Widyanto; Tri Cahyono
Buletin Keslingmas Vol 39, No 3 (2020): BULETIN KESLINGMAS VOL.39 NO.3 TAHUN 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.929 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i3.4576

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Pengendalian kimiawi, sebagai salah satu pengendalian yang aman terhadap kesehatan dan ramah lingkungan adalah dengan menggunakan repellent alami. Daun pepaya merupakan tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, saponin dan tanin yang dapat bermanfaat sebagai repellent untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian yaitu dapat diketahuinya efektivitas berbagai konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah true eksperimen (eksperimen murni) dengan desain penelitian post test only control group design. Analisis statistik yang digunakan Anova Faktorial dengan uji lanjut LSD (Least Significant Difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 20% mempunyai jumlah hinggap 2,5%, dengan daya proteksi 48,9%. Konsentrasi 40% mempunyai jumlah hinggap 2,7%, dengan daya proteksi 37,2%. Konsentrasi 60% mempunyai jumlah hinggap 2,8%, dengan daya proteksi 37,2%. Konsentrasi 80% mempunyai jumlah hinggap 1,9%, dengan daya proteksi 58,6%. Hasil analisis Anova Faktorial didapatkan nilai p = 0,000 α (0,05), yang artinya terdapat perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada tangan probandus pada berbagai konsentrasi ekstrak daun pepaya. Kesimpulan penelitian adalah ekstrak daun pepaya pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% tidak efektif sebagai repellent (daya tolak) terhadap nyamuk Aedes aegypti karena daya proteksinya 90%. Disarankan agar peneliti lain melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan ekstraksi yang berbeda atau dengan menggunakan ekstrak jenis tanaman yang lain.
PENGARUH PEMASANGAN OVITRAP TERHADAP TREND JUMLAH TELUR DAN JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti Galuh Lukmana; Nur Hilal; Arif Widyanto
Buletin Keslingmas Vol 41, No 1 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.1 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i1.7758

Abstract

 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian vektor dapat dilakukan secara fisik, biologi, kimia dan terpadu. Salah satu pengendalian fisik dapat dilakukan dengan pemasangan ovitrap. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemasangan ovitrap terhadap trend jumlah telur nyamuk dan jumlah nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian adalah True eksperimen. Jumlah sampel sebanyak 100 nyamuk dengan masing-masing 50 ekor nyamuk pada kurungan perlakuan dan kontrol. Pengamatan dilakukan selama 4 kali siklus akuatik. Hasil perhitungan jumlah telur tertangkap selama 4 kali siklus akuatik mengalami penurunan dengan kelompok perlakuan sebanyak 104 telur dan kelompok kontrol 36 telur. Hasil perhitungan jumlah nyamuk hidup mengalami penurunan setiap harinya selama 4 kali siklus akuatik. Uji T Test Independent terhadap jumlah telur tertangkap antara kelompok perlakuan dengan kontrol menunjukkan nilai p=0,290, jumlah nyamuk hidup antara kelompok perlakuan dengan kontrol menunjukkan nilai p=0,485. Uji One Way Anova terhadap jumlah telur nyamuk tertangkap selama 4 siklus akuatik menunjukkan nilai p=0,84 dan terhadap jumlah nyamuk hidup selama 4 siklus akuatik menunjukkan nilai p=0,00. Kesimpulan penelitian adalah nyamuk lebih tertarik untuk breeding di tempat yang gelap dan memiliki permukaan yang kasar (ovitrap). Pengendalian nyamuk menggunakan ovitrap dapat dilakukan selama 3 kali siklus akuatik. Saran dari peneliti yaitu perlu diadakannya penelitian lanjut yang dapat menggunakan nyamuk betina dengan umur 3-4 hari, agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Pengaruh Ekstrak Tanaman Purwaceng (Pimpinela pruatjan, Molk) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti Pratama Sakti Bagaskara; Arif Widyanto; Mela Firdaust
Buletin Keslingmas Vol 39, No 3 (2020): BULETIN KESLINGMAS VOL.39 NO.3 TAHUN 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1097.024 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i3.4564

Abstract

Jumlah kasus DBD di Indonesia setiap tahunnya cenderung meningkat, pengendalian kimia sebagai salah satu pengendalian yang aman terhadap kesehatan dan ramah lingkungan adalah dengan menggunakan larvasida alami. Tanaman Purwaceng merupakan bagian tanaman yang mengandung senyawa metabolik sekunder seperti fenol, senyawa lipofilik, alkaloid, tanin, flavonoid, dan saponin. Tujuan penelitian yaitu mengetahui perbedaan konsentrasi ekstrak tanaman Purwaceng terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti.Jenis penelitian ini adalah true eksperimen dengan desain penelitian post test only control group design. Jumlah larva nyamuk Aedes aegypti  yang digubakan setiap perlakuan 25 ekor, masing-masing perlakuan dilakukan replikasi sebanyak 4 kali.Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi 2 ml/100 ml mempunyai daya bunuh 26,43 %, konsentrasi 4 ml/100 ml mempunyai daya bunuh 82,47 %, konsentrasi 8 ml/100 ml mempunyai daya bunuh 100%. Konsenrasi yang efektif sebagai larvasida adalah konsenrasi 8 ml/100 ml. Hasil analisis One-way Anova terbukti signifikan dengan nilai p = 0,000 ᵅ (0,05), sehingga ada pengaruh perbedaan penggunaan ekstrak tanaman Purwaceng terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Hasil analisis probit LC50 adalah konsentrasi 2,224 dengan interval antara 1,963 dan 2,471 dan LC90 konsentrasi 3,323 dengan interval 2,937 dan 4,062.Ada perbedaan penggunaan konsentrasi ekstrak tanaman Purwaceng terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti, dan konsentrasi yang paling efektif adalah 8 ml/100 ml dimana jumlah total larva yang mati adalah 100%. 
EFFECTIVENESS OF VARIOUS CONCENTRATIONS OF LEMONGRASS LEAF EXTRACT LOTION (Cymbopogon nardus) AS REPELLENT OF AEDES AEGYPTI MOSQUITOES Firda Ro'in; Agus Subagiyo; Arif Widyanto; Nur 'Aini
Buletin Keslingmas Vol 39, No 4 (2020): Edisi Spesial Seminar Internasional Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Keme
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.78 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i4.6578

Abstract

Effectiveness Of Various Concentrations Of Lemongrass Leaf Extract Lotion (Cymbopogon nardus) As Repellent Of Aedes aegypti Mosquitoes. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus which is transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito. Vector control efforts that are popular in the community are using chemical insecticides. The use of insecticides can cause mosquito resistance and cause poisoning in humans. Then effective controls need to be developed to avoid these impacts. Safe control of health and environmentally friendly is to use natural repellent derived from plants, one of which is lemongrass leaf (Cymbopogon nardus). The purpose of this study is to know the effectiveness of various concentrations of lemongrass leaf extract lotion (Cymbopogon nardus) as repellent of Aedes aegypti mosquitoes. This type of research is an experimental laboratory with the research design of The Posttest - Only Controlled Group Design. The research method by hand control and treatment is presented in a cage containing 25 Aedes aegypti mosquitoes for 6 hours with repetition 10 times each hour. The results showed that a concentration of 20% had an average protective capacity of 82.8%, a concentration of 40% had an average protective capacity of 95.0%, an concentration of 80% had an average protective capacity of 98.1% and lotion repellent from chemicals with the brand "X" has an average protection capacity of 88.6%. The results of the Kruskal Wallis analysis proved significant with p = 0.003 α (0.05), so there were significant differences in the protective power. The conclusion of the study was that the lemongrass leaf extract lotion was effectively used as a repellent of Aedes aegypti mosquitoes at a concentration of 40% and 80% because the protective power value 90% even though it had been used for 6 hours.
PENGARUH APLIKASI VARIASI DOSIS BORAKS PADA BAITING GEL TERHADAP MORTALITAS IMAGO Periplaneta americana Merin Tri Ardhita; Arif Widyanto; Nur Hilal
Buletin Keslingmas Vol 40, No 4 (2021): BULETIN KESLINGMAS VOL.40 NO.4 TAHUN 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v40i4.7742

Abstract

Kecoa merupakan salah satu vektor mekanik bagi beberapa mikroorganisme patoghen. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor kecoa sudah banyak digunakan. Pengasapan dan penyemprotan mempunyai efek negative untuk kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan. Maka dari itu perlu dilakukan alternatif lain, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan metode Baiting Gel sebagai salah satu pengendalian kecoa. Menurut Potter Entomologist (2015) tidak seperti banyak insektisida, boraks tidak memiliki sifat repellent / penolak serangga sehingga kecoa tidak jera umpan dan kembali ke area baiting berulang kali sampai mereka mati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aplikasi variasi dosis boraks pada Baiting Gel terhadap mortalitas imago Periplaneta americana. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain non equivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 0 gram boraks mempunyai daya bunuh 0%, dosis 10 gram boraks mempunyai daya bunuh 10%, dosis 15 gram boraks mempunyai daya bunuh 30% dan dosis 30 gram boraks mempunyai daya bunuh 25%. Sehingga dari hasil tersebut tidak didapatkan dosis boraks yang efektif untuk membunuh Periplaneta americana. Hasil analisis Kruskal Wallis diperoleh angka signifikasi dengan nilai p = 0,127 0,05, sehingga tidak ada pengaruh aplikasi variasi dosis boraks pada Baiting Gel terhadap mortalitas imago Periplaneta americana. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada pengaruh aplikasi variasi dosis boraks pada Baiting Gel terhadap mortalitas imago Periplaneta americana. Diharapkan bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kombinasi bahan aktif Boraks dan Sulfur dimana penelitian sebelumnya sudah memperoleh hasil yang signifikan dan efektif dalam membunuh kecoa Periplaneta americana. 
Pengaruh Variasi Warna Dan Umpan Pada Fly Trap Terhadap Jumlah Lalat Yang Tertangkap Di Pasar Karangsembung Kabupaten Cirebon Tahun 2022 Juliet Margareta; Arif Widyanto; Nur Utomo
Buletin Keslingmas Vol 41, No 2 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.2 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i2.8648

Abstract

Fly trap merupakan salah satu metode pengendalian lalat secara fisik-mekanik. Lalat menyukai makanan yang sedang mengalami proses fermentasi dan protein yang terkandung dalam makanan. Bahan kimia alternatif lain untuk pengendalian lalat dapat memanfaatkan sifat fototropik lalat yang peka terhadap suatu warna, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh variasi warna dan umpan terhadap jumlah lalat yang tertangkap. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi warna dan umpan pada fly trap terhadap jumlah lalat yang terperangkap. Penelitian yang digunakan adalah True Experiment dengan rancangan faktorial 3x3 dengan 2 faktor yaitu faktor warna dan umpan. Alat yang digunakan merupakan fly trap kayu berubentuk kubus dengan ukuran 30cmx30cm dengan penambahan variasi warna (kuning, putih dan hijau) serta umpan (udang, limbah ikan dan jeroan ayam). Data dianalisis menggunakan analisis statistik Anova Faktorial dengan Uji Lanjutan LSD (Least Significant Difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh variasi warna dan umpan pada fly trap memiliki nilai p=0,028 α (0,05) yang berarti terdapat pengaruh. Variasi warna dan umpan dengan jumlah lalat terbanyak adalah fly trap berwarna kuning dan umpan udang dengan jumlah lalat yang tertangkap sebanyak 292 ekor sedangkan yang paling sedikit menangkap lalat adalah fly trap berwarna kuning dan umpan limbah ikan dengan jumlah lalat yang tertangkap sebanyak 29 ekor. Simpulan, Ada pengaruh variasi warna dan umpan pada fly trap terhadap jumlah lalat yang tertangkap. Saran, agar peneliti lain melakukan penelitian dengan variasi warna, umpan maupun bentuk dan bahan fly trap yang digunakan.Fly trap is a physical-mechanical method of controlling flies. Flies like food that is undergoing a process of fermentation and the protein contained in the food. Other alternative chemicals for fly control can take advantage of the phototropic properties of flies that are sensitive to a color, so researchers are interested in researching the effect of color variations and bait on the number of flies caught. This study aims to determine the effect of color variations and bait on fly traps on the number of trapped flies. The research used was a True Experiment with a 3x3 factorial design with 2 factors, namely the color factor and the bait. The tool used is a wooden fly trap in the form of a cube with a size of 30cmx30cm with the addition of color variations (yellow, white and green) and bait (shrimp, fish waste and chicken offal). Data were analyzed using factorial ANOVA statistical analysis with LSD (Least Significant Difference) Advanced Test. The results showed that the effect of color variation and bait on the fly trap had a value of p = 0.028 (0.05) which means there is an effect. Color variations and baits with the highest number of flies were yellow fly traps and shrimp baits with a total of 292 flies caught, while those that caught the least flies were yellow fly traps and fish waste baits with 29 flies caught. In conclusion, there is an effect of color variation and bait on the fly trap on the number of flies caught. Suggestions, that other researchers conduct research with variations in color, bait and shape and fly trap materials used.