p-Index From 2019 - 2024
1.286
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Buletin Keslingmas
Teguh Widiyanto
Poltekkes Kemenkes Semarang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EFEKTIVITAS BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum, L.) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP DAYA HINGGAP NYAMUK Aedes aegypti Aji Pandu Zulaikha; Arif Widyanto; Teguh Widiyanto
Buletin Keslingmas Vol 38, No 3 (2019): BULETIN KESLINGMAS VOL 38 NO 3 TAHUN 2019
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.392 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v38i3.5399

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian kimiawi sebagai salah satu pengendalian yang aman terhadap kesehatan dan ramah lingkungan adalah dengan menggunakan repellent alami. Daun cengkeh merupakan bagian tanaman yang mengandung eugenol, flavonoid, saponin dan tanin yang dapat bermanfaat sebagai repellent untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian yaitu dapat diketahuinya efektivitas berbagai konsentrasi ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum, L.) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi/semu dengan desain penelitian posttest only control group. Analisis statistik yang digunakan One-way Anova dengan uji lanjut LSD (Least Significant Difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 10% mempunyai daya hinggap 11,2%, konsentrasi 20% mempunyai daya hinggap 11,2%, konsentrasi 40% mempunyai daya hinggap 7,2%, konsentrasi 80% mempunyai daya hinggap 5,2%. Hasil analisis One-way Anova terbukti signifikan dengan nilai p = 0,000 α (0,05), sehingga ada perbedaan nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada tangan probandus dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun cengkeh. Kesimpulan penelitian adalah konsentrasi 80% ekstrak daun cengkeh efektif sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Disarankan agar peneliti lain melakukan penelitian menggunakan ekstrak daun cengkeh dengan metode ekstraksi yang berbeda atau penelitian daya proteksi atau menggunakan jenis tanaman lain.
APLIKASI DINAMIKA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DAERAH ENDEMIS (Studi Kasus Di Puskesmas Purwokerto Barat) Dian Kusuma Yudiasti; Aris Santjaka; Teguh Widiyanto
Buletin Keslingmas Vol 39, No 2 (2020): BULETIN KESLINGMAS VOL.39 NO.2 TAHUN 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (988.793 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i2.4589

Abstract

Dinamika mempelajari penularan dari satu indeks kasus ke orang lain yang rentan, sehingga bisa dipetakan perjalanan penyakit dari satu orang ke orang lain yang rentan. Penularan penyakit demam berdarah selalu melibatkan nyamuk Aedes aegypti sebagai media penularan. Manajemen kasus DBD sampai dengan sekarang belum ada aplikasinya untuk menentukan dinamika penularan, sehingga manajemen tindak lanjut masih dengan cara manual hasil laporan Penyelidikan Epidemiologi. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan Aplikasi Dinamika Penularan Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis (Studi Kasus Di Puskesmas Purwokerto Barat). Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (RD) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan atau mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk. Dalam penelitian ini mengembangkan instrumen dinamika penularan penyakit DBD manual menjadi aplikasi berbasis website. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian berupa software untuk pengolahan data penyakit DBD di Puskesmas Purwokerto Barat. Jumlah seluruh penderita DBD yaitu 132 penderita sedangkan penderita yang diobservasi berjumlah 30 penderita. Model penularan menunjukkan 6 cluster dan 7 separated. Pengolahan data penderita DBD di Puskesmas Purwokerto Barat yang semula dilakukan dengan cara manual telah berhasil dirubah menggunakan software berbasis aplikasi DIPAA DBD. Disarankan aplikasi dapat dikembangkan dengan penambahan Penyelidikan Epidemiologi pada input dan output aplikasi DIPAA DBD.
FITOREMEDIASI TANAMAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes.sp) DALAM MENURUNKAN KADAR WARNA PADA LIMBAH BATIK “X” Saly Fazaya; Suparmin Suparmin; Teguh Widiyanto
Buletin Keslingmas Vol 40, No 4 (2021): BULETIN KESLINGMAS VOL.40 NO.4 TAHUN 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.857 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v40i4.6058

Abstract

Latar belakang Industri batik merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia. Industri batik selalu menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan dari penggunaan zat pewarna kain. Limbah batik mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. Proses pewarnaan kain batik menggunakan bahan pewarna kimia yang menimbulkan dampak berupa limbah cair organik dengan volume yang besar, warna yang pekat, berbau menyengat dan memiliki suhu dan keasaman yang tinggi. Pencemaran ini dapat terjadi apabila limbah yang dihasilkan langsung dibuang dibadan air tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu cara mengatasi permasalahan pencemaran tersebut yaitu dengan fitoremediasi, keunggulan dari fitoremediasi yaitu biaya operasional relatif murah dan cara remediasi yang aman, jenis tanaman yang digunakan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes.sp). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi eceng gondok (Eichhornia crassipes.sp) dalam menurunkan kadar warna air pada limbah batik di Pekalongan tahun 2020. Metode Jenis penelitian adalah penelitian pre eksperimen dengan bentuk pretest-posttest. Variabel yang diteliti yaitu kadar warna. Terdapat 3 perlakuan dan 3 replikasi. Jumlah sampel 15 diantaranya 3 sampel pretest, 3 sampel kontrol, 9 sampel kelompok perlakuan. Hasil penelitian efisiensi tertinggi pada replikasi 1 dengan jumlah 6 tanaman sebesar 65,55%, sedangkan efisiensi terendah pada replikasi 3 dengan jumlah 4 tanaman sebesar 32,83%. Uji statistik menggunakan uji paired t-test diperoleh hasil bahwa perlakuan 2 tanaman sig = 0,021 α = 0,05, 4 tanaman sig = 0,030 α = 0,05, 6 tanaman = 0,014 α = 0,05  dan kontrol sig = 0,025 α = 0,05, sehingga dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan antara kadar warna sebelum dan kadar warna sesudah, sedangkan uji one way anova menunjukkan hasil bahwa sig = 0,002 α = 0,05 yang berarti variabel ini berpengaruh signifikan terhadap penurunan kadar warna. Kesimpulan fitoremediasi dengan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes.sp) memiliki efisiensi penurunan kadar warna pada kontrol sebesar 24.23% dan pada perlakuan sebesar 48,92%. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menurunkan bahan pencemar lain yang terdapat dalam limbah batik dengan perlakuan adanya variasi waktu dan jumlah tanaman yang lebih banyak.
THE EFFECTIVENESS OF UVAERATOR IN REDUCING AIR GERMS AND DUST LEVELS Tri Cahyono; Teguh Widiyanto
Buletin Keslingmas Vol 39, No 4 (2020): Edisi Spesial Seminar Internasional Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Keme
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.874 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i4.6585

Abstract

Background, school education facilities, including higher education as a place and public facilities for formal education facilities in this country, should be a comfortable place to study. Besides functioning as a place of learning, schools can also be a threat of disease transmission . measurement number of bacteria in the air-conditioned classrooms Wulan R22 (2016) 12.167 CFU / m3 , Nur Latifah (2018) an average of 217.92 colony / hr / ft2 , hadita (2018) 331.6 colonies / hr / ft2 . Research question is how is the effectiveness of UVAerator in reducing the number of air germs and dust levels in the lecture hall R22 building Campus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang ? Research objectives is to find the effectiveness of UVAerator in reducing the number of air germs and dust levels in the lecture hall. Research method included a quasi-experimental design with a non-equivalent control group pre test - post test. Data collection by measuring, observational, interview. The variables were temperature, humidity, lighting, air germ count, dust content. Analysis using pairet-t test comparisons and unpaired t test data. Result, the average number of bacteria with no air space UVAerator in the morning is ( 668,00 g / m3 ) and in the afternoon is ( 680.10 g / m3 ) the difference was not significant (p = 0.873), whereas the existing space UVAerator in the morning ( 876.50 g / m3 ) and in the afternoon ( 655.50 g / m3 ) shows significant difference (p = 0.001). The number of room air germs that do not exist and have UVAerator is significantly different (p = 0.002), the number of room air germs that are not there and without any UVAerator is not significant (p = 0.763), while the change in the number of room air germs that does not exist and exist UVAerator has a significant difference (p = 0.015). On average PM10 space dust that has no UVAerator in the morning ( 12.38 ug / m3 ) and in the afternoon ( 17.38 ug / m3 ) shows significant difference (p = 0.008), whereas the existing space UVAerator in the morning ( 11.63 g / m3 ) and day ( 14.50 µg / m3 ) shows that the difference is not significant (p = 0.127). PM10 dust in the room that does not exist and there is no UVAerator ported, the difference is not significant (p = 0.821), the PM10 dust in the room noon and there is UVAerator, the difference shows that it is not significant (p = 0.432), while the change in room PM10 without dust and there is a difference in UVAerator significant (p = 0.004). In conclusion, the effectiveness of reducing the number of air germs without UVAerator on average (4.56%), with UVAerator (-24.52%), the difference was not significant (p = 0.057). The effectiveness of reducing PM10 without UVAerator, mean (60.50%), with UVAerator (38.30%), the difference was not significant (p = 0.369). Suggestion, , It is necessary to control the sound intensity caused by UVAerator by adding aeration bubble breakers. The pump suction power is enlarged to accelerate the circulation of room air.
Survey Terhadap Keberadaan Bakteri Staphylococcus Aureus di Industri Rumah Tangga Makanan Jajanan Cireng Asep Tata Gunawan; Teguh Widiyanto; Bahri Bahri; Lilis Suryani
Buletin Keslingmas Vol 41, No 4 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.4 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i4.9416

Abstract

Pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar kesehatan. Ketentuan pada peraturan Kepala BPOM No. 13 tahun 2019 tentang batas maksimal cemaran mikroba dalam pangan olahan digunakan sebagai acuan dalam penelittian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan mikroorganisme patogen dalam makanan dan faktor hygiene sanitasi pangan yang berhubungan dengan keberadaan bakteri Staphylococcus aureus yang dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap makanan cireng di lokus pengujian wilayah penjualan Kecamatan Baturraden Banyumas. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan crossectional study. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 15 industri rumah tangga yang seluruhnya dijadikan lokasi pengambilan sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dengan instrumen, pengukuran dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan uji Chi Square untuk analisis bivariat dengan menggunakan aplikasi pengolah data. Hasil pengujian menunjukan dari 15 sampel industri rumah tangga makanan jajanan cireng yang diperiksa menunjukan bahwa 4 sampel atau 26,7% sampel positif mengandung bakteri Staphylococcus aureus yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga masuk dalam kategori tidak memenuhi syarat. Staphylococcus aureus terus menjadi patogen penting di masyarakat dan di rumah sakit, menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hasil analisis variabel penelitian menunjukan bahwa suhu makanan dengan p-value 0,004 dan Rasio Prevalensi (RP) 3,000 berpengaruh terhadap keberadaan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan jajanan cireng. 
Analisis Pasar Sehat di Kabupaten Banyumas, 2022 Teguh Widiyanto; Nuryanto Nuryanto; Bayu Chondro Purnomo
Buletin Keslingmas Vol 42, No 1 (2023): BULETIN KESLINGMAS VOL.42 NO.1 TAHUN 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v42i1.9608

Abstract

Pasar menjadi salah satu   tempat   umum   yang   sering   dikunjungi   masyarakat.  Pasar yang tidak sehat berpotensi menjadi tempat penularan penyakit melalui media lingkungan seperti tanah, air, udara, vektor, pangan dan sarana bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemenuhan persyaratan pasar sehat di Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Populasi adalah seluruh pasar yang ada di Kabupaten Banyumas. Sampel  sebanyak 5 pasar meliputi Banyumas, Sokaraja, Ajibarang, Wage dan Manis. Teknik pengambilan sampling secara purpose sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi menggunakan kuesioner terstandar Permenkes RI Nomor 17 Tahun 2020 tentang pasar sehat. Data diolah secara komputerisasi dan dianalisa dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan 2 pasar (40%) memenuhi persyaratan pasar sehat (Banyumas dan Manis), sedangkan 3 pasar (60%) tidak memenuhi persyaratan (Sokaraja, Ajibarang dan Wage). Sebagian besar komponen pemenuhan persyaratan yang tidak memenuhi syarat pasar sehat adalah bangunan (pasar/kios) ditemukan sampah, lorong pasar digunakan untuk berjualan, keterbatasan tempat sampah (belum terpisah), tempat cuci tangan tidak tersedia sabun baik di toilet maupun di tempat penjualan makanan/bahan pangan, pedagang siap saji belum dilakukan usap dubur (rectal swab), pengendalian vektor dan tikus belum rutin dilaksanakan, APAR tidak mudah dijangkau dan PHBS pedagang maupun pengunjung yang masih rendah (tidak mencuci tangan dan merokok). Dalam rangka mencegah penularan penyakit melalui media lingkungan yang ada di pasar.maka perlu adanya upaya perbaikan terutama pada pasar yang tidak memenuhi syarat.