Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR PASIEN YANG MENJALANI RAWAT INAP DI PUSKESMAS PURWODADI KABUPATEN PASURUAN Marsaid, Marsaid
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI) Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (State Health Polytechnic of Malang)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31290/jiki.v(4)i(2)y(2018).page:108-111

Abstract

Pada klien dengan hospitalisasi, kemungkinan timbulnya stresor yang mengarah pada gangguan pola tidur menjadi lebih besar. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola tidur adalah lingkungan rumah sakit yang asing, rasa nyeri yang dirasakan, cemas akan prognosa penyakit atau tindakan operatif yang akan dilakukan dan pengaruh obat-obatan. Keadaan tidur yang terganggu dalam waktu yang lama akan mengakibatkan gangguan tubuh bahkan sampai terjadi perubahan kepribadian. Dalam tradisi praktik keperawatan, sebuah teknik yang telah lama diperkenalkan untuk mengatasi masalah tidur yang terjadi pada klien adalah metode relaksasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas dan kuantitas tidur klien. Jenis penelitian menggunakan quasi eksperimen, bersifat komparatif menggunakan desain post tes dengan kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney. Jumlah sampel adalah 30 orang yang terdiri dari 15 orang untuk kelompok kontrol dan 15 orang untuk kelompok perlakuan relaksasi otot progresif. Data hasil penelitian didapatkan ada pengaruh yang signifikan pada kualitas tidur antara klien dengan perlakuan relaksasi otot progresif dengan klien tanpa perlakuan relaksasi otot progresif (p=0,005<0,05). Kualitas tidur pada kelompok tanpa relaksasi otot progresif adalah 9 responden dalam kategori kurang sedangkan sisanya 6 responden dalam kategori cukup. Kualitas tidur yang dicapai oleh kelompok dengan perlakuan relaksasi otot progresif adalah lebih baik dari pada kelompok tanpa perlakuan relaksasi otot progresif, dengan hasil penelitian 15 responden (100%) bernilai baik. Sedangkan data hasil penelitian kuantitas tidur didapatkan ada pengaruh yang signifikan kuantitas tidur antara klien dengan perlakuan relaksasi otot progresif dengan klien tanpa perlakuan relaksasi otot progresif (p=0,014<0,05). Kuantitas tidur klien dengan perlakuan relaksasi otot progresif lebih normal dibanding dengan tanpa perlakuan relaksasi otot progresif. Adapun dengan hasil penelitian sebagai berikut, untuk kelompok responden tanpa relaksasi otot progresif didapatkan 15 responden kuantitas tidurnya kurang sedangkan untuk kelompok responden dengan relaksasi otot progresif didapatkan 3 responden kuantitas tidurnya kurang dan sisanya 12 responden kuantitas tidurnya cukup. Kata kunci: relaksasi otot progresif, kualitas, kuantitas tidur.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGGUNAKAN MASKER DENGAN TERJADINYA BATUK PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA KARANGSONO KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PASURUAN ., Marsaid; ., Hurun Ain,; Hidayah, Nurul
Jurnal Keperawatan Vol 1, No 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.471 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.405

Abstract

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGGUNAKAN MASKER DENGAN TERJADINYA BATUK PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA KARANGSONO KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PASURUANCorrelation Between Habitual of Wearing Mask With Cough Incidence To The Workers At The Furniture Industry In Karangsono Village Sukorejo, PasuruanMarsaid1, Hurun Ain2, Nurul Hidayah31,2,3)Program Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218*)e-mail: marsaidsaid411@gmail.comABSTRAKKPekerja perkayuan atau mebel merupakan pekerja dengan resiko paparan debu, baik yang berasal dari penggergajian atau pengampelasan kayu, sehingga beresiko terkena penyakit akibat kerja berupa penyakit saluran pernafasan dengan gejala utamanya batuk. Kurangnya pengetahuan dan disiplin kerja dari para pekerja untuk menggunakan alat pengaman diri (APD) berupa, masker merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit saluran pernafasan dengan gejala utamanya batuk. Hal ini terjadi karena para pekerja menghirup debu penggergajian atau pengampelasan kayu dalam dosis besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggunakan masker dengan terjadinya batuk pada pekerja industri mebel. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah para pekerja industri mebel yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data dengan wawancara. Hasil penelitian didapatkan bahwa 67% sering menggunakan masker, dan 33% jarang menggunakan masker. Frekuensi batuk didapatkan bahwa batuk sedang 60%, batuk ringan 33%, dan sisanya 7% batuk berat. Uji analisis statistik spearman rank correlation dengan Ü = 0,05 didapatkan nilai p = 0,028 artinya ada hubungan antara kebiasaan menggunakan masker dengan terjadinya batuk pada pekerja industri mebel. kesimpulannya adalah para responden mengerti tentang bahaya penyakit akibat kerja khususnya batuk, sehingga mereka bisa menjaga diri mereka sendiri dari pemaparan debu kayu. Agar kesehatan mereka tetap terpelihara, maka dianjurkan untuk selalu memakai masker saat bekerja.Kata kunci: masker, batuk, pekerja mebelABSTRACTLumber or furniture worker is a worker with the risk of exposure to dust, whether originating from sawing or sanding wood, so the risk of illness due to respiratory diseases such as working with the main symptoms of cough. Lack of knowledge and discipline of the workers to use safety devices themselves (APD) in the form, the mask is one factor affecting the incidence of respiratory disease with main symptoms of cough. This happens because the workers breathe in dust sawing or sanding wood in large doses. This study aims to determine the relationship between the habite of using the mask with the occurrence of cough in the furniture industry workers. The study design was cross-sectional correlational approach in this study is the furniture industry workers numbering 30 people. Data collection with interviews. The results showed that 67% frequently use masks, and 33% less using a mask. Cough frequency found that cough was 60%, 33% mild cough, and the remaining 7% severe cough. Spearman rank test statistical analysis Ü = 0.05 correlation with p value = 0.028 means that there is a relationship between the habit of using a mask with the occurrence of cough in the furniture industry workers. Conclusion is the respondent to understand about the dangers of diseases caused by work, especially cough, so they can keep themselves from wood dust exposure. So that their health is maintained, then it is advisable to always wear a mask when working.Keywords: masks, cough, furniture workers
PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET RENDAH GULA TERHADAP SEKRESI SALIVA PADA PASIEN HEMODIALISA DALAM PENGONTROLAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR -, Supono; -, Siswanto; -, Marsaid
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 4, No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mulut kering (xerostomia) dan rasa haus adalah kondisi di mana kekurangan cairan dalam mukosa mulut dan sensasi haus karena kekurangan cairan. Pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis yang mengalami xerostomia dan rasa harus berisiko untuk mengkonsumsi cairan yang berlebihan sehingga berdampak buruk terhadap kesehatannya karena terjadi overload cairan dalam tubuhnya. Tujuan mengetahui pengaruh pemberian permen karet rendah gula terhadap sekresi saliva sebagai pengendalian rasa haus dan mulut kering pada pasien hemodialisa dalam pengontrolan Interdialytic Weight Gain (IDWG). Metode yang digunakan dalama penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan komparasi. Jumlah sampel adalah 20 responden dengan menggunakan teknik sampling purposiv sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre test (sebelum dilakukan treatmen) dengan nilai post test (setelah dilakukan treatmen) dengan menggunakan permen karet rendah gula terhadap aliran sekresi saliva (.000). Berdasarkan hasil penelitian hendaknya dapat digunakan sebagai alternatif tindakan untuk pengendalian rasa haus dan mulut kering dengan menguyah permen rendah gula.Kata kunci: permen karet rendah gula, sekresi saliva, mulut kering, rasa haus
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGGUNAKAN MASKER DENGAN TERJADINYA BATUK PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA KARANGSONO KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PASURUAN Marsaid .; Hurun Ain, .; Nurul Hidayah
Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2010): Juli
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.471 KB) | DOI: 10.22219/jk.v1i2.405

Abstract

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGGUNAKAN MASKER DENGAN TERJADINYA BATUK PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI DESA KARANGSONO KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PASURUANCorrelation Between Habitual of Wearing Mask With Cough Incidence To The Workers At The Furniture Industry In Karangsono Village Sukorejo, PasuruanMarsaid1, Hurun Ain2, Nurul Hidayah31,2,3)Program Studi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes MalangJl. A. Yani No 1 Lawang 65218*)e-mail: marsaidsaid411@gmail.comABSTRAKKPekerja perkayuan atau mebel merupakan pekerja dengan resiko paparan debu, baik yang berasal dari penggergajian atau pengampelasan kayu, sehingga beresiko terkena penyakit akibat kerja berupa penyakit saluran pernafasan dengan gejala utamanya batuk. Kurangnya pengetahuan dan disiplin kerja dari para pekerja untuk menggunakan alat pengaman diri (APD) berupa, masker merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit saluran pernafasan dengan gejala utamanya batuk. Hal ini terjadi karena para pekerja menghirup debu penggergajian atau pengampelasan kayu dalam dosis besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggunakan masker dengan terjadinya batuk pada pekerja industri mebel. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah para pekerja industri mebel yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data dengan wawancara. Hasil penelitian didapatkan bahwa 67% sering menggunakan masker, dan 33% jarang menggunakan masker. Frekuensi batuk didapatkan bahwa batuk sedang 60%, batuk ringan 33%, dan sisanya 7% batuk berat. Uji analisis statistik spearman rank correlation dengan Ü = 0,05 didapatkan nilai p = 0,028 artinya ada hubungan antara kebiasaan menggunakan masker dengan terjadinya batuk pada pekerja industri mebel. kesimpulannya adalah para responden mengerti tentang bahaya penyakit akibat kerja khususnya batuk, sehingga mereka bisa menjaga diri mereka sendiri dari pemaparan debu kayu. Agar kesehatan mereka tetap terpelihara, maka dianjurkan untuk selalu memakai masker saat bekerja.Kata kunci: masker, batuk, pekerja mebelABSTRACTLumber or furniture worker is a worker with the risk of exposure to dust, whether originating from sawing or sanding wood, so the risk of illness due to respiratory diseases such as working with the main symptoms of cough. Lack of knowledge and discipline of the workers to use safety devices themselves (APD) in the form, the mask is one factor affecting the incidence of respiratory disease with main symptoms of cough. This happens because the workers breathe in dust sawing or sanding wood in large doses. This study aims to determine the relationship between the habite of using the mask with the occurrence of cough in the furniture industry workers. The study design was cross-sectional correlational approach in this study is the furniture industry workers numbering 30 people. Data collection with interviews. The results showed that 67% frequently use masks, and 33% less using a mask. Cough frequency found that cough was 60%, 33% mild cough, and the remaining 7% severe cough. Spearman rank test statistical analysis Ü = 0.05 correlation with p value = 0.028 means that there is a relationship between the habit of using a mask with the occurrence of cough in the furniture industry workers. Conclusion is the respondent to understand about the dangers of diseases caused by work, especially cough, so they can keep themselves from wood dust exposure. So that their health is maintained, then it is advisable to always wear a mask when working.Keywords: masks, cough, furniture workers
PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET RENDAH GULA TERHADAP SEKRESI SALIVA PADA PASIEN HEMODIALISA DALAM PENGONTROLAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG JAWA TIMUR Supono -; Siswanto -; Marsaid -
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 7 (2012): Desember 2012
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2114.457 KB)

Abstract

Mulut kering (xerostomia) dan rasa haus adalah kondisi di mana kekurangan cairan dalam mukosa mulut dan sensasi haus karena kekurangan cairan. Pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis yang mengalami xerostomia dan rasa harus berisiko untuk mengkonsumsi cairan yang berlebihan sehingga berdampak buruk terhadap kesehatannya karena terjadi overload cairan dalam tubuhnya. Tujuan mengetahui pengaruh pemberian permen karet rendah gula terhadap sekresi saliva sebagai pengendalian rasa haus dan mulut kering pada pasien hemodialisa dalam pengontrolan Interdialytic Weight Gain (IDWG). Metode yang digunakan dalama penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan komparasi. Jumlah sampel adalah 20 responden dengan menggunakan teknik sampling purposiv sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre test (sebelum dilakukan treatmen) dengan nilai post test (setelah dilakukan treatmen) dengan menggunakan permen karet rendah gula terhadap aliran sekresi saliva (.000). Berdasarkan hasil penelitian hendaknya dapat digunakan sebagai alternatif tindakan untuk pengendalian rasa haus dan mulut kering dengan menguyah permen rendah gula.Kata kunci: permen karet rendah gula, sekresi saliva, mulut kering, rasa haus
RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR PASIEN YANG MENJALANI RAWAT INAP DI PUSKESMAS PURWODADI KABUPATEN PASURUAN Marsaid Marsaid
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI) Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang (State Health Polytechnic of Malang)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31290/jiki.v(4)i(2)y(2018).page:108-111

Abstract

Pada klien dengan hospitalisasi, kemungkinan timbulnya stresor yang mengarah pada gangguan pola tidur menjadi lebih besar. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola tidur adalah lingkungan rumah sakit yang asing, rasa nyeri yang dirasakan, cemas akan prognosa penyakit atau tindakan operatif yang akan dilakukan dan pengaruh obat-obatan. Keadaan tidur yang terganggu dalam waktu yang lama akan mengakibatkan gangguan tubuh bahkan sampai terjadi perubahan kepribadian. Dalam tradisi praktik keperawatan, sebuah teknik yang telah lama diperkenalkan untuk mengatasi masalah tidur yang terjadi pada klien adalah metode relaksasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas dan kuantitas tidur klien. Jenis penelitian menggunakan quasi eksperimen, bersifat komparatif menggunakan desain post tes dengan kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney. Jumlah sampel adalah 30 orang yang terdiri dari 15 orang untuk kelompok kontrol dan 15 orang untuk kelompok perlakuan relaksasi otot progresif. Data hasil penelitian didapatkan ada pengaruh yang signifikan pada kualitas tidur antara klien dengan perlakuan relaksasi otot progresif dengan klien tanpa perlakuan relaksasi otot progresif (p=0,005<0,05). Kualitas tidur pada kelompok tanpa relaksasi otot progresif adalah 9 responden dalam kategori kurang sedangkan sisanya 6 responden dalam kategori cukup. Kualitas tidur yang dicapai oleh kelompok dengan perlakuan relaksasi otot progresif adalah lebih baik dari pada kelompok tanpa perlakuan relaksasi otot progresif, dengan hasil penelitian 15 responden (100%) bernilai baik. Sedangkan data hasil penelitian kuantitas tidur didapatkan ada pengaruh yang signifikan kuantitas tidur antara klien dengan perlakuan relaksasi otot progresif dengan klien tanpa perlakuan relaksasi otot progresif (p=0,014<0,05). Kuantitas tidur klien dengan perlakuan relaksasi otot progresif lebih normal dibanding dengan tanpa perlakuan relaksasi otot progresif. Adapun dengan hasil penelitian sebagai berikut, untuk kelompok responden tanpa relaksasi otot progresif didapatkan 15 responden kuantitas tidurnya kurang sedangkan untuk kelompok responden dengan relaksasi otot progresif didapatkan 3 responden kuantitas tidurnya kurang dan sisanya 12 responden kuantitas tidurnya cukup. Kata kunci: relaksasi otot progresif, kualitas, kuantitas tidur.
Optimalisasi UKS dalam Penanganan Kegawatdaruratan Dasar di Sekolah melalui Pelatihan Kegawatdaruratan Dasar bagi PMR di SMP Bayt Al-Hikmah Kota Pasuruan Marsaid Marsaid
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.281 KB) | DOI: 10.30653/002.202051.263

Abstract

OPTIMIZING SCHOOL HEALTH (UKS) IN HANDLING BASIC EMERGENCY IN SCHOOLS THROUGH BASIC EMERGENCY TRAINING FOR RED CROSS TEEN IN BAYT AL-HIKMAH MIDDLE SCHOOL, PASURUAN CITY. Accidents and emergency conditions can occur anywhere, anytime and attack anyone. Errors or delays in initial treatment can result in the deterioration of the victim’s condition which can result in disability or other complications, not infrequently even to the point of death. At present the incidence of cardiac arrest and respiratory arrest patients is greatly increased and requires immediate assistance in rescue. Objectives of Community Service Optimization in the School Health Efforts in Handling Emergency in Schools Through Basic Emergency Training is expected that PMR members will be able to do first aid to the surrounding community who experience accidents or emergency conditions. This activity was carried out at Bayt Al-Hikmah Middle School in Pasuruan City on 29 and 31 August 2019. Community service activities consisted of theoretical training in class and skills training with a total number of participants of 50 people. The results of community service activities showed that there was a significant increase in the ability of PMR members, this was indicated by an increase in the average value of knowledge before and after the training which was 55.4 to 85.6. Participants are able to do basic first aid in cases of broken bones with splint dressing, cases of bleeding with compressive pressure, as well as handling foreign body obstruction properly. This basic first aid training activity should be carried out routinely especially for refreshing, updating and developing and fostering PMR members in schools and communities.
The Correlation of Hemodynamic Status and Oxygen Saturation with The Level of Consciousness in Head Injury Patients Nuril Kumalasari; Marsaid; Lingling Marinda Palupi
Babali Nursing Research Vol 1 No 3 (2020): November
Publisher : Babali Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.726 KB) | DOI: 10.37363/bnr.2020.1330

Abstract

Introduction: Head injury is a traumatic disorder caused by the mechanical strength of a blunt object or penetration that can cause temporary or permanent changes in tissue function and structure. The latest developing concept on poor prognosis among head injury patients was occur related to the secondary injuries, where there was an increase in intracranial, cerebral ischemia, and decreased consciousness. The important thing in the management of head injuries is to maintain hemodynamic stability and to prevent hypoxia by maintaining oxygen saturation >95%. The purpose of this study was to analyze the correlation of hemodynamic status and oxygen saturation with the level of consciousness in head injury patients at RSUD Mardi Waluyo, Blitar. Methods: The research used correlational analytical with a cross-sectional design. The sampling technique used consecutive sampling within a total sample of 30 respondents. Spearman's test was used for data analysis. Results: The results showed a correlation between mean arterial pressure (p-value = .004), respiratory rate (p-value = .000), body temperature (p-value = .017), and oxygen saturation (p-value = .000) with level of consciousness (GCS) respectively. Conclusion: It can be concluded that mean arterial pressure, respiratory rate, body temperature, and oxygen saturation can affect the level of consciousness (GCS). There was a need to improve hemodynamic and oxygen saturation monitoring to prevent the bad prognosis in head injury patients at RSUD Mardi Waluyo, Blitar.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI WILAYAH POLRES KABUPATEN MALANG Marsaid Marsaid; M Hidayat; Ahsan Ahsan
Journal of Nursing Science Update (JNSU) Vol. 1 No. 2 (2013)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Health Sciencce, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.941 KB)

Abstract

Peningkatan jumlah sepeda motor di Kabupaten Malang berdampak pada peningkatan jumlah kecelakaan. Penyebab kecelakaan lalu lintas sepeda motor disebabkan oleh faktor pengendara, kendaraan dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di wilayah Polres Kabupaten Malang. Penelitian ini termasuk observasional analitik menggunakan desain Cross Sectional dengan sample 263 responden dan analisis data Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor manusia dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang meliputi faktor lengah (p=0,000), mengantuk (p=0,017), mabuk (p=0,044), lelah (p=0,004), tidak terampil (p=0,000), tidak tertib (p=0,000) dan kecepatan tinggi (p=0,000). Faktor kendaraan tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Faktor lingkungan fisik menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang meliputi faktor jalan menikung (p=0,028) dan hujan (p=0,010). Sedangkan  hasil analisis uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor berdasarkan kekuatan hubungannya dari yang terbesar ke yang terkecil yaitu tidak tertib (OR=100,227), kecepatan tinggi (OR=99,570), lelah (OR=81,523),  mengantuk (OR=81,371), lengah (OR=14,671), mabuk (OR=10,388), tidak terampil (OR=8,477), lampu kendaraan tidak menyala (OR=8,252) dan jalan menikung (OR=4,468).  Faktor manusia memegang peranan penting dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas sehingga diperlukan suatu kebijakan agar pengendara sepeda motor lebih tertib dan taat pada rambu-rambu lalu lintas pada saat berkendara.   Kata Kunci : Faktor Berhubungan Kecelakaan, Sepeda Motor.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara dengan Kemoterapi Marsaid Marsaid; Sisca Nofiyanti Setya Rahayu; Abdul Hanan; Ira Rahmawati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13 (2022): Nomor Khusus Februari 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v13i0.1703

Abstract

Anxiety is the most common problem experienced by breast cancer patients with chemotherapy. The purpose of this study was to determine the factors associated with the level of anxiety in breast cancer patients with chemotherapy. This study uses a literature review method using the keywords: Anxiety, Breast Cancer, Chemotherapy. The articles are taken from several databases, namely PubMed, Willey, Google Schoolar, ScienceDirect and Research Gate secondary sources in the 2015-2020 range. The selection was taken using JBI Critical Appraisal Tools and paying attention to the PEOS framework, then the articles were analyzed one by one. There were 212 articles, selected and 10 articles that met the inclusion and exclusion criteria. The results of the review of the 10 articles showed factors related to the level of anxiety in breast cancer patients with chemotherapy, 5 articles indicated the age factor, 4 articles indicated the education level factor, 3 articles indicated the coping strategy factor, 2 articles indicated the residence factor, the cancer stage, social support factors, and information access factors, as well as 1 article showing the optimism factor, the physical integrity threat factor, and the self-system threat factor. A total of 6 articles showed that patients with breast cancer undergoing chemotherapy experienced moderate anxiety. The dominant internal factor is age, while the external factor is social support. Although the anxiety experienced by the majority of respondents is moderate, if the factors causing the increase in anxiety levels are not known, it can hinder the treatment process for patients with breast cancer.Keywords: anxiety; breast cancer; chemotherapy ABSTRAK Kecemasan merupakan masalah yang paling sering dialami pasien kanker payudara dengan kemoterapi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara dengan kemoterapi. Studi ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan keywords: Anxiety, Breast Cancer, Chemotherapy. Artikel diambil dari beberapa database yaitu PubMed, Willey, Google Schoolar, ScienceDirect dan sumber sekunder Research Gate pada rentang tahun 2015-2020. Penyeleksian diambil dengan menggunakan JBI Critical Appraisal Tools dan memerhatikan PEOS framework, kemudian artikel dianalisis satu persatu. Ditemukan sebanyak 212 artikel, diseleksi dan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah 10 artikel. Hasil review dari 10 artikel tersebut menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara dengan kemoterapi, 5 artikel menunjukkan faktor usia, 4 artikel menunjukkan faktor tingkat pendidikan, 3 artikel menunjukkan faktor strategi koping, 2 artikel menunjukkan faktor tempat tinggal, faktor stadium kanker, faktor dukungan sosial, dan faktor akses informasi, serta 1 artikel menunjukkan faktor optimisme, faktor ancaman integritas fisik, dan faktor ancaman sistem diri. Sejumlah 6 artikel menunjukkan pasien dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi mengalami kecemasan sedang. Faktor internal yang dominan yaitu usia, sedangkan faktor eksternal yaitu dukungan sosial. Meskipun kecemasan yang dialami mayoritas responden sedang, namun apabila tidak diketahui faktor penyebab bertambahnya tingkat kecemasan dapat menghambat proses pengobatan pasien dengan kanker payudara.Kata kunci: kecemasan; kanker payudara; kemoterapi