Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

KONSEP TERITORIALITAS PADA KAFE SUPERBEE CAT'S Ervina Dinda Bestari; Finta Lissimia
Jurnal Linears Vol 3, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v3i2.4059

Abstract

Di Ibukota Jakarta, komunitas pecinta hewan sangat berkembang pesat. Perkembangan komunitas tersebut memunculkan kebutuhan akan fasilitas yang memadai. Komunitas berharap agar tersedia rumah hewan yang layak dan memadai bagi hewan, dimana para hewan benar - benar dirawat dan diperlakukan selayaknya makhluk hidup bukan sekedar hewan. Sudah banyak kota-kota besar di dunia yang menyediakan rumah penampungan bagi hewan-hewan terlantar, seperti Korean Animal Rights Advocates (KARA). Jakarta sebagai Ibukota selayaknya mampu mengkonsepkan kebutuhan tersebut. Adanya pusat fasilitas pencinta hewan ini juga sebagai tempat perlindungan kucing-kucing liar dan bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman untuk kucing – kucing liar. Arsitektur Teritorialitas dirasa tepat untuk membuat konsep Fasilitas Pecinta Hewan. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan melakukan studi literatur
Kajian Konsep Aksesibilitas Pada SLB Negeri Bekasi Jaya Ghafari yahya; Finta Lissimia
Jurnal Linears Vol 3, No 2 (2020): September 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v3i2.4029

Abstract

Sekolah merupakan sebuah jenjang pendidikan yang mampu menghantarkan manusia kepada kualitas kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Jenjang pendidikan yang telah diwajikan dalam penempuhannya menurut pemerintah hingga sekarang ini ialah 12 tahun wajib belajar. Dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan atau sederajat. Kebijakan wajib belajar 12 tahun ini. Arsitektur berperan sebagai ruang aktivitas manusia yang menciptakan hubungan antara ruang dalam dan ruang luar. Ruang dalam arsitektur dapat terbentuk karena persepsi dan imajinasi manusia sebagai pengguna. Konsep aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan yang dicapai oleh seseorang terhadap suatu objek di lingkungannya untuk menghasilkan gambaran konsep aksesibilitas pada SLB Negeri Bekasi Jaya. 
Transformasi Fisik dan Teritori Hunian Sekitar Kawasan Industri Pulogadung Finta Lissimia; Ratna Dewi Nur’aini
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan kawasan industri Pulogadung melatarbelakangi perubahan karakter kawasan hunian di sekitarnya. Perubahan karakter kawasan dapat dilihat berdasarkan perubahan dari unit-unit hunian yang menyusunnya. Transfromasi merupakan sebuah proses yang terjadi pada aspek fisik maupun non fisik bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mencaritahu transformasi fisik dan teritori pada hunian di sekitar kawasan industri Pulogadung. Data fisik dan teritori hunian didapat melalui observasi dan wasancara. Kemudian data tersbut dianalisis menggunakan narasi deskriptif. Hasilnya menunjukkan bahwa hunian di sekitar kawasan industri mengalami perubahan fisik yaitu penambahan ruangan yang memfasilitasi fungsi komersial dan perluasan bangunan. Transformasi hunian berkaitan erat dengan transformasi fisik. Transformasi teritori hunian sekitar kawasan industri Pulogadung terwujud dalam perubahan luas teritori, jumlah ruangan penyusun teritori, dan jenis teritori dari masing-masing ruang.
PERUBAHAN BENTUK ARSITEKTUR MASJID BERSEJARAH ALMUKARROMAH KAMPUNG BANDAN DI JAKARTA Ashadi Ashadi; Anisa Anisa; Finta Lissimia
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas dan bentuk merupakan dua aspek penting dalam arsitektur. Aktivitas diwadahi dalam suatu bentuk (ruang) arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis perubahan bentuk arsitektur dengan mengambil obyek masjid bersejarah yang ada di Jakarta serta mencari faktor penyebab perubahan tersebut. Masjid bersejarah yang dijadikan kasus studi adalah masjid Jami’ Al Mukarromah Kampung Bandan yang sering dikenal dengan sebutan Masjid Keramat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif interpretatif. Pendataan lapangan dilakukan dengan cara: mengamati perubahan bentuk arsitektur Masjid Jami’ Al Mukarromah yang dilengkapi dengan wawancara nara sumber utama yang merupakan keturunan langsung Habib Abdurahman bin Alwi Asy-Syatiri yang bernama Habib Alwi bin Ali As-Syatiri. Hasil dari penelitian ini adalah: terdapat perubahan bentuk arsitektur pada masjid Jami’ Al Mukarromah Kampung Bandan namun tidak merubah bentuk asli. Bentuk asli adalah pilar Sembilan yang berada tepat di samping makam Habib Mohammad bin Umar Al-Qudsi, Habib Ali bin Abdurrahman Ba’ Alwi, dan Habib Abdurahman bin Alwi Asy-Syathiri. Perubahan bentuk disebabkan oleh tiga hal, pertama karena kebutuhan tempat sholat dan tempat ziarah yang sudah tidak mencukupi. Kedua, kondisi lokasi yang terkena banjir Rob, sehingga merubah bentuk masjid dengan meninggikan lantai. Ketiga, karena kebutuhan untuk memisahkan antara ruang untuk sholat dan ruang ziarah, dimana dua aktivitas tersebut adalah aktivitas sakral yang dilakukan di masjid Jami’ AlMukarromah Kampung Bandan.
Environmental Attributes Review of Muara Angke Fish Market and Auction, Jakarta, Indonesia Finta Lissimia; Gian Wahyu Riyadi; Rivan Bryan Tirta; Anisa Anisa
International Journal of Built Environment and Scientific Research Vol 5, No 1 (2021): International Journal of Built Environment and Scientific Research
Publisher : Department of Architecture Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/ijbesr.5.1.23-30

Abstract

Environmental attributes as a design quality assessment material have been put forward since 1980. Muara Angke Fish Market and Auction is the largest fish auction facility in Indonesia. Its development has received attention from the community for a long time. This article intends to examine the quality of the Muara Angke design by using environmental attributes proposed by Weisman in 1980. The study was conducted by first determining the attributes to be used, namely activity, accessibility, and sociality. The research method is descriptive qualitative by examining these three aspects at Muara Angke Fish Market and Auction. Market facilities and fish auction in Muara Angke are considered feasible in terms of activities and sociality. However, accessibility needs to be improved. The combination of one-door access and linear circulation is suitable to reach all points, but the absence of distribution of circulation paths between sellers, buyers, and goods makes the main route congested, especially in the active phase of the market, namely at night.Keywords: Activity, Accessibility, Environmental Attributes, Muara Angke Fish Market and Auction, Sociality
Favorite Places of Indonesian Young Adults Finta Lissimia
International Journal of Built Environment and Scientific Research Vol 2, No 1 (2018): International Journal of Built Environment and Scientific Research
Publisher : Department of Architecture Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/ijbesr.2.1.15-26

Abstract

Study on favorite places reflects people’s preference for particular place. It may result in most likeable type of place and even the driving factors. Favorite place study can become the base for further research about preference. This type of study is very beneficial for spatial planning to find out what kind of setting will be successful. The purpose was to find out favorite place of young adult, specifically Indonesian people. Respondents in this study are restricted to 25-40 years old to produce strong result. In order to achieve this purpose, respondents will be asked about their favorite place. Data collected will be analyzed using distribution. There are 347 answers that can be analyzed further. Result show that favorite place of Indonesian young adults mostly are restaurants and beaches. It may have to do with lifestyle and geography of the area.
The Evaluation of Mode Shift Preference within Bus Rapid Transit-oriented Development Context Lutfi Prayogi; Finta Lissimia
International Journal of Built Environment and Scientific Research Vol 5, No 1 (2021): International Journal of Built Environment and Scientific Research
Publisher : Department of Architecture Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/ijbesr.5.1.17-22

Abstract

Bus rapid transit (BRT) has been acknowledged as a mode of transit that is appropriate to be constructed in conjunction with transit-oriented development (TOD). In order to evaluate the occurrence of a TOD with BRT systems as its component, evaluating the passengers’ mode shift triggered by the provision of the BRT systems is one approach that can be taken. Within the mentioned type of TOD, the built environment should support, or even more trigger, the passengers’ mode shift into taking the BRT systems. This article evaluates the mode shift preference of Transjakarta BRT passengers. This article also evaluates the heterogeneity of mode shift preference among various groups of Transjakarta passengers. This article qualitatively describes the mode shift preference, while the data was collected, processed, and presented in quantitative manners. Information regarding the mode shift preference is collected through an indirect interview. The statistics of the mode shift preference is processed using simple statistical analysis and Bartlett’s test for variance heterogeneity. It is found that the role of the built environment in supporting Transjakarta passengers’ mode shift into taking Transjakarta is relatively low. It is also found that the variance of the mode shift preference is homogeneous across various groups of Transjakarta passengers. This article concludes that the envisioned bus rapid transit-oriented development (BRTOD) hasn't been fully occurring in areas around Transjakarta corridors.
KAJIAN ARSITEKTUR FUTURISTIK PADA BANGUNAN BENTANG LEBAR PADA STASIUN TANJUNG PRIUK DAN THEATER JAKARTA TAMAN ISMAIL MARZUKI Yustriana Choiriyani; Finta Lissimia
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 4, No 1 (2020): Purwarupa Vol 4 No 1 Maret 2020
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.615 KB)

Abstract

ABSTRAK. Setiap waktu bangunan selalu berkembang cukup pesat selain sebagai kebutuhan manusia juga sebagai unjuk kemewahan. Berlomba-lomba membuat bangunan terbaik, dengan teknologi modern bangunan apapun dapat didirikan. Bangunan dengan struktur bentang lebar adalah salah satu fenomena yang terjadi karena adanya kebutuhan ruang luas untuk sebuah kegiatan tertentu seperti olah raga, transportasi, dsb. Gaya arsitektur futuristik yang di ikuti berkembang dengan perkembangan teknologi memiliki karakteristik yang mendukung perkembangan kemajuan zaman. Namun tidak semua bangunan yang berdiri pada abad 20 bisa dikatakan bangunan futuristik. Maka Stasiun Tanjung Priuk da Theater Jakarta Taman Ismail Marzuki sebagai bangunan bentanng lebar akan dikaji penerapan arsitektur futuristiknya. Metode pengkajian menggunakan deskriptif kualitatif berdasarkan data primer berupa dokumentasi langsung dan wawancara, serta data sekunder berupa literatur. Hasilnya, Stasiun Tanjung Priuk bukan arsitektur futuristik karena mennggunaka kosep garis vertikal da horizontal serta massanya maju mundur. Sedangkan Theater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan arsitektur futuristik baik dari kosep transpara, penggunaan material ekspos, bentuk persegi dan segitiga, dan material kaca dan bajaKata Kunci: Arsitektur Futuristik, Struktur Bentang Lebar, Tipologi Bangunan.ABSTRACT. Buildings always develop quite rapidly other than as human needs as well as a show of luxury. Competing to make the best building, with modern technology any building can be built. Building with a wide span structure is one phenomenon that occurs because of the need for large space for a particular activity such as sports, transportation, etc. The futuristic architectural style that is followed to develop with technological developments has characteristics that support the development of the times. Not all buildings that stood in the 20th century can be said to be futuristic buildings. Therefore Tanjung Priuk and Jakarta Theater Taman Taman Ismail Marzuki's building as a wide building will be studied in the application of its futuristic architecture. The assessment method uses descriptive qualitative based on primary data in the form of direct documentation and interviews, and secondary data in the form of literature. As a result, Tanjung Priuk Station is not a futuristic architecture because it uses vertical and horizontal line concepts and their mass back and forth. Sedagkan Theater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) is a futuristic architecture both from transparent concept, the use of exposed materials, square and triangle shapes, and glass and steel materialsKeywords: Futuristic Architecture, Wide Span Structure, Building Typology.
PUSAT KAJIAN DAN DOKUMENTASI ARSITEKTUR DI JAKARTA DENGAN PENERAPAN REINTERPRETING TRADITION adi sanjaya; Anisa Anisa; Finta Lissimia
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 3, No 4 (2019): Purwarupa Vol 3 No 4 September 2019
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.757 KB)

Abstract

ABSTRAK.  Indonesia memiliki keanekaragaman bentuk arsitektur nusantara dengan memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri. Dan sekaligus merupakan nilai nasional dan kebanggaan Indonesia. Namun, di era globalisasi ini muncul permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan arsitektur di Indonesia salah satunya adalah masuknya pola arsitektur modern yang diadopsi dari gaya arsitektur Barat. Pentingnya suatu sarana yang dapat mewadahi kegiatan-kegiatan pameran, kajian dan dokumentasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan arsitektur nusantara, yang bertujuan untuk mengenalkan kembali bangunan arsitektur yang telah hilang dan bisa dikembangkan tapi tidak meninggalkan identitas aslinya dari nilai-nilai nusantara. Perlu adanya perkembangan di mana sebuah Pusat Kajian dan Dokumentasi Arsitektur Pusaka di Kota Jakarta perlu diwujudkan untuk mendukung setiap kegiatan tersebut, tidak hanya sebagai sarana atau wadah untuk perkembangan pengetahuan, tapi ini juga benar-benar menjadi pusat yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, perguruan-perguruan ringgi, dan pemerintahan dalam mengenal arti yang sebenernya dalam nilai arsitektur nusantara. Penerapan tema reinterpreting tradition yang menjadi titik acuan dalam rancangan Pusat Kajian dan Dokumentasi Arsitektur Pusaka, menjadi kelebihan dalam rancangan dengan tujuan memunculkan nilai-nilai filosofi terhadap suatu bangunan. Kata Kunci: Dokumentasi Arsitektur, Kajian,  Reinterpreting Tradition ABSTRACT. Indonesia has a diversity of archipelago architecture with its own peculiarities and charms. And at the same time is the national value and pride of Indonesia. However, in this era of globalization problems arise related to the development of architecture in Indonesia one of them is the entry of modern architectural patterns adopted from the style of Western architecture. The importance of a facility that can accommodate exhibition, study and documentation activities and everything related to archipelago architecture, which aims to reintroduce architectural buildings that have been lost and can be developed but not leave their original identity of the values of the archipelago. There needs to be a development where a Center for Study and Documentation of Heritage Architecture in Jakarta City needs to be realized to support each activity, not only as a means or container for the development of knowledge, but this also really become a center that can be utilized by society, Ringgi, and government in recognizing the true meaning in the value of archipelago architecture. The application of the theme of reinterpreting tradition which became the point of reference in the design of Center for Study and Documentation of Heritage Architecture, became an excess in the design with the aim of raising philosophy values to a building. Keywords: Documentation of Architecture, Review, Reinterpreting Tradition   
KAJIAN KONSEP HEALING THERAPEUTIC ARCHITECTURE PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK-ANAK LUAR BIASA STUDI KASUS: YPAC JAKARTA Nur Fadlilah; Finta Lissimia
PURWARUPA Jurnal Arsitektur Vol 5, No 1 (2021): Purwarupa Vol 5 No 1 Maret 2021
Publisher : Arsitektur UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Anak-anak luar biasa adalah satu bagian dari masyarakat yang membutuhkan lingkungan yang didesain dengan konsep healing therapeutic tersebut karena keluarbiasaan yang mereka miliki dalam hal pemikiran, psikologis, dan interaksi sosial. Hal tersebut menuntut adanya fasilitas pendidikan yang memadai untuk meningkatkan potensi anak-anak luar biasa dan membantu mereka mengubah keluarbiasaan yang mereka miliki menjadi kepercayaan diri untuk menghasilkan karya-karya yang berguna bagi masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini berusaha mengkaji konsep healing therapeutic pada fasilitas pendidikan anak-anak luar biasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi literatur dan observasi lapangan. Studi kasus yang diambil meliputi bangunan YPAC Jakarta. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan prinsip desain healing therapeutic (Chrysikou) dipadukan dengan prinsip media therapeutic (Holowitz), menghasilkan kajian bahwa: YPAC Jakarta menerapkan konsep healing therapeutic meliputi care in community, design fo domesticity, sosial valorization, integrated with nature, dan therapeutic media.akan tetapi belum sempurna dikarenakan prinsip material alami yang kurang memenuhi. Kata Kunci: healing, therapeutic, fasilitas, pendidikan, anak-anak luar biasa ABSTRACT. Extraordinary children are a part of society who need an environment designed with the concept of healing therapeutic because of the extraordinary they have in terms of thought, psychology, and social interactions. This requires adequate educational facilities to increase the potential of extraordinary children and help them turn their extraordinaryness into self-confidence to produce useful works for the community. Based on this background, this study seeks to examine the concept of healing therapeutic in educational facilities for special children. The method used in this research is descriptive qualitative method. The data collection method is done by using literature study and field observation. The case studies taken include the YPAC Jakarta building. The analysis was conducted using a healing therapeutic (Chrysikou) design principle approach combined with the principles of therapeutic media (Holowitz), resulting in a study that: YPAC Jakarta applies the concept of healing therapeutic including care in community, design for domesticity, social valorization, integrated with nature, and therapeutic media .will but not perfect due to the inadequate principle of natural materials.Keywords: healing, therapeutic, facilities, education, extraordinary children