Claim Missing Document
Check
Articles

APLIKASI GREEN ARCHITECTURE PADA RUMAH TRADISIONAL Anisa, Anisa
Jurnal Teknologi Vol 6, No 2 (2014): Jurnal Teknologi
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Green architecture adalah sebuah proses perancangan dalam mengurangi dampak lingkungan yang kurang  baik,  meningkatkan  kenyamanan  manusia  dengan  meningkatkan  efisiensi,  dan  pengurangan penggunaan sumber daya, energi, pemakaian lahan, dan  pengelolaan sampah efektif dalam tataran arsitektur. (Kwok Allison dalam Ming Kok, Cheah, 2008).  Konsep Green Architecture baru muncul tahun 1970-an, namun dalam pengamatan dilihat ada korelasi antara konsep green architecture dengan konsep penataan ruang, cahaya dan udara pada rumah tradisional yang sudah ada jauh sebelum konsep green architecture di kenal.  Penelitian ini  akan mengupas bagaimana penerapan green architecturepada rumah tradisional dengan mengambil contoh pada rumah tradisional Kudus. Secara arsitektural bentuk rumah tradisional ini sangat nyaman untuk ditinggali karena sejuknya udara yang ada di dalam dan di sekitar rumah.
PENCAHAYAAN DAN RUANG GERAK EFEKTIF SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA SEHAT YANG ERGONOMIS (Studi Kasus Rumah Sederhana Sehat di Bekasi) Ashadi, Ashadi; Nelfiyanti, Nelfiyanti; Anisa, Anisa
Nalars Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi tentang pentingnya pencahayaan dan ruang gerak untuk mewujudkan kenyamanan pada rumah sederhana yang ergonomis. Studi kasus yang diambil adalah Rumah Sederhana Sehat yang ada di Bekasi. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan kenyamanan penghuni pada rumah dilihat dari pencahayaan dan ruang gerak yang tersedia. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengambil kasus secara purposif sampling. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah dengan adanya bukaan yang cukup, cahaya dapat masuk secara merata ke dalam ruangan, perkecualian pada kamar mandi yang terletak di tengah. Dengan adanya cahaya masuk secara merata, maka semua ruangan bisa digunakan untuk beraktivitas. Hal ini membuat semua ruangan di dalam rumah menjadi nyaman. Ukuran bukaan yang terdapat pada rumah sederhana yang diteliti mempunyai ukuran sesuai dengan standar sehingga matahari dapat masuk untuk menerangi ruangan. RSS di Bekasi juga memiliki ruang gerak efektif yang cukup. Rata-rata prosentase ruang gerak pada rumah adalah 79,35% yang tergolong cukup luas untuk beraktivitas. Kata kunci: kenyamanan, pencahayaan, ruang gerak, rumah sederhana yang ergonomis ABSTRACT. This research has been motivated on the significancy of lighting and space in order to create comfort within ergonomic low income house. There are some case studies of Rumah Sederhana Sehat have been conducted within Bekasi area. The aim of this research is to describe the comfort of the dwellers from the aspect of lighting and existing space. The method that has been used is a qualitative descriptive method by taking case studies with sampling purposive method. The result of this research will provide some standard with sufficient windows, prevalent lighting within room, except for bathroom which located in the middle of house. With a prevalent lighting within room, therefore all the room relatively could be used for activities. This condition will create a comfort space within a house. The dimension of windows within case studies have a dimension as a minimum standard requirement which make sunlight could enter all the room. RSS within Bekasi also have a sufficient efective space, which is about 79,35% of house area, and this is regarded as a sufficient space to do activity within a house.     Kata kunci: kenyamanan, pencahayaan, ruang gerak, rumah sederhana yang ergonomis
PENGATURAN PRIVASI DALAM DESAIN RUMAH SEDERHANA Anisa, Anisa
Nalars Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Privasi adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya. (Sarwono, 1992). Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan makhluk lain untuk keberlangsungan hidupnya. Tetapi manusia sebagai individu juga memerlukan privasi atau mengatur jarak personalnya. Penelitian ini memfokuskan pada pengaturan privasi dengan melihat pada desain rumah sederhana.Desain rumah sederhana baik tipe 36 maupun 45 sebenarnya sudah mengupayakan pengaturan privasi. Namun karena keterbatasan luasan bangunan dan ruang, seringkali pengaturan privasi menjadi tidak efektif. Dalam perencanaan ruang dan zona, rumah sederhana sudah mengatur privasi. Akan tetapi karena kebutuhan ruang yang semakin berkembang maka pada rumah sederhana dibutuhkan perluasan ruang yang biasanya merupakan ruang publik. Begitupula halnya dengan pengaturan sirkulasi. Pengaturan privasi di dalam rumah diupayakan supaya jalur sirkulasi tidak terganggu atau mengganggu aktivitas. Selain itu jalur sirkulasi hendaknya tidak bisa digunakan untuk melihat secara langsung ke dalam aktivitas yang ada di dalam rumah.Elemen bangunan yang menunjukkan pengaturan privasi antara lain terwujud dengan pemagaran, pintu dan jendela. Pemagaran pada rumah ditujukan untuk membatasi privasi seluruh penghuni rumah. Keberadaan pintu terutama yang mempunyai dua buah pintu juga merupakan pengaturan privasi yang baik. Sehingga apabila ada tamu di dalam rumah maka penghuni rumah tidak akan merasa terganggu.Kata kunci: privasi, desain, rumah sederhana ABSTRACT. Privacy is a need or tendency of someone who does not want to be disturbed (Sarwono, 1992). Human is a social creature who need to interact with others to survive. Though human as an individual also need privacy as well by creating a personal distance with others. This research is focused on privacy setting by defining at a design of simple house.Design of simple house either 36 m2 or 45 m2 types, both are considering the setting of privacy needs. However, regarding to the limited building area and space, sometimes the setting of privacy is not effectively considered. In the process of planning in space and zones, simple house has setting the privacy need. However, the need of spaces has been regarded developed, this will affect space’s expansion of simple house which used to be a public space. This condition will affect the setting of circulation as well. The setting of privacy within house has been considered as an effective as possible though the circulation line will not disturb the activities within house. Furthermore, the circulation line should not been used as a direct view through the activities within house.Building elements which could show setting privacy, could be defined as follow: by using fencing, doors and windows. Fencing at house is intended to control the privacy of residents. The existence of doors particularly house with two doors could be considered as a good privacy setting. Thus, if there are visitors within the house, the residents will not be disturbed by their existence.Keywords: privacy, design, simple house
PERUBAHAN TATA RUANG RUMAH TIPE KECIL DAN PENGARUHNYA TERHADAP ASPEK KESEHATAN PENGHUNI (Kasus Studi: Rumah Sederhana Sehat di Depok Jawa Barat) Ashadi, Ashadi; Anisa, Anisa; Nelfiyanti, Nelfiyanti
Nalars Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kesehatan menjadi aspek penting yang harus diperhatilkan dalam desain rumah. karena rumah yang sehat akan berdampak pada kenyamanan yang dirasakan oleh penghuni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tata ruang rumah tipe kecil ≤ 36 m2 dan pengaruh perubahan tersebut pada aspek kesehatan penghuninya. Kesehatan difokuskan pada sirkulasi udara dan cahaya (penghawaan dan pencahayaan) yang merupakan dua aspek penting pada kesehatan dalam rumah.  Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengambil kasus secara purposif sampling. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pada perubahan tata ruang rumah tipe kecil selalu ada ruang yang tidak mendapatkan pencahayaan secara maksimal. Arah perubahan pada rumah tipe kecil adalah ke arah samping, belakang dan depan sehingga sirkulasi udara dan cahaya yang awalnya dioptimalkan melalui halaman depan dan belakang menjadi terganggu.  Upaya yang dilakukan adalah dengan membuat bukaan berupa jendela dan roster yang cukup lebar sehingga udara dan cahaya dapat masuk ke dalam ruangan. Namun untuk ruang yang tidak mendapatkan cahaya matahari secara langsung akan menjadi gelap dan lembab sehingga mempengaruhi kesehatan penghuninya. Kata kunci: tata ruang, rumah, kesehatan ABSTRACT. Health is become an important aspect which should be concerned in designing a house. Healthy house will affect to the conviniency of the occupants. This research is aimed to explore the transformation of house’s layout of small house less than 36 m2 and the impact of the changes to the health aspect for occupants. Health aspect will be focused on air circulation and natural lighting which are very important aspects for health within house. A qualitative descriptive method has been conducted to analyse this research by taking some cases with purposive sampling. A significant result will be presented that the changes of house’s layout of small house will affect to the existence of room which will not suplied by maximum natural lighting as well as good air circulation. The change direction of small house is to the side  direction, backwards and forward, thus air circulation and natural lighting which at the beginning will be optimized through rear side and front side will be interrupted. Efforts will be made by providing opened wall such as wide windows and roster, to circulate the air and natural lighting inside the house. For some rooms which will be not supported to get direct natural lighting and air circulation, the rooms will be uncomfortable for occupants, because it will be dark and humid for some reasons and will affect to the health of the occupants.  Keywords: layout, house, health
KONSEP PRIVASI RUMAH-RUMAH DI KOTA LAMA KUDUS Anisa, Anisa
Nalars Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan makhluk lain untuk keberlangsungan hidupnya. Tetapi manusia sebagai individu juga memerlukan privasi atau mengatur jarak personalnya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendapatkan gambaran tentang privasi pada rumah-rumah di Kota Lama Kudus; (2) Mengungkapkan konsep privasi pada rumah-rumah di Kota Lama Kudus. Dapat disimpulkan dari penelitian ini didapatkan bahwa konsep privasi khas pada rumah-rumah di Kota Lama Kudus pada intinya adalah kontrol interaksi yang bersifat profan (antar sesama manusia) dan sakral (manusia dengan Tuhannya). Konsep privasi ini terkait erat dengan faktor transendental keIslaman dan sebagian lain mendapat pengaruh dari konsep Jawa. Kata kunci : privasi, konsep, rumah ABSTRACT. Human beings are social creatures who need to interact with other creatures to survive. But human beings as individuals also need to set up a private space as well as personal space. This study is aimed to: (1) Obtain an overview of privacy of the houses in Kota Lama Kudus, (2) Disclose the concept of privacy in the houses in Kota Lama Kudus. It can be concluded from this study that it has been found that the concept of privacy typical of the houses in Kota Lama Kudus is its core which  is the control of interaction that are profane (among humans) and sacred (human with God). The concept of privacy is closely associated with Islamic transcendental factors and others are influenced by the concept of Java. Keywords: privacy, concept, house
KESINAMBUNGAN DAN PERUBAHAN SPASIAL PADA RUMAH TRADISIONAL KUDUS Anisa, Anisa
Nalars Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Rumah tradisional Kudus merupakan rumah adat yang masih banyak ditemukan di Kota Lama Kudus. Rumah ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dan masih difungsikan hingga sekarang ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kesinambungan dan perubahan spasial pada rumah tradisional Kudus. Penelitian menggunakan metode rasionalistik kualitatif dengan pengambilan sampel secara bertujuan (purposif sampling). Temuan fisik mengenai kesinambungan dan perubahan spasial ditemukan pada pada hirarki ruang, fungsi ruang dan orientasi rumah. Temuan non fisik meliputi pola kegiatan tradisi upacara adat yang berhubungan dengan kehamilan, kelahiran, khitanan dan kematian. Kata kunci : Kesinambungan, Perubahan Spasial, Rumah Tradisional Kudus ABSTRACT. Kudus traditional house is a traditional house that is still found in the Old Town Kudus. This house has been there for hundreds of years ago, and still functioned until nowadays. The purpose of this study was to gain an overview of spatial continuity and change in the traditional house of Kudus. This research has conducted qualitative rationalistic method by taking some sampling purposely (purposive sampling). Physical findings on the spatial continuity and change have been found in the hierarchy of space, space function and the orientation of the house. On the other hand, non-physical findings include the pattern of tradition ceremonial activity which is associated with pregnancy, birth, circumcision and death. Keywords: continuity, spatial change, Kudus traditional house
POLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI Nurjannah, Irma; Anisa, Anisa
Nalars Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Snyder (1985) menyatakan bahwa terbentuknya lingkungan permukiman dimungkinkan karena adanya proses pembentukan hunian sebagai wadah fungsional yang dilandasi oleh pola aktivitas manusia serta pengaruh setting baik yang bersifat fisik maupun momfisik yang secara langsung mempengaruhi pola kegiatan dan proses pewadahannya. Penelitian tentang pola permukiman Bugis di Kendari ini dilakukan pada kelurahan Mata dan Puunggaloba dengan metode rasionalistik kualitatif. Pola permukiman Bugis di kelurahan Mata dan puunggaloba ini membentuk dua macam pola yaitu linier dan mengelompok. Masyarakat di kelurahan Mata dan Puunggaloba dalam menentukan lokasi permukimannya selalu mendekati laut atau sungai, karena laut berperan penting dalam kehidupan masyarakatnya. Kata kunci : pola, permukiman, bugis. ABSTRACT. Snyder (1985) said built environment has been formed from a process of settlement forming as a functional place which based of human activities pattern as well as setting impact either phisically or non phisically. These impacts will affect activities pattern directly within activities process. Research about Bugis setllement pattern within Kendari has been conducted at ‘kelurahan’ Mata and Puunggaloba by using qualitative rationalistic method. Bugis settlement pattern within kelurahan Mata and Puunggaloba has been formed into 2 patterns, linear and grouping. Community within kelurahan Mata and Puunggaloba has used sea or river to decide settlement location, because they believe that sea has an important role in their life. Keywords : pattern, settlement, Bugis.
APLIKASI PARADIGMA NATURALISTIK FENOMENOLOGI DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR Anisa, Anisa
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Ada tiga macam paradigma keilmuan yang lazim digunakan dalam penelitian. Ketiga paradigma tersebut adalah positivisme, rasionalisme dan fenomenologi. (Muhadjir, 1989). Penelitian dengan paradigma fenomenologi menuntun peneliti untuk terjun ke lapangan tanpa berbekal kerangka teori yang kuat sehingga memberikan peluang terjadinya perkembangan topik kajian selama penelitian di lapangan berlangsung.  Penelitian arsitektur dengan paradigma fenomenologi bisa dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam sebuah penelitian. Fenomenologi memungkinkan sebuah penelitian berada tetap dalam konteks naturalnya serta tidak bertujuan untuk membuat generalisasi. Teori-teori lokal akan dimunculkan dari penelitian dengan paradigma fenomenologi tersebut. Kata kunci : paradigma, fenomenologi, penelitian arsitektur
EKSPLORASI KONDISI FISIK DAN NON FISIK PADA PERMUKIMAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TRADISIONAL DI KAMPUNG NELAYAN PENGASINAN, MUARA ANGKE Anisa, Anisa; Septiawan, Thoriq; Nur Rahmah, Gita Laela; Kadeli, Kadeli; Adi Putro, Syaid; Kurnia, Tedi
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 1 (2018): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.394 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i1.25771

Abstract

Definisi permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang memiliki prasarana, sarana, utilitas umum, serta memiliki penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan pedesaan. Banyak kita temui permukiman yang mempunyai karakteristik khusus, misalnya berkaitan dengan lokasi, kesukuan, pekerjaan, dll.Salah satunya adalah permukiman nelayan yang ada di Muara Angke. Permukiman ini diberi nama kampung Pengasinan, karena di kampung ini mayoritas penduduknya adalah nelayan yang juga mempunyai aktivitas lain yaitu pengawetan ikan tradisional menggunakan pengasinan (penggaraman). Penelitian ini bertujuan untuk menggali kondisi permukiman nelayan tradisional Kampung Pengasinan Muara Angke.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Deskriptif  kualitatif yang dimaksud adalah mengidentifikasi, mendeskripsikan serta menginterpretasikan kondisi fisik permukiman nelayan tersebut dengan dibantu menggunakan data nonfisik. Analisis dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah pemilahan data atau sering disebut reduksi data. Tahap kedua adalah tahap klasifikasi. Tahapan ketiga adalah deskripsi dan  interpretasi data sampai ditemukan kesimpulan.Kesimpulan dari penelitian ini adalah, proses terbentuknya sebuah permukiman dan aktivitas yang terjadi di dalamnya akan berpengaruh terhadap bentuk fisik yang dapat diamati. Pemukiman di pengasinan Muara Angke ditata secara terencana oleh badan pengelola hasil perikanan tradisional. Walaupun pola permukiman mereka tertata secara teratur namun, bentuk rumah di pemukiman ini terbentuk menyesuaikan dengan aktivitas atau kegiatan warganya yaitu sebagai  pengolah ikan asin. Dapat dilihat bahwa di tengah permukiman terdapat area yang digunakan untuk menjemur ikan yang telah di asinkan, walaupun tempat khusus telah di sediakan.Kata-Kata Kunci: permukiman, pengolahan hasil perikanan, eksplorasi EXPLORATION OF PHYSICAL AND NON-PHYSICAL CONDITION ON TRADITIONAL FISHERY PRODUCTS PROCESSING SETTLEMENTS IN FISHERMEN'S PENGASINAN VILLAGE, MUARA ANGKEThe definition of settlements in Law No. 1 of 2011 is part of a residential environment consisting of more than one housing unit that has infrastructure, facilities, public utilities, and has supporting other functional activities in urban or rural areas. Many of us encounter settlements that have special characteristics, such as relating to location, ethnicity, work, etc. One of them is fishermen's settlement in Muara Angke. This settlement was given the name of Kampung Pengasinan, because in this village the majority of the population are fishermen who also have other activities that are preservation of traditional fish using marinating (salting). This study aims to explore the condition of traditional fisherman's settlement of Kampung Mengasinan Muara Angke.This study used a descriptive qualitative method. Descriptive qualitative in question is to identify, describe and interpret the physical condition of fishing settlements are assisted using nonphysical data. The analysis is done in three stages. The first stage is the sorting of data or often called data reduction. The second stage is the classification stage. The third stage is the description and interpretation of data until found conclusions.The conclusion of this study is, the process of formation of a settlement and the activities that occur in it will affect the physical form that can be observed. Settlements in Muara Angke salting are laid out in a planned manner by the traditional fisheries management agency. Although the pattern of their settlements arranged regularly, however, the form of houses in these settlements formed to adjust to the activities or activities of its citizens as a salted fish processor. It can be seen that in the middle of the settlement there is an area used to dry the fish that has been in asinkan, although a special place has been provided.Keywords: settlement, processing of fishery products, explorationREFERENCESBPS. 1990. Data Statistik Muara AngkeBPS. 2000. Data Statistik Muara AngkeBPS. 2010. Data Statistik Muara AngkeJulaikah, Nurul dan Farid Hidayat. (2017). Menelisik Pengrajin Ikan Asin di Muara Angke. http://m.infonitas.com/pluit-kapuk/usaha/menelisik-pengrajin-ikan-asin-di-muara-angke/51017. 3 Juni 2018.Travel Around Indonesia. (2016). Muara Angke, Sebuah Pemukiman Nelayan yang Terlupakan. http://seetheworldonamonitor.blogspot.com/2016/12/muara-angke-sebuah -pemukiman-nelayan.html.3 Juni 2018Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanUndang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman
APLIKASI KONSEP ARSITEKTUR ORGANIK PADA BANGUNAN PENDIDIKAN Setyoningrum, Ayu; Anisa, Anisa
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 6, No 1 (2019): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1087.036 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v6i1.32905

Abstract

Arsitektur organik merupakan sebuah konsep arsitektur yang awal mulanya dicetuskan oleh Frank Lloyd Wright.Sejak zaman kecil, Frank Lloyd Wright sering mengamati hubungan yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya.Hal tersebut yang menjadi dasar pemikirannya tentang arsitektur organik.Arsitektur organik ini pada dasarnya masih diperdebatkan mengenai panduan maupun batasan untuk desainnya.Namun beberapa peneliti sebelumnya telah mencoba mengamati dan merangkum konsep dari Arsitektur Organik. Arsitektur organik lebih mengacu pada keselarasan dengan alam sekitarnya, menciptakan satu kesatuan yang harmonis, dapat bertahan sepanjang waktu dengan bentuknya yang dinamis dengan alam, serta fungsional terhadap fungsi bangunannya.Fungsi bangunan pendidikan yakni sebagai fasilitas dalam pembelajaran untuk menambah ilmu pada penggunanya. Proses pembelajaran tersebut akan terasa lebih nyaman apabila ruang maupun kegiatanya menjadi satu kesatuan terhadap lingkungannya. Penerapan arsitektur organik pada bangunan pendidikan memungkinkan terciptanya suasana yang segar dalam kegiatan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan arsitektur organik pada bangunan pendidikan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang menganalisis bangunan pendidikan berdasarkan konsep arsitektur organik. APPLICATION CONCEPT OF ORGANIC ARCHITECTURE IN EDUCATIONAL BUILDINGS Organic architecture is an architectural concept which was originally coined by Frank Lloyd Wright. Since childhood, Frank Lloyd Wright has often observed the relationships that occur between humans and their environment. This is the basis of his thinking about organic architecture. This organic architecture is still debated about the guidelines and limits for the design. But some researchers have previously tried to observe and summarize the concepts of Organic Architecture. Organic architecture refers more to harmony with the surrounding environment, creates a harmonious whole, can survive all the time with its dynamic form with nature, and functional to the function of the building. The function of educational buildings is as a facility in learning to add knowledge to its users. The learning process will feel more comfortable if space and activities become a unity to the environment. The application of organic architecture to educational buildings enables the creation of a fresh atmosphere in educational activities. This study aims to get an overview of the application of organic architecture to educational buildings. The method used is a descriptive qualitative analysis of educational buildings based on the concept of organic architecture