Agung Dwi Juniarsyah
Institut Teknologi Bandung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN FUTSAL KOTA BANDUNG Agung Dwi Juniarsyah; Dikdik Zafar Sidik; Didi Sunadi; Doddy Abdul Karim
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2019.4.2.5

Abstract

Kemampuan fisik bagi seorang pemain futsal merupakan syarat untuk menampilkan performanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kondisi fisik pada pemain Futsal Kota Bandung (FKB). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah pemain FKB sebanyak 18 orang. Instrumen penelitian ini terdiri dari enam item tes: Modified Sit and Reach, Sit-Up, Shuttle Run, lari 20 meter, Bleep Test dan Vertical Jump. Pada penelitian ini didapat rata-rata usia 22,57±2,40 tahun, berat badan 60,94±4,48 kg, tinggi badan 168,61±3,94 cm, dan indeks massa tubuh 21,44±1,44 %. Rata-rata VO2 max para pemain sebesar 48,74±5,18 ml/kg/min, fleksibilitas 24,94±13 cm, daya tahan otot perut 82,61±14 kali, kecepatan 3,14±0,12 detik, kelincahan 11,76±0,61 detik, dan power tungkai 49,39±4,24 cm.  Berdasarkan hasil analisis data konversi nilai yang diperoleh; a. Tidak ada satupun pemain FKB yang berkategori Baik Sekali dan Baik, b. Kategori Cukup ada 6 pemain (33,33%), c. Kategori Kurang ada 10 pemain (55,56%), d. Kategori Sangat Kurang ada 2 pemain (11,11%).
ANALISIS KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI DAN KONDISI FISIK ATLET PELAJAR DISEKOLAH PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR SE-PULAU JAWA Ilham Hindawan; Tommy Apriantono; Indria Herman; Muhamad Fahmi Hasan; Agung Dwi Juniarsyah; Sri Indah Ihsani; Iwa Ikhwan Hidayat; Bagus Winata; Imam Safei; Didi Sunadi; Kusnaedi Kusnaedi
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2020.5.1.6

Abstract

Latar belakang: Sports science menekankan pentingnya pengukuran kondisi fisik pada setiap cabang olahraga untuk menentukan metode latihan yang tepat, yang dapat digunakan oleh pelatih dalam membina atlet. Penelitian bermaksud untuk mengukur karakteristik fisiologi atlet muda PPLP di beberapa cabang olahraga prioritas Indonesia, seperti: Atletik, Pencak Silat dan Taekwondo. Metode: Dalam penelitian ini, seluruh subjek melakukan pengukuran antropometri dan kondisi fisik. Dimana dalam pengukuran antropometri, meliputi berat badan, tinggi badan, Body mass Index (BMI). Sedangkan pada uji kondisi fisik, pengukuran meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter, dan cooper test 2.4 km. Hasil: Penelitian ini berhasil menunjukan secara kuantitatif dan kualitatif, rata-rata antropometri, daya tahan aerobik (VO2max), daya tahan anaerobik (lompat vertikal dan sprint 30 meter) pada atlet dari cabang olahraga Taekwondo, Pencak Silat, dan Atletik. Pada pengukuran antropometri, hanya atlet Pencak Silat (putra dan putri), yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata nilai normal yang ditetapkan WHO. Sementara pada pengukuran daya tahan anaerobik pada variable sprint 30 meter, hanya atlet Atletik putra yang masuk kedalam rentang nilai normal yang telah ditetapkan, sementara atlet pada cabang olahraga lainnya tidak masuk kedalam rentang nilai normal tersebut. Di sisi lain, tidak ada rata-rata hasil lompat vertikal yang dibawah nilai normal, pada ketiga cabang olahraga yang telah dilakukan pengukuran, baik putra dan putri pada setiap cabang. Sementara itu, hasil pengukuran VO2max juga mencatatakan bahwa seluruh atlet (putra dan putri) dari ketiga cabang olahraga yang diukur, memiliki hasil rata-rata VO2max yang normal dan cenderung sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya hasil rata-rata VO2max yang berada dibawah rentang nilai normal yang telah ditetapkan. Kesimpulan: Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan screening latihan aerobic test (cooper test 2.4), anaerobic test (batrey test) yang meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter dan cooper tes 2.4 km dapat digunakan dan efektif sebagai rangkaian metode dalam melakukan proses pencarian bakat dan pembinaan atlet muda di PPLP se-Pulau Jawa Background: Sports science emphasizes the importance of measuring physical conditions in each branch of sport to determine the right training methods, which can be used by coaches in fostering athletes. The research intends to measure the physiological characteristics of PPLP young athletes in several priority sport branches in Indonesia, such as: Athletics, Pencak Silat and Taekwondo. Methods: In this study, all subjects took anthropometric measurements and physical conditions. Where in anthropometric measurements, including body weight, height, Body mass Index (BMI). Whereas in physical condition tests, measurements vertical jumps, sprint 30 meters, and cooper test 2.4 km. Results: This research successfully demonstrated quantitatively and qualitatively, the average value of anthropometry, aerobic endurance (VO2max), anaerobic endurance (vertical jump and sprint 30 meter) in athletes from the Taekwondo, Pencak Silat, and Athletics branches. In anthropometric measurements, only martial arts athletes (male and female), who have a height below the average normal value determined by WHO. While in anaerobic endurance measurement in the 30 meter sprint variable, only male athletes enter the normal range that has been set, while athletes in other sports do not enter the normal range. On the other hand, there are no average vertical jump results below the normal value, in the three sports that have been measured, both male and female in each branch. Meanwhile, the results of VO2max measurements also stated that all athletes (male and female) from the three sports that were measured had normal VO2max results and tended to be very good. This is evidenced by the absence of an average VO2max result which is below the predetermined normal range. Conclusion: These findings indicate that anthropometric profile measurement and the use of aerobic test screening exercises (cooper test 2.4), as well as anaerobic tests (batrey tests) which include vertical jumps and, 30 meter sprints can be used and effectively as a series of methods in the process of finding talent and coaching young athletes in PPLP throughout JavaKata kunci: Aktivitas Fisik, Atlet, Cabang Olahraga, Antropometri, Kondisi Fisik.
The Correlation of Aerobic and Anaerobic Capacities with Performance in Badminton Matches Tommy Apriantono; Indria Herman; Nia Sri Ramania; Rini Syafriani; Bagus Winata; Sri Indah Ihsani; Agung Dwi Juniarsyah; Muhamad Fahmi Hasan
JIPES - JOURNAL OF INDONESIAN PHYSICAL EDUCATION AND SPORT Vol 7 No 02 (2021): JIPES (Journal of Indonesian Physical Education and Sport)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to measure the aerobic and anaerobic capacities of badminton athletes, and to relate them to performances, such as the number of drive shots, lob shots, or smash shots, in badminton matches. 12 badminton athletes in the men's doubles category carried out two types of measurements, namely laboratory test and match test. Laboratory tests included the VO2max test using the Lode Quark Cardio Pulmonary Exercises Test (CPET), as well as a battery test (push-up, back-up, sit-up, and half-squat). Match test was conducted using competition match system. Match performances, such as drive shots, lob shots, or smash shots were analyzed by experts. The higher the VO2max level of the pair of men's doubles athletes, the better its correlation with their badminton strokes was. For example, pair 1 (native 1 and native 2) had a mean VO2max of 54.2 ± 0.9 ml/kg/min and performed the average numbers of lob strokes of 35.5 ± 0.7, drive shots of 47.5 ± 0.7, and smash of 19.5 ± 7.8. The lowest result was found in pair 6, in which the VO2max level was 47.6 ± 0.4. The average numbers of shots performed by this pair were 23.5 ± 2.1 for lob, 29.5 ± 0.7 for drive, and 5.5 ± 0.7 for smash. On the other hand, Pair 1 had the highest average repetition of the battery test compared to the other pairs (Push-up = 35.5 ± 0.7, Back-up = 49.5 ± 0.7, Sit-up = 55.0 ± 0.0, Half-squat = 69.5 ± 0.7), and it was directly proportional to the results of hitting performance in a match. This study shows that there is a correlation between VO2max average and battery test results and the performance of badminton men's doubles athletes.
Perbandingan karakteristik lompat vertikal pada atlet bulutangkis pria dengan atlet bulutangkis wanita Tommy Apriantono; Indria Herman; Rini Syafriani; Widyawardana Adiprawita; Bagus Winata; Agung Dwi Juniarsyah
Journal Of Sport Education (JOPE) Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jope.4.1.10-18

Abstract

Lompatan pada bulutangkis merupakan gerakan explosive movement, yang memiliki kaitan erat dengan cedera patellar tendinopathy. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengukur kemampuan lompat vertikal pada atlete bulutangkis pria dan wanita. Total 49 athlete badminton usia 18-19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara lebih spesifik mereka dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori putra n= 26 (tinggi badan = 171.2 ± 6.91 cm ; berat badan = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg/m2), dan kategori putri n=23 (tinggi badan = 159.09 ± 3.40 cm ; berat badan = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg/m2). Seluruh peserta diminta untuk melakukan lompatan vertikal sebanyak dua kali diatas Takei-5414-digital vertical jump meter. Seluruh peserta melakukan tiga jenis gerakan, yaitu lompatan vertikal dengan kaki kanan, lompatan vertikal dengan kaki kiri, dan lompatan vertikal dengan kedua kaki. Statistical analysis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pria dan wanita pada lompatan vertikal dengan kaki kiri (p = 0.03), lompatan vertikal dengan kaki kanan (p = 0.02), lompatan vertikal dengan kedua kaki (p = 0.001). Penelitian ini menunjukkan bahwa atlet laki-laki bulutangkis memiliki kemampuan lompatan yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis wanita.
Pemetaan Tingkat Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Kota Bandung Fahmi Hasan; Agung Dwi Juniarsyah; Sri Indah Ihsani; Iwa Ikhwan Hidayat; Bagus Winata; Imam Safei
JUARA : Jurnal Olahraga Vol 5 No 2 (2020): JUARA: Jurnal Olahraga
Publisher : STKIP Muhammadiyah Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.525 KB) | DOI: 10.33222/juara.v5i2.846

Abstract

Aktivitas fisik dan gaya hidup sangat penting untuk kesehatan, karena kebiasaan aktivitas fisik dan gaya hidup yang sehat akan berdampak kepada perkembangan fisik anak. Aktivitas fisik dan gaya hidup anak harus diperhatikan sejak dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat aktivitas fisik siswa. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan melibatkan 48 siswa Sekolah Dasar kelas 5, dengan rata-rata usia 11 tahun. Tingkat aktivitas fisik didapatkan dari hasil pengolahan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Quessionare). Sebelum melakukan pengisian kuesioner, para responden mendapatkan penjelasan mengenai pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata responden berusia 11.2 (± 1.01) tahun, tinggi badan 155.1cm (± 3.1), berat badan 38.5kg (± 6.5). Tingkat aktivitas fisik dirata-ratakan masuk dalam kategori rendah, atau dengan angka 502.2(±24.3) METs.