Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengembangan prototipe sistem track timer untuk pengukuran kecepatan secara otomatis pada sprint 60-meter Indria Herman; Tommy Apriantono; Widyawardana Adiprawita; Deni Kurnia One; Diyar Yasin; Syahruddin Syahruddin; Bagus Winata
Jurnal Keolahragaan Vol 9, No 1: April 2021
Publisher : Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1899.722 KB) | DOI: 10.21831/jk.v9i1.33356

Abstract

Saat ini sedang berkembang pencatatan waktu otomatis yang dijual oleh beberapa perusahan perlatan olahraga ternama seperti. Namun sayangnya, harga perangkat tersebut sangatlah mahal, dan membuat setiap pelatih ataupun praktisi olahraga terkendala untuk mendapatkannya. Karena fakta dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe sistem pencatatan waktu untuk pengukuran kecepatan secara otomatis pada sprint 60-meter, dengan menggunakan perangkat sederhana dengan harga yang murah, namun memiliki tingkat presisi dan akurasi yang baik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian research and development, dimana dalam proses pengembangan dan pembuatan pencatatan waktu otomatis, penelitian ini mengambil contoh dari timing gate yang sudah divalidasi sebelumnya. Dalam penelitian ini, kami juga sudah melakukan uji coba kepada 12 atlet sprinter (tinggi badan 172.8 ± 9.31, berat badan 61.05 ± 6.90, BMI 20.38 ± 0.87) terkait kegunaan alat tersebut. Rata-rata kecepatan lari seluruh subjek pada pos 10-meter adalah 2.44 ± 0.23 detik, pos 20-meter adalah 3.71 ± 0.18 detik, pos 30-meter adalah 4.75 ± 0.22 detik, pos 40-meter adalah 6.39 ± 0.31 detik, 50-meter adalah 7.65 ± 0.41 detik, dan 60-meter adalah 9.12 ± 0.49 detik. Penelitian research and development terkait pengembangan pencatatan waktu otomatis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pencatatan waktu otomatis dapat dibuat dengan harga ekonomis, dan dapat digunakan untuk mengukur kecepatan lari 60-meter.Development of track timer prototype system for automatic speed measurement on 60-meter sprints AbstractCurrently, automatic track timers are being sold by several well-known sports equipment companies. Unfortunately, the price of the device is very expensive and makes every coach or practitioner constrained to get it. Because of these facts and problems, this research was aimed to develop a prototype track timer system for automatic speed measurement on a 60-meter sprint, using a simple device at a low price, but has a good level of precision and accuracy. This study used to research and development research methods, wherein the process of developing and manufacturing automatic track timers, this study takes the example of a timing gate that has been validated before. In this study, we have also tested 12 sprinters (height 172.8 ± 9.31, weight 61.05 ± 6.90, BMI 20.38 ± 0.87) related to the use of the tools. The average running speed of all subjects on a 10-meter post is 2.44 ± 0.23 seconds, a 20-meter post is 3.71 ± 0.18 seconds, a 30-meter post is 4.75 ± 0.22 seconds, a 40-meter post is 6.39 ± 0.31 seconds, 50- The meter is 7.65 ± 0.41 seconds, and the 60-meter is 9.12 ± 0.49 seconds. This research shows that track timers can be made at economical prices, and can be used to measure 60-meter running speed.
ANALISIS KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI DAN KONDISI FISIK ATLET PELAJAR DISEKOLAH PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR SE-PULAU JAWA Ilham Hindawan; Tommy Apriantono; Indria Herman; Muhamad Fahmi Hasan; Agung Dwi Juniarsyah; Sri Indah Ihsani; Iwa Ikhwan Hidayat; Bagus Winata; Imam Safei; Didi Sunadi; Kusnaedi Kusnaedi
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2020.5.1.6

Abstract

Latar belakang: Sports science menekankan pentingnya pengukuran kondisi fisik pada setiap cabang olahraga untuk menentukan metode latihan yang tepat, yang dapat digunakan oleh pelatih dalam membina atlet. Penelitian bermaksud untuk mengukur karakteristik fisiologi atlet muda PPLP di beberapa cabang olahraga prioritas Indonesia, seperti: Atletik, Pencak Silat dan Taekwondo. Metode: Dalam penelitian ini, seluruh subjek melakukan pengukuran antropometri dan kondisi fisik. Dimana dalam pengukuran antropometri, meliputi berat badan, tinggi badan, Body mass Index (BMI). Sedangkan pada uji kondisi fisik, pengukuran meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter, dan cooper test 2.4 km. Hasil: Penelitian ini berhasil menunjukan secara kuantitatif dan kualitatif, rata-rata antropometri, daya tahan aerobik (VO2max), daya tahan anaerobik (lompat vertikal dan sprint 30 meter) pada atlet dari cabang olahraga Taekwondo, Pencak Silat, dan Atletik. Pada pengukuran antropometri, hanya atlet Pencak Silat (putra dan putri), yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata nilai normal yang ditetapkan WHO. Sementara pada pengukuran daya tahan anaerobik pada variable sprint 30 meter, hanya atlet Atletik putra yang masuk kedalam rentang nilai normal yang telah ditetapkan, sementara atlet pada cabang olahraga lainnya tidak masuk kedalam rentang nilai normal tersebut. Di sisi lain, tidak ada rata-rata hasil lompat vertikal yang dibawah nilai normal, pada ketiga cabang olahraga yang telah dilakukan pengukuran, baik putra dan putri pada setiap cabang. Sementara itu, hasil pengukuran VO2max juga mencatatakan bahwa seluruh atlet (putra dan putri) dari ketiga cabang olahraga yang diukur, memiliki hasil rata-rata VO2max yang normal dan cenderung sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya hasil rata-rata VO2max yang berada dibawah rentang nilai normal yang telah ditetapkan. Kesimpulan: Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan screening latihan aerobic test (cooper test 2.4), anaerobic test (batrey test) yang meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter dan cooper tes 2.4 km dapat digunakan dan efektif sebagai rangkaian metode dalam melakukan proses pencarian bakat dan pembinaan atlet muda di PPLP se-Pulau Jawa Background: Sports science emphasizes the importance of measuring physical conditions in each branch of sport to determine the right training methods, which can be used by coaches in fostering athletes. The research intends to measure the physiological characteristics of PPLP young athletes in several priority sport branches in Indonesia, such as: Athletics, Pencak Silat and Taekwondo. Methods: In this study, all subjects took anthropometric measurements and physical conditions. Where in anthropometric measurements, including body weight, height, Body mass Index (BMI). Whereas in physical condition tests, measurements vertical jumps, sprint 30 meters, and cooper test 2.4 km. Results: This research successfully demonstrated quantitatively and qualitatively, the average value of anthropometry, aerobic endurance (VO2max), anaerobic endurance (vertical jump and sprint 30 meter) in athletes from the Taekwondo, Pencak Silat, and Athletics branches. In anthropometric measurements, only martial arts athletes (male and female), who have a height below the average normal value determined by WHO. While in anaerobic endurance measurement in the 30 meter sprint variable, only male athletes enter the normal range that has been set, while athletes in other sports do not enter the normal range. On the other hand, there are no average vertical jump results below the normal value, in the three sports that have been measured, both male and female in each branch. Meanwhile, the results of VO2max measurements also stated that all athletes (male and female) from the three sports that were measured had normal VO2max results and tended to be very good. This is evidenced by the absence of an average VO2max result which is below the predetermined normal range. Conclusion: These findings indicate that anthropometric profile measurement and the use of aerobic test screening exercises (cooper test 2.4), as well as anaerobic tests (batrey tests) which include vertical jumps and, 30 meter sprints can be used and effectively as a series of methods in the process of finding talent and coaching young athletes in PPLP throughout JavaKata kunci: Aktivitas Fisik, Atlet, Cabang Olahraga, Antropometri, Kondisi Fisik.
EFFECT OF SWEET POTATOES (Ipomoea batatas (L.)) CONSUMPTION ON REDUCING LACTIC ACID LEVELS IN RUGBY ATHLETS: SWEET POTATOES (Ipomoea batatas (L.)) Rini Syafriani; Yufiany Ayustin; Samsul Bahri; Nia Sri Ramania; Bagus Winata
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2021.6.1.3

Abstract

Dalam ubi terdapat beberapa kandungan Polyphenols yang dapat bermanfaat bagi sistem metabolisme tubuh. Oleh karena itu, tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengukur efektivitas konsumsi ubi pada penurunan asam laktat atlet rugby. Total 30 peserta dibagi ke dalam 3 group, yaitu: Group 1 berisikan (n = 10) yang mengonsumsi ubi cilembu, Group 2 berisikan (n = 10) yang mengonsumsi roti tawar, dan Group 3 (n = 10) yang mengonsumsi hanya air mineral saja. Seluruh peserta melakukan pengukuran anthropometry sebelum melakukan pengujian. Pengukuran Pre-test dan Post-test meliputi pengukuran asam laktat sebelum dan sesudah pertandingan rugby. Seluruh atlet diwajibkan untuk mengonsumsi sesuai dengan tugas yang diberikan oleh setiap group selama 7 hari lamanya. Hasil statistik menunjukkan bahwa hanya pada group 1 (konsumsi ubi cilembu) yang memiliki penurunan asam laktat yang signifikan antara pre-test dan post-test (p = 0.04), Sedangkan tidak ada perbedaan signifikan pada group 2 (p = 0.07) dan group 3 (p = 0.08) pada laktat setelah pertandingan. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi ubi Ipomoea batatas (L.) Lam yang berasal dari cilembu, dapat menurunkan kadar asam laktat setelah selesai bertanding lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi roti tawar.
The Correlation of Aerobic and Anaerobic Capacities with Performance in Badminton Matches Tommy Apriantono; Indria Herman; Nia Sri Ramania; Rini Syafriani; Bagus Winata; Sri Indah Ihsani; Agung Dwi Juniarsyah; Muhamad Fahmi Hasan
JIPES - JOURNAL OF INDONESIAN PHYSICAL EDUCATION AND SPORT Vol 7 No 02 (2021): JIPES (Journal of Indonesian Physical Education and Sport)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to measure the aerobic and anaerobic capacities of badminton athletes, and to relate them to performances, such as the number of drive shots, lob shots, or smash shots, in badminton matches. 12 badminton athletes in the men's doubles category carried out two types of measurements, namely laboratory test and match test. Laboratory tests included the VO2max test using the Lode Quark Cardio Pulmonary Exercises Test (CPET), as well as a battery test (push-up, back-up, sit-up, and half-squat). Match test was conducted using competition match system. Match performances, such as drive shots, lob shots, or smash shots were analyzed by experts. The higher the VO2max level of the pair of men's doubles athletes, the better its correlation with their badminton strokes was. For example, pair 1 (native 1 and native 2) had a mean VO2max of 54.2 ± 0.9 ml/kg/min and performed the average numbers of lob strokes of 35.5 ± 0.7, drive shots of 47.5 ± 0.7, and smash of 19.5 ± 7.8. The lowest result was found in pair 6, in which the VO2max level was 47.6 ± 0.4. The average numbers of shots performed by this pair were 23.5 ± 2.1 for lob, 29.5 ± 0.7 for drive, and 5.5 ± 0.7 for smash. On the other hand, Pair 1 had the highest average repetition of the battery test compared to the other pairs (Push-up = 35.5 ± 0.7, Back-up = 49.5 ± 0.7, Sit-up = 55.0 ± 0.0, Half-squat = 69.5 ± 0.7), and it was directly proportional to the results of hitting performance in a match. This study shows that there is a correlation between VO2max average and battery test results and the performance of badminton men's doubles athletes.
Analisis Fleksibilitas Pada Atlet Bulutangkis Junior Indonesia Tommy Apriantono; Indria Herman; Rini Syafriani; Agung Dwi Juniarsyah; Muhamad Fahmi Hasan; Bagus Winata; Sri Indah Ihsani; Imam Safei
Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JSCE.05209

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur fleksibilitas dan mengetahui riwayat cedera yang dimiliki atlet bulutangkis junior pria dan wanita. Dalam penelitian ini melibatkan total 49 atlet bulutangkis. Secara spesifik, mereka dibagi menjadi dua (2) group berdasarkan jenis kelamin mereka. Group laki-laki (n = 26), yang memiliki rata-rata tinggi badan = 171.2 ± 6.91 cm ; berat badan = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg/m2, sedangkan Group perempuan (n = 23) memiliki rata-rata tinggi badan = 159.09 ± 3.40 cm ; berat badan = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg/m2. Seluruh peserta diminta untuk melakukan test fleksibilitas menggunakan alat Takei 5003 Analogue Standing Trunk Flexion Meter dan mengisi kuesioner terkait rewayat cedera visual analogue scale questioner (VAS). Analisis statsitik menunjukkan bahwa atlet bulutangkis wanita junior memiliki fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis pria junior (p = 0.001). Di sisi lain, VAS questioner menunjukkan bahwa 9% dari total 26 atlet pria pernah mengalami riwayat terapi selama lebih dari 3 bulan, sedangkan tidak ada satupun dari 23 atlet wanita (0%) yang memiliki riwayat terapi penyembuhan lebih dari 3 bulan. Penelitian ini menunjukkan secara kuantitatif bahwa atlet wanita bulutangkis memiliki kemampuan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis pria, sehingga memiliki korelasi terkait resiko terjadinya suatu cedera dan riwayat penanganan terapi yang lebih baik dibandingkan atlet bulutangkis pria. Kata Kunci: Bulutangkis, Cedera, Fleksibilitas, Performa, Sendi. ABSTRACT The aim of this study was to measure flexibility and determine the injury history of male and female junior badminton athletes. This study involved a total of 49 badminton athletes. Specifically, they were divided into two (2) groups based on their gender. Male group (n = 26), who had a mean height = 171.2 ± 6.91 cm; body weight = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg / m2, while the female group (n = 23) had an average height = 159.09 ± 3.40 cm; body weight = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg / m2. All participants were asked to do a flexibility test using the Takei 5003 Analogue Standing Trunk Flexion Meter tool and fill out a questionnaire related to visual injury analogue scale questioner (VAS). Statistical analysis showed that female junior badminton athletes had better flexibility than junior male badminton athletes (p = 0.001). On the other hand, the VAS questionnaire showed that 9% of the total 26 male athletes had a history of therapy for more than 3 months, whereas none of the 23 female athletes (0%) had a history of healing therapy for more than 3 months. This study shows quantitatively that female badminton athletes have better flexibility abilities than male badminton athletes, so that they have a better correlation related to the risk of an injury and a history of treatment treatment compared to male badminton athletes. Keywords: Badminton, Injury, Flexibility, Performance, Joints.
Perbandingan karakteristik lompat vertikal pada atlet bulutangkis pria dengan atlet bulutangkis wanita Tommy Apriantono; Indria Herman; Rini Syafriani; Widyawardana Adiprawita; Bagus Winata; Agung Dwi Juniarsyah
Journal Of Sport Education (JOPE) Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jope.4.1.10-18

Abstract

Lompatan pada bulutangkis merupakan gerakan explosive movement, yang memiliki kaitan erat dengan cedera patellar tendinopathy. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengukur kemampuan lompat vertikal pada atlete bulutangkis pria dan wanita. Total 49 athlete badminton usia 18-19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara lebih spesifik mereka dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori putra n= 26 (tinggi badan = 171.2 ± 6.91 cm ; berat badan = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg/m2), dan kategori putri n=23 (tinggi badan = 159.09 ± 3.40 cm ; berat badan = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg/m2). Seluruh peserta diminta untuk melakukan lompatan vertikal sebanyak dua kali diatas Takei-5414-digital vertical jump meter. Seluruh peserta melakukan tiga jenis gerakan, yaitu lompatan vertikal dengan kaki kanan, lompatan vertikal dengan kaki kiri, dan lompatan vertikal dengan kedua kaki. Statistical analysis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pria dan wanita pada lompatan vertikal dengan kaki kiri (p = 0.03), lompatan vertikal dengan kaki kanan (p = 0.02), lompatan vertikal dengan kedua kaki (p = 0.001). Penelitian ini menunjukkan bahwa atlet laki-laki bulutangkis memiliki kemampuan lompatan yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis wanita.
Pemetaan Tingkat Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Kota Bandung Fahmi Hasan; Agung Dwi Juniarsyah; Sri Indah Ihsani; Iwa Ikhwan Hidayat; Bagus Winata; Imam Safei
JUARA : Jurnal Olahraga Vol 5 No 2 (2020): JUARA: Jurnal Olahraga
Publisher : STKIP Muhammadiyah Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.525 KB) | DOI: 10.33222/juara.v5i2.846

Abstract

Aktivitas fisik dan gaya hidup sangat penting untuk kesehatan, karena kebiasaan aktivitas fisik dan gaya hidup yang sehat akan berdampak kepada perkembangan fisik anak. Aktivitas fisik dan gaya hidup anak harus diperhatikan sejak dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat aktivitas fisik siswa. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan melibatkan 48 siswa Sekolah Dasar kelas 5, dengan rata-rata usia 11 tahun. Tingkat aktivitas fisik didapatkan dari hasil pengolahan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Quessionare). Sebelum melakukan pengisian kuesioner, para responden mendapatkan penjelasan mengenai pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata responden berusia 11.2 (± 1.01) tahun, tinggi badan 155.1cm (± 3.1), berat badan 38.5kg (± 6.5). Tingkat aktivitas fisik dirata-ratakan masuk dalam kategori rendah, atau dengan angka 502.2(±24.3) METs.
Pengaruh Latihan Olahraga Rekreasi dan Kesehatan Terhadap Karakteristik Antropometri dan Respon Stres pada Korban Bencana Tsunami di Kabupaten Pandegglang, Banten Nia Sri Ramania; Rini Syafriani; Tommy Apriantono; Bagus Winata; Ramdan Pelana
Gladi : Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol 11 No 02 (2020): GLADI : JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN
Publisher : UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA POSTGRADUATE OF PHYSICAL EDUCATION DEPARTMENTS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.646 KB) | DOI: 10.21009/GJIK.112.02

Abstract

Menurut Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB), sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2015, Indonesia mencatatkan kejadian sebanyak 78% (11.648) bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Maka dari itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan olahraga rekreasi dan kesehatan terhadap karakteristik antropometri dan respon stres pada masyarakat di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandegglang, Provinsi Banten. Uji t-test menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan antara pre dan post-treatment, untuk tinggi badan (p = 0,843), berat badan (p = 0,955), BMI (p = 0,822), tekanan sitolik (p = 0,941), dan tekan diastolik (p = 0,834). Serta terdapat penurunan secara signifikan terhadap skala kebosanan dari rata-rata 4,8 ± 0,35 menjadi 3,3 ± 0,49, dengan taraf perbedaan (p = 0,001). Dalam parameter lainnya, meskipun terdapat penurunan pada kecemasan (p = 0,533), kesedihan (p = 0,075), kekhawatiran (p = 0,285), dan overthinking (p = 0,571) namun statistik analisis tidak menujukkan perbedaan pada ke-empat variable tersebut. Observasi yang kami lakukan menyimpulkan bahwa, melakukan olahraga rekreasi dan kesehatan selama 15 hari dapat menurunkan secara signifikan terhadap tingkat kebosanan, serta terdapat penurunan terhadap tingkat kecemasan, kesedihan, kekhawatiran, dan overthinking namun tidak signifikan. Dalam pengukuran anthropometry dan tekanan darah, peneltian ini menunjukkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada dua variable pengukuran tersebut.