Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGARUH STRUKTUR PASIR DAN RONA LINGKUNGAN TERHADAP PENENTUAN LOKASI PENELURAN PENYU DI PULAU METI DAN PULAU PASIR TIMBUL KABUPATEN HALMAHERA UTARA Rupilu, K; Fendjalang, S. N. M.; Payer, D; Sohe, Y
Hibualamo : Seri Ilmu-Ilmu Alam dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Hein Namotemo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyu merupakan reptil berpunggung keras, hidup di air laut dan berkembang biak secara bertelur. Penyu tergolong hewan yang dilindungi dengan kategori Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Lokasi peneluran penyu merupakan daerah pantai berpasir yang luas dan landai dan terletak di pantai bagian atas. lokasi peneluran penyu di Kabupaten Halmahera Utara diantaramya adalah Pulau Meti dan Pulau Pasir Timbul. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh struktur pasir dan rona lingkungan terhadap penentuan lokasi peneluran penyu. Penelitian menggunakan metode purposive dilakukan secara sengaja berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat. Data apendik menyangkut struktur pasir, suhu, kadar air liang peneluran serta dokumentasi vegetasi dilakukan secara langsung di lapangan. Hasil analisa substrat liang peneluran pada Pulau Meti pada lokasi LP1 didominasi dengan kategori butiran 0.425-1 mm sebanyak 33.45%, 0.25-0.425 mm sebanyak 27.09% dan 0.125-0.25 mm sebanyak 24.62%. Lokasi LP2 didominasi dengan kategori butiran 0.425-1 mm sebanyak 31.47%, 0.25-0.425 mm sebanyak 28.46% dan 0.125-0.25 mm sebanyak 20.07%. Lokasi LP3 didominasi dengan kategori butiran 0.425-1mm sebanyak 34.41% dan 0.25-0.425 mm sebanyak 31.95%. kisaran suhu liang peneluran LP1 berkisar antara 29.2-31.2°C, LP2 berkisar antara 29.9-31.9°C dan LP3 berkisar antara 30.4-32.1°C. Kadar air sarang liang peneluran LP1 berkisar antara 8.4-10.3°C, LP2 berkisar antara 8.2-9.7°C dan LP3 berkisar antara 6.5-8.9.Vegetasi laut lokasi peneluran terdiri atas Enhalus acoroides dan Sargasum arnaudianum yang merupakan habitat yang cocok untuk daerah pembesaran tukik. Kemiringan pantai lokasi peneluran LP1 dan LP2 memiliki kemiringan 35°, sedangkan LP3 memiliki kemiringan pantai bervariasi 350-450 dan bahkan ada bagian pulau LP3 memiliki kemiringan mencapai 900 diakibatkan oleh abrasi sehingga menjadi barrier bagi penyu mencapai lokasi peneluran. Vegetasi darat lokasi LP1 dan LP2 didominasi oleh tumbuhan besar berbentuk pohon sedangkan lokasi LP3 didominasi oleh tumbuhan perdu dan merayap.
INVENTARISASI JENIS DAN TIPE PERTUMBUHAN KARANG DI PERAIRAN PULAU METI KABUPATEN HALMAHERA UTARA Fendjalang, Sophia N. M.; Payer, Doni; Rupilu, Krisostomus; Bunga, Selvanda; Sohe, Yefibert
Hibualamo : Seri Ilmu-Ilmu Alam dan Kesehatan Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Hein Namotemo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lingkungan perairan mempengaruhi tipe pertumbuhan (Lifeform) karang. Untuk mengetahui jenis dan tipe pertumbuhan karang di perairan Pulau Meti Kecamatan Tobelo Timur Kabupaten Halmahera Utara, penelitian ini dilakukan pada bulan April ? Juni 2016 dengan menggunakan metode Line Intercept Transec (LIT) dan metode Photo Line Intercept Transec (PLIT). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan karang yang ditemukan di perairan Pulau Meti sebagian besar didominasi oleh karang dengan tipe pertumbuhan non acropora sebanyak 8 tipe pertumbuhan dan 5 tipe pertumbuhan karang acropora. Kondisi ini disebabkan karena perairan Pulau Meti merupakan tipe perairan terbuka dengan kecepatan arus dan gelombang yang cukup tinggi serta fluktuasi perubahan kualitas air yang terjadi dengan cepat.
PRODUCTION OF WHITE SHRIMP Litopenaeus vannamei IN FLOATING CAGE SYSTEM WITH DIFFERENT STOCKING DENSITY AT THOUSAND ISLAND STRAIT Sophia N.M. Fendjalang; Tatag Budiardi; Eddy Supriyono; Irzal Effendi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 8 No. 1 (2016): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.261 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v8i1.12718

Abstract

The aim of this study was to analyze the survival rate, growth, and haemolymp glucose level of white shrimp as a physiological responses at floating cage cultured on different stock den-sity, in Seribu Islands Strait. White shrimp used in this study contained approximate weight of 1.0±0.06 g and length of 5.0±0.03 cm from Nusa Karamba Hatchery in Seribu Island. White shrimp was maintained in 90 days, feed with ±36.28 % protein content 4 times each day with feeding rate (FR) of 7%. Water qualities and shrimp growth measurements was conducted every 10 days. Haemolymph glucose sam-pling was performed in the beginning and at the end of the experiment. Result showed that treatment with stock densituy of 250 shrimp/m2 had a better survival rate of 30.33% and feed conversion ratio of 1.13 than other treatments. Phy-siological response in the form of glucose hemolim also showed a better response in the 250 ind./m2 stock density of 41.87 mg/dl indicating that the white shrimp did not experience a sig-nificant stress. Keywords: Litopenaeus vannamei,  sea floating cages, stock density, strait waters, Seribu Islands.
Persepsi Masyarakat Tentang Larangan Pemanfaatan Dan Pelestarian Penyu Di Pulau Meti Kabupaten Halmahera Utara Sophia N. M. Fendjalang
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 13, No 1 (2020)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1455.256 KB) | DOI: 10.29239/j.agrikan.13.1.23-28

Abstract

Tiga dari enam jenis penyu di Indonesia yaitu; Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Abu-abu (Lepidocheys olivacea) dapat ditemukan di Pulau Meti. Ketiga jenis penyu ini dapat ditemukan pada 2 lokasi yang berbeda di pulau ini pada akhir bulan Maret hingga Juni setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Pulau Meti terhadap larangan dan pelestarian penyu. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2019 di Pulau Meti sebagai lokasi peneluran dan penetasan penyu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pemilihan responden untuk wawancara dilakukan secara purposif (Purposive Sampling) yang difokuskan pada kelompok nelayan. Jumlah responden sebanyak 30 orang, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42.15% responden mengetahui tentang larangan penangkapan penyu dan pengambilan telur penyu oleh pemerintah, namun masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi. 31.40% dari responden mengaku tidak peduli dengan larangan pemerintah.  15.7% responden tidak tahu tentang larangan eksploitasi penyu, 8.26% responden pernah dengar tentang larangan eksploitasi penyu, 2.48% responden baru tahu tentang larangan eksploitasi penyu menunjukkan masih kurangnya sosialisasi tentang larangan ini kepada masyarakat. 55.71% responden sangat setuju dan 2.86% setuju pelestarian penyu perlu lebih diperhatikan, 11.9% responden tidak setuju untuk dilakukan pelestarian penyu sedangkan 21.9% responden tidak peduli tentang pelestarian penyu. Sikap masyarakat “asal tidak ada yang tahu”, “asal tidak ada yang lapor”, “asal petugas tidak tahu” harus diubah. karena itu, kegiatan sosialisasi dan monitoring serta penerapan sanksi perlu dilakukan bagi yang melanggar peraturan.
ANALISIS KIMIA IKAN TUNA ASAP PADA BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI TOBELO, KABUPATEN HALMAHERA UTARA Sophia N. M. Fendjalang
Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.117 KB)

Abstract

Ikan tuna merupakan salah satu ikan laut yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat dan memiliki kandungan protein tinggi yang baik bagi tubuh manusia. Oleh karena itu ikan tuna asap menjadi salah satu produk industri rumah tangga yang cukup populer. Pengasapan ikan tuna dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan umur simpan ikan tuna. Dalam proses pengasapan, kandungan kimia dalam ikan tuna seperti kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu dan kadar histamin akan mengalami perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia ikan tuna asap yang dijual di beberapa pasar tradisional ditinjau dari kandungan gizi dan kadar histamin. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis proksimat dan analisis kandungan histamin. Hasil penelitian diperoleh nilai kadar air berkisar dari 57.7% - 64.6%, kadar protein 30.5% - 37.7%, kadar lemak 1.5% – 2.6%, kadar abu 1.6% - 1.9%. Kadar histamin ikan tuna asap dari ketiga pasar berkisar antara 1.9 mg/100 g – 2.46 mg/100 g. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kadar air dan lemak dari ketiga produk dari masing-masing pasar tradisional sesuai dengan standar SNI. Kadar protein cukup tinggi dengan rata-rata sebesar 33.6%; kadar abu rata-rata 1.8%. Kadar histamin ikan tuna asap pada ketiga pasar tradisional berkisar antara 19 mg/100 g – 24.6 mg/100 g.Kata kunci: histamin, ikan asap, proksimat
Freshwater Aquaculture Development Strategty At Kao Barat And Tobelo North Halmahera Regency Sophia N M Fendjalang; Selvanda M. Bunga; Krisostomus Rupilu; Melinda Djorebe
JURNAL AGRIKAN (Agribisnis Perikanan) Vol 14 No 2 (2021): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1323.694 KB) | DOI: 10.52046/agrikan.v14i2.861

Abstract

The Aim of this research was to describe the profile of freshwater aquaculture, identify external and internal factors and formulate a strategy for developing freshwater aquaculture. The research was conducted at freshwater aquaculture locations in West Kao and Tobelo. The method used purposive sampling methods, observation, and interviews, data analysis used qualitative descriptive methods and SWOT. The results showed that human resources and skills in cultivating fish, availability of land, water sources and locations, the existence of Balai Benih Ikan Lokal are strength factors, while capital and experience, quality and quantity of seeds are weaknesses that affect the development of freshwater aquaculture. On the other hand, threats such as the lack of government guidance and assistance, weather, location security are obstacles in taking advantage of opportunities consisting of opening employment opportunities, developing cultivation technology including Minapadi, selling prices, and marketing. The strategies used to formulate the development of freshwater aquaculture in West Kao and Tobelo are increasing the role of the government through outreach activities, increasing the quality and quantity of fish cultured by BBIL, developing an integrated aquaculture system, improving the safety system of aquaculture sites and increasing knowledge about hatchery techniques to cultivators.
Freshwater Aquaculture Development Strategty At Kao Barat And Tobelo North Halmahera Regency Sophia N M Fendjalang
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 14, No 2 (2021)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing LLC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.14.2.467-475

Abstract

The Aim of this research was to describe the profile of freshwater aquaculture, identify external and internal factors and formulate a strategy for developing freshwater aquaculture. The research was conducted at freshwater aquaculture locations in West Kao and Tobelo. The method used purposive sampling methods, observation, and interviews, data analysis used qualitative descriptive methods and SWOT. The results showed that human resources and skills in cultivating fish, availability of land, water sources and locations, the existence of Balai Benih Ikan Lokal are strength factors, while capital and experience, quality and quantity of seeds are weaknesses that affect the development of freshwater aquaculture. On the other hand, threats such as the lack of government guidance and assistance, weather, location security are obstacles in taking advantage of opportunities consisting of opening employment opportunities, developing cultivation technology including Minapadi, selling prices, and marketing. The strategies used to formulate the development of freshwater aquaculture in West Kao and Tobelo are increasing the role of the government through outreach activities, increasing the quality and quantity of fish cultured by BBIL, developing an integrated aquaculture system, improving the safety system of aquaculture sites and increasing knowledge about hatchery techniques to cultivators.
Persepsi Masyarakat Tentang Larangan Pemanfaatan Dan Pelestarian Penyu Di Pulau Meti Kabupaten Halmahera Utara Sophia N. M. Fendjalang
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 13, No 1 (2020)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing LLC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.13.1.23-28

Abstract

Tiga dari enam jenis penyu di Indonesia yaitu; Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Abu-abu (Lepidocheys olivacea) dapat ditemukan di Pulau Meti. Ketiga jenis penyu ini dapat ditemukan pada 2 lokasi yang berbeda di pulau ini pada akhir bulan Maret hingga Juni setiap tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Pulau Meti terhadap larangan dan pelestarian penyu. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2019 di Pulau Meti sebagai lokasi peneluran dan penetasan penyu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pemilihan responden untuk wawancara dilakukan secara purposif (Purposive Sampling) yang difokuskan pada kelompok nelayan. Jumlah responden sebanyak 30 orang, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42.15% responden mengetahui tentang larangan penangkapan penyu dan pengambilan telur penyu oleh pemerintah, namun masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi. 31.40% dari responden mengaku tidak peduli dengan larangan pemerintah.  15.7% responden tidak tahu tentang larangan eksploitasi penyu, 8.26% responden pernah dengar tentang larangan eksploitasi penyu, 2.48% responden baru tahu tentang larangan eksploitasi penyu menunjukkan masih kurangnya sosialisasi tentang larangan ini kepada masyarakat. 55.71% responden sangat setuju dan 2.86% setuju pelestarian penyu perlu lebih diperhatikan, 11.9% responden tidak setuju untuk dilakukan pelestarian penyu sedangkan 21.9% responden tidak peduli tentang pelestarian penyu. Sikap masyarakat “asal tidak ada yang tahu”, “asal tidak ada yang lapor”, “asal petugas tidak tahu” harus diubah. karena itu, kegiatan sosialisasi dan monitoring serta penerapan sanksi perlu dilakukan bagi yang melanggar peraturan.
Analysis of Lead (Pb) in the Coastal of Kupa Kupa Village, South Tobelo Dictrict, North Halmahera Regency: Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Perairan Pantai Desa Kupa Kupa, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara Sophia N. M. Fendjalang; Krisostomus Rupilu; Silvanus M. Simange; Alfrianti Paparang
Journal of Tropical Fisheries Management Vol 6 No 2 (2022): Journal of Tropical Fisheries Management
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jppt.v6i2.43894

Abstract

Human activities in coastal waters such as transportation, industry, tourism, settlements, and agriculture are the main factors that cause changes in water quality. Changes in water quality can be the beginning of pollution if the value of the water quality parameter has exceeded the seawater quality standard. One form of marine pollution is heavy metal pollution, and the metal most commonly found in coastal waters is lead (Pb). Therefore, the purpose of this study is to analyze the content of lead (Pb) on the coastal of Kupa Kupa Village, South Tobelo District, North Halmahera Regency. In this study, sampling was carried out using the purposive sampling method, where the water samples used were taken at predetermined points along the coastal waters of Kupa Kupa Village, South Tobelo District, North Halmahera Regency. Sampling of seawater was carried out using a sampling pole with a water depth of 5 m, then the samples were analyzed according to SNI 6989.8.2009. The results of the analysis are then described qualitatively. The results showed that the quality of the coastal waters of Kupa Kupa Village ranged from 32 – 34°C, salinity 27 – 34 ppt, pH 8.9 – 9.3, DO 7.88 – 7.91 mg/l, brightness 1 – 5.9 m, and current 0.05 – 0.12 ms-1. Meanwhile, the concentration of lead (Pb) in water in the coastal waters of Kupa Kupa Village, South Tobelo District, which is in the range of 0.50-0.78 mg/L, where this concentration has exceeded the seawater quality standards. Thus, the coastal waters of Kupa Kupa Village have been contaminated with lead metal which will be threatening for the life of marine biota and will also have an impact on human health.
RESTORASI EKOSISTEM MANGROVE BERBASIS MEDIA BIODEGRADABLE DI PESISIR DESA POKA Sophia Fendjalang; Gino V. Limmon; Gratia D. Manuputty
Jurnal Abdi Insani Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v10i1.922

Abstract

Mangrove ecosystems have potential both ecologically, economically, physically, and chemically, but pressure from anthropogenic activities has resulted in increased degradation of mangrove ecosystems. Poka Village has several mangrove areas that have been damaged either by land clearing or by industrial waste. Therefore, ecosystem restoration was carried out in the coastal waters of Poka Village using biodegradable materials (BESE-Elements), where this activity is a community service activity, in collaboration with the Maritime Center of Pattimura University and Wardeenburg Ecology - The Netherlands. This activity was carried out for 2 days, where the seeds and propagules used came from the nursery center in Passo Negeri, the BESE-Element used was a product brought from the Netherlands, the planting was carried out by groups of students, lecturers, and the Wardeenburg team, which consisted of the preparation stage BESE-Element, making layouts for planting points, planting seeds and propagules, and installing protective nets. The result of the activity is that mangrove ecosystem restoration is carried out in semi-enclosed areas using 10 BESE-Element. Each BESE-Element was planted with 10 mangrove seedlings consisting of 5 seedlings and 5 propagules with an average height of 30-40 cm, the spacing between BESE-Element was 60 cm. The types of mangrove species planted were Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apicutala, and Rhizophora stylosa. Around BESE-Elements planted seedlings and mangrove propagules as a control for mangroves in BESE-Elements. The results of this activity are expected to be able to overcome the degradation of the mangrove ecosystem that has occurred in the coastal area of ​​Poka Village and have good implications for improving the condition of the mangrove ecosystem both physically, ecologically, and economically.