Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

SIFAT MEKANIK LAPISAN FILM NANOKOMPOSIT KITOSAN-SELULOSA ASETAT-PVA SEBAGAI KEMASAN PANGAN BIODEGRADABLE Redjeki, Athiek Sri
Konversi Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Konversi
Publisher : Konversi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanik lapisan film nanokomposit kitosan-selulosa asetat-PVA yang diaplikasikan sebagai kemasan pangan (ikan). Kitosan dibuat dalam bentuk nanopartikel dengan menggunakan metoda pengendapan menggunakan STPP. Selulosa asetat dibuat dari limbah cair industrI  tahu  yang difermentasi menggunakan Acetobacter Xylinum sehingga terbentuk nata de soya (NDS). NDS ini kemudian diaktivasi menggunakan HCl dan NaOH sehingga terbentuk selulosa asetat. Nanopartikel kitosan dicampur dengan selulosa asetat dan PVA membentuk lapisan  film yang akan diaplikasikan sebagai kemasan pangan (ikan). Lapisan film yang terbentuk diuji sifat mekaniknya. Dari penelitian didapat bahwa lapisan film nanokomposit kitosan-selulosa asetat-PVA mempunyai sifat mekanik yang baik yaitu elongasi 30  %, rata-rata kuat tarik 525 kg/cm2.   
PENGARUH WAKTU PEMANASAN PADA PEMBUATAN SENYAWA ALUM DARI LIMBAH FOIL BLISTER UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI FARMASI Nugroho, Aji; Redjeki, Athiek Sri
Konversi Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Konversi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali industri farmasi. Hampir semua industri farmasi dalam pengemasannya menggunakan blister yang didalamnya terdapat unsur aluminium. Padahal, jika berada bebas di lingkungan, dibutuhkan waktu 100 tahun untuk aluminium agar dapat terurai di tanah. Cara terbaik untuk mengatasi limbah aluminium tersebutadalah dengan mendaurulangnya dan mengubahnya menjadi senyawa alum AlK(SO4)2.12H2O. Alum memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai penjernih air dan bahan baku obat di industri farmasi. Penelitian ini memanfaatkan kandungan aluminium dalam limbah foil blister sebagai bahan baku pembuatan senyawa alum tersebut. Foil pertama-tama dipisahkan dan dibersihkan kemudian direaksikan dengan 40 ml kalium hidroksida pada suhu 80oC dengan variabel waktu pemanasan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam dan 6 jam. Setelah proses pemanasan  ditambahkan kedalamnya 25 ml H2SO4 6 M sambil diaduk hingga jernih dan berkurang sepertiga volumenya. Larutan kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal alum. Kristal alum yang terbentuk dikeringkan dengan bantuan etanol dan ditimbang. Dari penelitian didapat bahwa semakin lama waktu pemanasan maka semakin tinggi rendemen yang diperoleh. Waktu optimum pemanasan adalah 3 jam dan setelah 3 jam tidak ada perubahan rendemen yang signifikan. Persamaan polinomial hubungan antara waktu pemanasan dengan rendemen alum adalah  y = -0,140x2 + 1,203x + 13,82, dimana y adalah rendemen alum dan x adalah waktu pemanasan. Kata kunci : limbah, farmasi, foil, alum
PENGARUH KADAR KATALIS NIKEL DARI LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING PADA BESARNYA BILANGAN OKSIRAN DAN BILANGAN IOD DARI REAKSI EPOKSIDASI METIL OLEAT Athiek Sri Redjeki; Nurul Hidayati Fithriyah
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah industri elektroplating masih mengandung bermacam-macam senyawa logam, antara lain nikel. Pemanfaatan limbah elektroplating untuk pembuatan katalis Nikel dilakukan dengan proses hidrotermal. Katalis yang dihasilkan diuji efektifitasnya dengan cara memanfaatkannya untuk reaksiepoksidasi metil oleat. Sebagai senyawa pembawa oksigen digunakan asam asetat. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi katalis 20%, 40%, 60%, dan 80% dari berat asam asetat glasial. Temperatur reaksi 70oC, dan waktu reaksi bervariasi 1,2,3 dan 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan tingginya nilai oksiran yaitu sebesar 1,24 pada konsentrasi katalis 20% dan waktu reaksi 4 jam, sedangkan bilangan iod yang diperoleh sebesar 64,81.
PENGARUH WAKTU KARBONISASI PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF BERBAHAN BAKU SEKAM PADI DENGAN AKTIVATOR KOH Putri Miftakhul Rohmah; Athiek Sri Redjeki
JURNAL KONVERSI Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.3.1.%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah sekam padi sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif dengan mencari hubungan korelasi antara perbedaan waktu karbonisasi terhadap daya serap karbon aktif dari sekam padi dengan proses kimia. Percobaan dilakukan dengan menggunakan variabel waktu pembakaran 30,45,60,75 dan 90 menit pada suhu pembakaran 600ºC. Dengan menggunakan aktivator KOH 10%. Aktivasi karbon dilakukan dengan cara aktivasi kimia dan aktivasi basah, bahan baku sekam padi direndam terlebih dahulu dengan bahan-bahan kimia yang disebut aktivator. Analisa hasil penelitian terdiri dari uji pengurangan kekeruhan (∆ntu) pada tetes tebu dan bilangan iod, sedangkan analisa data terdiri atas penentuan persamaan regresi dan penentuan koefisien korelasi. Dari hasil penelitian didapat kondisi optimum pembakaran pada waktu 90 menit dengan pengurangan kekeruhan (∆ntu) pada tetes tebu sebesar 25 ntu dengan persamaan least square yaitu : y = 0.126x + 13.6 dan didapat koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,981. Sedangkan untuk bilangan iod sebesar 176.391 mg I2/gr dengan persamaan least square yaitu : y = -5.465x + 658.6 dan didapat koefisien korelasi ( r ) sebesar 0.963. Kata kunci: Sekam padi, karbon aktif , aktivasi KOH
PENGARUH UKURAN PARTIKEL PELEPAH PISANG DAN KONSENTRASI KATALIS H2SO4 PADA PROSES HIDROLISA TERHADAP KONVERSI SELULOSA MENJADI BIOETANOL Hafit Agustian; Athiek Sri Redjeki
JURNAL KONVERSI Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.3.2.%p

Abstract

Kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) seolah sudah menjadi kebutuhan primer negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Solusi dalam pemecahan masalah tersebut adalah membuat bahan bakar alternatif dari sumber daya alam yang terbarukan. Bioetanol adalah bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut karena sifatnya yang ramah lingkungan. Salah satu bahan baku pembuatan bioetanol ialah biomassa selulosik, sebagai salah satu sumbernya adalah pelepah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh besar kecilnya ukuran partikel pelepah pisang dalam pembuatan bioetanol. Variabel ukuran yang digunakan ialah 10, 28, 45, 60 dan 100 mesh. Hidrolisis asam merupakan tahapan untuk mengubah polisakarida (pati dan selulosa) menjadi glukosa yang selanjutnya difermentasi menggunakan ragi untuk membentuk etanol. Dengan mengambil kondisi hidrolisis pada suhu 80°C selama 4 jam menggunakan 3 variabel konsentrasi katalis asam sulfat, yaitu 1 M, 2 M dan 4 M. Pada tahap fermentasi dilakukan pada suhu ruang selama 48 jam menggunakan ragi tape. Penelitian ini menunjukkan kondisi optimum dari pembuatan bioetanol di mana ukuran partikel pelepah pisang kering 100 mesh, konsentrasi katalis H2SO4 2 M, diperoleh konversi sebesar 57,60%. Yield optimum yang didapatkan pada kondisi optimum tersebut ialah 1,79 % bioetanol dari pelepah pisang basah. Kata kunci : Pelepah pisang, Biomassa selulosik, Bioetanol
PENGARUH pH dan WAKTU TERHADAP ADSORPSI LOGAM TIMBAL (PB) DENGAN ARANG AKTIF DARI GAMBAS (Luffa acutangula) ATAU OYONG KERING Fatma Sari; Gema Fitriyano; Syamsudin AB; Athiek Sri Redjeki; Hera Hadikusuma
JURNAL KONVERSI Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.1.8

Abstract

Limbah cair industri dapat menyebabakan pencemaran lingkungan. Salah satau limbar cair yang berbahaya yaitu limbah logam Pb (timbah). Salah satau untuk mengurangi limbah cair (Pb) yaitu dengan Adoprsi menggunakan arang aktif. Gambas atau Oyong  (L. acutangula) yang sudah kering dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat arang aktif dari gambas atau oyong yang dapat digunakan untuk mengadsorpsi limbah cair (Pb) dengan variasi pH. Gambas atau oyong yang telah dipotong-potong dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C. Untuk aktivasi arang dilakukan secara kimia yaitu dengan merendam arang dengan menggunakan larutan HCl 4N selama 24 jam kemudian dibilas dengan akuades sampai pH netral kemudian dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 105°C. Kemudian dilakukan proses adsorpsi dengan limbah cair (Pb) variasi pH 3, 4, 5, 6 dan 7.  Hasil pengujian daya serap iod  adalah sebesar 301,74 mg/L. Sedangkan untuk pengujian kadar abu telah sesuai persyaratan dengan hasil 5,9 %. Pada pengujian daya serap arang aktif dari gambas atau oyong terhadap logam Pb (timbal) yaitu pada pengaruh kondisi pH. Adsorpsi optimal diperoleh pada pH 4. Arang aktif dari gambas atau oyong memberikan hasil yang cukup baik dengan penyerapan sebesar 99,7 % pada pengujian sampel limbah cair  mengandung dengan kandungan logam Pb (timbal) 4,67 mg/L.
INOVASI VARIAN HEAT STABILIZER DENGAN PENAMBAHAN EPOXIDIZED CANOLA OIL Mayang Rizqi Ayu Armadani; Reza Mulyawan; Athiek Sri Redjeki
Jurnal Konversi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.2.7

Abstract

Heat stabilizer adalah antioksidan yang digunakan untuk melindungi polimer dari degradasi yang disebabkan oleh adanya panas selama proses pembuatan maupun saat pemakaian. Heatstabilizer diaplikasikan sebagai bahan aditif dalam pembuatan polyvinyl chloride (PVC). Penambahan heat stabilizer dapat membuat polimer memiliki long-term stability dan initial colourstability yang baik pada saat pengujian ketahanan panas pada suhu tinggi. Heat stabilizer murni memiliki harga yang cukup mahal karena biaya produksinya yang tinggi. Salah satu cara untuk mendapatkan produk heat stabilizer yang harga jualnya lebih terjangkau, diminati di pasar lokal, dan mendukung kualitas yang baik adalah dengan mennyampur heat stabilizer murni dengan minyak epoksi. Minyak epoksi berasal dari minyak nabati yang telah dilakukan proses epoksidasi. Minyak nabati dapat digunakan menjadi produk pengganti petrokimia yang murah dan ramah lingkungan, sehingga banyak digunakan sebagai plasticizer dan stabilizer PVC. Salah satu minyak nabati terepoksidasi yang dapat digunakan adalah epoxidized canola oil. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat inovasi varian heat stabilizer dengan menggunakan epoxidized canola oil. Heat stabilizer murni dicampurkan dengan epoxidized canola oil, kemudian dilakukan pengamatan pada visual sample serta dilakukan percobaan dengan alat roll mill untuk mengetahui formulasi manakah yangpaling baik dijadikan sebagai varian baru heat stabilizer dan memiliki initial colour yang menyerupai heat stabilizer murni. Berdasarkan hasil pengujian, formulasi optimum yang dapat dijadikan varian baru heat stabilizer adalah konsentrasi 10% dan 15%, karena memiliki initial colour yang baik dan menyerupai heat stabilizer murni berdasarkan hasil sampling trial roll mill.
PERBANDINGAN KOMPOSISI HIDROKARBON LIQUEFIED PETROLEUM GAS ANTARA SAMPEL LPG DI KILANG, SPBE DAN AGEN MENGGUNAKAN GC - LPG Taufik Amanullah Suryo; Indra Dwi Setiawan; Dolla Afnita; Athiek Sri Redjeki
Jurnal Konversi Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.12.1.9

Abstract

Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam, dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Proses pembuatan gas LPG diproduksi dari gas hidrokarbon yang berasaldari kilang minyak dan kilang gas, kemudian dikemas didalam tabung. Salah satu kualitas mutu gas LPG dapat diketahui dengan analisis komposisi hidrokarbon. Analisis mutu komposisi dilakukan karena kandungan dalam LPG pada proses distribusi dari kilang hingga ke konsumen memungkinkan adanya perubahan komposisi, oleh karena itu perlu dilakukan analisis komposisi sesuai dengan standar agar menjaga kepuasan konsumen. Analisis komposisi LPG dapat diketahui dengan menggunakan Gas Chromatography-Liquefied Petroleum Gas (GC-LPG). Data hasil analisis komposisi dibandingkan dengan standar mutu berdasarkan ASTM D2163 dan KepDirjen Migas Nomor 116.K/10/DJM/2020 dari segi kualitas rantai pasok dari kilang, SPBE hingga ke agen.
PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP SIFAT WATER RESISTANT PADA PRODUK POLIMER EMULSI UNTUK BAHAN BAKU CAT Indra Hidayat; Athiek Sri Redjeki; Ummul Habibah Hasyim
Jurnal Konversi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.2.12

Abstract

Penelitian ini membahas tentang penggunaan surfaktan yang tepat pada bahan baku cat. Perbedaan jenis surfaktan yang terkandung dalam komponen utama mempengaruhi hasil pengujian sifat water resistant produk polimer. Pengujian sifat water resistant dilakukan untuk menjamin kualitas danmengetahui ketahanan cat terhadap air dengan pengujian berbagai jenis surfaktan.. Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh dari surfaktan terhadap sifat water resistant-nya.. Percobaan dilakukan dengan menguji kualitas polimer emulsi dari berbagai jenis penambahan surfaktan. Pengujian sampel dilakukan pada beberapa parameter yaitu uji pemerian, pengukuran nilai pH, pengukuran viskositas, penetapan solid content, analisis ukuran partikel, pengaplikasian film dan whitening appearance. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan spesifikasi perusahaan yang mengacu pada metode internal. Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa produk polimer emulsi pada standar, formula 1 sampai 4 secara berturut-turut memiliki nilai pH 7,78; 7,79; 8,01; 7,84; dan 7,84. Hasil pengukuran viskositas (1340; 1725, 560, 3450, dan 1150)cP. Hasil penetapan solid content (54,22; 55,85; 55,6454,56; dan 58,52)%. Hasil pengukuran ukuran partikel (125,6; 190,5; 176,5; 126,1; dan 152,7)nm. Hasil dari penarikan film untuk formula 1 didapat hazy dan untuk standar, formula 2, 3 dan 4 hasil yang didapat clear. Hasil dari whittening appearance pada standar dan formula 3 menunjukkan perubahan warna menjadi putih di hari ke-5, pada formula 2 dan 4 perubahan warna putih kebiruan di hari ke-5 dan pada formula 1 mampu mempertahankan warna kebiruan-nya hingga hari ke-7. Berdasarkan hasil pengujian parameter pH, solid content, ukuran partikel, dan whitening appearance telah memenuhispesifikasi. Parameter viskositas menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengujian terhadap standar dan empat formula surfaktan yang diuji, dapat disimpulkan bahwa jenis surfaktan yang digunakan pada formula 1 dapat digunakan sebagai pengganti dari surfaktan standar. Hal ini merujuk pada hasil formula 1 dihasilkan data pengujian yang lebih baik dari jenis surfaktan lainnya.
Prarancangan Pabrik Kalium Hidroksida (KOH) Dari KCL Dengan Proses Elektrolisis Kapasitas 15.000 Ton/Tahun Annisya Nurul Latif; Athiek Sri Redjeki
Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Vol. 1 No. 1 (2023): Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi
Publisher : Komunitas Menulis dan Meneliti (Kolibi)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.572349/scientica.v1i1.54

Abstract

Kalium hidroksida dibuat dari hasil elektrolisis kalium klorida (KCl). Kalium klorida diperoleh dengan cara impor dari Nanjing Jiayi Sunway Chemical Co, Ltd, China. Pabrik kalium hidroksida direncanakan akan berdiri pada tahun 2021 di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, dengan sasaran dalam penjualan nanti adalah mengambil alih 60% pangsa pasar kalium hidroksida di dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka ditetapkan kapasitas produksi pabrik kalium hidroksida yang akan didirikan sebesar 15.000 ton/tahun. Kalium hidroksida terbentuk dengan reaksi elektrolisis memban pada reaktor elektrolisis. Elektrolisis sel membran menggunakan membran semipermiabel dari bahan hydrolyzed copolymer untuk memisahkan anoda dan katoda. Pada anoda KCl akan terionisasi menjadi ion K+ dan ion Cl-. Dimana ion K+ ini yang naninya akan berikatan dengan ion OH- yang merupakan hasil ionisasi H2O pada katoda. Sementara ion Cl- pada anoda akan bergabung membentuk gas klorin (Cl2) dan ion H+ pada katoda akan bergabung untuk membentuk gas hidrogen (H2). Kalium hidroksida yang keluar dari reaktor masih sangat encer sehingga perlu dipekatkan dengan double evaporator setelah itu larutan kalium hidroksida pekat yang keluar dari evaporator di kristalkan dengan Cryztalizer dan Rotary dryer agar didapatkan hasil granul kalium hidroksida. Saat ini kebutuhan pasar kalium hidroksida adalah industri kalium karbonat, industri pupuk, industri fosfat, industri kimia agro, baterai alkaline, industri tekstil dan industri sabun. Kebutuhan utilitas pada prarancangan pabrik ini antara lain, kebutuhan steam sebanyak 15.828,67 kg/jam , kebutuhan listrik sebanyak 853,155 kWh dan kebutuhan air sebanyak 418,96 m3/jam yang diperoleh dari pengolahan air sungai.