Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : JURNAL KONVERSI

PENGARUH WAKTU KARBONISASI PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF BERBAHAN BAKU SEKAM PADI DENGAN AKTIVATOR KOH Putri Miftakhul Rohmah; Athiek Sri Redjeki
JURNAL KONVERSI Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.3.1.%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah sekam padi sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif dengan mencari hubungan korelasi antara perbedaan waktu karbonisasi terhadap daya serap karbon aktif dari sekam padi dengan proses kimia. Percobaan dilakukan dengan menggunakan variabel waktu pembakaran 30,45,60,75 dan 90 menit pada suhu pembakaran 600ºC. Dengan menggunakan aktivator KOH 10%. Aktivasi karbon dilakukan dengan cara aktivasi kimia dan aktivasi basah, bahan baku sekam padi direndam terlebih dahulu dengan bahan-bahan kimia yang disebut aktivator. Analisa hasil penelitian terdiri dari uji pengurangan kekeruhan (∆ntu) pada tetes tebu dan bilangan iod, sedangkan analisa data terdiri atas penentuan persamaan regresi dan penentuan koefisien korelasi. Dari hasil penelitian didapat kondisi optimum pembakaran pada waktu 90 menit dengan pengurangan kekeruhan (∆ntu) pada tetes tebu sebesar 25 ntu dengan persamaan least square yaitu : y = 0.126x + 13.6 dan didapat koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,981. Sedangkan untuk bilangan iod sebesar 176.391 mg I2/gr dengan persamaan least square yaitu : y = -5.465x + 658.6 dan didapat koefisien korelasi ( r ) sebesar 0.963. Kata kunci: Sekam padi, karbon aktif , aktivasi KOH
PENGARUH UKURAN PARTIKEL PELEPAH PISANG DAN KONSENTRASI KATALIS H2SO4 PADA PROSES HIDROLISA TERHADAP KONVERSI SELULOSA MENJADI BIOETANOL Hafit Agustian; Athiek Sri Redjeki
JURNAL KONVERSI Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.3.2.%p

Abstract

Kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) seolah sudah menjadi kebutuhan primer negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Solusi dalam pemecahan masalah tersebut adalah membuat bahan bakar alternatif dari sumber daya alam yang terbarukan. Bioetanol adalah bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut karena sifatnya yang ramah lingkungan. Salah satu bahan baku pembuatan bioetanol ialah biomassa selulosik, sebagai salah satu sumbernya adalah pelepah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh besar kecilnya ukuran partikel pelepah pisang dalam pembuatan bioetanol. Variabel ukuran yang digunakan ialah 10, 28, 45, 60 dan 100 mesh. Hidrolisis asam merupakan tahapan untuk mengubah polisakarida (pati dan selulosa) menjadi glukosa yang selanjutnya difermentasi menggunakan ragi untuk membentuk etanol. Dengan mengambil kondisi hidrolisis pada suhu 80°C selama 4 jam menggunakan 3 variabel konsentrasi katalis asam sulfat, yaitu 1 M, 2 M dan 4 M. Pada tahap fermentasi dilakukan pada suhu ruang selama 48 jam menggunakan ragi tape. Penelitian ini menunjukkan kondisi optimum dari pembuatan bioetanol di mana ukuran partikel pelepah pisang kering 100 mesh, konsentrasi katalis H2SO4 2 M, diperoleh konversi sebesar 57,60%. Yield optimum yang didapatkan pada kondisi optimum tersebut ialah 1,79 % bioetanol dari pelepah pisang basah. Kata kunci : Pelepah pisang, Biomassa selulosik, Bioetanol
PENGARUH pH dan WAKTU TERHADAP ADSORPSI LOGAM TIMBAL (PB) DENGAN ARANG AKTIF DARI GAMBAS (Luffa acutangula) ATAU OYONG KERING Fatma Sari; Gema Fitriyano; Syamsudin AB; Athiek Sri Redjeki; Hera Hadikusuma
JURNAL KONVERSI Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.1.8

Abstract

Limbah cair industri dapat menyebabakan pencemaran lingkungan. Salah satau limbar cair yang berbahaya yaitu limbah logam Pb (timbah). Salah satau untuk mengurangi limbah cair (Pb) yaitu dengan Adoprsi menggunakan arang aktif. Gambas atau Oyong  (L. acutangula) yang sudah kering dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat arang aktif dari gambas atau oyong yang dapat digunakan untuk mengadsorpsi limbah cair (Pb) dengan variasi pH. Gambas atau oyong yang telah dipotong-potong dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C. Untuk aktivasi arang dilakukan secara kimia yaitu dengan merendam arang dengan menggunakan larutan HCl 4N selama 24 jam kemudian dibilas dengan akuades sampai pH netral kemudian dikeringkan dalam oven selama 4 jam pada suhu 105°C. Kemudian dilakukan proses adsorpsi dengan limbah cair (Pb) variasi pH 3, 4, 5, 6 dan 7.  Hasil pengujian daya serap iod  adalah sebesar 301,74 mg/L. Sedangkan untuk pengujian kadar abu telah sesuai persyaratan dengan hasil 5,9 %. Pada pengujian daya serap arang aktif dari gambas atau oyong terhadap logam Pb (timbal) yaitu pada pengaruh kondisi pH. Adsorpsi optimal diperoleh pada pH 4. Arang aktif dari gambas atau oyong memberikan hasil yang cukup baik dengan penyerapan sebesar 99,7 % pada pengujian sampel limbah cair  mengandung dengan kandungan logam Pb (timbal) 4,67 mg/L.
INOVASI VARIAN HEAT STABILIZER DENGAN PENAMBAHAN EPOXIDIZED CANOLA OIL Mayang Rizqi Ayu Armadani; Reza Mulyawan; Athiek Sri Redjeki
Jurnal Konversi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.2.7

Abstract

Heat stabilizer adalah antioksidan yang digunakan untuk melindungi polimer dari degradasi yang disebabkan oleh adanya panas selama proses pembuatan maupun saat pemakaian. Heatstabilizer diaplikasikan sebagai bahan aditif dalam pembuatan polyvinyl chloride (PVC). Penambahan heat stabilizer dapat membuat polimer memiliki long-term stability dan initial colourstability yang baik pada saat pengujian ketahanan panas pada suhu tinggi. Heat stabilizer murni memiliki harga yang cukup mahal karena biaya produksinya yang tinggi. Salah satu cara untuk mendapatkan produk heat stabilizer yang harga jualnya lebih terjangkau, diminati di pasar lokal, dan mendukung kualitas yang baik adalah dengan mennyampur heat stabilizer murni dengan minyak epoksi. Minyak epoksi berasal dari minyak nabati yang telah dilakukan proses epoksidasi. Minyak nabati dapat digunakan menjadi produk pengganti petrokimia yang murah dan ramah lingkungan, sehingga banyak digunakan sebagai plasticizer dan stabilizer PVC. Salah satu minyak nabati terepoksidasi yang dapat digunakan adalah epoxidized canola oil. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat inovasi varian heat stabilizer dengan menggunakan epoxidized canola oil. Heat stabilizer murni dicampurkan dengan epoxidized canola oil, kemudian dilakukan pengamatan pada visual sample serta dilakukan percobaan dengan alat roll mill untuk mengetahui formulasi manakah yangpaling baik dijadikan sebagai varian baru heat stabilizer dan memiliki initial colour yang menyerupai heat stabilizer murni. Berdasarkan hasil pengujian, formulasi optimum yang dapat dijadikan varian baru heat stabilizer adalah konsentrasi 10% dan 15%, karena memiliki initial colour yang baik dan menyerupai heat stabilizer murni berdasarkan hasil sampling trial roll mill.
PERBANDINGAN KOMPOSISI HIDROKARBON LIQUEFIED PETROLEUM GAS ANTARA SAMPEL LPG DI KILANG, SPBE DAN AGEN MENGGUNAKAN GC - LPG Taufik Amanullah Suryo; Indra Dwi Setiawan; Dolla Afnita; Athiek Sri Redjeki
Jurnal Konversi Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.12.1.9

Abstract

Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam, dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Proses pembuatan gas LPG diproduksi dari gas hidrokarbon yang berasaldari kilang minyak dan kilang gas, kemudian dikemas didalam tabung. Salah satu kualitas mutu gas LPG dapat diketahui dengan analisis komposisi hidrokarbon. Analisis mutu komposisi dilakukan karena kandungan dalam LPG pada proses distribusi dari kilang hingga ke konsumen memungkinkan adanya perubahan komposisi, oleh karena itu perlu dilakukan analisis komposisi sesuai dengan standar agar menjaga kepuasan konsumen. Analisis komposisi LPG dapat diketahui dengan menggunakan Gas Chromatography-Liquefied Petroleum Gas (GC-LPG). Data hasil analisis komposisi dibandingkan dengan standar mutu berdasarkan ASTM D2163 dan KepDirjen Migas Nomor 116.K/10/DJM/2020 dari segi kualitas rantai pasok dari kilang, SPBE hingga ke agen.
PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP SIFAT WATER RESISTANT PADA PRODUK POLIMER EMULSI UNTUK BAHAN BAKU CAT Indra Hidayat; Athiek Sri Redjeki; Ummul Habibah Hasyim
Jurnal Konversi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/konversi.11.2.12

Abstract

Penelitian ini membahas tentang penggunaan surfaktan yang tepat pada bahan baku cat. Perbedaan jenis surfaktan yang terkandung dalam komponen utama mempengaruhi hasil pengujian sifat water resistant produk polimer. Pengujian sifat water resistant dilakukan untuk menjamin kualitas danmengetahui ketahanan cat terhadap air dengan pengujian berbagai jenis surfaktan.. Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh dari surfaktan terhadap sifat water resistant-nya.. Percobaan dilakukan dengan menguji kualitas polimer emulsi dari berbagai jenis penambahan surfaktan. Pengujian sampel dilakukan pada beberapa parameter yaitu uji pemerian, pengukuran nilai pH, pengukuran viskositas, penetapan solid content, analisis ukuran partikel, pengaplikasian film dan whitening appearance. Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan spesifikasi perusahaan yang mengacu pada metode internal. Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa produk polimer emulsi pada standar, formula 1 sampai 4 secara berturut-turut memiliki nilai pH 7,78; 7,79; 8,01; 7,84; dan 7,84. Hasil pengukuran viskositas (1340; 1725, 560, 3450, dan 1150)cP. Hasil penetapan solid content (54,22; 55,85; 55,6454,56; dan 58,52)%. Hasil pengukuran ukuran partikel (125,6; 190,5; 176,5; 126,1; dan 152,7)nm. Hasil dari penarikan film untuk formula 1 didapat hazy dan untuk standar, formula 2, 3 dan 4 hasil yang didapat clear. Hasil dari whittening appearance pada standar dan formula 3 menunjukkan perubahan warna menjadi putih di hari ke-5, pada formula 2 dan 4 perubahan warna putih kebiruan di hari ke-5 dan pada formula 1 mampu mempertahankan warna kebiruan-nya hingga hari ke-7. Berdasarkan hasil pengujian parameter pH, solid content, ukuran partikel, dan whitening appearance telah memenuhispesifikasi. Parameter viskositas menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengujian terhadap standar dan empat formula surfaktan yang diuji, dapat disimpulkan bahwa jenis surfaktan yang digunakan pada formula 1 dapat digunakan sebagai pengganti dari surfaktan standar. Hal ini merujuk pada hasil formula 1 dihasilkan data pengujian yang lebih baik dari jenis surfaktan lainnya.