Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Uji antagonis Pseudomonas fluorescens untuk mengendalikan penyakit bercak ungu pada tanaman bawang merah Andri Laksono; Joko Gagung Sunaryono; Rika Despita
Agrovigor Vol 14, No 1 (2021): Maret
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrovigor.v14i1.8327

Abstract

Penyakit bercak ungu pada tanaman bawang merah yang disebabkan oleh cendawan Alternaria porri dapat mengakibatkan  persentase kehilangan hasil panen mencapai 57%. Penggunaan fungisida kimia secara terus menerus memiliki dampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Salah satu pengendalian yang aman dan ramah lingkungan yaitu pengendalian hayati dengan mikroorganisme antagonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terbaik agen hayati Pseudomonas fluorescens  untuk mengendalikan penyakit bercak ungu pada tanaman bawang merah varietas bauji. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan jumlah ulangan sebanyak  4 kali. Perlakuan tersebut meliputi : P1(kontrol), P2 (konsentrasi 20 ml/l), P3 (konsentrasi 40 ml/l), P4 (konsentrasi 60 ml/l), P5 (konsentrasi 80ml/l), P6 (konsentrasi 100 ml/l). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis varian, dan uji lanjut menggunakan Duncan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Pseudomonas fluorescens 100 ml/l mampu mengendalikan penyakit bercak ungu dengan intensitas serangan sebesar 22,47%, selain itu Pseudomonas fluorescens mampu memperpanjang periode inkubasi penyakit dan menghasilkan bobot basah umbi yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.
PENINGKATAN NILAI TAMBAH KULIT SINGKONG MENJADI CARANG MAS DI KELOMPOK WANITA TANI SRIKANDI KELURAHAN TANAH MAS KECAMATAN TALANG KELAPA KABUPATEN BANYUASIN Uci Sapitri; Muhammad Saikhu; Rika Despita
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 6 No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v6i2.57

Abstract

Kajian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Tanah Mas Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, yang bertujuan untuk mengetahui ukuran irisan carang mas kulit singkong dalam mengurangi kadar sianida dan mengetahui perlakuan terbaik yang disukai panelis serta mengetahui hasil nilai tambah carang mas kulit singkong sebagai pemanfaatan limbah keripik singkong. Dengan adanya kegiatan industri memanfaatkan limbah keripik singkong menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses pengolahan menjadi carang mas kulit singkong, maka dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkan biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungan lebih besar bila dibandingkan tanpa pengolahan. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara dan kuisioner. Data uji organoleptik dianalisis dengan menggunakan uji hedonik dan BNT sedangkan analisis nilai tambah dihitung menggunakan metode Hayami 1987. Dari hasil analisa data diperoleh bahwa pengolahan kulit singkong menjadi carang mas aman dari kandungan sianida. Selanjutnya perlakuan terbaik pada pengolahan kulit singkong menjadi carang mas terhadap kesukaan panelis adalah dengan lebar irisan 0,6 cm. Nilai tambah kulit singkong diolah menjadi carang mas dalam 1 kg bahan baku kulit singkong diperoleh Rp 38.801,676.
Studi Karakteristik Petani Desa Tulungrejo dalam Mendukung Pengembangan Agrowisata “Bon Deso” Pravasta Wahyu Satriawan; Muhammad Saikhu; Rika Despita; Budi Sawitri
Jurnal KIRANA Vol 2 No 2 (2021): Jurnal KIRANA Volume 2 Nomor 2
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jkrn.v2i2.27793

Abstract

This study aims to study the support characteristics of Tulungrejo Village Farmers for the development of "Bon Deso" Agrotourism which is being developed by the Tulungrejo Village Government. This research was conducted in Tulungrejo Village, Kec. Bumiaji, Batu City with the method of determining the location that is purposive. The population of this study were all members of the farmer group in Tulungrejo Village as many as 646 farmers, while for the sample of this study as many as 87 farmers were obtained using the Slovin formula and the determination was made using simple random sampling. This research method is a survey with data collection techniques of observation, interviews, and research instruments and data analysis techniques using descriptive statistics. The results showed that the description of farmers in Tulungrejo Village were mostly 36-45 years old with an average length of formal education of 6-9 years which was equivalent to elementary-junior high school education. Non-formal education also contributes to understanding the development of agro-tourism is counseling. The average farmer owns an area of ​​0.01-1.21 ha with farming experience 18-30 years. Income level Rp. 700,000 – Rp. 7,100,000 with a predominant livelihood as farmers. Such conditions are very possible for agro-tourism managers to collaborate with farmers to contribute to agro-tourism as a means for them to improve their welfare. Key words: Agrotourism, Characteristics, Farmers
SIKAP PETANI DALAM PENGAPLIKASIAN RHIZOBAKTERI PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI PLEMAHAN KEDIRI JAWA TIMUR Yuli Ika Wati; Umi Wahjuti -; Rika Despita -
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.238 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i2.119

Abstract

ABSTRACTAttitude is one of the determinants of farmer's behavior towards an innovation. This study aims to: 1) determine the attitude of farmers in the application of Rhizobakteri, 2) knowing the relationship between internal factors and external factors with the attitude of farmers in the application of Rhizobakteri. This research was carried out in February-May 2018 in Puhjarak Village, Plemahan Subdistrict, Kediri Regency, East Java Province. The method used is a quantitative survey method. Research respondents were 59 people who were shallots farmers. The data obtained were analyzed using descriptive statistics and correlation Pearson Product Moment statistics. The results of the study showed that farmers' attitudes were at the rate of 52.5%, while internal factors and external factors have a relationship with the attitude of farmers in the application of Rhizobakteri on shallots. ABSTRAKSikap adalah salah satu faktor penentu prilaku petani terhadap suatu inovasi. Tujuan penelitian untuk: 1) mengetahui sikap petani dalam pengaplikasian Rhizobakteri, 2) mengetahui hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan sikap petani dalam pengaplikasian Rhizobakteri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2018 di Desa Puhjarak, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitaif. Responden penelitian berjumlah 59 orang yang merupakan petani bawang merah. Data yang diperoleh dianalisis secara statitstik deskriptif dan analisis korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan sikap petani berada pada tingkatan menilai yaitu sebesar 52,5%. Faktor internal dan faktor eksternal memiliki hubungan
Pemanfaatan Limbah Kulit SIngkong Menjadi Dendeng Kulit Singkong dengan Penambahan Berbagai Sumber Protein Yerri Hendri Resimanuk; Achmad Nizar; Rika Despita
AGRIEKSTENSIA Vol 17 No 1 (2018): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.692 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v17i1.67

Abstract

Singkong merupakan sumber karbohidrat ke tiga di Indonesia. Luas tanam singkong di Jawa Timur adalah120.208 ha dengan produksi 2.924.933 ton dan limbah kulit singkong 438.740 ton – 584.987 ton. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan limbah kulit singkong menjadi dendeng kulit singkong. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian pada bulan Maret 2017. Penelitian menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu: 1) Kulit singkong ; 2) Kulit singkong + ikan teri; 3) Kulit singkong + udang ebi; 4) Kulit singkong + ikan tongkol. Masing-masing perlakuan diulang 6 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan dengan uji organoleptik 60 panelis terdiri dari 20 siswa SLTP; 20 siswa SMA; 20 mahasiswa dan 20 anggota kelompok wanita tani. Pengamatan dilakukan terhadap warna, aroma dan tekstur dendeng kulit singkong mentah dan warna, aroma, tekstur dan rasa dendeng kulit singkong yang telah digoreng. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap warna, aroma dan tekstur dendeng kulit singkong mentah dan yang telah digoreng. Perlakuan yang paling disukai panelis adalah kulit singkong + udang ebi.
Peningkatan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Wortel (Daucus Carota L) Dengan Penggunaan Pupuk Organik Cair Yustinus Nahak; Tatang Suryadi; Rika Despita
AGRIEKSTENSIA Vol 17 No 2 (2018): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.965 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v17i2.92

Abstract

Wortel merupakan sayuran umbi yang bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Upaya peningkatan kuantitas umbi dilakukan agar dapat memenuhi permintaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi penggunaan pupuk organik cair yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan umbi wortel terbaik. Penelitian dilakukan di Lahan STPP Malang mulai Januari sampai Mei 2017. Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan konsentrasi yaitu: P0 (0 ml/liter/tanaman); P1 (45 ml/liter/tanaman); P2 (90 ml/liter/tanaman); P3(135 ml/liter/tanaman; P4 (180 ml/liter/tanaman); P5 (225 ml/liter/tanaman); P6 (270 ml/liter/tanaman). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 28 satuan percobaan. Penanaman dilakukan di polibag. Analisis data menggunakan uji anova 5% dan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa tinggi tanaman terbaik akibat perlakuan 270 ml/liter/tanaman pupuk organik cair. Diameter umbi, panjang umbi dan berat segar umbi terbaik pada perlakuan 180 ml/liter/tanaman pupuk organik cair.
Pengaruh Berbagai Jenis POC Terhadap Pertumbuhan, Produksi Tanaman Selada Sistem Irigasi Tetes Christian Kebang; IGN Muditha; Rika Despita
AGRIEKSTENSIA Vol 18 No 2 (2019): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.908 KB)

Abstract

Selada merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat pada umumnya. Selada dapat tumbuh baik pada tanah yang bertekstur gembur dan subur dengan pH tanah ideal yaitu antara 6,5-7, dan juga memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tujuan kajian ini yaitu untuk mengetahui jenis pupuk organik cair yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman selada dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. kajian dilaksanakan di POLBANGTAN Malang pada April – Juni 2019. Rancangan kajian yang dilakukan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan yaitu P1 (limbah sayur), P2 (urin sapi), P3 (Paitan), P4 (Gamal) dengan 6 kali ulangan pada setiap perlakuan, dan juga untuk setiap perlakuan terdiri dari 1 tanaman sehingga diperoleh jumlah keseluruhan yaitu terdapat 24 tanaman selada. Konsentrasi yang digunakan yaitu sebanyak 20 ml/L pada setiap ulangan. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman, dan bobot segar akar. Penelitian ini diuji menggunakan uji Anova taraf 5%, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil kajian membuktikan bahwa pemberian pupuk organik cair dari berbagai macam perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman selada. Pemberian pupuk organik cair yang paling berpengaruh pada pertumbuhan tanaman selada adalah pupuk organik cair yang terbuat dari bahan baku daun gamal. Kata kunci— Budidaya tanaman selada, pupuk organik cair
Pengendalian Akar Gada Pada Sawi Pakcoy dengan Trichoderma, Garam dan Bawang Putih Harsita H. Pratiwi; A. Sudjianto; Rika Despita
AGRIEKSTENSIA Vol 18 No 2 (2019): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.331 KB)

Abstract

Sebagai sentra wisata petik sayur di kota Batu, masyarakat desa Sumberejo adalah petani sayur dimana sebagian besar petani menanam tanaman sawi, kubis-kubisan dan tanaman sayur lainnya. Permasalah yang sering terjadi pada petani sayur di musim penghujan ialah penyakit akar gada yang membuat hasil produksi menurun. Oleh karena itu dilakukan kajian cara pengendalian penyakit akar gada dengan menggunakan Trichoderma, Larutan Garam dan Bawang Putih. Metode kajian adalah rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan. Perlakuan 1 (P1) = Tanpa perlakuan; Perlakuan 2 (P2) = Pemberian Trichoderma sp 100 mL; Perlakuan 3 (P3) = Pemberian larutan garam 100 mL; Perlakuan 4 (P4) = Perendaman benih 100 mL larutan bawang putih. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali sehingga terdapat 24 satuan perlakuan. Analisis yang dugunakan adalah Uji F pada taraf kesalahan 5% dan dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengendalian penyakit Akar Gada Pada Tanaman Sawi Pakcoy dengan perlakuan terbaik adalah pemberian Trichoderma (P2) dan bawang putih (P4) terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan (tinggi dan jumlah daun) dan produksi (bobot segar tanaman) Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L). Sedangkan pada perlakuan pemberian larutan garam (P3) menunjukkan pertumbuhan pernyakit akar gada dan menghambat pertumbuhan tanaman. Kata kunci— Akar Gada, Pakcoy, Bawang Putih, Garam
Uji Kemampuan Asap Cair secara in Vitro dan in Vivo Untuk Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L) Vaya Zuanif; Rika Despita
AGRIEKSTENSIA Vol 18 No 2 (2019): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.287 KB)

Abstract

Cabai mempunyai nilai ekonomis tinggi di Indonesia dan termasuk komoditas startegis. Penyakit antraknosa adalah salah satu penyakit penting pada tanaman cabai. Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai menggunakan asap cair belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan asap cair dalam mengendalikan penyakit antraknosa pada tanaman cabai yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici. Kajian dilakukan secara in vitro dan perlakuan yang sama dilakukan juga secara in vivo. Kajian in vitro dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan kajian in vivo dilakukan di lahan BBPP Ketindan dimulai bulan Maret sampai Juni 2018. Metode kajian untuk in vitro yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan metode kajian untuk in vivo yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari B0K0:tanpa asap cair, B1K1:asap cair tempurung kelapa konsentrasi 1%, B1K3: asap cair tempurung kelapa konsentrasi 3%, B1K5: asap cair tempurung kelapa konsentrasi 5%, B1K7: asap cair tempurung kelapa konsentrasi 7%, B2K1: asap cair sekam konsentrasi 1%, B2K3: asap cair sekam konsentrasi 3%, B2K5: asap cair sekam konsentrasi 5%, B2K7: asap cair sekam konsentrasi 7%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 36 satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah diameter koloni cendawan dan persentase penghambatan asap cair. Hasil pengamatan in vitro menunjukkan bahwa aplikasi asap cair 3%, 5% dan 7% mampu menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum capsici sebanyak 100%. Aplikasi asap cair dari tempurung kelapa secara in vivo (lapangan) dengan konsentrasi 7% mampu menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum capsici dan aplikasi asap cair konsentrasi 1% mampu menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum capsici sampai hari ke 4 setelah penyemprotan dengan arti lain penyemprotan perlu dilakukan setiap 4 hari sekali. Kata kunci—asap cair tempurung kelapa, asap cair sekam, antraknosa, cabai
Produksi Bawang Merah Tumpangsari Dengan Cabai Pada Beberapa Jarak Tanam rika Despita; Achmad Nizar; Dwi Purnomo; Yan Fernanda
AGRIEKSTENSIA Vol 19 No 2 (2020): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.542 KB)

Abstract

ABSTRAK Bawang merah adalah komoditas yang dibutuhkan masyarakat Indonesia setiap hari sebagai bumbu masak. Produksi bawang merah perlu ditingkatkan seiiring dengan meningkatnya kebutuhan bawang merah. Salah satu upaya perluasan penanaman bawang merah adalah intensifikasi seperti tumpangsari. Tanaman bawang merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari produksi bawang merah dengan pola tanam tumpangsari pada beberapa jarak tanam. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan yaitu: tumpangsari, jarak tanam 15 x 15 cm; tumpangsari, jarak tanam 20 x 20 cm; tumpangsari jarak tanam 25 x 25 cm; monokultur, jarak tanam 15 x 15 cm; monokultur 20 x 20 cm; monokultur 25 x 25 cm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap berat segar umbi, berat umbi kering konsumsi, produksi per ha, jumlah umbi, diameter umbi. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F taraf 5% dan DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah dalam satuan ha dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari jarak tanam 15 x 15 cm memberikan hasil yang sama. oleh karena itu tumpangsari tanaman bawang merah dengan cabai jarak tanam 15 x 15 cm dapat diterapkan di tingkat petani. Kata kunci: Produksi, Bawang merah, cabai, tumpangsari ABSTRACT Shallots are a commodity that Indonesians need every day as a cooking spice. Production needs to be increased in line with the need for shallots. The increase in the planting area of ​​shallots is intensification such as intercropping. Onion plants can be intercropped with chilli plants. This study aims to study the production of shallots with an intercropping cropping pattern at planting distance. The research method was a randomized group with 6 treatments, namely: intercropping, spacing 15 x 15 cm; intercropping, spacing 20 x 20 cm; intercropping with 25 x 25 cm spacing; monoculture, spacing 15 x 15 cm; monoculture 20 x 20 cm; monoculture 25 x 25 cm. Each treatment was repeated 4 times in order to obtain 24 experimental units. Observations were made on tuber fresh weight, dry tuber weight consumption, production per ha, tuber number, tuber diameter. Observation data were analyzed by means of the F test at 5% level and DMRT level 5%. The results showed that the production of ha-1 with a cropping pattern of monoculture and intercropping with a spacing of 15 x 15 cm gave the same results. Therefore, intercropping of shallots with chillies at a spacing of 15 x 15 cm can be applied to farmers. Keywords: Production, shallots, chillies, intercropping