Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Sipil

MODEL FISIK ARAH ALIRAN GELOMBANG TSUNAMI DI DAERAH PURUS DAN ULAK KARANG PADANG Darwizal Daoed; Muhamad Dwiko Febriansyah; Masril Syukur
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (919.893 KB) | DOI: 10.25077/jrs.9.2.20-30.2013

Abstract

Gelombang besar atau tsunami merupakan gelombang yang dibangkitkan secara tektonik akibat pergeseran lempeng di laut. Dampaknya sangat besar bila gelombang ini merambat ke pantai, sebagai contoh peristiwa di Aceh dan Papua. Hal yang serupa ada kemungkinan terjadi di Sumatera, karena daerah ini mempunyai sesar di laut dan di daratan. Upaya mengurangi dampaknya ke pantai, perlu dilakukan, salah satunya simulasi secara fisik untuk dapat memprediksi dan melihat seberapa jauh dampak gelombang besar (tsunami) pada suatu lokasi. Secara teoritis sudah ada prediksi para ahli, tetapi tidak mencerminkan yang sesungguhnya. Dimana faktor karakteristik pantai, kedalaman laut, serta muara sungai sangat dominan mempengaruhi perilaku gelombang ke pantai. Pada tahap pertama lokasi daerah Purus dan Ulak Karang sekitarnya sebagai objek penelitian. Model dibuat dengan meniru bentuk asli dilapangan dengan melakukan beberapa penyederhanaan. Simulasi ombak (gelombang) dan banjir dilakukan dengan menumpahkan air dengan debit tertentu dan ketinggian tertentu (minimum tiga variasi masing-masingnya). Selanjutnya diamati dampak yang terjadi pada daerah daratan dengan mengukur kedalaman serta luasnya genangan (inundation). Dari penelitian ini diperoleh pada daerah Purus, yaitu jalan Raden Saleh (jalur evakuasi) tidak aman untuk dilewati pada simulasi gelombang sedang dan besar. Dimana aliran air relatif lebih cepat dibanding daerah lainnya. Begitu pula untuk daerah dekat drainase/sungai aliran semakin cepat mengalir dan kedalaman lebih tinggi.Jarak tempuh dari pinggir ke daerah aman harus lebih kecil dari 20 menit dengan kecepatan lebih besar dari 5 km/jam. Dari semua perlakuan daerah aman berada 2,5 km dari pantai. Untuk mengurangi risiko terhadap bencana, maka perlu dilakukan kajian lanjutan terhadap tata letak bangunan, kanal, maupun breakwater sepanjang pantai serta kombinasinya. Keywords: model, aliran, genangan, tsunami,pantai, Padang
KINERJA PERKUATAN TEBING SALURAN DENGAN BRONJONG DI BELOKAN 120O AKIBAT BANJIR BANDANG (UJI EKSPERIMENTAL DI LABORATORIUM) Darwizal Daoed; Sunaryo Sunaryo; Bambang Istijono; Wahyu Putra Utama
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1460.972 KB) | DOI: 10.25077/jrs.11.1.11-22.2015

Abstract

Kawasan perbukitan yang mana kemiringan lerengnya sangat tajam dan tajam, yakni lebih dari 30o sangat sering terjadi keruntuhan tebing. Akibat keruntuhan tebing ini akan menyebabkan lembah tertimbun oleh material tanah, batuan dan pohon. Ketika curah hujan besar dan intensitas tinggi lembah akan terisi air, sedangkan debit air yang mengalir relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya tumpukan material runtuhan yang berada di lembah yang secara tidak langsung berfungsi sebagai bendung alamiah. Suatu ketika bendung ini akan jebol dan terjadilah banjir bandang (flashflood). Banjir bandang dapat merubah geometri saluran, terutama pada daerah belokan. Trase belokan akan berubah menjadi lurus akibat hantaman banjir. Disamping merubah alur aliran dapat juga memperlebar dasar saluran. Untuk mempertahankan agar saluran tidak berubah secara geometrik, maka dilakukan pembuatan dinding bronjong sebagai perkuatan. Tetapi dari sekian banyak dinding bronjong yang dibuat ada beberapa yang tidak berfungsi dengan baik. Dimana kelihatan dalam jangka waktu kurang dari dua tahun dinding dari bronjong sudah runtuh. Ketidakstabilan bronjong disebabkan oleh daya rusak air yang membentur tebing saluran. Benturan air ke sisi luar dan kembali ke sisi dalam membentuk gerakan spiral menuju ke hilir tikungan. Pada penelitian terdahulu sisi luar tikungan pada bagian hilir dominan tergerus dan pada sisi dalam terjadi penumpukan sedimen (Daoed, Februarman,2008). Untuk itu perlu dilakukan perkuatan pada sisi luar belokan dan dilakukan pengujian terhadap kinerja bronjong pada ujung hilir tikungan dan awal tikungan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, keruntuhan bronjong tejadi pada awal dan akhir tikungan, dan setelah diperkuat dengan perkuatan gabungan arah horizontal dan vertikal (menjadikan elemen struktur lebih kompak), dan kemiringan dasar saluran ekstrim yakni hingga 7%, terlihat hanya bagian hilir tikungan saja yang mengalami keruntuhan. Sebaliknya untuk kemiringan lebih terjal, maka keruntuhan semakin cepat. Ini menunjukan, bahwa bagian hilir tikungan perlu didesain dengan perkutan yang lebih stabil.
Quantity take-off berbasis building information modeling (bim) studi kasus: gedung bappeda padang Rudy Ferial; Benny Hidayat; Regi Citra Pesela; Darwizal Daoed
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 17, No 3 (2021)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.17.3.228-238.2021

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan software Autodesk® Revit® dan Autodesk® Naviswork® Manage untuk pekerjaan Quantity Take-Off dan menganalisa perbedaan hasil perhitungan QTO berbasis Building Information Modeling dan QTO manual. Studi kasus penelitian adalah Data Perencanaan Gedung Bappeda Kota Padang. Penelitian dilakukan dengan membuat BIM Model Gedung tersebut berdasarkan Detail Engineering Design. Selanjutnya dilakukan review model dengan tools Clash Detection pada Autodesk® Naviswork® Manage, selanjutnya BIM Model tersebut dihitung volumenya. Hasil perhitungannya kemudian dibandingkan dan dianalisa. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kelebihan dan  kekurangan  dalam penggunaan  software tersebut untuk  pekerjaan  QTO. Item pekerjaan arsitektur yang dihitung sebanyak 146 item pekerjaan, ditemukan 88 pekerjaan sesuai dengan volume manual, 4 pekerjaan hampir sesuai dengan volume manual, 10 pekerjaan tidak sesuai dengan volume manual dan 44 pekerjaan tidak dapat dihitung. Item pekerjaan stuktur yang dihitung sebanyak 122 item pekerjaan, ditemukan 113 pekerjaan sesuai dengan volume manual, 2 pekerjaan hampir sesuai dengan volume manual, 6 pekerjaan tidak sesuai dengan volume manual dan 1 pekerjaan tidak dapat dihitung.
PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120° Sunaryo Sunaryo; Darwizal Daoed
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 6, No 1 (2010)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1287.187 KB) | DOI: 10.25077/jrs.6.1.45-54.2010

Abstract

Sungai merupakan saluran alamiah yang berfungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Aliran sungai ini biasanya akan menyebabkan kerusakan dalam bentuk penggerusan/ erosi dan pengendapan. Kerusakan yang cukup besar dapat terjadi di sekitar tikungan sungai seperti tergerus bahkan longsornya tebing sisi luar tikungan sungai dan pengendapan di sisi dalam tikungan. Beberapa peneliti telah mengeluarkan hasil, bahwa keruntuhan tikungan dapat di atasi dengan pemasangan krib, namun belum memberikan informasi tentang jarak pemasangan dan sudut pemasangan yang efektif serta tipe krib. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan simulasi (uji) fisik di laboratorium dengan krib, agar diperoleh pola keruntuhan tebing pada tikungan saluran dan pengaruhnya dengan pemasangan krib tidak lolos air serta variasi sudut dan jarak pemasangan krib. Perlakuan dan pengamatan dilakukan melalui variasi debit aliran terhadap keruntuhan tebing tikungan. Tebing saluran dibuat dari pasir halus setebal 10 cm di saluran dengan belokan 120°. Hasil penelitian menunjukan, bahwa pengaruh pemasangan krib dapat mengurangi volume keruntuhan dan pemasangan yang terbaik adalah dengan jarak pemasangan krib sama dengan tinggi tebing. Kemudian arah sudut pemasangan krib terbaik adalah 135° ke arah hulu aliran air. Keywords: Krib, tikungan, keruntuhan tebing.
KAJIAN DAS BATANG BAYANG DAN TAMBAHAN DEBIT ALIRAN DARI BATANG SIKABAU UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DAERAH IRIGASI BATANG BAYANG Darwizal Daoed; Bujang Rusman; Bambang Istijono; Rudy Ferial
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.07 KB) | DOI: 10.25077/jrs.11.2.71-80.2015

Abstract

Bukit Barisan dengan hutan yang masih asli dan curah hujan yang cukup tinggi menjadikan provinsi Sumatera Barat umumnya dan Pasaman Barat khususnya mempunyai banyak daerah aliran sungai (DAS) yang dapat mengalirkan air melalui sungai/batang hingga bermuara di lautan Indonesia. Akan tetapi perubahan fungsi hutan dan iklim menyebabkan debit air yang diprediksi mampu mengairi areal pertanian seluas 10.000 ha di daerah irigasi Batang Bayang pada kenyataannya tidak dapat terpenuhi. Pada makalah ini akan dikaji kemampuan DAS Batang Bayang dan Batang Sikabau masing-masingnya. Kemudian kedua DASini diintegrasikan, sehingga debit andalan yang terjadiakan lebih besar. Untuk menggabungkan debit air dari dua DAS dilakukan dengan metode suplesi, yakni membuat saluran yang menghubungkan Batang Sikabau ke saluran induk di DI Batang Bayang. Hasil kajian menunjukan bahwa areal irigasi Batang Bayang dapat diairi lebih dari 5.140,20ha untuk tanaman padi dan lebih dari 41.956,36 hauntuk palawija. Diharapkan dampak secara tidak langsung dari saluran suplesi akan mengurangi debit banjir di Batang Sikabau bagian hilir.Kata kunci : Integrasi, Batang, Bayang, Sikabau, Suplesi.