Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

The Role of HLAC and NK Cells in Fetal Growth Restriction Sulistyawati, Sri; Trimulya, Didon M; Respati, Supriyadi H; Soetrisno, Soetrisno
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 5, No. 3, July 2017
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.898 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v5i3.539

Abstract

Objective: To determine the role of HLA-C and NK cell expressions in fetal growth restriction (FGR). Methods: A cross sectional study design was used. This study was conducted at the Obstetrics and Gynecology Department of Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta, its affiliated hospitals, and at the Pathological Anatomy Laboratory of the Faculty of Medicine, University of Sebelas Maret Surakarta. A total of 40 samples were included in this study. The samples consisted of 20 normal pregnancies and 20 pregnancies with FGR. HLA-C expression in the trophoblast and NK cells in decidua of the subjects who met the inclusion and exclusion criteria were examined using immunohistochemical method and statistical analysis with T test. Results: The mean expression of HLA-C in the trophoblast in the pregnant group with FGR was 9.021.30, normal pregnancy was 7.96 ± 0.97, p=0.01 (p<0.05). The mean expression of NK cells in decidua of pregnancy with FGR was 10.59 ± 2.11, normal pregnancy was 0.91 ± 8.18, with p=0.00 (p<0.05). Conclusion: The expressions of HLA-C in trophoblast and NK cells in decidua of pregnancy with FGR were higher compared with those of normal pregnancy. [Indones J Obstet Gynecol 2017; 5-3: 142-148] Keywords: fetal growth restriction, HLA-C, NK cells
HUBUNGAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTA Soetrisno, Soetrisno; Trimulya, Didon Muhammad; Riyanto, Slamet
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.809 KB) | DOI: 10.22146/jkr.5751

Abstract

HUBUNGAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTASoetrisno1, Didon Muhammad Trimulya2 , Slamet Riyanto3ABSTRACTBackground: Narcotics, psychotropic and other addictive substances misuse (drugs abuse) could effect various society segments, mostly young people age 15-24 years. The young generation is a strategic target for drug distribution including illegal trade in Surakarta. Necessary precautions should be taken as it could lead to addiction, could affect on survival, especially the young generation, including senior high school students. Policy to introduce adolescent reproductive health (ARH) education in particular with drugs abuse topic has been enacted in Surakarta since 2012, but had not covered the entire high school.Objective: Observing the correlation between adolescent reproductive health education with knowledge of NAPZA on high school students in Surakarta.Method: This study used an observational analytic with cross sectional design. A total of 120 students were taken by purposive random sampling. Total of 120 students were involved from second grade they consisted 60 students who had been given adolescent reproductive health education for one year (since first grade) and 60 students who had not. Students were given a questionnaire about NAPZA that has been tested for validity and reliability. Data analysis was then performed using chi-square.Results and Discussion: There is a significant correlation between adolescent reproductive health education with knowledge about types, characteristic of high risk youth, sign of addiction, category of drug users, as well as the dangers of drug prevention among high school students in Surakarta (p<0.05).Conclusion: There is a significant correlation between adolescent reproductive health education with knowledge of NAPZA on high school students in Surakarta.Keywords: Knowledge of NAPZA, Adolescent Reproductive Health Education, Youth of Surakarta. ABSTRAKLatar Belakang: Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain (NAPZA) dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, terbanyak generasi muda 15–24 tahun. Generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA termasuk di Surakarta. Diperlukan kewaspadaan terhadap bahaya serta pengaruh NAPZA yang dapat menimbulkan ketagihan, dengan dampak terhadap kelangsungan hidup dengan pembinaan, khususnya generasi muda termasuk siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Kebijakan pembelajaran kesehatan reproduksi remaja (KRR) khususnya topik NAPZA telah diberlakukan di Surakarta sejak ajaran baru 2012 sampai sekarang, namun belum mencakup keseluruhan SMU.Tujuan: Mengamati hubungan pembelajaran KRR dengan pengetahuan NAPZA siswa SMU di Surakarta.Metode: Penelitian observasional analitik rancangan cross sectional. 120 subyek penelitian (siswa) diambil secara purposive random sampling. Sebanyak 60 subyek penelitian diambil dari siswa SMU kelas 2 yang sudah mendapatkan pembelajaran KRR selama satu tahun (sejak kelas 1) dan sebanyak 60 subyek penelitian siswa SMU yang belum mendapatkan pembelajaran. Subyek penelitian, baik yang sudah dan belum mendapatkan pembelajaran KRR diberikan kuesioner tentang NAPZA yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Kemudian dilakukan uji chi square.Hasil dan Pembahasan: Terdapat hubungan bermakna pembelajaran KRR dengan pengetahuan tentang jenis, ciri remaja beresiko pengguna, tanda kecanduan, golongan gangguan pengguna, bahaya serta penanggulangan NAPZA siswa SMU di Surakarta (p<0.05).Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna pembelajaran Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan pengetahuan tentang NAPZA siswa SMU di Surakarta.Kata Kunci: Pengetahuan NAPZA, KRR, siswa SMU 1,2 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta telp:0271-665145/08166725643 Dinas Kesehatan Kota Surakarta
FAKTOR ANGIOGENIK SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 DAN VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR PADA IBU HAMIL 8 – 20 MINGGU DENGAN RISIKO PREEKLAMPSIA Sulistyowati, Sri; Soetrisno, Soetrisno; Respati, Supriyadi Hari; Wiyono, Bambang Eko
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.407 KB) | DOI: 10.22146/jkr.7129

Abstract

Sri Sulistyowati1, Soetrisno2, Supriyadi Hari Respati3, Bambang Eko Wiyono4 ABSTRACTBackground: Preeclampsia is still the main cause for maternal and neonatal mortality or morbidity. Anti-angiogenic Soluble FMS-Like Tyrosine Kinase-1 (sFlt-1) and proangiogenic Endhothelial Vascular Growth Factor (VEGF) factors can be used as an early detection of preeclampsia due to itsrole in the pathogenesis of preeclampsia, so it can be used as one effort to reduce maternal or perinatal morbidity and mortality.Objective: To analyze sFlt-1 and VEGF levels in the serum of normal pregnancy and pregnancy with preeclampsia risk in 8 – 20 weeks gestation.Method: Observational analytic with cross sectional method performed at the Obstetrics and Gynecology, Dr. Moewardi Hospital/ Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta and Prodia laboratory since November – December 2013. Number of samples studied was 30 samples, comprising 15 samples of normal pregnancy and pregnancy with preeclampsia risk with 8 – 20 weeks of gestational age. The sFlt-1 and VEGF serum levels was assessed using ELISA and analyzed using t-test.Result & Discussion: Serum level of sFlt-1 in normal pregnancy is (1252,17±564,65 ng/ml), and in pregnancy with preeclampsia risk is (1741,90±640,97 ng/ml) with p=0,023 serum level of VEGF in normal pregnancy was 96,88±144,29 ng/ml and in pregnancy with preeclampsia risk was 14,24±8,73 ng/ ml with p=0,044.Conclusion: sFlt-1 level is higher and VEGF level is lower in pregnant women with preeclampsia risk than normal pregnancy on 8 – 20 weeks gestational age.Keywords: Pregnancy, Preeclampsia Risk, sFlt-1, VEGF.ABSTRAKLatar belakang: Preeklampsia saat ini masih merupakan masalah pada ibu hamil yang berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal. Faktor anti-angiogenik Soluble FMS-Like Tyrosine Kinase-1 (sFLt-1) dan proangiogenik Vascular Endhothelial Growth Factor (VEGF) diduga dapat digunakan sebagai deteksi dini karena perannya dalam patogenesis preeklampsia, sehingga dapat digunakan sebagai upaya untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Tujuan: Untuk menganalisis kadar sFlt-1 dan VEGF pada serum ibu hamil normal dan ibu hamil dengan risiko preeklampsia pada usia kehamilan 8 – 20 minggu.Metode: Penelitian observasional analitik dengan metode Cross Sectional yang dilakukan di bagian Obstetri dan Ginekologi, RSUD Dr. Moewardi/ FK UNS, Surakarta dan Laboratorium Prodia mulai Nopember – Desember 2013. Jumlah sampel terdiri 30 yang terbagi menjadi 15 sampel ibu hamil normal dan dan 15 sampel ibu hamil dengan risiko preeklampsia usia gestasi 8 – 20 minggu. Masing-masing dianalisis kadar sFlt-1 dan VEGF pada serumnya dengan metode ELISA dan dianalisis menggunakan uji t.Hasil & Pembahaasan: Kadar serum sFlt-1 pada kehamilan normal (1252,17±564,65 ng/ml), kehamilan dengan risiko preeklampsia (1741,90±640,97 ng/ml) dengan nilai p=0,023 dan kadar VEGF pada kehamilan normal (96,88±144,29 ng/ml), kehamilan dengan risiko preeklampsia (14,24±8,73 ng/ ml) dengan nilai p=0,044.Kesimpulan: Kadar sFlt-1 lebih tinggi dan kadar VEGF lebih rendah pada kehamilan dengan risiko preeklampsia dibanding kehamilan normal pada usia hamil 8 – 20 minggu.Kata kunci: Kehamilan, Risiko Preeklampsia, sFlt-1, VEGF.1,2,3,4Sri Sulistyowati, Bagian Obgin FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kol. Sutarto 132 Surakarta. Telp. 08122968215, Email: elis_spog@yahoo.co.id
Analisis Hubungan Clinical Autonomy Terhadap Kepuasan Kerja Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Dalam Tindakan Seksio Sesarea Pada Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Mappaware, Nasrudin Andi; Emilia, Ova; Hadijono, Soerjo; Malinta, Umar; Hakimi, Mohammad; Soetrisno, Soetrisno; Tiro, Eddy
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.454 KB) | DOI: 10.22146/jkr.49209

Abstract

Background: In Indonesia, the National Health Insurance System (NHIS) is an implementation of law No. 40 of 2004 on the National Social Insurance System in health sector with universal health coverage (UHC) concept. Therefore, the satisfaction of specialist’s work will be very influence towards hospital works. The previous research (Nasruddin, 2017) about factor analysis related to job satisfaction of doctor specialist for obstetrics and gynecology (SpOG) toward Sectio Caesarea (SC) on NHI showed that medical service (transparency and remuneration) and working condition have significant correlation towards work satisfaction of doctor SpOG in SC on NHI.    Objective: to analyze the correlation of clinical autonomy on job satisfaction of doctor SpOG on Sectio Caesarea on National Health Insurance system.Method: A quantitative research by applying analytic observational study with cross sectional design.Materials and Research: This research was conducted in Makassar. A number of sample was 73 doctors SpOG. Data was obtained by clinical autonomy questionnaire having been tested its validity and reliability. The result of the research was analyzed by using chi-square test.  Result: Based on the correlation of characteristics towards work satisfaction of doctor SpOG in SC on National Health Insurance system found that age category between 36 – 45 years old is satisfied, female is satisfied, working duration more than 5 years is dissatisfied and public hospital status is dissatisfied. There is no correlation between clinical autonomy in this case is control overwork (p = 0.170) and prerogative obtain need service (p = 0.240) on job satisfaction of doctor SpOG in Sectio Caesarea on National Health Insurance System.Conclusion: There is no relation between clinical autonomy on job satisfaction of doctor SpOG in Sectio Caesarea on National Health Insurance System. Even though the doctors SpOG are not satisfied with NHI (medical service and working condition) but the doctors are able to work professionally with clinical autonomy. Keywords: clinical autonomy, doctor SpOG, National Health Insurance System 
Ekspresi Human Leukocyte Antigen–C di Trofoblas dan Natural Killer Cell di Desidua pada Preeklampsia Berat Sulistyowati, Sri; Soetrisno, Soetrisno; K, Nizar Hero
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2016.029.01.12

Abstract

Preeklampsia Berat (PEB) masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal. Kejadian preeklampsia berkisar antara 4,4-17,5% dari ibu hamil. Human Leukocyte Antigen-C (HLA-C) dan Natural Killer cell (sel NK) diduga memegang peranan penting terhadap proses terjadinya preeklampsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi HLA-C dan sel NK pada PEB, dengan menggunakan metode observasional analitik dan potong lintang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014-Januari 2015 di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jumlah sampel 40 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 PEB dan 20 hamil normal. Semua sampel dilakukan pemeriksaan ekspresi HLA-C pada trofoblasnya dan sel NK pada desidua dengan metode imunohistokimia dan dilakukan analisis statistik dengan uji t. Rerata ekspresi HLA-C di trofoblas pada kelompok PEB : 15,39±3,45 dan kehamilan normal 8,07±3,70, dengan nilai  p=0,00 (p<0,05).  Rerata ekspresi sel NK di desidua pada PEB 14,78±3,57 dan kehamilan normal 8,48±3,35, dengan nilai p=0,00 (p<0,05). Simpulan, ekspresi HLA-C di trofoblas dan sel NK di desidua pada PEB lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan normal.
Pengaruh Psikokuratif terhadap Kadar VEGF-c, Kortisol dan Skor HADS Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut Soetrisno, Soetrisno; Sulistyowati, Sri; Tjiang, Rubin Enhui; Wujoso, Hari; Nurinasari, Hafi; Cahyanto, Erindra Budi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.50642

Abstract

Background: Cancer diagnosis and therapy that causes chronic stress, its progression to depression  increase cortisol and VEGF-c levels in advanced cervical cancer patientsObjective: To  know the VEGF-c, cortisol and HADS level  in advanced stage cervical cancer patients who get Psychocurative intervention Method : An experimental study of pretest – posttest controle group design in outpatient oncology clinic and ward of Doctor Moewardi General Hospital. Thirty subjects with advanced cervical cancer were randomly divided into 15 patients in the intervention group, and 15 in control. Psycho-curative intervention 4 times a month, 1 time a week, 60 minutes duration. Before and after intervention, each subject of the two groups was examined levels of VEGF-c, cortisol and HADS scores. Data obtained were analyzed by independent t test, Mann Whitney, Pair t and Wilcoxon with the 19th version of SPSS for Windows.Result and Discussion: Average VEGF-c levels before intervention 9006.53 ± 2181.49, after intervention 5631.20 ± 2071.55, p <0.001. The mean cortisol level before intervention was 12.29 ± 4.36, after intervention 6.71 ± 3.88, p <0.001. The mean HADS Anxiety score before intervention was 14.13 ± 3.02, after intervention 8.47 ± 3.07, p <0.001. Mean Depression HADS scores before intervention 13.80 ± 3.21, after intervention 7.20 ± 2.70, p <0.001.Conclusion : VEGF-c levels, cortisol, HADS anxiety scores and depression in patients with advanced cervical cancer decline after psychocurative intervention. Keywords : Psychocurative; VEGF-c; Cortisol; HADS; Cervical cancer
Apakah Endometriosis Mempengaruhi Kualitas Embryo pada Pasien Invitro Fertilization? Suryoningrat, Dewanto; Laqif, Abdurahman; Soetrisno, Soetrisno; Budihastuti, Uki Retno; Sulistyowati, Sri
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.63039

Abstract

Latar Belakang Invitro Fertilization merupakan salah satu manajemen infertilitas yang baik, namun masih didapatkan adanya kesamaan peluang kegagalan perkembangan embrio sebanyak 50% dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami endometriosis.Tujuan: untuk mengetahui hubungan endometriosis dan kualitas embrio pada pasien yang menjalani program invitro fertilization.Metode: Data yang dikumpulkan merupakan data pada rekam medis pasien Klinik Fertilitas Sekar yang menjalani invitro fertilization di Klinik Fertilitas Sekar RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada Januari 2010 – Desember 2019. Analisis menggunakan uji deskriptif dan Uji T tidak berpasangan. Hasil dianggap signifikan jika p ≤ 0,05.Hasil dan Pembahasan: Dalam penelitian ini, rerata kualitas embrio baik memiliki perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara pasien dengan endometriosis dan pasien tanpa endometriosi, sedangkan kualitas embrio buruk tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p>0.05).Kesimpulan: Endometriosis memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas embrio pada wanita yang menjalani program IVF.
PENENTUAN POLA JARINGAN PERGERAKAN LOGISTIK YANG OPTIMAL PADA TRANSPORTASI LAUT MENGGUNAKAN MINIMUM SPANNING TREE BERBASIS ALGORITMA GENETIKA Rifdy Fachry; Imam Mukhlash; Soetrisno Soetrisno
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.384 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v4i2.14019

Abstract

Penentuan pola jaringan pergerakan logistik yang optimal berguna untuk mendukung perencanaan tol laut. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan pola jaringan pergerakan logistik yang optimal adalah dengan menentukan jalur-jalur yang mempunyai kepadatan dalam pergerakan kontainer. Penentuan pola jaringan pergerakan logistik dapat dilakukan dengan menggunakan Minimum Spanning Tree (MST) berbasis algoritma genetika. Algoritma genetika adalah sebuah algoritma yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan MST. Adapun tahapan dari penentuan pola jaringan pergerakan logistik yang optimal pada Tugas Akhir ini adalah penentuan node, proses crossover, proses mutasi, proses evaluasi, dan proses seleksi. Dalam penentuan node terdapat 52 node yang merepresentasikan pelabuhan. Proses crossover menggunakan crossover rate sebesar 0,2. Proses mutasi menggunakan mutation rate sebesar 0,4. Berdasarkan hasil pengujian sistem ini diperoleh total jalur terpadat dengan jumlah kontainer pada tiga tahun, yaitu 2010, 2011, dan 2012 berturut-turut adalah 1647896 Teu’s, 1825049 Teu’s, dan 2027860 Teu’s dengan inisialisasi populasi  100 dan generasi maksimum 2000.
Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital Zulfa Afiq Fikriya; Mohammad Isa Irawan; Soetrisno Soetrisno.
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (984.684 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i1.21754

Abstract

Abstrak— Pengenalan citra digital merupakan bagian yang sangat penting dalam computer vision yang menerapkan pattern recognition. Pengenalan citra digital bertujuan untuk menduplikasi kemampuan manusia dalam memahami informasi citra sehingga komputer dapat mengenali objek pada citra selayaknya manusia. Salah satu metode pattern recognition adalah Extreme Learning Machine (ELM). Extreme Learning Machine merupakan jaringan syaraf tiruan feedforward dengan satu hidden layer atau lebih dikenal dengan istilah single hidden layer feedforward neural networks (SLFNs). Extreme Learning Machine untuk pengenalan objek citra digital pada Tugas Akhir ini terdiri dari 2500 node pada input layer, 1250 node pada hidden layer, dan 3 node pada output layer. Dataset dikelompokkan berdasarkan ukuran objek dalam citra. Hasil uji coba dan evaluasi model dengan data testing menghasilkan tingkat akurasi sebesar 57,33% pada citra dengan objek berukuran kecil, 81,33% pada citra dengan objek berukuran sedang, dan 74,67% pada citra dengan objek berukuran besar.
Implementasi Metode Pewarnaan Graf Menggunakan Algoritma Welch Powell Untuk Simulasi Penerapan Frekuensi Radio Di Jawa Timur Fadhlan Septianto Eka Putra; Darmaji Darmaji; Soetrisno Soetrisno
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.046 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v6i2.26738

Abstract

Interferensi frekuensi radio merupakan permasalahan umum yang di hadapi oleh instansi pemerintah dalam pengelolaan frekuensi radio FM. Interferensi menjadi kelemahan dalam pengelolaan frekuensi radio FM dimana permasalahan yang terjadi adalah adanya ‘tubrukan’ pada dua stasiun radio dengan frekuensi yang sama. Interferensi memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kinerja jaringan nirkabel. Akibatnya penerimaan suara pada stasiun radio FM di Jawa Timur yang mengalami interferensi menghasilkan kualitas suara yang buruk. Pada penelitian ini, dilakukan penggunaan algoritma welch powell dalam menyelesaikan masalah interferensi dan mengoptimalkan pengalokasian frekuensi radio FM. Hasil dari penelitian ini menunjukan Algoritma Welch Powell dapat menyelesaikan masalah interferensi dan mengoptimalkan pengalokasian frekuensi di Jawa Timur tanpa adanya frekuensi yang bertubrukan, dengan menggunakan data real stasiun radio FM yang ada di Jawa Timur, Algoritma Welch Powell menghasilkan pengalokasian frekuensi yang lebih optimal. Karena jumlah frekuensi yang dihasilkan dengan algoritma Welch Powell lebih minimum dibandingkan jumlah frekuensi yang digunakan data real.