Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Abdullah Eteng: His Struggles and Achievements for Indonesia and North Sumatra Yushar Tanjung; Pulung Sumantri; Adam Zaki Gultom
JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : UIN Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30829/juspi.v5i1.10023

Abstract

This article discusses Abdullah Eteng, a local fighter from North Sumatra who was instrumental in securing the Republic of Indonesia's independence. This research employs a historical method. Because this study is centered on Abdullah Eteng, this article takes on the form of a biography. Abdullah Eteng is a fighter who demonstrates consistency in the pursuit of his ideals. The struggle spanned multiple eras, including Dutch colonialism, Japan, the Physical Revolution, the Old and New Orders. From the ground up, he forged himself to the pinnacle of his career. Throughout his life, he was involved in organizations and the news media and possessed a strong sense of responsibility. As a bureaucrat, he is accountable to political parties and members of parliament.
MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI KOTA BINJAI Yushar Tanjung; Janita Anggraini Sembiring
Puteri Hijau : Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 5, No 2 (2020): Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol.5 No.2
Publisher : Department of History Education, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ph.v5i2.24134

Abstract

Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui proses awal masuknya agama Islam di Kota Binjai, untuk mengetahui perkembangan agama Islam di Kota Binjai, untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan agama Islam di Kota Binjai, untuk mengetahui bangunan-bangunan peninggalan bercorak Islam di Kota Binjai dan untuk mengetahui jejak-jejak Islam yang terdapat di kota Binjai dan masih terdapat peninggalannya hingga sekarang . Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan menggunakan metode Library Research (metode penelitian kepustakaan) dan Field Research Methode ( metode penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif historis dan teknik yang digunakan studi pustaka dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumentasi atau memfoto peninggalan-peninggalan jejak Islam di Kota Binjai. Hasil yang diperoleh dari penelitian penyebaran Islam di Kota Binjai ini tidak terlepas dari peran yang besar dalam penyebaran agama Islam dari Kesultanan Langkat yang berkedudukan di Kota Binjai karena Binjai merupakan bagian dari kesultanan langkat sebelum akhirnya membentuk daerahnya sendiri. Dan juga terdapat peninggalan-peninggalan Islam di Kota Binjai yang berupa masjid, makam, sekolah Islam dan Ulama.
Pemukiman Elite Kesultanan Deli Yushar Tanjung
Puteri Hijau : Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 1 (2019): Puteri Hijau Vol. 4 No. 1
Publisher : Department of History Education, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ph.v4i1.13897

Abstract

Telaah ini bertujuan untuk mengetahui terbentuknya Kota Matsum di Kesultanan Deli,menelisik aktivitas masyarakat di bidang sosial,politik. Telaah ini adalah  kajian historik dengan menggunakan model deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah studi lapangan(Field Research)dengan metode observasi dan wawancara dengan narasumber yang dikonfirmasi dengan studi pustaka (Library research), Hasil telaah diketahui bahwa Kota Maksum merupakan kawasan pemukiman bagi rakyat Kesultan terutama kalangan bangsawan serta pejabat Kerajaan Deli.Sebagian besar masyarakat Kota Maksum terdiri dari orang-orang kelas sosial menengah ke atas dengan status sosial ekonomi tinggi.Aktivitas budaya di Kota Maksum dapat dilihat dari upacara-upacara adat di Istana Maimoon. Dalam acara-acara besar biasanya diadakan pula pesta rakyat berupa  kesenian dan pasar malam. Masyarakat Kota Maksum tunduk kepada undang-undang sultan dengan penegak hukumnya berupa lembaga peradilan dan polisi swapraja.Kehidupan bangsawan di Kota Maksum berakhir dengan peristiwa revolusi sosial 1946 berikut  dihapuskannya sistem kerajaan dengan cara di luar batas perikemanusiaan dalam ujud penjarahan dan pembakaran rumah-rumah bangsawan. Kata Kunci :  Kota Maksum, kehidupan masyarakat,revolusi
BIOGRAFI PAYUNG BANGUN: PENDIDIK DAN PENGAJAR YANG KONSISTEN BERKARYA Risa Christina Simatupang; Yushar Tanjung
Puteri Hijau : Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 6, No 1 (2021): Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol.6 No.1
Publisher : Department of History Education, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ph.v6i1.23456

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas intelektual seorang guru besar Antropologi Sosial,kontribusinya berupa karya-karya di bidang pendidikan, kebudayaan dan sejarah tokoh. Kajian ini menggunakan metode deksriftif kualitatif melalui penelitian lapangan dan kepustakaan.Kajian lapangan dilaksanakan dengan melakukan wawancara terhadap keluarga dan kerabat  sedangkan penelitian kepustakan dilakukan dengan cara mengumpulkan karya-karya tertulisBeliau yang dapat mendukung kajian guna dianalisis kemudian disajikan dalam pembahasan. Hasil kajian diperoleh bahwa aktivitas intelektual Payung Bangun sangat dipengaruhi pemikiran beliau ketika sebagai mahasiswa dan menjadi asisten  Prof.M. Yamin dalam membantu mata kuliah Sejarah Indonesia dan sejarah Asia Tenggara. Ini membawa Payung Bangun terus berdedikasi di dunia pendidikan,dan pengajaran sebagai Dosen dan membimbing mahasiswa hingga menyelesaikan perkuliahan. Karya-karya tertulis yang disumbangkan untuk pengembangan akademik khususnya Sejarah adalah buku Kolonel Maludin Simbolon,Pendidik dan Pejuang Melanchton Siregar, Dari Medan Area ke Sipirok Area,Terang itu Sudah Menyinari,Pelapisan Sosial di Kabanjahe.Dari tulisannya dapat disimpulkan bahwa konsistensi beliau dalam pendidikan dan pengajaran tertuang dalam tulisan beliau di buku-buku dan artikel yang dibuatnya bahwa Pendidikan Pengajaran Sejarah dalam menumbuhkan dan mengembangkan Nasionalisme.
FENOMENA LEARNING LOSS SEBAGAI DAMPAK PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI COVID-19 Ayu Widyasari; M Reza Widiastono; Dimas Sandika; Yushar Tanjung
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 5, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v5i1.5144

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ancaman nyata kehilangan pembelajaran bagi siswa kurang mampu dan daerah terpencil, akibat penutupan sekolah dan pembelajaran jarak jauh. Di sisi lain menjaga siswa agar tetap aman dari bahaya virus COVID-19 adalah hal yang utama. Pembelajaran jarak jauh merupakan solusi dari dilema ini, namun sangat sulit diterapkan oleh siswa kurang mampu dan daerah terpencil, karena: 1) Siswa belum pernah menggunakan berbagai platform teknologi pendidikan dalam pembelajaran jarak jauh 2) Tidak memiliki smartphone dan paket data seluler 3 ) Sinyal internet di daerah terpencil tidak baik untuk pembelajaran jarak jauh. Hasil penelitian ini menggambarkan, ketika pembelajaran jarak jauh pertama kali diterapkan, sebanyak 70% dari 125 siswa kurang mampu dan sepuluh sekolah mengalami kesulitan saat menggunakan platform teknologi pendidikan untuk pembelajaran jarak jauh. Namun, setelah dua tahun berlangsung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah terjadi peningkatan partisipasi siswa kurang mampu. Selain itu, subsidi paket data seluler yang diberikan oleh pemerintah, kurikulum yang adaptif dan variasi metode pembelajaran saat pembelajaran jarak jauh, menjadi faktor penting dalam meningkatkan partisipasi siswa kurang mampu dan daerah terpencil. Kedepannya perlu memperhatikan dampak dari kurikulum merdeka yang saat ini sedang diproyeksikan sebagai kurikulum baru pasca pandemic Covid-19. 
Integrasi Isu-Isu Sosial Kekinian dalam Pembelajaran IPS: Sebuah Analisis Relevansi Yushar Tanjung; Mhd Ihsan Syahaf Nasution; Hafnita Sari Dewi Lubis; Anju Nofarof Hasudungan; Surya Aymanda Nababan
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE) Vol 4, No 2 (2022): JULI
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/ijsse.v4i2.7413

Abstract

Mata Pelajaran IPS dapat dijadikan sebagai mata pelajaran yang mampu meningkatkan kepekaan sosial siswa. Sehingga bukan saja kecerdasan kognitif saja yang meningkat tetapi sikap dan keterampilan pun turut meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan isu sosial dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang masih relevan dan kontekstual dibahas hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan analisis dokumen. Analisis data mengadopsi dari model interaktif Miles dan Huberman. Materi pembelajaran IPS telah seharusnya mengkaji isu-isu social yang berkembang saat ini dalam konteks ini yakni, isu perdamaian dan pembangunan. Harapannya melalui pendekatan interdisipliner mampu membentuk siswa menjadi warga negara dan global yang baik dan bertanggung jawab. Membentuk agen perdamaian tidak harus hanya menyasar orang dewasa, melainkan sejak siswa dapat didik menjadi agen perdamaian dunia.
Pendekatan Elemen-Elemen Melayu-Islam dalam Restrukturisasi Birokrasi pada Kesultanan Palembang Darussalam oleh Sultan Mahmud Badaruddin II Hafnita Sari Dewi Lubis; Yushar Tanjung; Ahmad Muhajir
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.414

Abstract

This article aims to review issues related to the implementation of Malay-Islamic elements approach in restructuring the bureaucratic and the circumstances surrounding Sultan Mahmud Badaruddin II in Sultanate of Palembang Darussalam. Sultan Mahmud Badaruddin II’s era (1803-1821) is known as a very crucial era for the history of Palembang. He restructures the bureaucracy and face both from the internal (by his own brother) and external (by British) threats to knocked him off the throne. This research is a literature review with an approach to historical methods. Some documents from Dutch colonial archives are used as primary sources and most of the relevant books and scientific articles are used as secondary sources. The results of this research concluded that Sultan Mahmud Badaruddin II was aware and necessary to strengthen his position and power from internal and external threats. He has created a balance by modifying the bureaucratic system inherited by his ancestors by adopting elements of the leadership system of the Malay-Islamic kingdoms. The Malay-Islamic elements that appear to be implemented in the restructuring of its bureaucracy are six elements, such as strengthening the position of shahbandar, strengthening the position of penghulu, maintaining the Simbur Cahaya Law, maintaining and regulating the social class (marga-marga system), regulating the differentiation of taxpayers (tiban tukon system), as well as controlling the loyalty of the elite with the lungguh system (apanage). The bureaucratic restructuring implemented by Sultan Mahmud Badaruddin II proved to have practically made the governance of the sultanate more stable, effective, efficie t, strengthened trade monopolies, and brought prosperity. However, intrigue and betrayal succeeded in overthrowing Sultan Mahmud Badaruddin until he was exiled to Ternate and forced to leave his homeland to fall into the hands of colonialists.
Musim Haji di Mandailing Natal: Tradisi dan Status Sosial Yushar Tanjung; Hafnita Sari Dewi Lubis; Muhammad Andre Syahbana Siregar
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 23 No. 2 (2022)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.415

Abstract

This article aims to discuss the traditions of the Hajj season in the Mandailing Natal community. The tradition of the Hajj season is a tradition that has been carried out by the Mandailing Natal community for a long time. The Hajj tradition has indeed become a sacred tradition for many people in Indonesia, one of which is the Mandailing Natal community. This study uses a qualitative research method with a sociological approach to religion. The main sources in this research are in-depth interviews related to traditions during the Hajj season in Mandailing Natal to several local figure such as Amirul Latif Lubis, Dedek Fauzi, Marwansyah Lubis, and Yusuf Akbar. While supporting sources can be obtained from books, journals, and other scientific research that are relevant to the themes discussed. The results showed that there were three major traditions during the Hajj season in Mandailing Natal, namely: Marbante, Mangalomang, and Khataman Quran. Marbante is a tradition of slaughtering sacrificial animals (cows or buffaloes) which are then distributed to the surrounding community. But nowadays this tradition is not only carried out during the Hajj season, but on other major celebrations. Mangalomang is a tradition of cooking lemang together in one of the residents’ houses. Usually this tradition is carried out at the time of entering the month of Ramadan and ahead of Eid al-Fitr. Khataman Quran is a tradition that is carried out by reading the Quran together at night, and finishing reading it that same night. In addition, the tradition of the pilgrimage season in Mandailing is also a way to show social class in society in Mandailing Natal.
Sejarah Desa Tipang Debora Nababan; Andre Sinulingga; Dea Berty Br Gurusinga; Eliza Solina; Fandi ] Oktavian; Yushar Tanjung
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research (Special Issue)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.11064

Abstract

Tipang dalam budaya tradisi lisan masyarakatnya dipercaya sebagai Bonapasogit Raja Sumba II atau sebagai tempat leluhur Raja Sumba II. Desa Tipang merupakan desa yang dihuni oleh Tujuh Marga. Masyarakat yang terdiri dari Tujuh Marga inilah yang dikatakan sebagai Raja Napitu. Mereka mempunyai ikatan persaudaraan dan juga selalu bersama dalam menjalankan aturan yang ada dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang titik kuatnya adalah mendeskripsikan kata dan klausa secara sistematis, faktual, dan akurat. Pendekatan kualitatif deskriptif memberikan penelitian dengan data dan temuan yang signifikan, yang pada gilirannya akan memastikan keaslian penelitian ini.bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial yang alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dan fenomena yang ditelitidesa Tipang dikenal sebagai tempat lahirnya tujuh Marga oleh karena itu disebut sebagai Bius Sipitu Marga (nama lain desa Tipang).Desa ini menyimpan sistem pemerintahan lama yang disebut Desa Bius. Raja Bius terdiri dari dua penguasa yaitu Parsanggul Baringin yang mewakili Toga Simamora dan Pangulu Oloan yang mewakili Toga Sihombing. Tugas Raja Bius adalah hal yang berhubungan dengan Humaniora dan adat istiadat.Desa Tipang memiliki beberapa peninggalan seperti Prasasti Merpati, Tangan dan Padi yang sakral serta menjadi lambang Desa Tipang. Terdapat Batu Harbangan yang digunakan sebagai gerbang masuk dan keluar desa. Terdapat juga Batu Maranak yang memiliki foklor Batak Toba dan konon jumlah batunya setiap bertambah tahun. Terdapat juga Sarkofagus berbentuk persegi panjang dan ada ukurin yang sudah berusia ratusan tahun.