Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : e-GIGI

Persepsi pengguna gigi tiruan lepasan terhadap fungsi estetik dan fonetik di komunitas lansia Gereja International Full Gospel Fellowship Manado Tulandi, Joshua D.G.; Tendean, Lydia; Siagian, Krista V.
e-GiGi Vol 5, No 2 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.2.2017.17069

Abstract

Abstract: Elderly is the final step of evolution in human life in which the function of oral cavity starts to degrade and impact life, as well as to reduce the aesthetic and phonetic functions. However, the loss of aesthetic and phonetic functions in the elderly stage can be restored by using dentures. This study was aimed to assess the perception about denture aesthetic and phonetic functions among elderly people at International Full Gospel Fellowship Church in Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 73 respondents in this study obtained by using total sampling method and consisted of elderly people who used dentures and agreed to fill the questionnaires. Data were analyzed descriptively and presented in tables. The results showed that based on satisfaction of using denture, the perception of the respondents had the highest score of 361 points (good category). Based on the aesthetic function, the perception of the respondents had the score of 330.3 points (good category); and based on the phonetic function, the perception of the respondents had the score of 334 points (good category). Conclusion: The perception of aesthetic and phonetic functions of dentures among the elderly people at International Full Gospel Fellowship Manado belonged to good category.Keywords: elderly, perception, denture, aesthetics, phonetics Abstrak: Lansia (lanjut usia) merupakan tahap akhir perkembangan dalam kehidupan manusi dimana mulai terjadinya penurunan fungsi pada rongga mulut yang berdampak pada kehidupan lansia dan penurunan fungsi estetik dan fonetik. Kehilangan fungsi estetik dan fonetik pada lansia dapat dikembalikan dengan pemasangan gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi lansia terhadap fungsi estetik dan fonetik gigi tiruan lepasan di komunitas Gereja International Full Gospel Fellowship Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pada penelitian ini digunakan 73 responden yaitu lansia yang memakai gigi tiruan, diperoleh dengan metode total sampling, dan bersedia mengisi kuesioner. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif kemudian disajikan berdasarkan distribusi dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia berdasarkan kepuasan pada penggunaan gigi tiruan memiliki skor tertinggi yaitu 361 termasuk kategori baik, persepsi lansia berdasarkan fungsi estetik memiliki skor sebanyak 330,3 termasuk kategori baik,dan persepsi lansia terhadap fungsi fonetik sebanyak 334 termasuk kategori baik. Simpulan: Persepsi lansia terhadap fungsi estetik dan fonetik gigi tiruan lepasan di komunitas Gereja International Full Gospel Fellowship Manado termasuk kategori baik.Kata kunci: persepsi, lansia, gigi tiruan, estetik, fonetik
Gambaran temporomandibular disorders pada lansia di kecamatan wanea Gabrila, Johannis; Tendean, Lydia; Zuliari, Kustina
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13489

Abstract

Abstarct: Elderly was the final phase of the development of human life. The elderly will experience a reduction of posterior or anterior teeth, degeneration, thinning of the oral mucosa, hyposalivation, decreased activity and muscle mass, setbacks of many body functions including temporomandibular joint (TMJ) function. Arthritis and osteoporosis that occur in TMJ due to excessive load as well as tooth loss lead to temporomandibular disorders (TMD). Elderly who has TMD will experience discomfort in eating and drinking. This study aimed to obtain the description of TMD among the elderly at Wanea district. This was a descriptive study with a cross sectional design conducted in June 2016. Samples were obtained by using purposive sampling. The elderly were interviewed by using the Fonseca's questionnaire and were checked for clicking sound and teeth loss. The results showed that of 98 respondents, there were 54 elderly with mild TMD, 12 elderly with moderate TMD, and 5 elderly with severe TMD; 28 elderly had no TMD. Clicking sound was found in 70 elderly, partial tooth loss in 78 ederly, and whole tooth loss in 20 ederly. Conclusion: Most elderly in Wanea had TMD. The most frequent that had TMD was age 60-70 years old and females. The most common classification of TMD was mild TMD.Keywords: elderly, temporomandibular disorders.Abstrak: Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir perkembangan dari kehidupan manusia. Lansia umumnya mengalami pengurangan jumlah gigi geligi posterior maupun anterior, terjadi degenerasi, penipisan mukosa oral, hiposalivasi, penurunan aktivitas dan massa otot, serta terjadi kemunduran banyak fungsi tubuh termasuk fungsi sendi temporomandibular (TMJ). Artritis dan osteoporosis yang dapat terjadi pada TMJ akibat beban berlebihan serta kehilangan gigi pada lansia mengakibatkan terjadinya temporomandibular disorders (TMD). Lansia yang mengalami TMD akan mengalami ketidaknyamanan dalam hal makan dan minum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran TMD pada lansia di Kecamatan Wanea dan dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pada penelitian ini dilakukan wawancara pada lansia menggunakan Fonseca’s Questionnaire, serta pemeriksaan bunyi clicking dan pemeriksaan kehilangan gigi. Hasil penelitian mendapatkan dari 98 responden, 54 lansia mengalami TMD ringan, 12 lansia TMD sedang, 5 lansia TMD berat; 28 lansia tanpa TMD. Bunyi clicking terdapat pada 70 lansia, kehilangan gigi sebagian sebanyak 78 lansia, dan kehilangan gigi seluruhnya sebanyak 20 lansia. Simpulan: Sebagian besar lansia di Kecamatan Wanea mengalami TMD. Yang tersering ditemukan ialah kelompok usia 60-70 tahun, jenis kelamin perempuan dan klasifikasi TMD ringan.Kata kunci: lansia, temporomandibular disorders
Perbedaan Waktu Pembekuan Darah Pasca Pencabutan Gigi pada Pasien Menopause dan Non-menopause Turang, Veren K.; Tendean, Lydia; Anindita, P. S.
e-GiGi Vol 6, No 2 (2018): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.6.2.2018.20953

Abstract

Abstract: Entering the age of 40s in women, hormone levels and alveolar bone density begin to decrease which can cause wobbly teeth ended with tooth extraction. In menopausal patient, the tooth extraction has to be performed very carefully to avoid excessive bleeding. This study was aimed to compare the clotting time after tooth extraction of menopausal patients with of non-menopausal patients at RSGM Unsrat Manado. This was an analytical descriptive study with a cross sectional design. Study population included all female patients aged 35-60 years who had tooth extraction performed on them at the Oral Surgery Department of RSGM Unsrat in June 2018. Samples were obtained by using the total sampling method. The results showed that there were 32 subjects consisted of 13 women (40.63%) aged 35-44 years (non-menopause) and 19 women (59.37%) aged 45-60 tahun (menopause). Most of the normal clotting timess of non-menopausal subjects were at minutes-6 and 7, each of 5 subjects (15.62%). Most of the abnormal clotting times in menopausal subjects was at minute-9 as many as 8 subjects (25.00%). The Shapiro-Wilk test showed that data were not distributed normally; therefore, the further analysis was performed with the Mann-Whitney test with a P value of 0.000 (P <0.05). Conclusion: There was a significant difference in clotting time after tooth extraction between menopausal and non-menopausal patients.Keywords: menopause, non menopause, clotting time, tooth extraction Abstrak: Memasuki usia 40-an kadar hormon pada perempuan mulai berkurang, demikian pula kepadatan tulang alveolar yang dapat menyebabkan kegoyangan gigi dan dilakukannya tindakan pencabutan gigi. Pada pasien menopause teknik pencabutan gigi harus dilakukan secara hati-hati untuk mengurangi risiko perdarahan berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan waktu pembekuan darah pasca pencabutan gigi antara pasien meno-pause dan non-menopause di RSGM Unsrat Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Populasi penelitian yaitu semua pasien perempuan berusia 35-60 tahun yang dilakukan tindakan pencabutan gigi di Bagian Bedah Mulut RSGM Unsrat pada bulan Juni 2018. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian menda-patkan 32 orang subyek penelitian, terdiri dari 13 orang (40,63%) berusia 35-44 tahun (non-menopause) dan 19 orang (59,37%) berusia 45-60 tahun (menopause). Kategori waktu pembe-kuan normal pada subyek non-menopause terbanyak pada menit ke-6 dan ke-7, masing-masing sebanyak 5 orang (15,62%). Kategori tidak normal pada subyek menopause terbanyak pada menit ke-9 sebanyak 8 orang (25,00%). Hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan data terdistribusi tidak normal, dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dengan perolehan signifikansi 0,000 (P <0,05). Simpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada waktu pembe-kuan darah pasca pencabutan gigi antara pasien menopause dan non menopause.Kata kunci: menopause, non menopause, waktu pembekuan darah, pencabutan gigi
Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kebersihan dengan Status Gingiva pada Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Baba, Puspitasari; Wowor, Vonny N.S.; Tendean, Lydia
e-GiGi Vol 6, No 1 (2018): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.6.1.2018.19515

Abstract

Abstract: Denture hygiene behavior is an important factor in the success of denture treatment because it has a close relationship with attitude, knowledge, and action of denture wearers. Improper maintance of denture hygiene can cause problems to oral health, especially in removable denture wearers. Gingiva is often used as an indicator of periodontal diseases. This study was aimed to obtain the denture hygiene behavior, gingival status, and the relationship between these two conditions among partial removal acrylic-based denture wearers at Wawalintoan, West Tondano. This was a descriptive analytical study with a cross-sectional design performed on 68 respondents wearing partial removal acrylic-based dentures obtained by using purposive sampling technique. Data were collected through questionnaire of denture hygiene behavior and examination of gingival index. The results showed that the respondents had good knowledge, attitude, and action of dental hygiene with an average score of 453 (66.6%). The gingival status was categorized as mild in 39 people (57.4%). The relationship between hygiene maintance and gingival status of the respondents analyzed by using the chi-square test obtained a P-value of 0.000 <0.05. Conclusion: There was a significant relationship between denture hygiene behavior and gingival status of partial removable denture wearers.Keywords: hygiene maintance behavior, gingival status, partial removable denture Abstrak: Perilaku pemeliharaan kebersihan gigi tiruan merupakan faktor penting dalam keberhasilan perawatan gigi tiruan karena berhubungan erat dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan pengguna gigi tiruan. Pemeliharaan kebersihan gigi tiruan yang kurang baik dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut terutama pada pengguna gigi tiruan lepasan. Gingiva sering dijadikan sebagai indikator pada penyakit jaringan periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pemeliharaan kebersihan, status kesehatan gingiva pada pemakai gigi tiruan, dan hubungan perilaku pemeliharaan kebersihan dengan status gingiva pada pengguna gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berbasis akrilik. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang yang dilakukan pada 68 responden pengguna GTSL berbasis akrilik di Kelurahan Wawalintoan, Kecamatan Tondano Barat yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner perilaku pemeliharaan kebersihan dan pemeriksaan indeks gingiva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pemeliharaan kebersihan gigi, responden memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang tergolong baik dengan skor rerata 453 (66,6%). Status gingiva responden tergolong kategori ringan sebanyak 39 orang (57,4%). Hasil uji chi-square terhadap hubungan antara pemeliharaan kebersihan dan status gingiva pengguna GTSL mendapatkan P=0,000 ≤0,05. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara perilaku pemeliharaan kebersihan dan status gingiva pada pengguna GTSL.Kata kunci: perilaku pemeliharaan kebersihan, status gingiva, GTSL
Pengaruh konsumsi nanas (Ananas comosus L. Merr) terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 10-12 tahun di SD Inpres 4/82 Pandu Embisa, Yurnila A.; Tendean, Lydia; Zuliari, Kustina
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13769

Abstract

Abstract: To date, the most common oral health problem in children is dental caries. Plaque is one of the causes of caries. There are several ways to control plaque, as follows: mechanical, chemical and naturally methods. Plaque can naturally be controled by consumption of fiber-rich and watery fruits, inter alia pineapple. This study is aimed to obtain the effect of pineapple consumption on plaque index reduction in children aged 10-12 years old at SD Inpres 4/82 Pandu. This was a quasy experimental study with a pre and post-test group design. There were 48 students as samples obtained by using simple random sampling method. The result of paired t-test showed that the significance probability value was 0.000 (p < 0.05), which meant that there was a significant reduction in plaque index between before and after pineapple consumption. Conclusion: Pineapple consumption could reduce plaque index in children aged 10-12 years old.Keywords: pineapple, plaque index.Abstrak: Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak yang banyak ditemukan ialah karies gigi. Plak merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies. Untuk menghilangkan plak dapat dilakukan tindakan pengontrolan plak, yaitu mekanis, kimiawi, dan alamiah. Pengontrolan plak secara alamiah dapat dilakukan dengan mengonsumsi buah yang mengandung serat dan air, antara lain buah nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengonsumsi nanas terhadap penurunan indeks plak pada anak usia 10-12 tahun. Jenis penelitian ialah eksperimental semu dengan pre and post-test group design. Sampel sebanyak 48 siswa usia 10-12 tahun yang duduk di kelas V dan VI di SD Inpres 4/82 Pandu, diperoleh dengan simple random sampling. Hasil uji paired t-test mendapatkan nilai probabilitas signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan penurunan indeks plak yang bermakna antara sebelum dan sesudah mengonsumsi nanas. Simpulan: Konsumsi nanas dapat menurunkan indeks plak pada anak usia 10-12 tahun.Kata kunci: nanas, indeks plak
Hubungan antara Jumlah Kehilangan Gigi dengan Status Gizi pada Lansia di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder Pioh, Charlene; Siagian, Krista V.; Tendean, Lydia
e-GiGi Vol 6, No 2 (2018): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.6.2.2018.21425

Abstract

Abstract: Tooth loss is commonly found among elderly and have bad impact on the TMJ, mastication, aesthetics as well as speech function. Due to mastication disorder, the elderly tend to choose certain food which influences their nutritional status. This study was aimed to obtain the relationship between tooth loss and nutritional status based on BMI among the elderly at Kolongan Atas II, Sonder. This was an analytical descriptive study with a cross-sectional design. Population included elderly aged 60-65 years old at Kolongan Atas II, Sonder. Samples were obtained by using total sampling method. The results showed that there were 30 elderlies that fulfilled the inclusion criteria. Tooth loss more than ten teeth was most common among elderly with normal nutritional status followed by those with overweight. Meanwhile, there was no elderly with underweight. The relationship between the tooth loss and nutritional status was tested with the chi-square which resulted in P value of 0.597. Conclusion: There was no significant relationship between tooth loss and nutritional status among elderly at Kolongan Atas II, Sonder. The elderlies were advised to pay attention to their nutritional status and to use dentures for replacement of their missing teeth.Keywords: tooth loss, nutrient status, elderly Abstrak: Pada masa lansia sering terjadi kehilangan gigi yang menyebabkan gangguan TMJ, pengunyahan, estetik, dan fungsi bicara. Gangguan pengunyahan pada lansia menyebabkan kecenderungan memilih makanan tertentu yang dapat memengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan IMT pada lansia di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ialah lansia berusia 60-65 tahun di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder sedangkan sampel diperoleh menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Kehilangan gigi >10 gigi terbanyak pada lansia dengan gizi normal diikuti dengan gizi lebih. Tidak didapatkan lansia dengan gizi kurang. Hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi berdasarkan IMT diuji dengan uji chi square dan mendapatkan nilai P=0,597. Simpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara kehilangan gigi dengan status gizi pada lansia di Desa Kolongan Atas II Kecamatan Sonder. Disarankan agar para lansia untuk tetap memperhatikan asupan makanan agar dapat mempertahankan status gizi yang baik dan menggunakan gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang hilang.Kata kunci: kehilangan gigi, status gizi, lansia
Kualitas hidup manusia lanjut usia pengguna gigi tiruan di Kecamatan Wanea Massie, Nikita S. W.; Wowor, Vonny N. S.; Tendean, Lydia
e-GiGi Vol 4, No 2 (2016): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.4.2.2016.13651

Abstract

Abstract: A qualified life is the hope of every elderly, which means that they can enjoy they elderly life happily. Tooth loss can cause dysfunction that affect the quality of life. Well-made denture can replace the missing teeth and restore the dysfunction. This study aimed to obtain the life quality of elderly at Kecamatan Wanea. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population in this study consisted of elderly as many as 329 people that used dentures. The total samples were 77 respondents obtained by using purposive sampling method. This study was carried out at Kecamatan Wanea from February till August 2016. OHIP 14 quitionary was used as the instrument in this study. The life quality measurement score showed that the functional limitation dimension was 151.5; physical disability dimension was 140; psychical disability dimension was 106; social disability dimension was 99.5; hampered dimension was 102.5; and life quality measurement score was 122.7. Conclusion: The life quality of elderly using dentures at Kecamatan Wanea was quite good.Keywords: life quality, elderly, denture user.Abstrak: Hidup yang berkualitas merupakan sesuatu yang diinginkan lansia sehingga bisa menikmati masa tua dengan penuh makna, membahagiakan, dan berguna. Kehilangan gigi dapat menimbulkan gangguan fungsi yang berpengaruh pada kualitas hidup. Gigi tiruan yang dibuat dengan baik untuk menggantikan gigi yang hilang dapat memulihkan fungsi yang terganggu, dan akan berdampak pada kualitas hidup penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup manusia lanjut usia pengguna gigi tiruan di Kecamatan Wanea. Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini ialah lansia yang memakai gigi tiruan sebanyak 329 orang. Sampel berjumlah 77 lansia yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Penelitian dilakukan di Kecamatan Wanea pada bulan Febuari sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner OHIP 14. Hasil penelitian menunjukkan skor pengukuran kualitas hidup berdasarkan dimensi keterbatasan fungsi sebesar 151,5; dimensi rasa sakit fisik sebesar 148; dimensi ketidaknyamanan psikis sebesar 112; dimensi ketidakmampuan fisik sebesar 140; dimensi ketidakmampuan psikis sebesar 106; dimensi ketidakmampuan sosial sebesar 99,5; dimensi keterhambatan sebesar 102,5; dan skor pengukuran kualitas hidup sebesar 122,7. Simpulan: Kualitas hidup manusia lanjut usia pengguna gigi tiruan di Kecamatan Wanea umumnya tergolong baik.Kata kunci: kualitas hidup, lansia, pengguna gigi tiruan