Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

RISIKO BANJIR PADA DRAINASE PADA MASA PANDEMI COVID-19 Rumilla Harahap; Kemala Jeumpa; Sarra Rahmadani
Jurnal Riset Rekayasa Sipil Vol 4, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Prodi Teknik Sipil FT Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.69 KB) | DOI: 10.20961/jrrs.v4i2.44231

Abstract

Besarnya dampak kerugian yang dihasilkan baik materi maupun non materi serta kondisi drainase yang tidak berfungsi lagi baik disebabkan oleh daya tampung yang lebih kecil dari debit yang ada, kurangnya perawatan maupun sistem pengaliran dan pembuangan yang tidak sesuai lagi dengan lingkungan dan juga tahun 2020 terjadi saat pandemi Covid-19. Beberapa daerah diantaranya Kecamatan Medan Polonia, Medan Sunggal, Medan Petisah, Medan Tembung, Medan Barat, Medan Timur  selalu  terjadi  banjir  karena  drainase  tidak  mampu  menampung  lagi.  Mengingat  begitu banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir atau genangan luas dan tinggi, maka penelitian berjudul “Risiko banjir pada drainase pada masa pandemic covid-19” dengan tujuan untuk mengetahui debit banjir dari besaran hujan dimasa pandemic Covid-19. Data yang digunakan data curah hujan dari BMKG selama 10 tahun, untuk menganalisa hidrologi menggunakan Metode Log Pearson III dan Analisa hidrolika menggunakan debit banjir. Mencari hujan rencana dengan kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun. Kemudian  hasilnya dibuat dalam bentuk kurva. Selanjutnya perhitungan debit banjir periodik menggunakan Metode Rasional untuk research . Hasil yang ditargetkan dengan adanya karya ilmiah ini dapat digunakan oleh instansi yang bersangkutan.   metode log pearson type  III Intensitas curah hujan untuk periode ulang  ulang 10 tahun adalah 122,85 mm/jam dan debit banjir rancangan untuk Q 10 Tahun adalah 4,228 m3/det hasil penelitian ini diharapkan dapat mengurang risiko banjir dan Menumbuhkan kesadaran masyarakat agar menjaga kesehatan, memelihara drainase, tidak membuang sampah disembarangan dan semoga bermanfaat untu pemerintah daerah.
ANALISIS SISTEM PEMBERIAN AIR TERHADAP TANAH SAWAH BERBAHAN ORGANIK Sarra Rahmadani .; Fatchan Nurrochmad .; Joko Sujono .
Educational Building Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan dan Sipil Vol 6, No 2 DES (2020): EDUCATIONAL BUILDING
Publisher : Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.541 KB) | DOI: 10.24114/ebjptbs.v6i2 DES.22015

Abstract

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan komoditas pertanian khususnya tanaman padi adalah cara memperoleh hasil yang lebih dengan penggunaan air minimum. Hal tersebut dapat dicapai melalui pengelolaan yang baik terhadap metode pemberian air, serta usaha pengkondisian tanahnya.Metode pemberian air dalam budidaya padi varietas Ciherang yang dilakukan adalah Alternate Wetting and Drying (AWD), konvensional dan Mid Summer Drainage (MSD).Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian UGM pada lahan percobaan (pot).Jumlah air irigasi yang diberikan tergantung pada metode irigasi yang diterapkan.Untuk metode AWD dan MSD genangan air irigasi dipertahankan adalah 2 cm pada waktu yang telah ditetapkan berdasarkan sistemnya, sedangkan konvensional dengan kedalaman 3 cm sepanjang masa tanam.Perhitungan perkolasi dilakukan setiap hari sebelum pemberian air irigasi dengan menimbang berat air perkolasi.Penelitian ini menganalisis pengaruh sistem pemberian air pada tanah sawah berbahan organik (komposisi 40% dan 60%) terhadap hasil produksi gabah kering, keragaan tanaman, kebutuhan air irigasi, perkolasi serta produktivitas air tanaman padi. Hasil uji statistik Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa metode AWD merupakan metode yang paling unggul dan beda nyataapabila dibandingkan dengan metode konvensional dan MSD. Metode AWD dengan masa tanam 110 HST menghasilkan 43 anakan, tinggi tanaman 127 cm, gabah kering panen 105 gr, kebutuhan air 78.92 liter, rerata perkolasi tengah bulanan 2.85 mm/hari dan produktivitas airnya 1.3 kg/m³. Penambahan bahan organik berpengaruh terhadap kemampuan tanah mengikat air yang artinya perkolasi dapat berkurang dengan penambahan bahan organik.Komposisi bahan organik 40% sudah dapat mencapai nilai yang optimum dalam kemampuan tanah mengikat air. Kata Kunci : Alternate Wetting and Drying, Mid Summer Drainage, Padi, Produktivitas Air ABSTRACT One of the main challenges faced in the development of agriculture commodity especially rice crop is how to get more results with minimum water. It can be achieved through a good management of water delivery method, as well as soil condition. In this study, several methods of water irrigation in rice cultivation  Ciherang variety were applied i.e. alternate wetting and drying (AWD), conventional and mid summer drainage (MSD). The study was conducted in the greenhouse, Faculty of Agriculture in the field trials (pot). The amount of water irrigation given depend on the irrigation method which was applied. For the AWD and MSD methods, the inundation of water irrigation is 2 cm, whereas for conventional methods with a depth of 3 cm throughout the planting period. Percolation was measured everyday before offering water irrigation by weighing the percolation water weight. This study analyzed the influence of water irrigation methods on paddy soil made from organic (composition of 40% and 60%) on dry grain yields, the performance of plants, water irrigation need, percolation and water productivity of rice plants.The result of statistical test using Duncan multiple range test (DMRT) method indicated that AWD method was the most superior method and significantly different when compared with conventional and MSD method. By the AWD method with a planting period of 110 HST produced 43 tillers, 127 cm plant height, 105 grams of dried grain yield, water need on the average of 78.92 liters, the average percolation 2.85 mm/day and water productivity of 1.3 kg/m³. The addition of organic matter affected on the soil is ability to hold water, which means that percolation can be reduced by adding organic matter. The composition of 40% organic matter can already achieve the optimum value in the soil's ability to hold water.  66Keywords: Alternate Wetting and Drying, Mid Summer Drainage, Rice, WaterProductivity
ANALISIS KERAPATAN STASIUN CURAH HUJAN KOTA BALIKPAPAN Ezra Hartarto Pongtuluran; Wahyu Yusuf Rio; Sarra Rahmadani
Educational Building Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan dan Sipil Vol 7, No 2 DES (2021): EDUCATIONAL BUILDING
Publisher : Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ebjptbs.v7i2 DES.31590

Abstract

Balikpapan merupakan salah satu kawasan yang memiliki permasalahan tersebut dan saat ini telah memiliki beberapa jaringan stasiun pengukuran curah hujan namun dalam pengambilan data hujan lebih sering menggunakan satu stasiun curah hujan saja yang berasal dari BMKG online dimana terletak pada lokasi Sepinggan, Kecamatan Balikpapan Selatan. Kesalahan pada pengamatan data hujan yang terjadi dalam suatu kawasan dapat menyebabkan data yang tidak tepat, sehingga mennyebabkan desain, penelitian dan pengembangan sumber daya air yang tidak efisien dan efektif. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penempatan letak stasiun curah hujan, kerapatan antar jaringan stasiun curah hujan yang ada, dan penetapan jumlah stasiun curah hujan yang efektif dan efisien.Metode Poligon Thiseen dengan bantuan program ArcGis 2.0 digunakan dalam melakukan pemetaan kawasan kajian dan pola penempatan letak stasiun curah hujan eksisting. Dalam analisis untuk mendapatkan hasil kerapatan jaringan stasiun yang optimum digunakan metode Kagan-Rodda dengan jumlah kebutuhan stasiun curah hujan mengikuti standar World Meterological Organisation (WMO).Pola penempatan stasiun curah hujan yang berada pada Kota Balikpapan saat ini berjumlah 5 stasiun dengan stasiun Karang Joang memiliki luas daerah pengaruh yang paling besar yaitu 227,71 km2 namun kondisi kerapatan penempatan jaringan stasiun hujan saat ini masih belum memenuhi standar minimum WMO, sehingga perlu dilakukan reposisi berdasarkan metode Kagan-Rodda (modifikasi) dengan jarak antar stasiun hujan adalah 9,55 km. Kebutuhan penetapan jumlah stasiun hujan saat ini dianggap telah cukup mewakili seluruh kawasan dengan luas 461,63 km2 dimana kesalahan perataan < 5% didapatkan pada jumlah 2 stasiun dengan nilai kesalahan perataan 3,523%. Kata Kunci: Kagan-Rodda, Poligon Thiessen, Stasiun hujan ABSTRACT Balikpapan is one area that has these problems and currently has several networks of rainfall measurement stations, but collecting rain data more often uses only one rainfall station originating from BMKG online which is located at the Sepinggan location, South Balikpapan District. Errors in the observation of rain data that occur in an area can lead to inaccurate data, resulting in inefficient and effective design, research and development of water resources. The purpose of this study is to determine the pattern of placement of rainfall stations, the density between the existing network of rainfall stations, and the determination of the number of effective and efficient rainfall stations. The Thiseen Polygon method with the help of the ArcGis 2.0 program is used to map the study area and the placement pattern of the existing rainfall station. In the analysis to obtain the optimum station network density, the Kagan-Rodda method is used with the number of rainfall stations required following the World Meteorological Organization (WMO) standard. The pattern of placement of rainfall stations in Balikpapan City currently amounts to 5 stations with Karen Joang station having the largest area of influence, which is 227.71 km2, but the condition of the density of the placement of the rain station network currently does not meet the minimum WMO standards, so it needs to be done. Repositioning based on the Kagan-Rodda method (modification) with the distance between rain stations is 9.55 km.Keywords: Kagan-Rodda, Rain station, Thiessen Polygon 
Pembinaan Desinfeksi Kandang pada Peternakan Rakyat Sebagai Upaya Pencegahan Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Banu Nursanni; Dwiki Muda Yulanto; Sarra Rahmadani
SAFARI :Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 2 No. 4 (2022): Oktober : Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : BADAN PENERBIT STIEPARI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.339 KB) | DOI: 10.56910/safari.v2i4.203

Abstract

Salah satu penentu keberhasilan usaha peternakan ialah manajemen peternakan dimana hal ini berkaitan erat dengan kesehatan dan produktifitas ternak. Namun, pada peternakan kecil hal tersebut masih sering diabaikan sebab keterbatasan wawasan dan dana. Pengetahuan terkait kesehatan, sanitasi, dan sterilisasi kandang dan ternak perlu diberikan kepada peternak untuk menekan mikroorganisme yang ada di kandang dan meminimalisir kerugian akibat masalah kesehatan. Pencegahan Penyakit Mulut & Kuku (PMK) dan penyakit lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kebersihan kandang. Salah satu tindakan pencegahan mendasar ialah pembersihan kandang disertai desinfeksi kandang. Metode pelaksanaan dilakukan dalam tiga kegiatan yaitu sosialisasi dan pendataan peserta pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan, dan pelaporan hasil pelatihan. Pengukuran hasil evaluasi pelatihan menggunakan angket dengan skala likert. Teknik analisis data menggunakan analisis deksiptif. Hasil dari kegiatan pembinaan menunjukkan bahwa mayoritas peternak sapi sangat paham tentang desinfeksi kandang ternak. Pembinaan yang dilakukan sangat sesuai dengan kebutuhan peternak sapi saat ini.
Evaluasi Pola Distribusi Stasiun Hujan Kota Medan Sarra Rahmadani; Rumilla Harahap; Ezra Hartarto Pongtuluran
Jurnal Sains Terapan Vol 9, No 1 (2023): JST (Jurnal Sains Terapan)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32487/jst.v9i1.1737

Abstract

Stasiun hujan merupakan aspek penting dalam Analisa hidrologi yang berfungsi sebagai tempat didirikannya alat pengukur curah hujan yang mana dapat memberikan informasi mengenai besaran jumlah hujan yang jatuh pada suatu Kawasan. Banyaknya stasiun hujan dalam sistem kawasan harus direncanakan dan didistribusikan dengan optimal agar hasil yang diperoleh efektif dan efisien. Penelitian ini dilakukan di tiga stasiun hujan Medan yaitu Stamar Belawan, Helvetia dan BBMKG Wil 1 dengan tujuan evaluasi pola distribusi atau kerapatan stasiun hujan Kota Medan. Metode yang digunakan adalah deskriptif evaluative kemudian dianalisis dengan Kagan Rodda. Hasil evaluasi luas total daerah pengaruh sebesar 39.85 km2 dengan menggunakan Poligon Thiessen dan ArcGIS 10.82. Dalam hal ini stasiun helvetia merupakan stasiun dengan luas daerah pengaruh terbesar yaitu 28.30 Km2 atau sama dengan 71% dari luas total. Rasionalisasi dengan Kagan-Rodda menghasilkan panjang sisi segitiga (L) adalah 3.02 Km. Kebutuhan stasiun hujan Kota Medan dianggap telah mampu mewakili seluruh kawasan Kota Medan dengan nilai kesalahan pemerataan <5% adalah 4.83%.
Evaluation of an Urban Drainage System in a Big City Wisnu Prayogo; Sarra Rahmadani; Harry Wibowo; Laili Fitria; I Wayan Koko Suryawan; Nahesson H. Panjaitan; Putri Lynna A. Luthan; Novi Fitria
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 12, No 4 (2023): December 2023
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtep-l.v12i4.1036-1052

Abstract

Population growth has led to increased runoff and wastewater flowing into drainage channels. This study, therefore, aims to evaluate the drainage capacity of selected channels in Medan City and whether they can still serve the community in the next 10, 20 and 30 years. The observed channel starts from Taduan Street No. 1 to Taduan Street No. 153, with a length of 1,000 m. This evaluation considers population growth, the volume of domestic wastewater, the volume of runoff, the generation of sediment in channels, and evapotranspiration as part of the water cycle. Monthly maximum rainfall data from 2012-2021 from the BMKG Sampali Medan and population data along Taduan are used in the review in this article. Based on the investigation, it is known that the volume of drainage on Taduan Street is no longer able to serve the community even for 2032. It is necessary to review and redesign the dimensions to ensure that wastewater from household activities and runoff does not have a negative impact, especially during the rainy season. With as many as 48 injection wells and the Watershed expansion, it is expected to reduce inundation. Keywords:   Drainage channel, Domestic wastewater, Evaluation,  Medan, Rainwater