Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni

PENJAJAKAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Jap, Tji Beng; Lusiana, Fenny; Larasati, Kirey; Tiatri, Sri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.10002.2021

Abstract

Knowledge Management System (KMS) is a learning solution that is known to be effective in various educational contexts in the era of information and communication technology. One educational context that is expected to benefit from is Vocational High Schools (SMK). In this education, the most learned things are skills. It is not yet known, what kind of Knowledge Management System suits the learning needs of students in SMK. This study aims to explore the needs of vocational students associated with the application of the Knowledge Management System. Research participants are 1.600 vocational students in 5 cities of Indonesia (83 students from Pontianak, 304 students from Manado, 177 students from Belitung, 238 students from Yogyakarta, and 798 students from Salatiga) Data collection was carried out through surveys and interviews. The results showed that 100% of students stated that KMS was needed in their learning system. Most students 63% (996 students) need a KMS that includes all knowledge, both related and unrelated to their field of expertise. The results of this research can be valuable information for the development of KMS in SMK in Indonesia. Sistem Manajemen Pengetahuan atau Knowledge Management System (KMS) adalah salah satu solusi belajar yang diketahui efektif diterapkan dalam berbagai konteks pendidikan di era teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu konteks pendidikan yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam pendidikan ini, hal yang paling banyak dipelajari adalah keterampilan. Belum diketahui Sistem Manajemen Pengetahuan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran para siswa di SMK. Penelitian ini bertujuan menjajaki kebutuhan siswa SMK yang terkait dengan penerapan Sistem Manajemen Pengetahuan. Partisipan penelitian adalah 1.600 siswa SMK di 5 kota Indonesia (83 Siswa Pontianak, 304 Siswa Manado, 177 Siswa Belitung, 238 Siswa Yogyakarta, dan 798 Siswa Salatiga). Pengambilan data dilaksanakan melalui survei dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% siswa menyatakan bahwa KMS diperlukan dalam sistem pembelajaran mereka. Sebagian besar siswa 63% (996 Siswa) memerlukan KMS yang mencakup seluruh pengetahuan, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan bidang keahlian mereka. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berharga bagi pengembangan KMS di SMK di Indonesia.
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN REGULASI EMOSI SISWA SEKOLAH DASAR Angelia, Mikha; Tiatri, Sri; Heng, Pamela Hendra
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.8252.2020

Abstract

Emotional regulation is an individual’s ability to regulate emotions. Individual regulate his/her emotion to be able to control his/her life. In practice, the ability of emotional regulation can be influenced by various factors. One of the factors that can influence the process of emotional regulation is the level of religiosity. In this study, researchers aimed to be able to see the relationship of students’ religiosity on emotional regelation possessed by students. This study involved 319 elementary school students in SD X. Participants were given a set of assessments to measure the level of religiosity and emotional regulation. Religiosity is measured by using the Dimension Religiosity Scale to measure preoccupation, conviction, emotional involvement, and guidance. To measure emotional regulation, researchers used the Emotion Regulation Questionnaire for Children and Adolescent (ERQ-CA) to measure the level of cognitive reappraisal and expressive suppression possessed by students. Data was analysised using correlation test  in SPSS version 23. From the results of the correlation test conducted found that there is a significant relationship between the variables of religiosity and emotional regulation (r = 0.248, with p < 0.05). This shows that if the level of religiosity students have is high, the ability of students to regulate emotions will be better. Regulasi emosi adalah suatu kemampuan individu dalam mengatur emosi. Setiap orang melakukan regulasi emosi untuk dapat mengendalikan hidupnya. Dalam praktiknya, kemampuan regulasi emosi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses regulasi emosi adalah tingkat religiusitas yang dimiliki individu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mengkaji hubungan antara religiusitas siswa dengan regulasi emosi yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini melibatkan 319 siswa-siswi Sekolah Dasar di sekolah X. Partisipan diberikan satu set asesmen untuk mengukur tingkat religiusitas dan regulasi emosi. Religiusitas diukur dengan menggunakan Dimension Religiousity Scale untuk mengukur preoccupation, conviction, emotional involvement, dan guidance. Untuk mengukur regulasi emosi, peneliti menggunakan Emotion Regulation Questionnaire for Children and Adolescent (ERQ-CA) untuk mengukur tingkat kemampuan cognitive reappraisal dan expressive suppression yang dimiliki oleh siswa. Analisis data menggunakan uji korelasi dengan menggunakan SPSS versi 23. Dari hasil uji korelasi yang dilakukan, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabe religiusitas dan regulasi emosi (r = 0,248, p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki siswa, maka makin tinggi pula kemampuan siswa dalam meregulasi emosi.