Anggraini, Merry Tiyas
2Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Kesehatan

Hubungan Beban Kerja Fisik dan Durasi Kerja dengan Kejadian Heat Strain Pada Pekerja Industri Kerupuk Merry Tiyas Anggraini
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 21 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan terbitan Agustus Volume 21 Nomor 02 Tahun 2022
Publisher : STIKIM Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikes.v21i2.1706

Abstract

Pekerja industri kerupuk terutama industri informal memberikan beban kerja fisik rangkap dan durasi kerja lebih dari 8 jam pada pekerjanya, lingkungan kerja yang panas memberikan beban kerja menjadi lebih berat. Sehingga banyak pekerja di industri kerupuk yang mengeluhkan suhu yang terlalu panas, keringat berlebihan, dan rasa haus. Keluhan tersebut merupakan respon fisiologis manusia yang bertujuan untuk mengurangi panas dari tubuh setelah menerima efek paparan panas yang disebut dengan heat strain. Hal tersebut dapat memberi dampak akut maupun kronis bagi tubuh melalui fisik atau kejiwaan. Efek yang muncul beragam, mulai gejala kemerahan di tubuh, tidak sadarkan diri, sampai keluhan berat seperti keringat berhenti keluar dan terjadi heat stroke. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan durasi kerja dengan kejadian heat strain pada pekerja industri kerupuk. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel minimal adalah 40 orang dengan teknik total sampling. Alat yang digunakan meliputi kuesioner Heat Strain Score Index (HSSI), lembar wawancara untuk mengetahui durasi kerja dan beban kerja fisik dengan menghitung frekuensi denyut nadi secara manual. Penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-square. Didapatkan hubungan antara beban kerja fisik (p=0,001, nilai PR=2,231) dengan kejadian heat strain dan durasi kerja (p=0,003, nilai PR=2,143) dengan kejadian heat strain. Terdapat hubungan signifikan antara beban kerja fisik dan durasi kerja dengan kejadian heat strain pada pekerja industri kerupuk. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa beban kerja fisik dan durasi kerja merupakan faktor risiko munculnya kejadian heat strain.
Hubungan Intensitas Kebisingan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja Pabrik Tekstil Merry Tiyas Anggraini
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 21 No 03 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan terbitan Desember Volume 21 Nomor 03 Tahun 2022
Publisher : STIKIM Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikes.v21i03.2088

Abstract

Gangguan pendengaran akibat bising di Indonesia termasuk yang paling tinggi di Asia Tenggara yaitu sekitar 36 juta orang atau 16,8%. Gangguan pendengaran tidak hanya dipengaruhi intensitas kebisingan ada juga faktor lain seperti karakteristik pekerja seperti lama paparan, masa kerja, penggunaan alat pelindung telinga. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang terdapat sekitar 60% pekerja menyatakan mengalami gangguan pendengaran akibat terpapar bising di lingkungan kerjanya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan intensitas kebisingan dan penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel sejumlah 40 orang dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah audiometri, sound level meter untuk mengetahui intensitas kebisingan dan lembar wawancara untuk mengetahui penggunaan alat pelindung diri. Uji statistik penelitian ini menggunakan uji Chi-square. Hasil analisis didapatkan hubungan antara intensitas kebisingan (p=0,000, nilai PR=7,667) dengan gangguan pendengaran dan penggunaan alat pelindung diri (p=0,001, nilai PR=4,172) dengan gangguan pendengaran. Terdapat hubungan signifikan antara intensitas kebisingan dan penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran, selain itu intensitas kebisingan dan tidak menngunakan alat pelindung diri merupakan fakto resiko munculnya gangguan pendengaran.