Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

SIKAP DAN TANGGAPAN MASYARAKAT DESA TAMPANG AWANG KABUPATEN BANJAR TERHADAP KEGIATAN PENYULUHAN DAN PEMBIMBINGAN PENYADAPAN NIRA DAN PENGOLAHAN BUAH NIPAH SEBAGAI BAHAN PANGAN Rosidah Radam; Rina Kanti; Rahmiyati Rahmiyati
Jurnal Hutan Tropis Vol 10, No 3 (2022): Jurnal Hutan Tropis Volume 10 Nomer 3 Edisi November 2022
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v10i3.14967

Abstract

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. apabila, individu dihadapkan pada stimulus yang harus direspon. Tujuan penelitian ini adalah Mengukur sikap dan tanggapan masyarakat kelompok tani “Tani Makmur Jaya “terhadap kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan.  Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur danpengamatan langsung untuk mengukur keterampilan responden. Pengambilan sampel dengan teknik Purpossive Random Sampling terhadap 26 orang responden. Parameter yang diamati adalah kegiatan penyuluhan/sosialisasi, pelatihan pengolahan buah nipah menjadi olahan makanan dan campuran minuman.  Pelatihan dan dan pembimbingan pemanfaatan tumbuhan nipah sebagai bahan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sikap dan tanggapan masyarakat terhadap kegiatan pengabdian menunjukkan 100% masyarakat memahami isi materi penyuluhan,  pada kegiatan demontrasi pengolahan buah nipah menjadi olahan makanan 65 % memahami dan akan mencoba mengolah buah nipah sebagai bahan pangan, dan pada demontrasi pembimbingan prasadap dan penyadapan nira nipah 75% memahami dan akan mencoba, dan 25 % hanya menyaksikan proses pradasap dan penyadapan
SENYAWA KIMIA AKTIF BUAH NIPAH (Nypa fruticans Wurmb) BERDASARKAN 3 TINGKAT KEMATANGAN BUAH Elmalia Rinten Suryanizak; Rosidah Radam; Yuniarti Yuniarti
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 1 Edisi Februari 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i1.8198

Abstract

The nipah plant (Nypa fruticans Wurmb) is a type of betel nut tribe that lives in brackish water marsh areas. The spread of nipah in South Kalimantan covers areas in Banjar Regency, Tanah Laut Regency, Tanah Bumbu Regency and Pulau Laut Regency. Nipah fruit has antibacterial content and is useful as a food source that can be used as a diet food. This study aims to analyze the content of akif chemical compounds, namely flavonoids, tannins, alkaloids, steroids and triterpenoids in nipah fruit (Nypa fruticans Wurmb) at 3 levels of fruit maturity. Phytochemical tests are carried out to determine the class of compounds contained in nipah fruit. This research began with the manufacture of simplicia first then a phytochemical test was carried out using a color test, showing positive results that the nipah fruit contains active chemical compounds alkaloids and tanninsTumbuhan nipah (Nypa fruticans Wurmb) merupakan jenis palem atau suku pinang-pinangan yang hidup di daerah rawa berair payau. Penyebaran nipah di Kalimantan Selatan meliputi wilayah di Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Pulau Laut. Buah nipah memiliki kandungan antibakteri dan bermanfaat sebagai sumber pangan yang dapat dijadikan sebagai makanan diet. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan senyawa kimia akif yaitu flavonoid, tanin, alkaloid, steroid dan triterpenoid pada buah nipah (Nypa fruticans Wurmb) pada 3 tingkat kematangan buah. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam buah nipah. Penelitian ini diawali dengan pembuatan simplisia terlebih dahulu kemudian dilakukan uji fitokimia menggunakan tes uji warna, menunjukkan hasil positif bahwa buah nipah mengandung senyawa kimia aktif alkaloid dan tanin.
SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU JELUTUNG (DYERA COSTULATA) DARI HUTAN TANAMAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH Rio Ilhamsyah; Wiwin Tyas Istikowati; Rosidah Radam
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 1 Edisi Februari 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i1.8196

Abstract

The physical and mechanical of jelutung wood come from the community plantation forest, village of Kelampangan, Sebangau district, Palangka Raya city, Central Kalimantan, It was observed in this study with the aim of deciding to match the use of jelutung wood according to the properties of physics and mechanics. The wood cut was taken at 50  5  5 centimeters for MOE's test and at 50  3  3 centimeters for testing the mor taken from three jelutung wood. Test samples using universal testing devices mechine (utm) Manuals and digital calipers to test shrink on jelutung wood. The coinage of jelutous wood range from 0.38, 0.37 and 0.34 and based on an average of 0.36 wood that is included in the strong IV class. the rate of depreciation in tangential and radial directions ina sequence is 0.28 and 0.11. MOE's two-time repeat sequence has 27.6 and 23.6. MOR tests with double repetition also have a value of 46.35 and 216.2.Pengujian sifat fisika dan mekanika kayu jelutung berasal dari kawasan Hutan Tanaman Rakyat desa Kelampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah diamati pada penelitian ini dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian penggunaan kayu jelutung berdasarkan sifat fisika dan mekanika. Potongan kayu diambil sebesar sebesar 50 5  5 cm untuk pengujian MOE dan sebesar 50  3  3 cm untuk pengujian MOR yang diambil dari 3 bagian kayu jelutung. Sampel diuji menggunakan alat Universal Testing Mechine (UTM) manual dan kaliper digital untuk menguji penyusutan pada kayu jelutung. Berat jenis kayu jelutung berkisar dari 0,38, 0,37 dan 0,34 serta berdasarkan rata-rata yang bernilai 0,36 kayu ini termasuk dalam kelas kuat IV. Nilai penyusutan pada arah tangensial dan radial secara berurutan adalah 0,28 dan 0,11. Pengujian MOE sebanyak 2 kali pengulangan secara berurutan memiliki nilai 27,6 dan 23,6. Pengujian MOR dengan 2 kali pengulangan secara berurutan juga memiliki nilai 46,35 dan 216,2.
Penggunaan Tepung Buah Nipah (Nyfa Fruticans Wurmb) sebagai Ekstender pada Perekat Urea Formaldehid untuk Papan Partikel Noor Mirad Sari; Rosidah Rosidah; Muhamad Yuliadi Rahman
Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4228.663 KB) | DOI: 10.22146/jik.1536

Abstract

Utilization of Nypa Fruit Flour (Nyfa Fruticans Wurmb) as an Extender in Urea Formaldehyde Adhesive for Particle BoardNipah fruit (Nyfa Fruticans Wurmb) is a seasonal forest product abundantly produced in each season. Nipah fruit flour is believed to also function as an extender during adhesion process of wood products such as plywoods and particle boards. The study aims to determine the right composition between nipah fruit flour and industrial flour as an extender which, together with urea formaldehyde adhesive, to be applied to particle board. Results revealed that the composition of 50% industrial flour and 50% nipah fruit flour (A3 treatment) gave the highest Modulus of Elasticity (MoE) with value of 16,833.90 kg/cm2 while average value of all treatment was 12,131.41 kg/cm2. The MoE of A3 treatment fulfilled the national standard (SNI) of 15.000 kg/cm2. As for MoE, the composition of A3 (50% industrial flour and 50% nipah fruit flour) was the most efficient mixture in producing the highest MoR with 119.30 kg/cm2. The MoR value for A3 also fulfilled the national standard of 80 kg/cm2. Comparing between treatments, all other treatment gave the MoE value less than reuired by national standard. The particle boards produced by other treatments were easily bent due to high carbohydrate and water content that weaken the elasticity of boards. For MoR character, all treatments gave value as required by national standard (higher than 80 kg/cm2) except treatment A5 which gave the value of less than required (76,36 kg/cm2).
PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN JUMLAH RAGI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH MERANTI MERAH (Shorea leprosula MIQ) Akbar Khairu Juhda; Gusti Abdul Rahmat Thamrin; Rosidah Radam
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 2 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 2 Edisi April 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i2.8503

Abstract

One of the most widely available lignocellulosic materials in Indonesia is red meranti wood sawdust. Most of the natural forests outside Java are dominated by stands of dipterocarpaceae, especially red meranti. This study calculates the content of bioethanol and bioethanol in the fermentation process, and how variable the amount and content of bioethanol from waste due to the addition of yeast and variations in the length of fermentation time. The collection and processing of data from the results of the study were recorded in an observation table associated with a factorial Completely Randomized Design (CRD) experiment using parameters such as yeast volume and fermentation time. Based on the results obtained, the amount of ethanol produced from the fermentation process of red meranti sawdust (Shorea leprosula Miq) obtained the largest yield of 9.104 ml and the smallest 2.419 ml, while for the ethanol content produced the largest yield was 10.889% and the lowest was 2.419 ml. the smallest 3.541%. From the results of further testing, it was found that there was a significant effect between the AB interaction on the volume of ethanol produced, while the bioethanol content had a very significant effect on the AB interactionSalah satu bahan lignoselulosa yang banyak tersedia di Indonesia adalah limbah serbuk kayu meranti merah. Sebagian besar hutan alam di luar Pulau Jawa didominasi oleh tegakan dipterocarpaceae, terutama meranti merah. Penelitian ini menghitung kandungan bioetanol dan bioetanol dalam proses fermentasi, dan bagaimana variabel jumlah dan kandungan bioetanol dari limbah akibat penambahan ragi dan variasi lama waktu fermentasi. Pengumpulan dan pengolahan data dari hasil penelitian dicatat dalam tabel observasi yang terkait dengan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan menggunakan parameter seperti volume ragi dan waktu fermentasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi serbuk gergaji kayu meranti merah (Shorea leprosula Miq) didapatkan hasil yang terbesar yaitu 9,104 ml dan yang terkecil 2,419 ml, sedangkan untuk kadar etanol yang dihasilkan didapatkan hasil yang terbesar yaitu 10,889% dan yang terkecil 3,541%. Dari hasil pengujian lanjutan, didapatkan hasil berupa adanya pengaruh nyata antara interaksi AB terhadap volume etanol yang dihasilkan sedangkan untuk kadar bioetanol memiliki pengaruh sangat nyata terhadap interaksi AB.
PENGERINGAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis) MENGGUNAKAN METODE GREEN HOUSE DEGAN TEKNIK PENYUSUNAN HORIZONTAL (REBAH) DAN VERTIKAL (SANDAR) Yuni Fransiska; Rosidah Radam; Noor Mirad Sari
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 3 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 3 Edisi Juni 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i3.9213

Abstract

The purpose of this study was to analyze the optimal arrangement of rubber wood (Hevea brasiliensis) with Horizontal (falling) or vertical (leaning) techniques based on the calculation of moisture content, density and determination and to analyze the drying rate of rubber wood (Hevea braslisiensis) using the green house method. with horizontal (falling) and vertical (leaning) arrangement techniques based on speed. The parameters used in this study were to test the moisture content, density, growth rate and differences. The results obtained in the wood drying process are that the vertical arrangement technique (backing) dries faster than the horizontal arrangement technique (falling). horizontal (falling) 11.77%, the average density value in the engineering preparation technique (leaning) is 0.64 gram/cm3 while in the horizontal arrangement technique (falling) 0.68 gram/cm3, the average value in the arrangement technique vertical (leaning) on the longitudinal distinction of 0.36%, tangential 1.75% and radial 1.86% the difference in the differentiation of horizontal affixing techniques (falling) on the longitudinal distinction of 0.64%, tangential 3.07% and radial 1, 89%., where the best drying time in the vertical (leaning) technique is 6 weeks and 8 weeks for the horizontal technique (falling down) the average value of the drying rate in the vertical arrangement technique (leaning) is 57.23%/day while in the horizontal technique (falling down) it is 60.14%/day.Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis teknik penyusunan pengeringan kayu karet (Hevea brasiliensis) yang optimal dengan teknik penyusunan Horizontal (rebah) atau vertikal (sandar) berdasarkan perhitungan kadar air, kerapatan dan penyusutan dan menganalisis laju pengeringan kayu karet (Hevea braslisiensis) menggunakan metode green house dengan teknik penyusunan horizontal (rebah) dan vertikal (sandar) berdasarkan laju pengeringan. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk menguji kadar air, kerapatan, laju pengeringan dan penyusutan. Hasil yang didapatkan dalam proses pengeringan kayu adalah teknik penyusunan vertikal (sandar) lebih cepat kering dibandingkan dengan teknik penyusunan horizontal (rebah).Nilai kadar air pada teknik penyusunan vertikal (sandar) nilai rata-rata kadar air sebesar 10, 65 % dan pada teknik horizontal (rebah) sebesar 11,77%, Nilai kerapatan rata-rata pada teknik penyusunan vertikal (sandar) sebesar 0,64 gram/cm3 sedangkan pada teknik penyusunan horizontal (rebah) 0,68 gram/cm3, Nilai rata-rata penyusutan pada teknik penyusunan vertikal (sandar) pada penyusutan longitudinal 0,36 %, tangensial 1,75% dan radial 1,86% sedangkan penyusutan pada teknik penyusunan horizontal (rebah) pada penyusutan longitudinal sebesar 0,64%, tangensial 3,07 % dan radial 1,89%., dimana lama pengeringan yang terbaik pada teknik vertikal (sandar) dilakukan selama 6 minggu dan 8 minggu untuk teknik horizontal (rebah) Nilai rata-rata laju pengeringan pada teknik penyusunan vertikal (sandar) sebesar 57,23 %/hari sedangkan pada teknik horizontal (rebah) sebesar 60,14%/hari
KUALITAS ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH NIFAH (Nyfa fruticans WURMB) DI PROPINSI KALIMANTAN SELATAN Rosidah Radam; Rina Kanti
Jurnal Hutan Tropis Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Hutan Tropis Volume 11 Nomer 2 Edisi Juni 2023
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v11i2.16777

Abstract

Arang aktif terbuat dari bahan alami, seperti batu bara, kayu, batok kelapa, tempurung/batok buah nipah dan lainnya, yang dipanaskan dengan suhu tinggi hingga menghasilkan bubuk arang, arang aktif berbahan baku tempurung buah nipah sangat mungkin  dikembangkan di daerah  Kalimantan Selatan karena potensi  buah nipah cukup besar. tempurung buah nipah memiliki kandungan  karbon yang tinggi yang sangat baik untuk dibuat arang. Tujuan penelitian ini  adalah menjelaskan kualitas/mutu  arang aktif  dari tempurung  buah nipah sebagai  alternative.  Proses pirolisis dan pengujian mutu arang aktif dilakukan di Laboratorium Balai Risert Standardisasi  Industri  Banjarbaru. Kadar air dan kadar Zat terbang memenuhi SNI 06-3730-1995, kadar karbon lebih rendah, kadar abu sedikit lebih tinggi dan daya serap Iodium 452,27 mg/g lebih rendah dari SNI 06-3730-1995 yang minimum  750 mg/g. Dari hasil pengujian  kualitas arang aktif tersebut sangat perlu dilakukan peningkatan teknologi pengolahan  untuk perbaikan mutu  arang tempurung buah nipah,  yaitu antara lain perlu  perlakuan pembersihan  tempurung dari serabut buah nipah  sebelum dilakukan proses pirolisis.
Bimbingan Teknis Penyadapan Nira Nipah (Nyfa fruticans Wurmb) Sebagai Sumber Pemanis Baru Masyarakat Desa Tabunganen Kecil Rosidah Radam; Rina Kanti
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan dan Lingkungan Vol 3, No 1 (2024): June
Publisher : Magister of Forestry,Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/rdj.v3i1.8942

Abstract

Tumbuhan nipah yang tumbuh disekitar rumah masyarakat sama sekali belum dimanfaatkan secara maksimal, selama ini masyarakat hanya memanfaatkan buah nipah yang muda untuk sayur dan lidi daun nipah untuk sapu. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat sebagai usaha keluarga. Tujuan dari kegiatan Pengabdian ini adalah menumbuhkembangkan   semangat masyarakat yang terampil dalam memanfaatkan tumbuhan nipah secara maksimal untuk menambah penghasilan keluarga. Kegiatan Pengabdian dilakukan dengan penyuluhan dan bimbingan teknis. Penyuluhan dilakukan dengan penyampaian materi tentang manfaat tumbuhan nipah sebagai sumber pangan, dan bimbingan teknis penyadapan nira nipah agar menghasilkan produksi nira yang maksimal. pembimbingan penyadapan nira langsung di areal tumbuhan nipah yang meliputi teknik penggoyangan tandan buah pada prasadap, sudut pemotongan tandan  dan perlakuan terhadap hasil produksi nira yang diperoleh. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sebanyak 35 orang masyarakat,  bapak ketua RT 03  dan  beberapa tokoh masyarakat  lainnya. Masyarakat sangat antusias sekali dengan kegiatan penyuluhan dan pembimbingan tersebut. Pada saat pemantauan yang dilakukan, ada beberapa masyarakat yang sudah berhasil menyadap nira nipah dan bahkan sudah mengolahnya dalam bentuk gula cair dan gula padat. Tim berharap setelah penyuluhan ini, masyarakat  desa Tabunganen Kecil dapat memanfaatkan tumbuhan nipah  semaksimal mungkin sebagai sumber pemanis untuk memenuhi kebutuhan sumber pemanis dan sekaligus dapat menambah penghasilan keluarga.