I Nyoman Sasputra
Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti Ery Yuliando Nepa Bureni; I Nyoman Sasputra; Maria Agnes Etty Dedy
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 6 No 3 (2018): Desember (Terbitan 15 tahun 2018)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.237 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v6i3.663

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Insektisidakimia sebagai larvasida menimbulkan masalah lingkungan dan resistensi serangga sasaran.Penggunaan larvasida alami dari biji kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu upayaalternatif pengendalian larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efeklarvasida biji kelor (Moringa oleifera) terhadap jumlah kematian larva Aedes aegypti. Metodeyang digunakan pada penelitian ini eksperimental laboratoris dengan pendekatan post testonly control group, menggunakan 450 ekor larva Aedes agypti instar III/IV, dibagi dalam 6kelompok (kelompok kontrol negatif, ekstrak biji kelor 500 ppm, ekstrak biji kelor 750 ppm,ekstrak biji kelor 1000 ppm, ekstrak biji kelor 1250 ppm, dan ekstrak biji kelor 1500 ppm)dengan 25 larva setiap kelompok perlakuan dan dilakukan 3 kali uji replikasi. Pengamatanjumlah kematian Larva Aedes aegypti dilakukan setiap 24 jam selama 2 hari (48 jam). HasilRerata jumlah kematian larva pada tiap kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif(0 larva); konsentrasi 500 ppm (3,33 larva ); 750 ppm (5,66 larva ); 1000 ppm (9,33 larva );1250 ppm (12,66 larva); 1500 ppm (15,66 larva). Hasil dari uji One Way ANOVA dan ujiLSD diperoleh perbedaan yang signifikan. Hasil analisis Probit menunjukkan LC50 terletakpada konsentrasi 1041 ppm (0,1041%) dan LC99 pada konsentrasi 11000 ppm (1,1%).Kesimpulan penelitian menunjukan ekstrak biji kelor (Moringa oleifera) efektif dalammembunuh larva instar III/IV Aedes aegypti dan dapat digunakan sebagai upaya alternatifpengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti.
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PAPARAN ASAP ROKOK KRETEK NON FILTER TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU MENCIT (Mus musculus) Janet Edrina Ung; I Nyoman Sasputra; Debora Shinta Liana
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 6 No 3 (2018): Desember (Terbitan 15 tahun 2018)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.544 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v6i3.667

Abstract

Rokok kretek merupakan rokok yang berasal dari Indonesia dan diminati oleh berbagaikonsumen. Paparan asap rokok kretek non filter mengandung berbagai radikal bebas yangdapat menyebabkan kerusakan jaringan paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh perbedaan waktu paparan asap rokok kretek non filter terhadap gambaranhistopatologi paru mencit (Mus musculus). Metodologi penelitian ini merupakan penelitianeksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Subjek penelitian inimenggunakan 28 ekor mencit (Mus musculus) yang diberi perlakuan selama 14 hari. Hewanuji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok K yang tidak diberi paparan asaprokok kretek non filter, P1, P2, P3 merupakan kelompok perlakuan yang diberi paparan asaprokok kretek non filter selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit. Tepat pada hari ke 15 hewanuji diterminasi. Derajat kerusakan jaringan paru hewan uji dinilai menggunakan skoringderajat kerusakan Marianti. Semua data diuji secara statistik menggunakan uji Anova. Hasilpada penelitian ini diperoleh skoring rata-rata kerusakan jaringan paru kelompok K yaitu 3,7.Pada kelompok perlakuan diperoleh skoring rata-rata kerusakan jaringan paru kelompok P1yaitu 5, P2 yaitu 6 dan P3 yaitu 6,8. Pada uji statistik diperoleh nilai probabilitas 0,000 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh perbedaan waktu paparan asap rokokkretek non filter terhadap gambaran histopatologi paru mencit (Mus musculus).
HUBUNGAN LAMA PAPARAN DEBU ASAP KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA OPERATOR SPBU KOTA KUPANG Maria Claudia Novitasari Ganggut; Derri Riskiyanti Tallo Manafe; I Nyoman Sasputra
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 6 No 3 (2018): Desember (Terbitan 15 tahun 2018)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.835 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v6i3.671

Abstract

Pencemaran udara sering terjadi di lingkungan kerja. Salah satu area dengan titik pencemaran tertinggi adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Operator SPBU memiliki resiko tinggi terpapar pencemaran udara yang berasal dari debu asap kendaraan bermotor yang sedang menunggu antrian pengisian bahan bakar ataupun kendaraan yang berangkat setelah pengisian bahan bakar. Selain itu, SPBU Kota Kupang yang dekat dengan jalan raya juga memudahkan operator SPBU terpapar oleh debu asap kendaraan bermotor yang melalui jalan raya. Kejadian ini berlangsung terus menerus akan berdampak pengendapan debu asap kendaraan bermotor pada saluran pernapasan dan menyebabkan penurunan kapasitas vital paru. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari apakah ada hubunganantara lama paparan debu asap kendaraan bermotor terhadap kapasitas vital parupada operator SPBU di Kota Kupang. Metode Penelitian Desain dari penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan cluster random sampling dan menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian Hasil analisis statistic dengan chi square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara lama paparan debu asap kendaraan bermotor dengan kapasitas vital paru pada operator SPBU di kota kupang dengan p= 0,002. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara paparan debu asap kendaraan bermotor dengan kapasitas vital parupada operator SPBU di kota kupang tahun 2017.
EFEK PEMBERIAN MINUMAN SOPI DIBANDINGKAN ALKOHOL JENIS LAINNYA TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley Kristina T Lawung; I Nyoman Sasputra; Debora S Liana
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 7 No 1 (2019): Maret (Terbitan 16 tahun 2019)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.17 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v7i1.1492

Abstract

Sopi merupakan minuman alkohol hasil fermentasi dari nira atau sadapan lontar. Penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi alkohol 80 g perhari selama beberapa tahun dapat menyebabkan terjadinya hepatitis alkoholik dan dapat menyebabkan terjadinya sirosis hepatis. Selain itu hasil penelitian juga menunjukan bahwa orang dengan sirosis hepatis yang gagal berhenti mengkonsumsi alkohol memilki kurang dari 50% kesempatan hidup selama 5 tahun. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan membandingkan gambaran mikroskopis hati antara Sopi dibandingkan dengan Vodka dan Bir. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan post-test controlled group design dengan menggunakan 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok. K merupakan kelompok kontrol yang hanya diberi aquades. P1,P2 dan P3 merupakan kelompok eksperimental yang diberi Bir (4,7%), Vodka (40%) dan Sopi (53%) dengan dosis 8ml/kgBB selama 10 hari. Perubahan diamati secara mikroskopis dengan menggunakan kriteria Manja Roenigk yang dibagi menjadi 4 skor: sel normal, degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis. Data hasil penelitian diuji menggunakan uji statistik yaitu uji parametrik ANOVA dan uji Post Hoc LSD. Hasil pada kelompok P1 beberapa sel mengalami degenerasi parenkimatosa dengan nilai rata-rata skor 1,3 sedangkan kelompok P2 dan P3 beberapa sel mengalami degenerasi hidropik dengan nilai rata-rata skor 2,43. Hasil uji ANOVA didapatkan perbedaan bermakna (p=0,000). Hasil uji LSD didapatkan perbedaan bermakna antara K-P1 (p=0,000) K-P2 (p=0,000) K-P3 (p=0,000) P1-P2 (p=0,000) P1-P3 (p=0,000). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbandingan gambaran mikroskopis hati yang bermakna antara pemberian Sopi dibandingkan Bir. Namun tidak terdapat perbandingan gambaran mikroskopis hati yang bermakna antara pemberian Sopi dibandingkan Vodka
EFEK PEMBERIAN MINUMAN SOPI DIBANDINGKAN ALKOHOL JENIS LAINNYA TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley Diorita Sely Keba; I Nyoman Sasputra; Anita Lidesna Shinta Amat
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 7 No 1 (2019): Maret (Terbitan 16 tahun 2019)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.431 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v7i1.1494

Abstract

Sopi merupakan alkohol hasil fermentasi secara tradisional terhadap nira atau hasil sadapan lontar. Sopi sendiri berasal dari bahasa Belanda “Zoopje” yang berarti alkohol cair, tidak berwarna dan berbau khas. Ketika dikonsumsi, alkohol dapat mengganggu struktur dan fungsi dari saluran pencernaan. Tujuan penelitan ini membandingkan tingkat kerusakan gaster tikus putih yang diinduksi minuman Sopi dibandingkan dengan Bir dan Vodka. Metodologi penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorik dengan rancangan post test controlled group dengan menggunakan 24 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok K merupakan kelompok kontrol yang hanya diberi aquades, kelompok P1 yang diberi perlakuan bir (kadar alkohol 4,7 %), kelompok P2 yang diberi perlakuan vodka (kadar alkohol 40%) dan kelompok P3 yang diberi perlakuan Sopi (kadar alkohol 53%) dengan dosis 8ml/kgBB selama 10 hari. Perubahan diamati secara mikroskopis dan dinilai menggunakan Skor Integritas Epitel Mukosa Lambung berdasarkan modifikasi Barthel Manja yang dibagi menjadi empat skor yaitu sel normal, deskuamasi epitel mukosa, erosi epitel mukosa, dan ulserasi epitel mukosa. Data hasil penelitian diuji menggunakan uji statistik yaitu parametrik ANOVA dan uji Post Hoc LSD. Hasil penelitian pada kelompok P1 terjadi deskuamasi epitel mukosa dengan nilai rata-rata 0,93 sedangkan kelompok P2 dan P3 mengalami erosi epitel sel mukosa dengan nilai rata-rata 1,567 dan 1,8. Hasil uji ANOVA didapatkan perbedaan bermakna p = 0,000. Hasil uji LSD didapatkan perbedaan bermakna antara K-P1(p=0,000), K-P2(p=0,000), K-P3(p=0,000) P1-P2(p=0,000) P1-P3(p=0,000). Kesimpulan penelitian ini terdapat perbandingan gambaran mikroskopis gaster tikus putih yang bermakna antara pemberian sopi dibandingkan bir. Namun tidak terdapat perbandingan gambaran mikroskopis gaster tikus putih yang bermakna antara pemberian sopi dibandingkan vodka.
STUDI KOMPARATIF EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN LAMTORO(LEUCAENA LEUCOCEPHALA) DAN SALEP GENTAMISINTERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT KULIT MENCIT (MUS MUSCULUS) Maria Chrisdianne Wulan Bunganaen; I Nyoman Sasputra; I Made Artawan
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 8 No 1 (2020): Januari (Terbitan 18 tahun 2020)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.308 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v8i1.2660

Abstract

Luka sayat merupakan trauma yang terjadi. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat topikal luka sayat adalah daun lamtoro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pemberian ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dan salep gentamisin terhadap penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Metodologi penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain “true experimental design post test only control group design”. Data diuji secara statistik menggunakan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis. Hewan uji diberi perlakuan luka sayat dengan panjang luka 2 cm dan kedalaman mencapai dermis. Sampel dibagi 3 kelompok yakni kelompok kontrol diberikan aquades, kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak daun lamtoro dan kelompok perlakuan 2 diberikan salep gentamisin. Setiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit (Mus musculus) sehingga total sampel adalah 15 ekor. Penyembuhan luka sayat diamati selama 14 hari secara makroskopis menggunakan kriteria Nagaoka. Hasil penelitian diperoleh p=0,052(p>0,05). Tidak ada perbedaan bermakna antara 3 kelompok pada penilaian makroskopik. Kesimpulan penelitiaan ini adalah penyembuhan luka antara kelompok kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan
UJI PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) DAN SALEP GENTAMISIN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI KULIT MENCIT (MUS MUSCULUS) Rezki May Nafi; I Nyoman Sasputra; Su Djie To Rante
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 8 No 2 (2020): April ( Terbitan 19 tahun 2020)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.952 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v8i2.3354

Abstract

Luka sayat atau insisi merupakan salah satu trauma akibat benda tajam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat luka sayat atau insisi adalah daun kelor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dan salep gentamisin terhadap penyembuhan luka insisi kulit mencit (Mus musculus). Metodologi penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain “true experimental design post-test only control group design”. Hewan uji akan diberi perlakuan berupa luka insisi dengan panjang luka 2 cm dan kedalaman hingga mencapai dermis. Hewan uji dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 yang diberikan ekstrak daun kelor dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan salep gentamisin. Setiap kelompok terdir iatas 5 ekor mencit sehingga total sampel yang digunakan adalah 15 ekor. Proses penyembuhan luka sayat diamati selama 14 hari secara makroskopis kriteria Nagaoka. Data diuji secara statistic menggunakan uji non parametric yaitu Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk penilaian penyembuhan luka secara makroskopik diperoleh p=0,007(p<0,05), sedangkan dari uji komparasi Post-Hoc Mann-Whitney perbandingan antara ekstrak daun kelor dan salep gentamisin diperoleh p=0,050. Kesimpulan penyembuhan luka secara makroskopis antara ketiga kelompok terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan hasil uji komparasi antara kelompok perlakuan 1 (ekstrak daun kelor) dan perlakuan 2 (salep gentamisin) tidak memiliki perbedaan yang signifikan
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG KUNYIT(CURCUMA DOMESTICA VAL) DAN SALEP GENTAMISIN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT KULIT MENCIT (MUS MUSCULUS) Josef Satrida Yustino Maan; I Nyoman Sasputra; Herman P L Wungouw
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 8 No 2 (2020): April ( Terbitan 19 tahun 2020)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.12 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v8i2.3359

Abstract

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat keadaan patologis. Dalam penanganan luka, pengobatan tradisional yang sering digunakan adalah menggunakan kunyit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pemberian ekstrak rimpang kunyit(Curcuma domestica Val) dan salep gentamisin terhadap penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Metodologi penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain “true experimental design post test only control group design”. Hewan uji yang digunakan berupa mencit yang diberi perlakuan berupa luka sayat pada punggung dengan panjang luka 2 cm dan kedalaman hingga mencapai dermis. Setelah itu, hewan uji akan diberikan perawatan yang dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok kontrol yang diberikan aquades, kelompok perlakuan 1 yang diberikan ekstrak rimpang kunyit dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan salep gentamisin. Setiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit (Mus musculus) sehingga total sampel yang digunakan adalah 15 ekor yang dipilih secara acak. Setelah itu, proses penyembuhan luka sayat diamati selama 14 hari secara makroskopis kriteria Nagaoka. Data yang diperoleh kemudian diuji secara statistik menggunakan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis. Hasil pada penelitian ini diperoleh hasil p=0,061(p>0,05) untuk penilaian makroskopik dengan uji Kruskal-Wallis. Kesimpulan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyembuhan luka secara makroskopik antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
PENGARUH PAPARAN ASAP BAKARAN SAMPAH PLASTIK TERHADAP GAMBARAN SEL-SEL INFLAMASI DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU MENCIT I Nyoman Sasputra; Sangguana M J Koamesah; Su Djie To Rante
Cendana Medical Journal (CMJ) Vol 8 No 3 (2020): Agustus (Terbitan 20 Tahun 2020)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.671 KB) | DOI: 10.35508/cmj.v8i3.3495

Abstract

Plastik merupakan bahan yang sering digunakan sebagai alat rumah tangga. Produksi dan penggunaan plastik (bahan polimer) pada tahun 2016 di seluruh dunia mencapai 245 juta ton dan terus meningkat setiap tahunnya. Sampah plastik merupakan masalah lingkungan berskala global. Proses pembakaran sampah plastik memiliki efek terhadap sistem pernapasan. Pengelolaan sampah dengan cara dibakar dapat menghasilkan berbagai zat yang memiliki efek pada sistem pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan asap bakaran sampah plastik terhadap gambaran sel-sel inflamasi dan gambaran histopatologi paru mencit. Metodologi penelitian merupakan jenis eksperimental laboratorium dengan true experimental design dan post-test controlled group design. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 12 ekor mencit ditambah 2 ekor mencit sebagai cadangan. Sampel penelitian dibagi kedalam 2 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 1 kelompok perlakuan yang dipapari asap bakaran sampah plastik jenis polypropylene sebesar 120 ml/30 menit selama 14 hari. Perubahan histopatologi paru diamati secara mikroskopis setelah 14 hari masa intervensi dan dinilai menggunakan skor kerusakan paru oleh Marianti. Semua data pada penelitian ini diuji secara statistik menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan dianalisis menggunakan Uji Independen T-Test apabila data penelitian bersifat parametrik atau Uji Mann-Whitney apabila data penelitian bersifat non-parametrik. Dari penelitian ini diperoleh hasil p=0,003 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan paparan asap bakaran sampah plastik terhadap gambaran sel-sel inflamasi dan gambaran histopatologi paru mencit