Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI HUTAN MANGGROVE Suhaibah, Armiwal
Jurnal Sosial Humaniora Sigli Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Jurnal Sosial Humaniora Sigli

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.851 KB)

Abstract

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahwa "sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non-hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk". Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 yang menyatakan "bahwa setiap orang yang memiliki, mengelola, dan atau memanfaatkan hutan yang kritis atau tidak produktif, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan dan konservasi". Hal tersebut dapat dilakukan dengan di dampingi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang kehutanan dan di fasilitasi oleh Pemerintah Provinsi. Hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan ikutan dapat diekspor ke luar negeri, sehingga mendatangkan devisa bagi negara. Ditinjau dari segi kepentingan manusia yang dapat merasakan manfaat hutan secara tidak langsung dapat dibagi dua, yaitu: manusia sebagai individu (butir a sampai g) dan manusia sebagai warga negara. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi­fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan. Kata Kunci: Peran Pemerintah Dalam Rehabilitasi Hutan
State Civil Apparatus Discipline Development (ASN) at the Aceh Youth and Sports Service (Study on the Implementation of Government Regulation Number 53 of 2010 concerning Civil Servant Discipline) Armiwal, Armiwal; Suhaibah, Suhaibah
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 5, No 1 (2022): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i1.4353

Abstract

Discipline is a compliance with the rules, norms, standards, laws and regulations that have been determined or applied. The method used in this research is through a qualitative approach. In this study, the selection of informants used sampling with the technique ofpurposive sampling. The informants in this study consisted of 5 people, namely, the secretary of the Dispora, the Head of the Sub-department of Personnel, and 3 ordinary ASN employees. The data collection techniques used in this study were (1) interviews, (2) observations, and (3) the use of document sources and literature study. Activities in data analysis are: Condensation of data, presentation of data and drawing conclusions. Discipline development carried out by the Aceh Youth and Sports Service (DISPORA) Aceh is in the form of giving salaries at the beginning of the month, not on the 1st, can be missed if at the beginning of the month it falls on a weekend, the salary given is sent through the accounts of registered ASN . Old-age benefits are given to ASN after the ASN retires, but the retirement salary itself has a lot of correspondence that must be taken care of and it takes time. The implementation of sanctions for violations of ASN discipline at the Aceh DISPORA is only light discipline, namely in the form of verbal warnings and written warnings as well as written statements of dissatisfaction, for cases such as abuse of authority and intermediaries to gain profits do not reach the supervisory party because the supervisory party does not go into depth when there are field activities.
PERANAN KEUCHIK TERHADAP KELANCARAN ADMINISTRASI GAMPONG MENURUT QANUN NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAH GAMPONG Armiwal Suhaibah
Jurnal Sains Riset Vol 9, No 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsr.v9i2.116

Abstract

Provinsi Aceh merupakan satuan pemerintah daerah yang diberi status oleh pemerintah pusat otonomi khusus (lex spesialis), yang selanjutnya diatur dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh. Tentu kewenangan serta pengelolaan pemerintahanya berbeda jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, hal tersebut jelas terimplementasi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang keistimewaan Aceh. Adanya Qanun Pemerintahan Gampong Nomor 5 Tahun 2003 di Gampong merupakan salah satu dimensi penting dalam rangka mewujudkan cita-cita demokratisasi dan reformasi pemerintahan yang di dalamnya juga mengatur mengenai Pemerintahan Gampong. Dengan adanya perangkat hukum tersebut telah membuka peluang bagi terwujudnya demokratisasi sampai pada tingkat pedesaan melalui perubahan konfigurasi pemerintahan desa sebagai institusi perwakilan rakyat di tingkat gampong yang mempunyai kedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah gampong. Pemerintah gampong merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah gampong dan tuha peuet gampong. pemerintah gampong terdiri dari kepala gampong dan perangkat gampong. perangkat gampong bertugas membantu kinerja kepala gampong dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi pemerintah gampong. perangkat gampong terdiri dari sekretaris gampong dan perangkat gampong lainnya. bersama perangkat gampong, kepala gampong sebagai pimpinan struktur pemerintah desa memiliki peranan yang signifikan dalam pengelolaan proses sosial dalam masyarakat gampong (Qanun Pemerintahan Gampong Nomor 5 tahun 2003). Keuchik sesuai dengan kedudukannya sebagai pimpinan dalam sebuah Gampong bertugas untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, menjalankan urusan pemerintah, pembangunan dan pembinaan masyarakat, serta mengarahkan masyarakatnya kepada usaha-usaha untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Gampong. Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan gampong juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk melaksanakan administrasi Gampong dengan baik. Kata Kunci : Peran Keuchik Dalam Administrasi Gampong
The Role of the Polri Intelligence in Securing the General Election and Institution of the Pidie District DPRK Suhaibah Suhaibah; Armiwal Armiwal; Mukallaf Mukallaf
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 4, No 1 (2021): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i1.1645

Abstract

This research aims toknowingthe role of the Police Intelligence in securing the General Election and Inauguration of the Pidie Regency DPRK, the obstacles to the Intelligence of the Police in securing the General Election and the Inauguration of the DPRK and the efforts made to overcome the obstacles to the Police Intelligence in securing the General Election and Inauguration of the Pidie Regency DPRK In this study, the problem approach used was normative juridical and empirical juridical. Data collection was carried out by literature study and field studies. The data were analyzed qualitatively with data collection techniques through observation of library and field materials related to these problems. The results showed that the role of Police Intelligence in Securing the General Election and Inauguration of the Pidie Regency DPRK that is maintain and maintain a situation of security and national order in order to remain conducive since the preparatory stage, the election stage and the consolidation stage in order to ensure security for the public, election organizers in this case the KPU and Bawaslu, and Pilkada participants. Efforts Made to Overcome Police Intelligence Obstacles in Securing the General Election and Inauguration of the Pidie Regency DPRK by increasing organizational capabilities, individual capabilities, increasing security capabilities, increasing the ability to control activities and increasing additional capabilities.
The Prosecution by the Pidie State Prosecutor Against the Criminal Action of Corruption Gampong Income and Shopping Budget Suhaibah Suhaibah; Armiwal Armiwal; Afdhalul Gunawar
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 4, No 3 (2021): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v4i3.2225

Abstract

Law Number 6 of 2014 also strengthens the allocation of Village funds (ADD) originating from the Regency/City balancing funds. If previously there were almost no districts/cities that provided ADD at least 10 percent of the balancing fund without any sanctions, then Article 72 of the Village Law gives the government the right to impose sanctions by delaying and even deducting the balancing fund in the amount of the allocation of funds not given to Village. Aim for knowing the prosecution process by the Pidie State Prosecutor's Office against the perpetrators of corruption in the Gampong Revenue and Expenditure Budget (APBG) and obstacles in the prosecution process by the Pidie State Prosecutor's Office. This research is a type of empirical juridical normative research, data collection in research is carried out through library and field research. Literature research by studying books, laws and regulations. Field research by interviewing respondents and informants.The results showed that the prosecution process by the Pidie State Prosecutor's Office against perpetrators of corruption in the Gampong Revenue and Expenditure Budget (APBG). Technically, the receipt of the case is recorded in the register of receipt of case files, and the report is reported using the LP. In the event that the investigation is considered complete, the investigator hands over the responsibility for the suspect and evidence to the public prosecutor. At this stage, the examination of the suspect is intended to avoid making mistakes in persona being prosecuted before the trial. Obstacles in the prosecution process by the Pidie District Attorney against perpetrators of corruption in the Gampong Revenue and Expenditure Budget (APBG).
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI POLISI PAMONG PRAJA DALAM PEMBINAAN KEAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM Suhaibah, Armiwal
Jurnal Sosial Humaniora Sigli Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsh.v3i1.236

Abstract

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah mempunyai kewajiban menegakkan peraturan  perundang- undangan dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat. Dalam rangka menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum serta untuk menegakkan Peraturan Daerah dibentuk  Satuan Polisi Pamong Praja sebagai Perangkat Pemerintah Daerah.Sebagaimana dengan jelas dinyatakan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g  Undang-undang No.   2  Tahun 2002   tentang Kepolisian Negara  Republik Indonesia  yang menyatakan   Polri   bertugas   melakukan   koordinasi,   pengawasan,    dan pembinaan  teknis  terhadap  kepolisian khusus,  penyidik  pegawai  negeri sipil,  dan  bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.  Dari   ketentuan  tersebut terlihat bahwa pihak kepolisian dalam   melaksanakan tugas   menjaga  dan memelihara  Kamtibmas  dapat  melakukan  kerja  sama  dengan  penyidik pegawai  negeri  sipil,   dan   bentuk-bentuk pengamanan  swakarsa  seperti halnya SatPol PP.Kinerja   Satuan   Polisi   Pamong  Praja   (Sat   Pol   PP)   tidak  pemah luput  dari  perhatian publik,  mengingat segala aktivitasnya  dengan mudah diketahui   melalui  pemberitaan   di   mass    media,    baik   cetak   maupun elektronik.  Hal  ini terlihat dari tindakan aparat Satpol PP dalam penegakan hukum  sering  berlebihan  sehingga   terbentuk  opini   dalam  masyarakat bahwa pelaksanaan tugas   dan  fungsi Satpol PP  tidak sesuai yang belaku. Kenyataan ini tentunya tidak sesuai  dengan gambaran aparatur pemerintah daerah  yang  dalam   melaksanakan  tugasnya  menjunjung  tinggi  norma hukum,  norma   agama,  Hak   Asasi    Manusia  dan   norma-norma  sosial  lainnya yang  hidup  dan  berkembang di masyarakat.Keywords: Pelaksanaan Tugas dan Fungsi.
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERANAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN REHABILITASI HUTAN MANGGROVE Armiwal, Suhaibah
Jurnal Sosial Humaniora Sigli Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsh.v2i2.168

Abstract

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahwa "sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan non-hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk". Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 yang menyatakan "bahwa setiap orang yang memiliki, mengelola, dan atau memanfaatkan hutan yang kritis atau tidak produktif, wajib melaksanakan rehabilitasi hutan untuk tujuan perlindungan dan konservasi". Hal tersebut dapat dilakukan dengan di dampingi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang kehutanan dan di fasilitasi oleh Pemerintah Provinsi. Hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan ikutan dapat diekspor ke luar negeri, sehingga mendatangkan devisa bagi negara. Ditinjau dari segi kepentingan manusia yang dapat merasakan manfaat hutan secara tidak langsung dapat dibagi dua, yaitu: manusia sebagai individu (butir a sampai g) dan manusia sebagai warga negara. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi­fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan. Kata Kunci: Peran Pemerintah Dalam Rehabilitasi Hutan
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASANDALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI WILAYAH HUKUM POLRES PIDIE Suhaibah Suhaibah
Jurnal Sosial Humaniora Sigli Vol 1, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2665.061 KB) | DOI: 10.47647/jsh.v1i2.125

Abstract

Domestic Violence or domestic violence (KDRT), in principle is one of the phenomenon of human rights violations so that this issue is covered as one form of discrimination, especially against women. Discrimination itself has been formulated in various legal instruments in Indonesia such as Law Number 7 of 1984 which is a form of ratification of the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against women formulated by the United Nations (UN), and more recently is Law No. 23 Tahuo 2004 on Domestic Abolition (KDRT), but there is still no significant impact for women victims of discrimination. In fact, there are still very few who understand the content, let alone apply this law from law enforcers alone. Domestic violence can be triggered by many factors, including economic factors, low education, jealousy and can also result in the presence of one person old from both sides, who take part in a household. From education factor can be caused by lack of knowledge from both side how to balance and overcoming unsuitable traits between them, maybe in a household there is husband who have arrogant nature and tend to win by themselves because of lack of knowledge. Legal basis of handling violence in the household, among others, is article 294 paragraph (I) of the Penal Code (KUHP) that threatens a person who commits an obscene act with his or her immature son, stepchild or retrieve, his or her pets and so on with criminal penalty for seven years . Article 340 of the Criminal Code on premeditated murder, Articles 341 and 342 on the murder of women against their babies, Article 356 on family persecution and so on. In addition to the Criminal Code (Penal Code), there are also laws regulating the Elimination of Domestic Violence. Keywords: Domestic Violence
PENYULUHAN HUKUM POLA PENYELESAIAN SENGKETA ADAT ACEH DALAM PESPEKTIF QANUN NOMOR 9 TAHUN 2008 DI GAMPONG MESJID DIJIEM KECAMATAN INDRAJAYA Al Muttaqien; Umar Mahdi; Suhaibah Suhaibah; Auzan Qasthary
Al Ghafur: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1, No 2 (2022)
Publisher : Al Ghafur: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.495 KB)

Abstract

Penyuluhan Hukum Pola Penyelesaian Sengketa Secara Adat Aceh Dalam Pespektif Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 di Gampong Mesjid Dijiem Kec. Indrajaya merupakan kegiatan pengabdian masyarakat. Prodi Ilmu Hukum Universitas Jabal Gahfur, Tujuan kegiatan ini berkaitan dengan peran gampong dan mekanisme  serta kewenangan dalam penyelesaian sengketa adat istiadat dalam masyarakat gampong. Penyelesaian sengketa adat istiadat di gampong Mesjid Dijiem belum terlaksana secara efektif dimana sebagai besar sengketa atau perselisiahan di gampong masih dilaporkan ke polisi. Masih kuranganya pengetahuan aparatur gampong terkait mekanisme dan pola penyelesaian sengketa adat istiadat di gampong menjadi penyebab utama tidak berjalannya peleksanaan penyelesaian senketa adai istiadat di gampong. Pelaksanaan penyuluhan hukum dimulai dengan penyampaian materi terkait Qanun Aceh nomor 9 tahun 2008 dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Hasil penyuluhan hukum di Gampong Mesjid dijiem Kecamatan Indrajaya memberikan pengetahuan bagi apartur gampong terkait terkait pola penyelesaian senketa adat aceh sehingga nantinya peran aparatur gampong dapat efektif dan berkomitmen dalam rangka penyelesaian berbagai sengketa atau perselisiahan adat istiadat dalam masayarakat gampong sebagaimana diatur dalam Qanun Aceh Aceh Nomor 9 Tahun 2008.
PERAN KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG DINAS SOSIAL ACEH Armiwal Armiwal; Suhaibah Suhaibah; Helmi Yamin
Jurnal Sains Riset Vol 12, No 2 (2022): September 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsr.v12i2.678

Abstract

Kinerja merupakan  pencapaian yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun kualitatif, kreativitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi. Dalam upaya untuk mewujudkan kinerja pegawai hal  ini sangat tergantung pada faktor kemampuan kepemimpinan para pemimpin dalam mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan peluang yang terbuka bagi pencapaian tujuan. Hal ini mencakup kualitas dan motivasi dari seluruh sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana peran Kepala Subbagian Tata Usaha dalam meningkatkan kinerja pegawai UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh  Sayang Dinas Sosial Aceh?, dan apa faktor yang menghambat Peran Kepala Subbagian Tata Usaha dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh  Sayang Dinas Sosial Aceh?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data, observasi. dan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Kepala Subbagian Tata Usaha dalam meningkatkan kinerja pegawai UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh  Sayang Dinas Sosial Aceh masih memiliki beberapa kekurangan. Adapun kurangnya tersebut yaitu terkait pelaksanaan peran kepemimpinan sebagai fasilitator yang meliputi indikator memberikan informasi dan koordinasi. sedangkan dalam peran kepemimpinan sebagai motivator yang meliputi indikator menanamkan rasa tanggungjawab dan mengarahkan. Adapun yang menjadi faktor yang menghambat peran Kepala Subbagian Tata Usaha dalam meningkatkan kinerja pegawai Subbagian Tata Usaha UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Dinas Sosial Aceh yaitu kepemimpinan meliputi indikator motivasi diri dan memiliki pola hubungan yang baik. Sedangkan dalam hal lingkungan yang meliputi indikator sarana dan sumber daya manusiaKata Kunci         :  Peran, Kepemimpinan, kinerja Pegawai