Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENGARUH KEPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI FORMULARIUM OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK TERHADAP OBAT MACET GOLONGAN ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PURBALINGGA PERIODE JANUARI-JUNI 2011 Kartikasari Kartikasari; Indri Hapsari; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 02 Agustus 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i2.705

Abstract

ABSTRAK Kepatuhan dokter dalam penulisan resep sesuai formularium masih perlu ditingkatkan demi tercapainya pelayanan kefarmasian yang optimal. Adanya ketidakpatuhan dokter dalam penulisan resep sesuai formularium akan berpengaruh terhadap adanya obat-obat yang macet (dead stock). Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional (deskriptif analitik) dengan rancangan penelitian cross sectional dan data diambil secara retrospektif. Penelitian ini melibatkan 27 dokter dan 1207 resep. Hasil penelitian selama bulan Januari-Juni 2011 menunjukan persentase kepatuhan dokter sebesar 87% sedangkan yang tidak patuh sebesar 13%. Obat generik yang macet sebanyak 33,5% dan non generik 66,5% dengan nilai korelasi 0,214 dan nilai p 0,003. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang lenah antara kepatuhan dokter dalam penulisan resep sesuai formularium obat golongan antibiotik terhadap obat macet golongan antibiotik di RSU Purbalingga. Kata kunci : kepatuhan, formularium, obat macet, obat golongan antibiotik, dokter. ABSTRACT The doctors’ compliance to formularium in issuing prescription still needs to be improved to achieve an optimum pharmacy service. Their incompliance will cause a death stock of medicine. This was an observational research (analytical descriptive) applying cross sectional approach with the data retrospectively collected. This research included 27 of doctors and 1207 prescriptions. The research, conducted in Januari-June 2011, has indicated that the percentage of the complying doctors are 87%, and the rest of 13% does not comply to the standard. This makes a dead stock in generic medicine of 33,5% and in non-generic medicine of 66,5% with correlation value was 0,214 and p value was 0,003. Based on the results, it can be concluded that there was a negative correlation between the doctors’ compliance to the medicine formularium and the dead stock of antibiotics in RSU Purbalingga. Keywords: doctors’ compliance, formularium, dead stock of medicine, antibiotics
UJI AKTIVITAS ANTIVIRUS EKSRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruitz & Pav) TERHADAP VIRUS NEWCASTLE DISEASE (ND) DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPISNYA Diniatik Diniatik; Anjar Mahardian Kusuma; Okti Purwaningrum
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 01 April 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i1.691

Abstract

ABSTRAK Virus merupakan parasit berukuran mikroskopik, menginfeksi sel organisme biologis, dan hanya dapat bereproduksi dalam material hidup.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas anti virus dari ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatumRuitz & Pav) Terhadap Virus Newcatle Disease dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi mengunakan etanol 96%. Penelitian ini dilakukan secara in ovo yaitu dengan menggunakan telur ayam berembrio umur 9 – 10 hari.Pengamatan penghambatan virus digunakan uji hemaglutinasi (HA).Penelitian ini dilakukan dengan uji anava. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah mampu mengambat pertumbuhan virus Newcastle Disease konsentrasi yang digunakan adalah 1, 10, 100 µg/ml. Dari ketiga konsentrasi tersebut menunjukan bahwa makin tinggi konsentrasi makin besar pula hambatan terhadap pertumbuhan virus dengan hambatan tertinggi 94,79% dan terendah 50%. Untuk mengetahui mana yang poten antara ketiga konsentrasi terhadap virus Newcastle Disease digunakan uji BNT, hasilnya menunjukan perbedaan bermakna secara statistik (0,05) berarti aktivitas antivirus ekstrak etanol daun sirih merah terhadap virus Newcastle Disease mempunyai perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 1 µg/ml dengan 10 µg/ml dan 1 µg/ml dengan 100 µg/ml. Aktivitas antivirus ekstrak etanol daun sirih merah mulai 10 µg/ml yang secara statistik tidak berbeda bermakna dengan konsentrasi 100 µg/ml. Ekstrak etanol daun sirih merah memiliki kandungan senyawa kimia yaitu Flavonoid, Saponin, Tanin, Minyak Atsiri. Kata Kunci : antivirus, ekstrak etanol, daun sirih merah, virus new castle disease, kromatografi lapis tipis. ABSTRACT Virus it the microscopic of measured parasite, to infection the organism cell, and only reproducing in know that there is antiviral activity from the ethanol extract of Sirih Merah leaf (Piper crocatum Ruitz & Pav) into Newcastle Disease virus with thin layer chromatography profile. The extract made by the maceration method with using the ethanol 96%. This research did conducting in ovo, there is chicken’s egg embryo with the age 9 – 10 days. The inspection of hindrance virus is used for hemaglutination test (HA test). This research analyze with the anava test. The resulting of research indicates that the ethanol extract of Sirih Merah leaf can delay the growth Newcastle Disease virus. The concentration third of this show that more increase of concentration, the higgest 94,79% of purpose to 50%. For knowing which one of more potent between concentration of third to Newcastle Disease virus with used BNT test, those result to show the different of meaning manner statistic (P < 0,05), it means of that the activity of antiviral ethanol extract Sirih merah leaf to Newcastle Disease virus has the different meaning between 1 µg/ml with 10 µg/ml and 1 µg/ml with 100 µg/ml concentration. Activity of antiviral ethanol extract sirih merah leaf is 10 µg/ml manner statisticEthanol extract Sirih Merah leaf have content of chemical compound like flavonoid, saponin, tannin. Keyword : antiviral, ethanol extract, sirih merah leaf, Newcastle Disease, thin layer chromatography.
PENGARUH PRAPERLAKUAN PEMBERIAN JUS PISANG AMBON TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK TETRASIKLIN PADA TIKUS PUTIH JANTAN Titik Aisyah; Wiranti Sri Rahayu; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 10 No. 01 Juli 2013
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v10i1.787

Abstract

ABSTRAK Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau dengan obat lain. Pemakaian tetrasiklin bersama-sama dengan susu atau makanan yang mengandung ion kalsium, magnesium atau ion besi dapat mengurangi absorpsinya karena pembentukan khelat yang tak larut. Pisang termasuk makanan yang mengandung ion seperti kalsium (10 mg), besi (0,9 mg), disamping kandungan lain seperti air (72 g), protein (1,3 g), lemak (0,2 g), dan karbohidrat (26 g) dalam 100 g bagian yang dapat dimakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan profil farmakokinetik tetrasiklin dengan praperlakuan 1 jam dan bersamaan serta tanpa perlakuan pemberian jus pisang ambon pada tikus putih jantan. Jenis penelitian ini adalah eksperimental, dengan rancangan posstest only control group design dan metode analisis data yang digunakan adalah one way anova. Terjadi perubahan parameter farmakokinetika pada kelompok 1 dengan pemberian tetrasiklin 63 mg/kg BB, kelompok 2 dengan pemberian 2 mL jus pisang ambon 1 jam sebelum tetrasiklin 63 mg/kg BB dan kelompok 3 dengan pemberian 2 mL jus pisang ambon secara bersamaan dengan tetrasiklin 63 mg/kg BB. Parameter farmakokinetika tetrasiklin yang berubah yaitu nilai Ka, Cl, t1/2 el, Kel, tmaks, Cpmaks, dan AUC. Namun, berdasarkan hasil analisis varian satu jalan terhadap nilai parameter farmakokinetika tetrasiklin antar kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p >0,05). Kata kunci: farmakokinetik, jus pisang ambon, tetrasiklin. ABSTRACT Drugs could interact with food or other drugs. The use of tetracycline with milk or food containing calcium, magnesium or iron ions could reduce the absorption due to the formation of insoluble chelate. Banana contains ions such as calcium (10 mg), iron (0.9 mg), as well as water (72 g), protein (1.3 g), fat (0.2 g) and carbohydrates (26 g) in 100 g of edible parts. The aim of this research was to compare the pharmacokinetic profiles of tetracycline with pre-treatment of 1 hour, simultaneously and without administering ambon banana juice on white male rats. The method of this research was experimental, with “Posstest only control group design” and “one way anova” as the method of data analysis. The pharmacokinetic parameters of tetracycline were changed in group 1 by administering tetracycline 63 mg/kg BB, group 2 by administering of 2 mL of ambon banana juice 1 hour before tetracycline 63 mg/kg BB, and group 3 by administering of 2 mL of banana juice simultaneously with tetracycline 63 mg/kg BB. Pharmacokinetic parameter of tetracycline that changed were value of Ka, Cl, t1/2 el, Kel, tmaks, Cpmaks, and AUC. However, based on the results of one way analysis of variance on the value of tetracycline pharmacokinetic parameters between groups showed no significant difference (p>0.05). Key words: pharmakokinetics, ambon banana juice, tetracycline.
PENGARUH PRAPERLAKUAN PEMBERIAN JUS JAMBU BIJI TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIKA TETRASIKLIN PADA TIKUS PUTIH JANTAN Erlin Nurul Azizah; Wiranti Sri Rahayu; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 03 Desember 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i3.756

Abstract

ABSTRAK Penggunaan makanan atau minuman bersamaan dengan obat sering kali dapat menimbulkan interaksi. Tetrasiklin dapat membentuk kompleks tak-larut dengan sediaan besi, alumunium, magnesium dan kalsium, sehingga resorpsinya dari usus gagal. Jambu biji mengandung kalsium 14,00 mg, besi 1,1 mg, karbohidrat 12,20 gram, protein 0,90 gram, dan lemak 0,30 gram, vitamin C lebih dari 490 setiap 100 gram buah jambu biji. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil farmakokinetik tetrasiklin dengan praperlakuan 1 jam dan bersamaan serta tanpa perlakuan pemberian jus jambu biji pada tikus putih jantan. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental sederhana dengan hewan uji tikus jantan galur wistar berbobot 200 g (±10%). Hewan uji dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Kelompok 1 diberikan tetrasiklin 63 mg/kg BB. Kelompok 2 diberikan praperlakuan 2 ml jus jambu biji 1 jam sebelum pemberian tetrasiklin 63 mg/kg BB peroral. Kelompok 3 diberikan 2 ml jus jambu biji bersamaan dengan pemberian tetrasiklin 63 mg/kg BB. Setelah hewan uji mendapatkan perlakuan, pada waktu-waktu tertentu diambil cuplikan darah guna penetapan kadar tetrasiklin utuh dengan metode KCKT. Harga-harga parameter farmakokinetika tetrasiklin seperti Ka, Kel, Cpmax, tmax, Cl, t1/2, dan AUC dihitung berdasarkan data kadar tetrasiklin utuh lawan waktu. Parameter farmakokinetika tersebut antar perlakuan dibandingkan secara statistika menggunakan uji ANAVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan praperlakuan 1 jam sebelum pemberian tetrasiklin dan bersamaan pemberian 2 ml jus jambu biji tidak mempengaruhi parameter farmakokinetika tetrasiklin dosis 63 mg/kg BB yang diberikan peroral pada tikus jantan (P>0,05). Kata kunci: Farmakokinetika,jus jambu biji, tetrasiklin ABSTRACT Drug interaction can happen when consumption food or drink are given together with drug.Tetracyclinecan form insoluble complexes with iron preparations, aluminum, magnesium and calcium, so absorption of intestinal was failure.Every 100 grams of guava fruit contains 14.00 mg of calcium, iron 1.1 mg, 12.20 grams of carbohydrate, protein 0.90 grams and 0.30 grams of fat, vitamin C is more than 490 mg and vitamin A. This research was aimed to comparing the pharmacokinetic profile of tetracycline with pretreatment 1 hour, treated simultaneously and without giving guava juice in male rats.The study was conducted employing a posttest only control group design, using male Wistar rats weight 200 g (±10%). The animals were divided into three groups (5 rats for each group). Group I was given a single oral tetracycline 63 mg/kg BW. Group II was given a single oral of pretreatment 2 ml guava juice 1 hour before treatment with tetracycline 63 mg/kg BW.Group III was given a single oral 2 ml guava juice do simultaneously with tetracycline 63 mg/kg BW. After all rats were pretreated, serial blood samples were withdrawn and were analyzed using HPLC for unchanged tetracycline. Pharmacokinetic parameters of tetracycline i.e. Ka, Kel, Cmax, tmax, Cl, t1/2 and AUC were determined based onconcentration to time data in the blood. The tetracycline pharmacokinetic parameters were analyzed by one-way analysis of varians (ANOVA) using 95% confidence interval.The results showed that the pharmacokinetic parameters of tetracycline in the animal with pretreatment 1 hour and simultaneously of guava juice did notchange significantly (P > 0.05). Key words : Pharmacokinetics, guava juice, tetracycline
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENGOBATAN PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS PERIODE AGUSTUS 2009-JUNI 2010 Anjar Mahardian Kusuma; Ning Pratiwi
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 01 April 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i1.688

Abstract

ABSTRAK Infark miokard akut merupakan masalah kesehatan utama yang perlu mendapat perhatian secara khusus karena prevalensi angka kematian dan biaya cukup tinggi, di Amerika sekitar 1,5 juta orang yang menderita infark miokard akut per tahun dengan angka kematian 30 %, sedang di Indonesia kematian akibat penyakit jantung koroner diperkirakan 53,5 % per 100 000 penduduk. Pasien-pasien dengan infark miokard akut selalu mengeluh dengan nyeri dada seperti dijepit, menekan, rasa terbakar dan intensitasnya berlangsung ringan atau lama. Pengobatan pada pasien infark miokard akut memerlukan banyak obat dan bermacam-macam sehingga memberbesar kemungkinan terjadinya Drug Related Problems (DRPs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya DRPs yang terjadi pada pengobatan infark miokard akut yang menjalani perawatan khusus di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Banyumas periode Agustus 2009 – Juni 2010. Indikasi DRPs meliputi obat yang di butuhkan, obat yang tidak dibutuhkan, obat salah, dosis kurang, dosis berlebih, dan interaksi obat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif. Hasil penelitian dari 16 kasus menunjukan bahwa, terjadi DRPs berupa obat yang dibutuhkan 31,3 %, tidak perlu obat 6,3 %, dosis kurang tak ditemukan, dosis berlebih 12,5 %, dan interaksi obat 100%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak obat yang dibutuhkan pada pengobatan infark miokard akut di perawatan intensive. Kata kunci : infark miokard akut (IMA), DRPS, obat yang dibutuhkan, tidak perlu obat, dosis berlebih. ABSTRACT Acute myocardial infarction is a primer major health problem which needs special attention because of the mortality prevalence and the cost is quite high, at around 1.5 million Americans who suffer from Acute Myocardial Infarction per year with a mortality rate is 30%, while in Indonesia, deaths caused by Coronary heart disease is estimated 53.5% per 100 000 population. The patients of Acute Myocardial Infarction always complaint their chest pain like a pinched, punched, burned and the intensity is mild or long duration. Treatment of Acute Myocardial Infarction in patients needs mahy varieties medicine so it can enlarge the possibility of Drug Related Problems (DRPs). This study aimed to investigate the DRPs that occur in the in the Acute Myocardial Infarction treatment who get special treatment in the Intensive Care Unit, RSU Banyumas in the period August 2009 - June 2010. DRPs indications included medication necessary medicine, unnecessary medicine wrong medicine, inadequate dosage, over dosage, and drug interactions. This research is included research descriptive with retrospective design. The results of 16 cases shows that DRPs occur in necessary medicine is 31.3%, unnecessary medicine is 6.3%, inadequate dosage is not be found, over dosage is 12.5%, and medicine interaction is 100%. Based on the results can be concluded that there are many medicines those are needed in the Acute Myocardial Infarction in intensive care. Keywords: Acute Myocardial Infarction (AMI), DRPs, necessary medication, unnecessary medications, over dosages.
ANALISIS SILDENAFIL SITRAT PADA JAMU TRADISIONAL KUAT LELAKI MERK A DAN B DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Angga Tiya Warma Sarigih; Anjar Mahardian Kusuma; Pri Iswati Utami
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 02 Agustus 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.554

Abstract

ABSTRAK Dalam perkembangannya banyak ditemukan obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat. Salah satunya adalah sildenafil sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk analisis sildenafil sitrat pada jamu tradisional kuat lelaki merk A dan B dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi, menggunakan metode fase terbalik dengan detektor Uv 290 nm, kolom Shimpack ODS CLC C18, fase gerak asetonitril dan dapar fosfat 0,05 M pH 4,5 dengan perbandingan (60:40). Laju alir 1,2 mL/menit dan volume yang diinjeksikan 20 µl. Pada sistem kromatografi tersebut, waktu retensi sildenafil sitrat adalah 2,5 menit. Perolehan kembali sildenafil sitrat dari sampel jamu kuat lelaki adalah 110,67%. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis sildenafil sitrat dengan batas deteksi 0,010 g/mL dan batas kuantitasi 0,341 g/mL. Berdasarkan hasil penelitian jamu kuat lelaki merk A mengandung sildenafil sitrat sebesar 0,313 mg/g, sedangkan jamu kuat lelaki merk B tidak terdeteksi adanya Sildenafil sitrat. Kata kunci : Sildenafil sitrat, Jamu Kuat Lelaki, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. ABSTRACT Recently, addition of chemical into traditional medicine has been a subject of study. One of them is sildenafil citrate. The aim of this study is to analize Sildenafil Citrate in Jamu kuat lelaki Brand A and B with High Performance Liquid Chromatography Method, used reversed phase method with UV detector 290 nm, column Shimpack CLC ODS C18, used stationary phase, acetonitrile and phosphate buffer 0,05 M pH 4.5 with a ratio (60:40). Flow rate 1.2 mL / min and the injeksion volume 20 μl in the chromatography system, sildenafil citrate retention time is 2.5 minutes. The recovery of sildenafil citrat on jamu kuat lelaki is 110.67%. The method can be used to analyze Sildenafil Citrate with a detection limit of 0,010 g/mL and a quantitation limit of 0,341 g/mL. Based on the results, brand A of jamu kuat lelaki research contains sildenafil citrate of 0.313 mg / g, while brand B does not contain Sildenafil citrate. Keywords: Sildenafil citrate, Jamu Kuat Lelaki, High Performance Liquid Chromatography.
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2009 Muhammad Abbas Rifa`i; Sudarso Sudarso; Anjar Mahardian Kusuma
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 08 No. 01 April 2011
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v8i1.593

Abstract

ABSTRAK Di Indonesia demam tifoid terdapat dalam keadaan endemik penyakit ini termasuk penyakit menular. Di daerah endemik demam tifoid insidensi tertinggi didapatkan pada anak-anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pada pasien anak penderita demam tifoid yang meliputi umur dan jenis kelamin pasien di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto dan mengetahui gambaran penggunaan antibiotik dan kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien anak penderita demam tifoid yang meliputi jenis antibiotik, ketepatan dosis antibiotik, cara pemberian antibiotik, dan lama pemberian antibiotik di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto tahun 2009 yang dibandingkan dengan Standar Pelayanan Medik dari Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto tahun 2009 dengan Standar Pelayanan Medik Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Penelitian ini bersifat deskriptif non analitik, dan pengumpulan data di lakukan secara retrospektif dengan menggunakan alat kartu rekam medik pasien dan diperoleh 97 kasus untuk pasien anak demam tifoid. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah pasien kebanyakan anak-anak sebanyak 70 (72,16%) pasien, jenis kelamin kebanyakan laki-laki 53 (55%). Gambaran antibiotik yang digunakan di Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto Tahun 2009 penggunaan jenis antibiotik terbanyak yang digunakan adalah sefotaxime sebanyak 61 pasien (62,89%). Gambaran pemberian dosis amoksisilin rata-rata rentang antara 150-250mg, ampisilin 200-350mg, kloramfenikol 250mg, tiamfenikol 30mg, cefotaxime 150-750mg, gentamisin 16-40mg. Cara pemberian antibiotik kebanyakan parenteral 70 pasien (72,17%). Dan lama pemberian banyak diresepkan 3-8 hari. jenis antibiotik (87,63%) berdasarkan Standar pelayanan Medik Rumah Sakit Wijayakusuma telah sesuai dan 90,72% berdasarkan Standar Pelayanan Medik Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga sesuai, untuk ketepatan dosis 92,77% berdasarkan Standar pelayanan Medik Rumah Sakit Wijayakusuma dan 74,22% berdasarkan Standar Pelayanan Medik Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah sesuai serta untuk cara pemberian dan lama pemberian tidak dapat dianalisis kesesuaiannya. Kata kunci: Antibiotika, Demam tifoid, Pasien anak Rawat Inap, RS Wijayakusuma ABSTRACT Typhoid fever is endemic diseases in Indonesia, including infectious diseases. In endemic areas showed the highest incidence of typhoid fever children. Knowing the purpose of this study is characteristic in children with typhoid fever patients, including age and sex of patients in hospitals and Knowing image Wijayakusuma Purwokerto antibiotic and suitability of the use of antibiotics in children with typhoid fever, including type of antibiotic, the accuracy of the dose of antibiotics, mode of administration antibiotics, and duration of using in Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto Year 2009 are comparable to the Standard of Medical Service of Rumah Sakitl Wijayakusuma Purwokerto Year 2009 by Medical Standard Perhimpunan Ahli Penyakik Dalam Indonesia (PAPDI). This research is non-analytic, and data collection is done retrospectively by using patients medical records and there where 97 cases of typhoid fever in pediatric patients. The results of this study showed that the number of patients are mosly of the kids as much as 70 (72.16%) patients, sex, mostly boy, 53 (55%). Preview antibiotic that is in use at the Rumah Sakit Wijayakusuma Year 2009 the use of most types of antibiotics used was cefotaxime of 61 patients (62.89%). Image amoxicillin dosage ranges on average between 150-250mg, 200-350mg ampicillin, cloramphenicol 250mg, tiamfenikol 30mg, cefotaxime 150-750mg, gentamisin 16-40mg. The way most parenteral antibiotics 70 patients (72.17%). And many in the prescribed duration of 3-8 days. 87,63% for the type of antibiotics based on the Standar Pelayanan Medik (SPM) Rumah Sakit Wijayakusuma is appropriate and 87.63% based on the Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) is appropriate, for the accurate dosage of 92.77% based on the Standar Pelayanan Medik (SPM) Rumah Sakit Wijayakusuma and 74.22% based on the Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) conformed well to the old mode of administration and delivery can not be analyzed. Keywords: Antibiotics, typhoid fever, Pediatric, Patients In patient RS Wijayakusuma
AKTIVITAS ANTIVIRUS EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP VIRUS NEWCASTLE DISEASE BESERTA PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Egi Laila Solichati; Anjar Mahardian Kusuma; Diniatik Diniatik
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 01 April 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.545

Abstract

ABSTRAK Virus merupakan parasit berukuran mikroskopik, menginfeksi sel organisme biologis, dan hanya dapat bereproduksi dalam material hidup. Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.), pada umumnya digunakan untuk mengobati demam, menghilangkan pembengkakan dan sakit tenggorokan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antivirus dari ekstrak etanol daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap virus Newcastle Disease beserta profil kromatografi lapis tipisnya. Ektrak dibuat dengan cara maserasi menggunakan cairan penyari etanol 96 %. Penelitian ini dilakukan secara in Ovo yaitu dengan mengunakan telur ayam berembrio umur 9 – 11 hari. Pengamatan penghambatan virus digunakan uji hemaglutinasi (HA). Penelitian ini dianalisis dengan Uji Anava. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bandotan mampu menghambat pertumbuhan virus Newcastle Disease. Konsentrasi yang digunakan adalah 1, 10 dan 100g/ml, dengan hambatan tertinggi 99.480.23 % dan terendah 50.00±0 %. Aktivitas antivirus ekstrak etanol daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap virus Newcastle Disease mempunyai perbedaan yang bermakna antara ketiga konsentrasi (P
Evaluasi Penggunaan Obat Antidiare pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Tahun 2009 Dewi Sekar Tanjung; Anjar Mahardian Kusuma; Indri Hapsari
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 08 No. 02 Agustus 2011
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6463.459 KB)

Abstract

Diare merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortilitas anak di negara yang berkembang. Empat - Lima % dari kasus diare akan jatuh ke dalam keadaan dehidrasi, dan 60% dari padanya akan meninggal, apabila tidak mendapat pertolongan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas apakah sudah sesuai dengan standar pelayanan medis menurut Ikatan Dokter Indonesia dan untuk mengetahui ada tidaknya potensial (Drug Related Problem's) DRPs pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif yaitu melakukan penelusuran terhadap tindakan yang dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien anak dalam memberikan obat antidiare di instalasi rawat inap RSUD Banyumas tahun 2009. Hasil penelitian ini adalah penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009 sudah sesuai dengan standar pelayanan medik menurut Ikatan Dokter Indonesia dan ditemukan kasus potensial DRPs pada penggunaan obat antidiare pada pasien anak di instalasi rawat inap RSUD Banyumas pada tahun 2009.