Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

THE ISLAMIC WOMEN MOVEMENT FOR SOCIAL WELFARE IN INDONESIA: A STUDY ON WOMENS ORGANIZATION ‘AISYIYAH’ IN MALANG REGENCY, EAST JAVA - INDONESIA Sukmana, Oman
ASIAN JOURNAL FOR POVERTY STUDIES (AJPS) Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Regional Network on Poverty Eradication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aisyiyah is an organization of Islamic womens social movements aimed at improving the social welfare of women in Indonesia. The organization has spread throughout the country at national, provincial, district /city, sub-district, and village levels. This study was undertaken on Aisyiyahof Malang Regency to describe the types of activity performed by the organization and the implementation of the Islamic values in improving the women social welfare. A qualitative research approach was adopted and the data were collected from the interview, documentation, records, and other archival materials available in the organization management office. The results showed that the activities of Aisyiyah organizations at the local level were manifested in the form of various business charities, including (1) Sub-sub- recipient community TB-care; (2) Kindergarten teachers association; (3) Zakat, infaq, and shadaqahinstitute; (4) Economic Business-Cooperative; and (5) Junior high boarding school.The Islamic values underlying the spirit of the movement were the values contained in the Al-Quran, surah of Al-Maun regarding the obligation of Muslims to care for orphans and the poor.
PENGETAHUAN DAN KEARIFAN SOSIAL DALAM PROSES MANAJEMEN BENCANA GUNUNG KELUD (Studi di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang) Sukmana, Oman
Sosio Konsepsia Vol 7, No 3 (2018): Sosio Konsepsia (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/ska.v7i3.1417

Abstract

Wilayah Indonesia merupakan kawasan rawan bencana, baik bencana alam, bencana non-alam, maupun bencana sosial. Proses manajemen bencana dilakukan melalui empat fase, yakni fase:  mitigasi, kesiap-siagaan,  tanggap darurat, dan fase pemulihan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konstruksi  masyarakat tentang pengetahuan dan nilai kearifan sosial masyarakat lokal dalam proses manajemen bencana Gunung Kelud. Penelitian menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data  dilakukan melalui wawancara,  observasi, dan  dokumentasi, sedangkan teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Lokasi penelitian di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, yang merupakan wilayah utama terkena dampak bencana Gunung Kelud. Subjek penelitian ditentukan secara purposive sampling, yang meliputi Aparat Desa Pandansari, tokoh masyarakat Desa Pandansari, dan Ketua  Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB). Hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda alam akan terjadinya erupsi Gunung Kelud yaitu: (1) Terjadi migrasi binatang seperti monyet, ular, burung, dan sebagainya yang turun ke wilayah permukimamn masyarakat, (2) Debit sumber air, seperti sumur, mata air, dan sungai kecil berkurang dan mengering, (3) Muncul awan   panas dan gerah, (4) Muncul gempa-gempa kecil disertai  kilat dan bunyi gelegar kecil, (5) Tumbuhan dan tanaman layu dan berubah warna, dan (6) Tokoh Tetua masyarakat bermimpi didatangi “Lembu Suro”.  Sedangkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat terhadap Gunung Kelud tercermin dalam bentuk  “Ritual Sesaji Gunung Kelud” dan “Budaya Gotong Royong”. Kata kunci: Konstruksi,  Pengetahuan dan Kearifan Sosial, Manajemen Bencana.
STRATEGI PERCEPATAN PERTUMBUHAN LAPANGAN KERJA DAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA Sukmana, Oman
Sosio Informa Vol 4, No 3 (2018): Sosio Informa
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/inf.v4i3.1570

Abstract

Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia adalah masalah kemiskinan. Upaya mengatasi kemiskinan antara lain bisa dilakukan melalui penciptaan lapangan kerja. Pengembangan pariwisata dipandang merupakan strategi yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan lapangan kerja. Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produksi lainya. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan secara konseptual tentang keterkaitan antara pengembangan pariwisata, pertumbuhan lapangan kerja, dan upaya pengentasan kemiskinan.
Konsep dan Desain Negara Kesejahteraan (Welfare State) Sukmana, Oman
Sospol : Jurnal Sosial Politik Vol 2, No 1 (2016): Juli - Desember
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.968 KB) | DOI: 10.22219/sospol.v2i1.4759

Abstract

AbstrakNegara kesejahteraan (welfare state) dianggap sebagai jawaban yang paling tepat atas bentuk keterlibatan negara dalam memajukan kesejahteraan rakyat. Keyakinan ini diperkuat oleh munculnya kenyataan empiris mengenai kegagalan pasar (market failure) dan kegagalan negara (state failure) dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Menurut Goodin (1999; dalam Simarmata, 2008: 19) negara kesejahteraan sering diasosiasikan dengan proses distribusi sumber daya yang ada kepada publik, baik secara tunai maupun dalam bentuk tertentu (cash benefits or benefits in kind). Konsep kesejahteraan juga terkait erat dengan kebijakan sosial-ekonomi yang berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara umum. Beberapa bidang yang paling mendesak untuk diperhatikan dalam kebijakan kesejahteraan adalah masalah pendidikan, kesehatan dan penyediaan lapangan kerja. Secara umum suatu negara bisa digolongkan sebagai negara kesejahteraan jika mempunyai empat pilar utamanya, yaitu: (1) social citizenship; (2) full democracy; (3) modern industrial relation systems; dan (4) rights to education and the expansion of modern mass educations systemsKata kunci : negara kesejahteraan, kegagalan pasar, kegagalan negara AbstractWelfare state is considered as the most appropriate response on the form of state involvement in advancing the welfare of the people. This belief was reinforced by the emergence of empirical facts about the failure of the market (market failure) and the failure of the state (state failure) in improving people's welfare. According to Goodin (1999; in Simarmata, 2008: 19) the welfare state is often associated with the distribution of existing resources to the public, either in cash or in the form of certain (cash benefits or benefits in kind). The concept of well-being are closely linked to socio-economic policy of working to realize the people's welfare in general. Some of the most urgent areas for attention in welfare policy is a matter of education, health and employment. In general, a country can be classified as a welfare state if it has four main pillars, namely: (1) social citizenship; (2) full democracy; (3) modern industrial relations systems; and (4) the rights to education and the expansion of modern mass Educations systems.Keywords : market failure, state failure, welfare state
Konflik Horisontal Antar Kelompok Korban Bencana Lumpur Lapindo Sukmana, Oman
Sospol : Jurnal Sosial Politik Vol 3, No 1 (2017): Januari-Juni
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.325 KB) | DOI: 10.22219/sospol.v3i1.4402

Abstract

AbstrakFenomena yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah fenomena  konflik yang terjadi  antar kelompok korban bencana Lumpur Lapindo (Lula) di Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang: (1) Bagaimana proses terbentuknya kelompok-kelompok korban bencana Lumpur Lapindo hingga terjadinya konflik antar kelompok  korban bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo; (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya konflik horisontal antar kelompok korban bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo; dan (3) Bagaimana bentuk-bentuk konflik horisontal antar kelompok korban bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian studi kasus, teknik analisa data  deskriptif-kualitatif, dan teknik pengumpulan data meliputi indeepth interview, Focus Group Discussion,  observation, dan  documentation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban bencana Lumpur Lapindo membentuk kelompok sebagai wadah dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Terdapat dua kelompok utama korban bencana Lumpur Lapindo, yakni kelompok GKLL dan kelompok Pagarekorlap, namun kelompok ini mengalami friksi dan perpecahan dalam tiga hal yakni perubahan nama kelompok, bentuk tuntutan proses pembayaran ganti rugi, dan strategi aksi, sehingga menimbulkan konflik horisontal antara kelompok korban bencana Lumpur Lapindo dalam bentuk: konflik kepentingan, konflik strategi aksi, dan konflik mekanisme tuntutan ganti rugi.Kata kunci: Bencana, Konflik, Kelompok.                     AbstractA phenomenon that became the focus of attention in this study is the phenomenon of conflict between groups of Lapindo mudflow disaster victims (Lula) in Sidoarjo. This study aims to assess: (1) How is the process of formation of the groups and conflict between groups Lapindo mudflow disaster victims in Sidoarjo?; (2) What factors are causing horizontal conflicts between groups Lapindo mudflow disaster victims in Sidoarjo?; and (3) How the forms of horizontal conflicts between groups Lapindo mudflow disaster victims in Sidoarjo?. This study used a qualitative approach, case study research, data analysis techniques descriptive qualitative, and data collection techniques include indeepth interviews, focus group discussions, observation, and documentation. The results showed that Lapindo mudflow disaster victims formed the group as a forum in Struggle their rights. There are two main groups of Lapindo mudflow disaster victims,namely GKLL groups and groups Pagarekorlap, however this group experienced friction and split in three ways ie change the group name, the form of demands compensation payment process, and action strategies, causing horizontal conflicts among groups Lapindo mudflow disaster victims in the form of: a conflict of interest, conflict action strategy, and conflict redress mechanism.Keywords: Conflicts, Disasters, Group.
PERANAN PT DALAM PEMBINAAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA Sukmana, Oman
Jurnal Bestari No 14 (1993)
Publisher : Jurnal Bestari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2673.34 KB)

Abstract

The role of education become more important and urgent to educate people in order to participate in the process of nation building. Because the success of developoing country is not only based on the natural resources, but also it is based on the human resources, yet they still become under developing coutries. in contras, some coutries which have few natural resources can develop themeselves to modern ones because they have qualified human resources. As a result, education os the best way to qualify the human resources.
REFORMASI DAN AGENDA POLITIK INDONESIA Sukmana, Oman
Jurnal Bestari No 27 (1998)
Publisher : Jurnal Bestari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3849.003 KB)

Abstract

Dalam sandiwara, politik bisa terjadi secara formal berlaku sistem banyak partai akan tetapi pada faktual-aktualnya berlaku sistem satu partai tanpa adanya check and balances. Rezim yang tidak memberiakan peluang dan menutup pintu bagi munculnya partai oposisi berarti dengan sendirinya membuka peluang untuk terjadinya konspirasi, demonstrasi, pemberontakan, coup d?etat, dan bahkan revolusi. Konsep kekuasaan , menurut budaya jawa dapat dikatakan tidsak cocok dengan prinsip demokrasi . birokrasi yang diwarisi pemerintah Orde Lama adalah demokrasi yang besar, tidak efektif, dan sangat terpolitisasi yang telah mengakibatkan penyalahgunaan kedudukan dan kekuasaan untuk kepentingan suatu parpol dan merajalelanya korupsi. Di masa yang akan datang, agenda kepolitikan Indonesia akan sangat berkaitan dengan masalah efektivitas dan representasi otonomi politik rakyat sebagai elemen dasar untuk mengembangkan demokrasi yang semakin bermakna.
COLLABORATION WITH PENTAHELIX MODEL IN DEVELOPING KAJOETANGAN HERITAGE TOURISM IN MALANG CITY Wahida, Siti Nurul; Syafrieyana, Yana; Sukmana, Oman
Journal of Local Government Issues (logos) Vol 3, No 1 (2020): March
Publisher : Government Studies of Muhammadiyah Malang University/AIPPTM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/logos.v3i1.10699

Abstract

This study aims to reveal the development of Kajoetangan Heritage as a tourist attraction site in the city of Malang. The researchers use the Pentahelix model to look at the development. The involvement of pentahelix stakeholders (government, community, private sector, academics, and media) is intended to develop the tourism site thoroughly. So far, the main problem behind the less optimal management of Kajoetangan Heritage Tourism is the lack of development of accessibility, facilities, and infrastructure. This research uses descriptive qualitative method while the data were collected through observation, interviews, and documentation. The results show that the collaboration between the Kajoetangan community, Malang heritage community, Department of Culture and Tourism of Malang, Soak Ngalam business, City Guide FM, and Intitute of National Technology Malang had succeeded in increasing the promotion of the Kajoetangan Heritage. However, the collaboration had not been able to contribute maximally to the regional income. This happens because the problems of accessibility, facilities, and infrastructure were not resolved and there was a weak capacity of the actors involved.  
PROGRAM PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS NETRA (Studi di Panti Rehabilitasi Bina Netra Malang, Jawa Timur) Sukmana, Oman
Sosio Konsepsia Vol 9, No 2 (2020): Sosio Konsepsia
Publisher : Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/ska.v9i2.1799

Abstract

Penyandang disabilitas adalah seseorang  yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan indera untuk waktu yang lama dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lain berdasarkan kesetaraan hak. Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan penyandang disabilitas adalah melalui pembinaan yang dilakukan oleh lembaga rehabilitasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana program peningkatan kemampuan untuk penyandang disabilitas netra di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Netra di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian ditentukan secara purposif yaitu pengelola Panti Rehabilitasi Sosial Bina Netra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program peningkatan keterampilan bagi penyandang cacat netra  meliputi: (1) bimbingan fisik mental; (2) bimbingan sosial; (3) Bimbingan keterampilan; (4) Penempatan di komunitas; dan (5) Pelatihan lebih lanjut, sehingga penyandang cacat visual memiliki keterampilan kerja dan bisnis setelah lulus dari suatu institusi. Program peningkatan keterampilan ini mampu membuat para penyandang cacat netra menjadi lebih mandiri dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari. 
Literasi Dan Peran Aktor Pemberdaya Dalam Proses Pemberdayaan Lingkungan Sosial Berbasis Komunitas (Studi Pada Komunitas Kampung Wolulas, Kelurahan Turen, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang) Sukmana, Oman
Sosio Konsepsia Vol 11 No 1 (2021): Sosio Konsepsia
Publisher : Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/ska.v11i1.2390

Abstract

Peran aktor pemberdaya sangat siginifikan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk literasi aktor pemberdaya tentang lingkungan sosial dalam proses pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas kampung Wolulas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ditentukan secara purposive, yakni actor pemberdaya yang meliputi: pengurus PKK, tokoh masyarakat, Ketua RW, dan pengurus Karang Taruna di lingkungan RW 18. Teknik pengumpupan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan perspektif Miles dan Huberman, yang meliputi proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan gambaran literasi lingkungan sosial pada actor dalam proses pemberdayaan masyarakat di kampung Wolulas sebagai berikut: (1) Lingkungan sosial sebagai modal sosial; (2) Lingkungan harus dikelola dengan baik untuk kemanfaatan warga; (3) Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial; dan (4) Lingkungan Kampung Wolulas memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai Kampung Wisata dan Edukasi .  Peran aktor dalam proses pemberdayaan masyarakat meliputi sebagai: (1) Inisiator, (2) Motivator, (3) Koordinator, (4) Planner, (5) Fasilitator, dan (6) Komunikator.