Doddy Rusmono, Doddy
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

KIAT MAHASISWA BERKOMUNIKASI DIDALAM BAHASA INGGRIS PASKA PENDEKATAN FRESHNESS DAN ENTHUSIASM Rusmono, Doddy
Edulib Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v4i1.1171

Abstract

AbstractThrough DIMBI (Diskusi Ilmiah Mahasiswa Berbahasa Inggris – Student’s English Discussion) some can be drawn that learners (i.e. Students) want to have their messages accepted in a proper way by the receiver in the target language. By merely integrating vocabulary and grammar to communicate, the meaning of the expression could not reach the intended receiver and might end up with being incomprehensive on his part. Elelments of culture are neede to make other people understand what you are trying to say, especially when the one you are talking to is a native speaker of English language.  Learners are in the situation in which English fall into the category of a foreign, and not English as a second language. When learning English as a second language takes place, the learners are involved in the language in their daily life ectivities while  learning English as a foreign language as the case in Indonesia, acquisition and usage depend on and are restricted to learning structures as designed for classroom mode with its various impacts. However little any attempts made by the learners, appreciation and good points of view must emerge for the sake of skill developments. Ways of exploring with tricks by the learners everytime they try to communicate in English with a number of mistakesn needs to be ameliorated in such a way that hopes for betterments live a good endeavour. Approach in the light of teacher demeanor brings with it a positive impact. The approach generates freshness and enthusiasm as well and thus encouraging the learners to express with confidencde regardless of possible inaccuracies in their various forms.Keywords: vocabulary, grammar points, communication, culture, target language. AbstrakMelalui DIMBI (Diskusi Ilmiah Mahasiswa Berbahasa Inggris) terperoleh simpulan bahwa para pembelajar (baca: Mahasiswa) ingin agar pesan yang mereka komunikasikan dapat berterima. Dengan menggabungkan kosa-kata dan gramatika saja pesan yang mereka sampaikan sebagai penutur belum cukup untuk memenuhi keberterimaan oleh penerima pesan pada bahasa sasaran (Bahasa Inggris). Diperlukan unsur kultur untuk mencapai bahasa sasaran. Unsur kultur akan sangat menentukan makna yang ditangkap oleh penerima pesan, terutama bilamana penerima pesan tadi adalah penutur asli (native speaker).  Pembelajar berada dalam situasi yang dikategorikan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (English As A Foreign Language) , bukan sebagai Bahasa Kedua (English As A Second Language). Ketika bergagas melalui ujaran didalam Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, pembelajar dilibatkan dengan bahasa ini didalam kehidupan sehari-hari mereka sedangkan pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing seperti misalnya di Indonesia, perolehan dan penggunaan Bahasa Inggris tergantung dan terbatas pada rancangan belajar di ruang kelas dengan segala dampak penyertanya. Upaya sekecil apapun oleh pembelajar harus dilihat dari segi positifnya untuk kemudian dicarikan cara pengembangannya. Kiat penuh kekeliruan sekalipun perlu dihidupkan agar komunikasi tetap berlangsung lancar dan berterima. Pendekatan melalui teacher demeanor yang menyegarkan dan penuh semangat membawa dampak positif bagi pembelajar berupa keberanian berekspresi, terlepas dari ketidakpasan disana-sini.Kata kunci: kosa kata, gramatika, komunikasi, kultur, bahasa sasaran.
Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Asing di Universitas Pendidikan Indonesia Solehat, Desviana Siti; Rusmono, Doddy; Rullyana, Gema
Edulib Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v6i1.5002

Abstract

Abstrak: Sulitnya mencari literatur bahasa asing di perpustakaan menjadi masalah bagi mahasiswa departemen bahasa asing dalam memenuhi kebutuhan informasi akademiknya. Tujuan dilakukannya penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui perilaku pencarian informasi mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Asing Universitas Pendidikan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui informasi apa yang diperlukan mahasiswa DPBA, (2) untuk mengetahui asal sumber informasi mahasiswa DPBA, (3) untuk mengetahui perilaku pencarian informasi mahasiswa DPBA, dan (4) untuk mengetahui hambatan yang timbul dalam melakukan pencarian informasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan model studi kasus. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling.  Informan dalam penelitian ini adalah 12 mahasiswa dari enam departemen bahasa asing yang berbeda yakni Departemen Pendidikan Bahasa Arab, Departemen Pendidikan Bahasa Jepang, Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, Departemen Pendidikan Bahasa Perancis, Departemen Pendidikan Bahasa Korea, dan Departemen Pendidikan Bahasa Inggris. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data yang telah dilakukan peneliti, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa membutuhkan informasi berupa buku penunjang seperti buku teks, modul, video dan rekaman, literatur mengenai kebudayaan, kesusastraan, dan tata bahasa. Sumber informasi yang digunakan mahasiswa adalah ruang baca, buku, internet, dan sumber manusia. Kemudian, perilaku pencarian informasi mahasiswa adalah dengan starting, chaining, browsing, differentiating, extracting, verifying, dan ending, serta hambatan internal dan eksternal yang dialami mahasiswa. Kata Kunci : Kebutuhan Informasi, Perilaku Pencarian Informasi, Sumber Informasi Abstract. Based on the result of observation, the students of foreign language departements find the dificulty for finding foreign languages literature. It becomes a main problem for them to fulfill their information needs, especially for supporting their academic needs. Generally, this research aims to determine the information seeking behavior of foreign language departement' students. Meanwhile, the specific purposes of this research are 1) determining types of information those are needed by the students of DFLE, 2) finding the sources of information those are needed by them, 3) knowing the information seeking behavior of DFLE students, and 4) determining the obstacles when seking information. This research is done by using descriptive qualitative and case sudy model.. Purposive sampling is used for selecting informants. There are twelve informants from six different foreign language departements, those are departement of arabic language education, departement of japanese language education, departemen of germanic language education, departement of french language education, departement of korean language education, and departement of english language education. Interview and document study are chosen as techniques of collecting data. The result shows that text books, module, video and record, literature about cultures and grammar are kind of library collection those are needed by them. Reading room, books, and internet, and human explanation are the sources they used to get information. The information seeking behavior of students are starting, chaining, browsing, differentiating, extracting, verifying, and ending. Barrier of seeking information come from internal and external.Keywords : Information Needs, Information Seeking Behavior, Information Sources  
Alive Library Sebagai Brand Positioning di Perpustakaan Sekolah Bina Persada Sugara, Septian; Rusmono, Doddy; Agustina, Susanti
Edulib Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v6i1.5005

Abstract

Abstract. This research is motivated by the phenomenon of brand positioning implementation as a superiority at Perpustakaan Sekolah Bina Persada, which effectively increase the sense of belonging and users interest. Approach used in this research was case study qualitative. The data were collected by observation, interview and study of documentation. The findings of the research are : (1) alive library as brand positioning at Perpustakaan Sekolah Bina Persada is motivated by librarian’s concern of students’ visit restriction. (2) implementation of brand positioning at Perpustakaan Sekolah Bina Persada is generally successful, although the implementation hasn’t fitted the theory. (3) pattern of alive library brand positioning implementation, which has a possibility to be a model of implementation at another (school) library.Keyword : alive library, brand positioning, school library, librarian.        Abstrak . Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena implementasi brand positioning sebagai suatu keunggulan di Perpustakaan Sekolah Bina Persada yang mampu meningkatkan sense of  belonging dan minat kunjung pemustaka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawanara dan studi dokumentasi. Temuan hasil penelitian mencakup: (1) alive library sebagai brand positioning di Perpustakaan Sekolah Bina Persada dilandasi oleh keprihatinan Pustakawan terhadap pembatasan waktu kunjungan siswa ke perpustakaan. (2) implementasi brand positioning di Perpustakaan Sekolah Bina Persada dapat dikatakan berhasil, meskipun pada penerapannya belum sesuai dengan teori. (3) pola implementasi brand positioning alive library yang dapat menjadi model untuk diimplementasikan di perpustakaan (sekolah) lainnya.Kata kunci : alive library, brand positioning, Perpustakaan Sekolah, Pustakawan.
TEACHING LIBRARY: KONSEP, MISI, STANDAR, DAN SASARAN Rusmono, Doddy
Edulib Vol 2, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v2i2.10047

Abstract

Planning of Teaching Library (TLib.) as an entity involves steps of examining environments, conducting needs assessments, and evaluating available resources. In its implementation, TLib. affirms librarian to holds a position as more than just a supporting element for academic programs and research. The role librarian plays as a major organizer of intellectual asset brings with it some responsibility of teaching users to get well informed and benefit sources of information available and at the same time encouraging the opportunity of lifelong learning through continuous teaching-learning process. To librarian, teaching proves to be a supporting activity towards credits to enhance his career as professional. In regards with the concept of TLib. teaching is geared towards illuminating efficient techniques to evaluate and provide information for various kinds of users in the society. Giving new students especially, bibliographic instructions of how to benefit from the collections the best way through User Education effectively. Delivering materials of librarianship to information communities from both outside and inside the campus: in-house training, practices for vocational school students majoring in Information and Communication Technology (ICT), comparative study, and benchmarking. As information specialist and subject librarian as well, this professional guides a new paradigm with vision and mission basically doing some strengthening on the motto the university has, namely “A leading and outstanding university”. Standards serving as an objective tool are applied based on performance measurements and referred to the correlation between information resources served and the achievement of the Civitas Academica (CA) of the university in a more intense way. The TLib.’s goals as the implementation of standards are focused on users as stakeholders and range from the empowerment to the preservation of knowledge and culture.
USER EDUCATION BAGI MAHASIWA BARU SEBAGAI PEMUSTAKA DALAM MENGAKSES RESOURCES Sari, Rahmita; Rusmono, Doddy
Edulib Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v5i1.2303

Abstract

Abstrak. Pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah kegiatan User Education bagi Mahasiswa Baru sebagai pemustaka dalam mengakses sumber-sumber informasi (resources). Kegiatan User Education diukur oleh tiga sub variabel yaitu pengetahuan mengenai berbagai sumber informasi, pemanfaatannya, dan kedisiplinan pemustaka. Populasi dari penelitian ini adalah  mahasiswa baru  FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Teknik sampling menggunakan Purposive Random Sampling, dengan rumus Yamane. Jumlah sampel yang digunakan adalah 88 orang. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup dengan skala Likert yang dibagi menjadi 5 kategori. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kegiatan User Education dapat digambarkan bahwa pengetahuan mengenai sumber-sumber  pada mahasiswa baru FPMIPA dalam kategori cukup baik, untuk pemanfaatan sumber-sumber oleh mahasiswa baru  FPMIPA dalam kategori cukup baik, dan untuk kedisiplinan pemustaka pada mahasiswa baru FPMIPA dengan kategori baik. Kata Kunci  : UserEducation, Pemustaka, Resources, Kedisiplinan, Pengetahuan.Abstract. Background to the present study is the knowledge of students to maximize their search to find information from the resources available. Issue to the topic of discussion includes facts on interrelation between User Education and accesibility. User Education is measured by three  variables, namely user's knowledge on resources, benefiting of the resources, and user disciplinary. The population of this study is all newly Enrolled Student of FPMIPA, Indonesia University of Education batch of 2014 academic year, with samples taken as many as 88 students. Sampling techniques used is  Purposive  Random   Sampling   with   Yamane  Formula.   The   research   method  used  descriptive method with quantitative approach. The data collection technique used questionnaires with closed Likert scale of five categories. In terms of user'sused  descriptive method with quantitative approach. The data collection technique used questionnaires with closed Likert scale of five categories. In terms of user's resources knowledge on resources of the newly enrolled student FPMIPA  falls into the category of sufficient when benefiting the resources. As for the user's disciplinary, it falls into the category of adequate. Keywords: User Education, Users, Resources, Disiplinary, Accessibility.
PERAN PUSTAKAWAN MENYUDAHI PLAGIARISME Rusmono, Doddy; Rosinar, Euis
Edulib Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v2i1.2259

Abstract

AbstrakPlagiarisme secara “tak sengaja” bisa  terjadi hanya karena “lupa” menyitat. Isi sebuah paragraf bisa tampil sama sekali berbeda dalam hal penggunaan kata tetapi masih bermakna sama (stylish plagiarism) untuk mengantarkan seseorang masuk ke kategori plagiaris. Pada peradaban kuno Yunani, banyak master piece dijiplak begitu saja tanpa sanksi berarti. Di daratan Eropa pada tahun 1601 dikenal isitilah plagiarius yang dijulukkan kepada kegiatan melakukan praktik plagiarisme. Sementara sekarang, 412 tahun kemudian, di kalangan Mahasiswa sangat populer istilah “kopas” atau kopi paste (copy and paste) untuk menyiasati menumpuknya tugas dari Dosen untuk mata kuliah tertentu. Terlepas dari ancaman hukuman yang diberlakukan, plagiarism tetap terus berkibar. Sebesar 40% staf pengajar di Jerman terlibat skandal plagiarism. Sebesar 70% Mahasiswa di Amerika Serikat menjiplak karya orang lain untuk penyelesaian tugas-tugas (THA –Take Home Assignment) yang sarat dibebankan Dosen. Karena ada kesamaan antara plagiarisme dengan korupsi, maka harus ada pemberantasannya. Salah satu garda terdepan yang handal untuk menyudahi praktik plagiarism adalah Pustakawan. Sebagai professional, Pustakawan mengagungkan nilai kejujuran (academic honesty). Pustakawan sudah saatnya diberi peran yang lebih dari porsi yang sekarang didapat. Berkeahlian didalam literasi informasi melalui liaison, Pustakawan perlu diberi peran yang strategis agar dapat membantu staf pengajar dalam menyediakan segala bentuk sumber informasi melalui web dan menyediakan software pendeteksi plagiarisme untuk meneliti keaslian karya tulis ilmiah Mahasiswa yang ditengarai sebagai bukan hasil karya sendiri. Peran baru Pustakawan di era keterbukaan informasi dan perkembangan teknologi dimana informasi tersedia dengan bebas di dunia maya dan dengan mudah di”kopas”, sudah selayaknya diberikan oleh pihak universitas. Pustakawan sebagai pemeran yang berdiri di garda terdepan dalam penyediaan dan pelayanan jasa informasi dapat bersumbangsih besar didalam dunia akademik karena Pustakawan adalah kaum profesional yang berdiri netral dan tidak pernah mempunyai kepentingan apapun selain memberikan pengabdian yang terbaik dalam dunia pendidikan, yang salah satunya, dengan turut serta aktif dalam menyudahi plagiarism dalam segala bentuk dan gayanya. Kata Kunci : Plagiarism, Mahasiswa, Pustakawan, Kejujuran. Abstract                    Plagiarism done “unintentionally” might take place because of “being unaware” to cite. Content of a paragraph can be perfectly different in terms of the wording used yet still remains the same in meaning (stylish plagiarism) to lead someone to a category of a plagiarist. In the era of ancient Greece, there were a bunch of Master Piece being plagiarized without any significant sanctions. Throughout Europe in the year of 1601 was spread out a term of plagiarius  labeled to a practice of plagiarism. Today, though, 412 years afterwards, students are familiarized with the term “kopas” or kopi paste (copy and paste) to ameliorate abundant of take-home assignments (THA) to be written by the instruction of lecturers from certain courses. Aside from the penalty imposed, plagiarism  flourishes. As much as 40 percent faculty members in Germany were involved in the scandal of plagiarism.  Even more impressive was some facts that 70% students in the United States of America copy someone else’s work to produce THAs as required by faculty members. For the reason that plagiarism is considered equal to corruption to some extent, an act of elimination must be taken. One of the frontiers in terms of eliminating the plagiarism is librarians. As professionals, librarians hold in high esteem a value of academic honesty. It is high time the librarians were given a chance to play the role more that they have been holding. Being expert in the field of information literacy through a liaison mode, librarians should be awarded strategic roles to empower them to assist faculty in providing various kinds of information sources through the Web and software available. This, will in turn enable a team in working harmoniously to detect plagiarism and examine students’ work giving signals of acclaiming someone else’s work. A new role in the era of openness of information and the advancement of technology where information is freely accessed copied in today’s virtual world is given by schools and departments. Librarians who stand in the frontlines in giving services of information will remain neutral in terms of judging swerves which may take place in work produced by students or any other prospectus writers. Librarians would have no other interest but giving their best concerns in education, which, one of them is getting involved actively in bringing plagiarism to an end in its various styles and forms.          Key words: librarian, honesty, information, work, plagiarism.
PENGEMBANGAN BAHAN PUSTAKA DAN INFORMASI Rusmono, Doddy; Santika, Santi
Edulib Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v1i1.1142

Abstract

AbstrakPerpustakaan sekolah merupakan Pemenuhan kebutuhan para siswa sebagai Pemustaka pada perpustakaan sekolah memerlukan kehandalan Pustakawan sebagai pengelola utama aset intelektual perpustakaan. Koleksi  yang berjumlah kurang dari 1000 judul dapat disiasati melalui kerjasama berjejaring antar perpustakaan sejenis. Idelanya, kedua sumber informasi berupa koleksi hard copy dan soft copy baik berupa buku maupun bukan-buku dapat dilayankan melalui system layanan perpustakaan hibrida. Kemasan demi kemasan informasi oleh Pustakawan sebaiknya dapat memberdayakan para siswa untuk memanfaatkan semaksimal mungkin kekayaan intelektual yang merupakan salah satu fasilitas sumber belajar. Tuga-tugas berupa PR - Pekerjaan Rumah (take-home assignment oleh Guru diberikan sedemikian rupa sehingga secara tidak langsung mengharuskan para siswa memanfaatkan fasilitas yang disediakan di perpustakaan: memillih sendiri bahan, mengolahnya, dan menyajikan hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan yang berbobot. Khusus untuk koleksi soft copy, alat telusur elektronik sangat membantu  dan memperbaiki mutu perolehan bahan karena lebih mudah aksesnya, lebih akurat kontennya, dan biasanya lebih terkini dan lengkap. Sebagai intelektual muda yang merupakan harapan masa depan bangsa, para siswa perlu mendapat semacam Pendidikan Pemustaka agar pencarian berbagai sumber informasi menjadi lebih menyenangkan dan efektif.  Kata Kunci: bahan pustaka, sumber informasi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PEMUSTAKA TENTANG LAYANAN SIRKULASI MANDIRI DAN TINGKAT KEPUASAN PEMUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oetari, Amanda Aulia; Rusmono, Doddy
Edulib Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v3i1.4143

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masuknya era informasi dan teknologi informasi dimana perpustakaan merupakan tempat untuk memperoleh informasi. Masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini difokuskan pada persepsi pemustaka tentang layanan sirkulasi mandiri dengan tingkat kepuasan pemustaka. Permasalahan pokok pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara persepsi pemustaka tentang layanan sirkulasi mandiri dan tingkat kepuasan pemustaka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi pemustaka tentang layanan sirkulasi mandiri dan tingkat kepuasan pemustaka. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis studi korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah pemustaka perpustakaan UPI Bandung, dengan sampel 100 orang yang dihitung menggunakan rumus  Yamane dengan metode simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket (kuesioner) tertutup dengan skala Likert dengan analisis data menggunakan studi deskriptif dan korelasi. Berdasarkan hasil analisis data persepsi pemustaka tentang layanan sirkulasi mandiri memiliki hasil yang cukup baik. Tingkat kepuasan pemustaka di Perpustakaan UPI Bandung yang tingkat kepuasannya cukup, lebih tinggi dari kategori lain. Hubungan persepsi pemustaka tentang layanan sirkulasi mandiri berpengaruh kuat terhadap tingkat kepuasan pemustaka. Rekomendasi untuk perpustakaan, pemustaka, dan peneliti selanjutnya, agar pemustaka lebih merasakan persepsi yang “sangat baik” dan “sangat puas” tentang layanan sirkulasi mandiri perpustakaan lebih dipertahankan dan ditingkatkan lagi mengenai informasi tentang layanan sirkulasi mandiri dan memperbanyak item dari layanan sirkulasi mandiri.
Bahasa Inggris Calon Pustakawan Multitasking: Kiat-Kiat Menumbuhkan Minat Berbahasa Inggris Melalui Pendekatan Ramah Suasana Rusmono, Doddy
Edulib Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v5i2.4390

Abstract

Abstract. Ideas expressed by LIS (Library and Information Science) students in the form of writing are incomprehensible to some extent. The work of LIS students of UPI, the librarians to-be, needs to be examined. These students are learners categorized as SNED (Students of Non English Department) gaining experience through learning English in the EFL (English as a Foreign Language) environments worth investigating. Lack of skill to bridge a gap between their native language (Indonesian) and target language (English) creates a room for inadequacy especially to native speakers. Paragraphs written by these students as ELLs (English Language Learners) are not easily understood due to the constraints dealing with linguistic and cultural barriers. A very small number of studentshave been willing to write their answers in English language when it comes to  options of answering in English or answering in Indonesian language in the mid-termexamination.This phenomenon gives a picture of competency in expresing ideas in English which is still far from being sufficient. Approach using a qualitative method of research with interview and observation as instruments to collect data from informants results in facts that they lack of confidence leading to an impact factor of low quality of writing. Hence, facilitators should take necessary steps to help with warm and friendly conduct toward betterments in working out English instead of Indonesian English. Librarians as professionals in practice should have a good command of English and exercise it in their daily routines. Their “at-homeness” proves to be very low making it possible for a native speaker to misinterpret the original ideas of the ELLs. Culture as a factor influences and builds a sense, attitude, and response of the ELLs in interacting with a native speaker of the target language. It is found out that efforts with friendliness and pleasing approach bythe facilitators to make the ELLs feel comfortable plays an important part toward betterments.Key words: friendly atmosphere, paragraph writing, linguistic consraints, culture, SNED.Abstrak. Gagasan yang disampaikan dalam bentuk tertulis menggunakan Bahasa Inggris oleh Mahasiswa Program Studi Perpustakaan FIP-UPI, yang adalah calon Pustakawan, memerlukan penelitian. Para Mahasiswa ini adalah pembelajar yang berkategori SNED (Students of Non-English Department) yang belajar Bahasa Inggris dengan lingkungan EFL (English as a Foreign Language) yang menarik untuk diteliti. Kekurangmampuan menjembatani kesenjangan antara Bahasa Ibu mereka (Bahasa Indonesia) dengan Bahasa Penerima (Bahasa Inggris) menghambat keberterimaan oleh khususnya Penutur Asli (native speaker). Paragraf karya tulis SNED sebagai Pembelajar Bahasa Inggris (ELLs –English Language Learners) sering sulit dimengerti karena kendala linguistik dan kultur. Sedikit sekali Mahasiswa yang mau menulis didalam Bahasa Inggris pada UTS (UjianTengah Semester). Kenyataan ini menggambarkan betapa kemampuan Mahasiswamenyusun kalimat masih jauh dari memadai. Pendekatan menggunakan metode kualitatif dengan intrumen wawancara bersama informan menghasilkan simpulan bahwa lack of confidence onthe students' part merupakan impact factor. Teramati bahwa Bahasa Inggris yang digunakan masih merupakan Bahasa Inggris “Indonesia”. Pada prakteknya, status Pustakawan Multitasking menuntut profesional Pustakawan untuk dapat berbahasa Inggris didalam rutinitas kesehariannya. Dalam hal ini, “at-homeness” mereka masih rendah sehingga seorang native speaker yang mencoba memahami bahasa tulisan karya Pustakawan melakukan penafsiran yang keliru. Selain itu, pengetahuan ELLs mengenai kultur sasaran (Bahasa Inggris) memainkan peran sangat penting didalam berkomunikasi.Didalam menyampaikan gagasan mereka, para pembelajar ini mengalami kesulitan karena terkendala oleh kultur bahasa sasaran. Kultur ini mempengaruhi dan membentuk perasaan, sikap, dan respon ELLs didalam berinteraksi dengan penutur asli bahasa sasaran. Ditemukan bahwa upaya yang ramah dan menyenangkan dari pengajar selaku fasilitator untuk memperbaiki Bahasa Inggris para calon Pustakawan ini merupakan suatu keniscayaan.Kata kunci: ramah suasana, penulisan paragraf, kendala linguistik, kultur, SNED,.
HAMBATAN SEMANTIK DAN BUDAYA DALAM PROSES TRANSFER IDE OLEH MAHASISWA JURUSAN NON BAHASA INGGRIS DALAM PENULISAN PARAGRAF Rusmono, Doddy; Agustina, Susanti
Edulib Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v5i1.2304

Abstract

Abstrak. Proses transfer ide dalam bentuk tulisan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan dan informasi sebagai mahasiswa jurusan non Bahasa Inggris (SNED) yang mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) perlu diinvestigasi. Ketidakmampuan untuk menjembatani kesenjangan antara ide dalam bahasa ibu (Bahasa Inggris) dengan ide dalam bahasa pembaca (Bahasa Inggris) menghambat pemahaman pembaca, khususnya pembaca yang merupakan penutur asli Bahasa Inggris. Paragraf yang ditulis oleh mahasiswa SNED sebagai pembelajar Bahasa Inggris tidak dapat dipahami karena hambatan linguistik dan budaya. Sejumlah kecil mahasiswa yang membuat tulisan Bahasa Inggris dalam ujian tengah semester memperlihatkan gambaran ketidaktepatan dalam hal menyusun kalimat sehingga Bahasa Inggris mereka pada tingkatan tertentu terdengar seperti Bahasa Indonesia. Dalam hal ini kemampuan mereka untuk menggunakan Bahasa Inggris seperti layaknya bahasa Indonesia terbukti sangat rendah sehingga seorang penutur asli Bahasa Inggris yang mencoba untuk memahami ide mereka bisa salah memahaminya. Seorang pembelajar Bahasa Inggris harus memiliki kosakata yang cukup banyak dan setidaknya mengetahui aturan gramatikal seperti formulasi 9BP+3CC (Cd,Cx,Cdx) dan PoS misalnya, untuk melengkapi pemahaman sebelum benar-benar dapat mengekspresikan ide dalam tulisan Bahasa Inggris yang dapat dipahami. Selain itu, pengetahuan mahasiswa tentang budaya penutur Bahasa Inggris memainkan peranan yang sangat penting untuk menghasilkan tulisan yang bagus, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang ahli bahasa bahwa seringkali seorang pembelajar bahasa mengetahui aturan tata bahasa tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang budaya penutur asli. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan idenya dikarenakan ekspresi suatu ide terikat oleh budaya yang merupakan entitas independen. Budaya penutur asli mempengaruhi dan membentuk perasaan, sikap, dan respons terhadap pengalaman dan interaksi seorang pembelajar bahasa dengan yang lain. Oleh karena itu, upaya fasilitator untuk memperbaiki kemampuan menulis mahasiswa mungkin untuk dilakukan.Kata kunci: Penulisan paragraf, Bahasa, Kultur , Constraint, Betterment,  SNED. Abstract. Ideas transferred in the written form by Library and Information Science students as SNED (Students of Non-English Department)learning English in the environments of EFL (English as a Foreign Language) need investigating. Inability of bridging the gap between the ideas in their native language (Indonesian language) and the audience language (English language)hampers understanding on the readers' part, as especially a native speaker of English language. Paragraphs written by the SNED as English Language Learners (ELLs) are incomprehensible due to linguistic and cultural constraints. Quite a small number of students  willing to write in English in their Mid-term Examination give some picture of inappropriateness in terms of sentence structuring resulting in their English being “Indonesian” to some extent. Their “at-homeness”, in this case, proves to be so low that a native speaker of English trying to understand their ideas put into a paragraph will be more than likely misled. ELLs should have vocabularies in a sufficient number and know grammatical rules such as the one formulated as 9BP+3CC (Cd,Cx,Cdx) and the PoS at least, for instance, to equip themselves with before actually expressing their ideas in comprehensible English writing mode. Other than that, ELLs' knowledge of target culture (English, that is) plays a great role in producing a good writing as coined by a linguist: Most frequently confronted that students to a great extent know the rules of language, but are not knowledgeable enough about the target culture. In communicating their ideas, students found it difficult to do due to a culture-bound independent entity of idea expressions. The target culture influences and shape the ELLs' feelings, attitudes, and responses to the ELLs' experiences and interactions with others. It is indicated that any facilitator's efforts towards betterments in terms of writing better paragraphs by the ELLs should be a possibility.Key words: paragraph writing, linguistic, cultural, constraint, betterment, SNED.