Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Endophyte Initiation Beauveria bassiana (Balsamo) Vullemin (Hypocreales: Cordycipitaceae) in Reduction of Aphis glycine Matsumura (Hemiptera: Aphididae) Investation in Soybean (Glycine max (L.) Merrill) Plant Mufidah Afiyanti; Rina Rachmawati; Achmad Faisal Akbar; Rose Novita Sari Handoko; Bambang Tri Rahardjo
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpal.2019.010.01.04

Abstract

Soybean (Glycine max (L.) Merrill) is a universal important plant. Its production has decreased each year. A major problems is a pest known as Aphis glycine Matsumura (Hemiptera: Aphididae) which caused the decline of yield up to 40%. Thus, there is a need to control A. glycine. Recent studies showed B. bassiana has a potency as endophyte in Vicia faba (Fabaceae) plant tissue. It could harm A. gossypii and causes death up to 57,7%. Therefore, the aim of this research is to control infestation of A. glycine by using B. bassiana. This research used Randomized Block Design with soybean plant Anjasmoro variety as samples. The initiation of B. bassiana was conducted by using seed-soaking and soil-wetting methods. The results showed that fungus B. bassiana was able to colonize soybean plants with a percentage of colonization reaching 6.67%. Colonization was only found in the stems of soybean plants in the seed immersion treatment with the susceptibility of B. bassiana fungus in density of 108 conidia / mL for 2 hours, colonization on the stem itself by 20%. Fungus density results from evaluation of 1.6 x 105 conidia / mL and conidial viability reached 87.4%. There were no deaths and changes in the population of A. glycine aphids. Direct pathogenicity testing has a significant effect on the treatment between observations of the second day. Initiation of B. bassiana fungi did not significantly affect plant height and number of leaf branches. This results conclude that B. bassiana may function as endophyte in soybean plants. However, its function in reduction of greenfly still need further researchKeywords: Biological control, Environmental pest management, Greenfly
Potency and Diversity of Fungi on Pine Litter and Rhizosphere in Different Land-use of Universitas Brawijaya (UB) Forest Rina Rachmawati; Akhmad Rizali; Abdul Latief Abadi; Luqman Qurata Aini; Hagus Tarno; Muhammad Febriansyah; Theresia Rani Kartika Ayu
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 44, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v44i2.3689

Abstract

The agroforestry system with its diversity of vegetation has the potential on the existence of antagonistic and entomopathogen fungi. This study was conducted to evaluate the diversity of antagonistic fungi and entomopathogen fungi in the rhizosphere and pine leaf litters on pine monoculture and intercropping pine - coffee. The research was started from plot determination, sampling, fungal identification, antagonist test and pathogenicity test. The results of isolation of fungi from pine leaf litter on monoculture pine and intercropping pine-coffee fields obtained 17 genus of fungi. In monoculture pine, there 9 genus of fungi were found, while other 4 were still unidentified. In pine-coffee intercropping land 13 genus were observed. Based on the potential and bility tests, Acremonium sp. 3 and Penicillium sp. 2 has the highest inhibiton capacity, while isolate Paecilomyces sp. 1 and Paecilomyces sp. 2 had the best level of pathogenicity and mortality. Temperature and humidity did not affect the diversity of fungi. The diversity of entompathogenic and antagonistic fungi was higher in the pine-coffee intercropping land use. The litter plots had higher fungal diversity than the rhizosphere.
PATOGENISITAS JAMUR Metarhizium anisopliae TERHADAP HAMA KEPINDING TANAH (Stibaropus molginus) (Hemiptera:Cydnidae)dari BEBERAPA FORMULASI Ayu Rosmayuningsih; Bambang Tri Rahardjo; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Hama kepinding tanah (Stibaropus molginus) (Hemiptera: Cydnidae) pada tanaman tebu merupakan jenis hama penting yang dapat mengurangi produktivitas tanaman.Salah satu teknik pengendalian hayati yang dapat digunakan yaitu dengan pemanfaatan jamur entomopatogen.Jamur Metarhizium anisopliae ialah satu diantara jamur yang bersifat entomopatogen.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari patogenisitas jamur M.anisopliae terhadap S. molginus dengan beberapa formulasi.Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan.Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah kematian serangga S. molginus dan kematian S. molginus disetiap pengamatan yaitu 5 Hari Setelah Aplikasi (HSA).Jumlah kematian S. molginus terbanyak terjadi pada perlakuan granular jagung sebanyak 18.25%, kemudian suspensi spora sebanyak 14.5% dan granuler produk P3GI sebanyak10.25%.Rata – rata waktu kematian S. molginus yang terinfeksi jamur M. anisopliae yaitu pada granuler jagung tertinggi pada 15 HSA yaitu sebanyak 8%, lalu granuler produk P3GI dengan kematian tertinggi pada 10 HSA yaitu sebanyak 3.75%, dan suspensi spora dengan kematian tertinggi pada 15 HSA yaitu 4.25%. Kata Kunci: Kepinding tanah,Stibaropus molginus, Metarhizium anisopliae, entomopatogen
PENGARUH PENGKAYAAN MEDIA DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP KERAPATAN DAN VIABILITAS KONIDIA JAMUR PATOGEN SERANGGA BEAUVERIA BASSIANA (BALSAMO) VUILLEMIN (HYPOCREALES : CORDYCIPITACEAE) Nindya Resha Pramesti; Toto Himawan; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Salah satu jenis jamur patogen serangga yang banyak diteliti dan memiliki potensi sebagai pengendali hayati adalah Beauveria bassiana (Bals.)Vuill. Dalam proses perbanyakan secara in vitro seringkali terjadi penurunan kualitas dan virulensi yang disebabkan oleh berkurangnya sumber nutrisi pada media dan beberapa faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengkayaan media menggunakan tepung jangkrik dalam berbagai suhu penyimpanan terhadap kerapatan dan viabilitas konidia jamur patogen serangga B. bassiana selama delapan minggu. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan pengkayaan media yang memberikan hasil terbaik terhadap kerapatan konidia adalah perlakuan konsentrasi tepung 0,5% sedangkan perlakuan suhu adalah ±24oC. Sedangkan ienteraksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan konidia.Perlakuan terbaik untuk viabilitas konidia adalah perlakuan konsentrasi tepung jangkrik 0,5%  dan konsentrasi tepung jangkrik 1% pada suhu ±24oC. Seiring dengan bertambahnya umur simpan, terjadi penurunan persentase viabilitas yang dapat disebabkan oleh tingginya kadar air selama penyimpanan, kerusakan bahan pembawa, dan munculnya konidia baru. Hasil persentase viabilitas konidia B. bassiana selama kedelapan minggu menjadi informasi bahwa pengkayaan media EKD dengan menggunakan penambahan tepung jangkrik pada berbagai perlakuan suhu penyimpanan belum dapat mempertahankan viabilitas konidia B. bassiana. Kata kunci: Tepung jangkrik, lama penyimpanan, kualitas jamur patogen serangg
KELIMPAHAN POPULASI DAN JENIS KUMBANG COCCINELLID PADA TANAMAN CABAI BESAR Sigit Rahmansah; Retno Dyah Puspitarini; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pada budidaya tanaman cabai besar terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan hasil produksi, salah satunya adalah serangan hama. Di daerah Dau Kabupaten Malang, Jawa Timur, serangan kumbang coccinellid menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai besar. Sebagai upaya pengendalian hama dilakukan pengendalian hama terpadu (PHT). Penelitian ini dilaksanakan pada lahan budidaya cabai besar dengan dua cara budidaya, yaitu PHT dan konvensional. Pada lahan PHT  digunakan pupuk kandang, pestisida nabati dan pemanfaatan mikroba dekomposer, sedangkan lahan konvensional digunakan pupuk dan pestisida kimia. Cara budidaya yang dilakukan pada lahan PHT dan konvensional secara umum sama, perbedaan terletak pada penggunaan pupuk, pestisida, jarak tanam, pembersihan gulma dan pemanfaatan mikroba dekomposer. Pengamatan yang dilakukan adalah intensitas kerusakan daun, jumlah populasi dan jenis kumbang coccinellid. Dari hasil penelitian ditemukan dua jenis kumbang coccinellid yaitu predator Menochilus sexmaculatus dan hama Epilachna sumbana. Pada perlakuan PHT dan konvensional populasi larva predator M. sexmaculatus masing-masing adalah 188 ekor dan 213 ekor, populasi imago predator M. sexmaculatus masing-masing adalah 241 ekor dan 216 ekor. Populasi imago hama E. sumbana pada perlakuan konvensional lebih tinggi (290 ekor) secara nyata dibandingkan dengan lahan PHT (228 ekor). Intensitas kerusakan pada lahan PHT sebesar 8,2% dan konvensional 9,2%. Pada lahan PHT dan konvensional populasi larva dan imago predator M. sexmaculatus adalah sama. Populasi imago hama E. sumbana lebih tinggi secara nyata pada lahan konvensional dari pada lahan PHT. Pada lahan PHT dan konvensional intensitas kerusakan daun akibat serangan hama E. sumbana adalah sama. Kata kunci: Menochilus sexmaculatus, Epilachna sumbana, pengendalian hama terpadu
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA DI GUDANG BERAS Awitya Anggara Prabawadi; Ludji Pantja Astuti; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 3 No. 2 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui Arthropoda yang menginfestasi beras dengan berbagai peran. Pelaksanaan penelitian di gudang beras Perum BULOG Sub Divisi Regional Tulungagung. Penelitian dilakukan dengan memasang 6 macam perangkap serangga di dalam gudang beras. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel beras sebanyak 7 kali pada saat pengadaan. Kondisi gudang dengan kelembaban relatif 80% dan suhu rata-rata 29oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Arthropoda yang ditemukan adalah : Sitophilus oryzae, Rhyzopertha dominica, Cryptolestes ferrugineus, Tribolium castaneum, Corcyra cephalonica, Liposcelis spp, Famili Carabidae, Famili  Leiodidae, Famili Cydnidae, Famili Calliphoridae, Famili Saturniidae, Famili Reduviidae, Famili Salticidae, dan Famili Tetragnatidae. Dengan komposisi peran masing-masing sebagai hama primer (4,989%), hama sekunder (94,94%), predator (0,062%), hama insidental (0,006%), dan sebagai pemakan jamur (0,002%).   Kata Kunci : arthropoda, hama, perangkap
UJI PATOGENISITAS CENDAWAN ENTOMO-ACARIPATOGEN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin PADA TUNGAU PERAK JERUK Polyphagotarsonemus latus Banks (ACARI: TARSONEMIDAE) Firdausi Indah Lestari; Retno Dyah Puspitarini; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Tungau perak jeruk Polyphagotarsonemus latus adalah salah satu hama yang menyebabkan penurunan produksi tanaman jeruk. Salah satu alternatif pengendalian P. latus yang ramah lingkungan adalah menggunakan cendawan entomo-acaripatogen Beauveria bassiana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat patogenisitas B. bassiana pada imago P. latus dan pengaruhnya terhadap siklus hidup dan lama hidup tiap fase P. latus. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pengulangan 7 kali yang dilaksanakan di laboratorium. Setiap ulangan menggunakan 10 imago P. latus yang ditempatkan pada arena percobaan. Kerapatan B. bassiana yang diujikan adalah 102, 104, 106, dan 108 konidia/ml aquades dan aquades steril sebagai kontrol. Uji patogenisitas dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi B. bassiana dengan jarak kurang lebih 15 cm dari arena percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi B. bassiana pada konsentrasi 108 konida/ml aquades menyebabkan mortalitas tungauP. Latus 100% dicapai dalam waktu 4 hari. Aplikasi B. bassiana konsentrasi 108 konidia/ml aquades menyebabkan kematian 50% tungau P. latus (LT50) tercepat dengan waktu 66,03 jam. Aplikasi B. bassiana pada konsentrasi 102 konidia/ml aquades menyebabkan keberhasilan larva menjadi nimfa sebesar 38,77%. Pada pengamatan selanjutnya seluruh nimfa tersebut mati sebelum menjadi imago. Pada perlakuan B. bassiana konsentrasi 104, 106, dan 108 konidia/ml aquade sseluruh larva mati sebelum menjadi nimfa. Sedangkan pada kontrol, keberhasilan larva menjadi nimfa adalah 75,99% dan seluruh nimfa tersebut berhasil menjadi imago. Aplikasi B. bassiana mampu menghambat siklus hidup P. latus.   Kata kunci: hama, konsentrasi, mortalitas, siklus hidup
VIRULENSI JAMUR Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. (HYPOCREALES: CORDYCIPITACEAE) DENGAN PEMURNIAN KEMBALI PADA SERANGGA (PASSAGE INSECT) TERHADAP Plutella xylostella Linnaeus (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Rina Rachmawati; Derra Marhaendar Mayang; Toto Himawan
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunakan Beauveria bassiana (Hypocreales: Cordycipitaceae) merupakan agens hayati yang populer dan diketahui mempunyai kisaran inang yang luas. Namun pada beberapa kasus, ketika di lapang efektivitasnya mudah menurun. Subkultur yang berlebih (lebih dari empat kali) atau pengawetan dalam jangka panjang dalam media buatan diketahui akan mengakibatkan virulensi jamur menurun. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas spora B. bassiana adalah dengan pemurnian kembali melalui serangga inang. Serangga memiliki senyawa kitin dan protein yang bermanfaat bagi jamur entomopatogen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemurnian kembali jamur B. bassiana ke serangga, sehingga dapat meningkatkan kualitas spora dan virulensi jamur B. bassiana terhadap hama P. xylostella. Pemurnian kembali pada serangga sebanyak dua kali mampu meningkatkan kerapatan spora jamur B. bassiana menjadi 2,47x107 spora/ml. Viabilitas spora pada pemurnian ke serangga sebanyak 1 kali dan pemurnian ke serangga sebanyak 2 kali memiliki pengaruh yang sama terhadap viabilitas spora, dan mempunyai viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pemurnian kebali ke serangga. Mortalitas P. xylostella terbaik terjadi pada perlakuan pemurnian ke serangga sebanyak 2 kali dengan persentase kematian mencapai 75,63% pada 144 jam setelah aplikasi. Pemurnian kembali pada serangga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rerata waktu kematian P. xylostella.
DAYA ANTAGONIS TIGA JAMUR PATOGEN SERANGGA TERHADAP JAMUR PATOGEN TULAR TANAH Fusarium sp. (HYPOCREALES: NECTRIACEAE) SECARA IN VITRO Rina Rachmawati; Abiyasa Rahabistara; Aminudin Afandhi
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 4 No. 2 (2016)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fusarium sp. merupakan jamur patogen tular tanah penyebab penyakit layu fusarium pada tanaman tomat, dimana kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 20-30%. Metode efektif untuk mengendalikan pathogen tanaman ini masih sulit ditemukan. Jamur patogen serangga merupakan agens hayati yang sudah banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga hama. Namun penelitian terkini membuktikan bahwa jamur ini juga berpotensi untuk mengendalikan patogen tanaman, terutama yang disebabkan oleh patogen tular tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan daya antagonis tiga jamur patogen serangga yaitu B. bassiana, M. anisopliae dan L. lecanii terhadap Fusarium sp. secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L. lecanii memiliki daya hambat tertinggi terhadap pertumbuhan miselium Fusarium sp. sebesar 65,1%, dengan membentuk mekanisme kompetisi, sedangkan B. bassiana dan M. anisopliae memiliki daya hambat yang sama terhadap pertumbuhan miselium Fusarium sp., masing-masing sebesar 43,87% dan 43,06% dengan membentuk mekanisme antibiosis.
EFEKTIVITAS KOMBINASI JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. DAN PENGATUR PERTUMBUHAN SERANGGA (PPS) UNTUK PENGENDALIAN LALAT BUAH Bactrocera carambolae Drew and Hancock (DIPTERA: TEPHRITIDAE) Aris Lelono Putro Pratomo; Aminudin Afandhi; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 5 No. 3 (2017)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk mengurangi kehilangan hasil produksi umumnya pengendalian lalat buah Bactrocera carambolae (Drew and Hancock) dilakukan dengan meningkatkan dosis dan frekuensi aplikasi pestisida kimia sintetis yang dapat memicu resistensi hama. Strategi alternatif untuk mengurangi resistensi hama lalat buah dapat dilakukan dengan kombinasi jamur entomopatogen B. bassiana dan Pengatur Pertumbuhan Serangga (PPS) berbahan aktif buprofezin telah dievaluasi pada penelitian ini. Pengujian laboratorium ini dilakukan dengan mencampurkan secara langsung (1:1) suspensi jamur entomopatogen B. bassiana dengan konsentrasi 1010 spora/mℓ dengan larutan buprofezin dengan konsentrasi 60µg/mℓ yang konsentrasi masing-masing didapatkan dari hasil perhitungan LC50 pada pengujian sebelumnya . Aplikasi kombinasi antara jamur entomopatogen B. bassiana (1010 spora/ mℓ) dan PPS berbahan aktif buprofezin (60µg b.a/mℓ) menurunkan persentase mortalitas lalat buah sebesar 4,73% dibandingkan dengan aplikasi tunggal B. bassiana. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kombinasi jamur entomopatogen B. bassiana dan PPS berbahan aktif buprofezin tidak efektif untuk pengendalian lalat buah.