Ni Made Ayu Surasmiati
Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran

Tatalaksana bedah pada eksotropia traumatika et causa ruptur total otot rectus medial: laporan kasus Christine Natalia Gunawan; Ni Made Ayu Surasmiati; I Made Agus Kusumadjaja; Ni Made Laksmi Utari
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1795.826 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.904

Abstract

Introduction: Traumatic strabismus may result because of closed or open head and/or orbital trauma. Trauma to the extraocular muscles will often result directly in specific ocular motility disorders. Vertical transposition is one of the surgical management in traumatic exotropia with medial rectus muscle total rupture. The aims of case report are to know about examination and management in patient with traumatic exotropia.Case Illustration: Male, 30 years old, came with chief complaints pain on the right eye after being exposed a wire bounce when take off a banner wire, with squint eye, blurry vision, diplopia, redness, bleeding. On ophthalmology examination, 45° exotropia, visual acuity on the right eye 6/18 ph NI, proptosis, edema, hematom, spasm palpebral. Medial rectus muscle rupture, full thickness conjunctival rupture, cresent shaped, 15x7mm, 3 mm from limbal. Eyeball movement limited to medial, superomedial, inferomedial, FGT medial parese right eye (RE). visual acuity on the left eye 6/6, anterior and posterior segment within normal limit. Patient was diagnosed with traumatica exotropia et causa medial rectus muscle total rupture right eye (RE) with complication axial proptosis ec retrobulbar hemorrhage, palpebral hematom, full thickness conjunctival ruptured, sub conjunctival bleeding, erosion cornea, iridoplegy, traumatic iritis. Vertical transposition with augmented Hummelsheim technique, cantotomy cantolysis, repair conjunctival ruptured was done to the patient. Conclusion: Vertical transposition is one of the surgical management in traumatic exotropia caused by medial rectus muscle total rupture  Pendahuluan: Eksotropia traumatik dapat disebabkan oleh adanya trauma terbuka/tertutup pada kepala/mata. Trauma pada otot ekstraokuler akan menyebabkan gangguan gerakan bola mata yang spesifik. Salah satu penanganan bedah pada eksotropia traumatik karena ruptur total otot rektus medial adalah dengan transposisi vertikal. Tujuan dari pembuatan laporan kasus in adalah untuk mengetahui pemeriksaan dan penanganan pasien dengan eksotropia traumatika.Laporan kasus: Pria dengan usia 30 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada mata kanan setelah terkena pentalan kawat, disertai mata juling keluar, pandangan ganda, kabur, berdarah, mata merah. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan eksotropia 45°, tajam penglihatan mata kanan 6/18 ph NI, dengan proptosis, edema, hematom, spasme pada palpebra. Pada konjungtiva didapatkan tampak ruptur rektus medialis, ruptur konjungtiva full thickness bentuk bulan sabit ukuran 15x7mm, 3 mm dari limbus. Gerakan bola mata terhambat ke medial, superomedial, inferomedial, Forced Generation Test (FGT) mata kanan paresis ke medial. Tajam  penglihatan mata kiri 6/6, segmen anterior dan posterior dalam batas normal. Pasien didiagnosis dengan eksotropia traumatika et causa ruptur total otot rektus medial oculi dextra (OD) dengan komplikasi proptosis axial ec suspek pendarahan retrobulbar, hematom palpebral, ruptur konjungtiva full thickness, pendarahan sub konjungtiva, erosi kornea, iridoplegia, traumatic iritis. Pada pasien ini dilakukan transposisi vertikal dengan teknik augmented Hummelsheim, kantotomi kantolisis, dan repair ruptur konjungtiva full thickness. Simpulan: Transposisi otot rektus vertikal merupakan salah satu tindakan untuk tatalaksana pembedahan pada eksotropia traumatika et causa ruptur total otot rektus medial  
Strabismus sebagai komplikasi pemasangan sclera buckle pada ablasio retina regmatogen: laporan kasus Pande Putu Adityo Ananta Ardika; Ari Andayani; Ni Made Ayu Surasmiati; Ni Made Ari Suryathi; I Made Agus Kusumadjaja
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 3 (2021): (Available online: 1 December 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1379.01 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i3.1177

Abstract

Introduction: Sclera buckle is one of the operative management of rhegmatogenous retinal detachment. Sclera buckle can combine with vitrectomy in young people, phakic, myopia more than 6 dioptri, axial length more than 26mm, proliferative vitreoretinopathy stage C, multiple inferior break and recurrent break. Complications from the installation of sclera buckle is one of them the occurrence of strabismus after the installation of sclera buckle. Treatment can be done to remove the sclera buckle and further surgery for extraocular muscle.Case Description: Male patients aged 31 years, patients present with complaints right eyes rolling inward since 8 months ago. The patient had a history of surgical  sclera buckle and tamponade with silicone oil. Patient also complain blurry vision since 1 month ago after removing silicone oil. The patient has a history of -5.00 glasses in both eyes. In examination obtained Hirschberg esotropia 15 degrees and retinal detachment on right eyes. Patient was diagnosed with right eye Detached Retina post evacuation of silicone oil (16 days), acquired esotropia Suspect et cause sclera buckle installation. Patients are planned to undergo Re-Vitrectomy Pars Plana (VPP), Release Sclera Buckle , Endolaser, Silicon Oil tamponade, and evaluation of extraocular muscle at surgery. During evaluation of extraocular muscle there was fibrosis cover four rectus muscle and no tear was found. Then we removed of fibrosis and released sclera buckle. Strabismus complaint did not feel better after removed of fibrosis so we planned for further action was medial rectus recess with adjustable sutureConclusion: Sclera buckle can combine with vitrectomy on young people, phakic, myopia more than 6 dioptri, axial length more than 26mm, proliferative vitreoretinopathy, multiple inferior break and recurrent break. Installation of sclera buckle can cause complications in the form of postoperative strabismus. One of the causes of this complication is fibrosis of the extraocular muscles, so there is an attachment called fat adherent syndrome. Treatment that can be taken to treat strabismus after sclera buckle surgery is one of them with the release of sclera buckle, but if strabismus complaints did not improve, surgery can be done on extraocular muscles to improve the position of the ball  Pendahuluan: Sclera buckle merupakan salah satu tindakan operatif dalam menangani ablasio retina regmatogen. Tindakan sclera buckle dapat dikombinasikan dengan vitrektomi pada orang muda, phakia, riwayat miopia lebih dari 6 dioptri, panjang bola mata lebih dari 26 milimeter, ditemukan adanya proliferatif vitreoretinopati stadium C, robekan multiple pada bagian inferior retina dan robekan berulang. Komplikasi dari pemasangan sclera buckle ini adalah salah satunya terjadinya strabismus pasca pemasangan sclera buckle. Penanganan yang dapat dilakukan berupa pelepasan sclera buckle, dan operasi strabismus jika kondisi otot ekstraokular tidak membaik.Deskripsi Kasus: Pasien laki-laki, usia 31 tahun, datang dengan keluhan mata kanan bergulir ke dalam sejak 8 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan setelah pasien melakukan operasi pemasangan sclera buckle dan silicon oil 8 bulan yang lalu. Saat ini pasien juga mengeluhkan pandangan kabur yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu setelah dilakukan pengangkatan silicon oil. Pada pemeriksaan ditemukan Hirschberg esotropia 15 derajat dan ditemukan ablasio retina pada mata kanan. Pasien didiagnosis dengan okuli dekstra rekuren ablasio retina pasca pengeluaran silicon oil  (16 hari), dan kecurigaan esotropia didapat (acquired esotropia)  ec pasca pemasangan sclera buckle. Pasien direncanakan untuk dilakukan Re-Vitrektomi Pars Plana (VPP), pelepasan sclera buckle, endolaser, re-tamponade silicon oil dan evaluasi otot ekstraokular durante operasi. Pada saat dilakukan evaluasi otot ekstraokular ditemukan adanya fibrosis pada keempat otot rektus dan tidak ditemukan adanya robekan pada otot ekstraokular. Kemudian dilakukan pembersihan dari fibrosis dan pelepasan dari sclera buckle. Keluhan strabismus tidak dirasakan membaik pasca dilakukan pembersihan fibrosis sehingga direncanakan untuk dilakukan tindakan lanjutan yaitu medial rectus reses dengan adjustable suture.Simpulan: Tindakan sclera buckle ini dapat dikombinasi dengan vitrektomi pada pasien muda, phakia, riwayat miopia tinggi lebih dari 6 dioptri, panjang bola mata lebih dari 26 milimeter, ditemukan adanya proliferatif vitreoretinopati, robekan multiple di bagian inferior retina dan robekan berulang. Pemasangan sclera buckle ini dapat menimbulkan komplikasi berupa strabismus pasca operasi. Penyebab dari terjadinya komplikasi ini salah satunya fibrosis pada otot ekstraokular sehingga terjadi perlekatan yang disebut dengan fat adheren syndrome. Tindakan yang dapat dilakukan untuk penanganan strabismus pasca operasi sclera buckle ini adalah salah satunya dengan pelepasan dari sclera buckle, namun apabila keluhan strabismus tidak membaik bisa dilakukan operasi pada otot ekstraokular untuk memperbaiki posisi bola mata.