Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PERTUMBUHAN TANAMAN KETAPANG (Terminalia catappa Linn.) PADA BEBERAPA SISTEM LAHAN DI KALIMANTAN TIMUR DAN PROSFEKNYA SEBAGAI HUTAN TANAMAN DENGAN MODEL AGROFORESTRI Marjenah Marjenah; Ariyanto Ariyanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.57-70

Abstract

Konsep sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Di Kalimantan Timur ada 42 sistem lahan yang ditemukan. Ketapang secara luas ditanam di seluruh daerah tropis, terutama di sepanjang tepi laut berpasir, untuk tanaman peneduh, dan tanaman hias. Kayunya  memiliki dekoratif yang  dapat dijadikan furnitur dan kayu bangunan interior.  Produksi buah dimulai ketika ketapang berumur 3 tahun. Perkebunan tanaman energi  dapat dilakukan secara terintegrasi dengan upaya rehabilitasi dan reboisasi hutan. Lahan hutan yang kritis dapat dikonversikan menjadi hutan tanaman energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Ketapang (Terminalia catappa L) di Kalimantan Timur dan sistem lahan yang dapat ditumbuhi ketapang dan untuk mengetahui kemungkinan ketapang sebagai tanaman pokok di kebun energi dan penanaman secara agroforestri. Penelitian dilaksanakan di Balikpapan, Samarinda, dan Kutai Kartanegara. Sebanyak 118 pohon ketapang  dipilih sebagai objek penelitian. Pengambilan titik koordinat objek dilakukan untuk mengetahui letak pohon, selanjutnya dimasukkan ke dalam program peta sistem lahan sehingga diketahui sistem lahan dari setiap objek penelitian. Hasil identifikasi sistem lahan diketahui ketapang tumbuh pada 9 sistem lahan di Kalimantan Timur, yaitu PTG, KJP, KHY, LWW, TWH, TWB, MPT, MTL, dan LHI. Sistem lahan yang memungkinkan untuk dilaksanakan agroforestri adalah LWW, TWH, TWB, dan MTL. Pada sistem lahan LWW dan TWH, penanaman ketapang dapat ditumpangsarikan dengan karet, kelapa, kopi, coklat, cengkeh, lada, tebu, jambu mente, nenas, dan pisang. Pada sistem lahan TWB, penanaman ketapang dapat ditumpangsarikan dengan karet, kelapa, kopi, coklat, cengkeh, dan lada. Sementara itu, pada sistem lahan MTL, penanaman ketapang hanya dapat ditumpangsarikan dengan karet dan coklat. Ketapang sebaiknya ditanam pada sistem lahan dengan kelerengan ≤ 40 % dalam hal ini pada sistem lahan LWW, TWH, dan TWB.
EXTRACTION OF KETAPANG SEEDS (TERMINALIA CATAPPA LINN) AS RAW MATERIAL OF BIODIESEL Novy Pralisa Putri; Muhammad Affandhy Muslim; Joel Gerystra Sitorus; Dicky Luhangga Putra; Marjenah Marjenah
Konversi Vol 7, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v7i1.4870

Abstract

Abstract- Terminalia catappa Linn. (ketapang) is a coastal tree with a widespread area. Its derived from the tropics of India, and spread to Southeast Asia, Northern Australia and Polynesia in the Pacific Ocean. This study aims to determine the effect of maceration time on the density of the species, yield, and % FFA from oil of ketapang. The research procedure is done by soaking ketapang seed powder wrapped with filter paper into a chemical glass containing 500 mL of n-Hexane solvent. Then the solvent which has been mixed with oil, separated by distillation. Variables used in this research is the variation of immersion time in the unit of day. The results of the research are 25-31 mL of oil volume, yield percentage of 0.44-0.52, density of 0.84-0.88 g / mL, 28-35% percentage of FFA. Ketapang oil obtained a lot of fatty acids that can be used as raw materials for making biodiesel but it needs to be pre-esterification first to reduce levels of FFA up to 2%. Keywords:      FFA, Ketapang Oil, Maseration, Yield
PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TRANSPIRASI SEMAI Shorea leprosula MIQ. Marjenah Marjenah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2010.4.1.11-24

Abstract

Untuk dapat memulihkan kembali hutan Dipterocarpaceae, perlu adanya peningkatan usaha pembudidayaan dari jenis-jenis tersebut. Selain itu, dalam rangka mencapai keberhasilan permudaan buatan secara buatan dan rehabilitasi lahan kritis, perlu adanya usaha pengadaan bahan tanaman. Usaha pengadaan bahan tanaman tidak hanya memperhatikan kuantitas, tapi juga yang tak kalah pentingnya adalah kualitas bahan tanaman agar kegiatan penanaman di lapangan terhindar dari kegagalan. Pada umumnya, penelitian tentang pertumbuhan tanaman hanya berfokus pada pertumbuhan tinggi. diameter, jumlah daun, jumlah cabang, atau biomassa. Di sisi lain, penjelasan tentang pertumbuhan tanaman ditinjau dengan pendekatan ekofisiologis juga diperlukan, khususnya pada tingkat semai. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kandungan air tanah yang berbeda terhadap pertumbuban semai Shorea leprosula Miq. Pertumbuhan tinggi dan diameter,jumlah daun, luas daun, dan laju transpirasi dikumpulkan sebagai parameter utama. Perlakuan penyiraman berpengaruh sangat signifikan terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan laju transpirasi; berpengaruh signifikan terbadap pertumbuhan diameter dan luas daun. Perlakuan penyiraman 100% memberikan pengaruh terbaik terhadap semua parameter yang diamati.
PERTUMBUHAN SEMAI Shorea seminis (de VRIESE) SLOOTEN PADA KANDUNGAN AIR TANAH YANG BERBEDA Marjenah Marjenah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2010.4.1.61-72

Abstract

Studi tentang pertumbuhan semai dalam hubungannya dengan unsur lingkungan dipandang masih belum cukup memadai. Penyelidikan pertumbuhan tanaman umumnya masih terbatas pada pengukuran tinggi, diameter,jumlah daun, percabangan, atau biomassa. Sementara pendekatan secara mikro seperti secara ekofisiologis belum banyak dilakukan, padahal cara ini penting terutama pada tingkat tanaman muda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kandungan air tanah yang berbeda terhadap pertumbuhan semai Shorea seminis V.SI. Perlakuan penyiraman (kandungan air tanah) ditetapkan 100%, 65%, 30%, dan kontrol. Data utama yang dikumpulkan adalah data pertumbuhan (tinggi dan diameter), jumlah daun, luas daun, dan laju transpirasi. Perlakuan penyiraman memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan tinggi dan laju tranpirasi. Perlakuan penyiraman 100% berpengamh paling baik pada semua parameter yang diamati.
PERTUMBUHAN TANAMAN KETAPANG (Terminalia catappa Linn.) PADA BEBERAPA SISTEM LAHAN DI KALIMANTAN TIMUR DAN PROSFEKNYA SEBAGAI HUTAN TANAMAN DENGAN MODEL AGROFORESTRI Marjenah Marjenah; Ariyanto Ariyanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2018.4.2.57-70

Abstract

Konsep sistem lahan didasarkan pada prinsip ekologi dengan menganggap ada hubungan yang erat antara tipe batuan, hidroklimat, landform, tanah, dan organisme. Di Kalimantan Timur ada 42 sistem lahan yang ditemukan. Ketapang secara luas ditanam di seluruh daerah tropis, terutama di sepanjang tepi laut berpasir, untuk tanaman peneduh, dan tanaman hias. Kayunya  memiliki dekoratif yang  dapat dijadikan furnitur dan kayu bangunan interior.  Produksi buah dimulai ketika ketapang berumur 3 tahun. Perkebunan tanaman energi  dapat dilakukan secara terintegrasi dengan upaya rehabilitasi dan reboisasi hutan. Lahan hutan yang kritis dapat dikonversikan menjadi hutan tanaman energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan Ketapang (Terminalia catappa L) di Kalimantan Timur dan sistem lahan yang dapat ditumbuhi ketapang dan untuk mengetahui kemungkinan ketapang sebagai tanaman pokok di kebun energi dan penanaman secara agroforestri. Penelitian dilaksanakan di Balikpapan, Samarinda, dan Kutai Kartanegara. Sebanyak 118 pohon ketapang  dipilih sebagai objek penelitian. Pengambilan titik koordinat objek dilakukan untuk mengetahui letak pohon, selanjutnya dimasukkan ke dalam program peta sistem lahan sehingga diketahui sistem lahan dari setiap objek penelitian. Hasil identifikasi sistem lahan diketahui ketapang tumbuh pada 9 sistem lahan di Kalimantan Timur, yaitu PTG, KJP, KHY, LWW, TWH, TWB, MPT, MTL, dan LHI. Sistem lahan yang memungkinkan untuk dilaksanakan agroforestri adalah LWW, TWH, TWB, dan MTL. Pada sistem lahan LWW dan TWH, penanaman ketapang dapat ditumpangsarikan dengan karet, kelapa, kopi, coklat, cengkeh, lada, tebu, jambu mente, nenas, dan pisang. Pada sistem lahan TWB, penanaman ketapang dapat ditumpangsarikan dengan karet, kelapa, kopi, coklat, cengkeh, dan lada. Sementara itu, pada sistem lahan MTL, penanaman ketapang hanya dapat ditumpangsarikan dengan karet dan coklat. Ketapang sebaiknya ditanam pada sistem lahan dengan kelerengan ≤ 40 % dalam hal ini pada sistem lahan LWW, TWH, dan TWB.
IDENTIFIKASI KERUSAKAN POHON SHOREA LEPROSULA MIQ DENGAN METODE FOREST HEALT MONITORING DI KHDTK SEBULU Hartati Apriani; Kiswanto Kiswanto; Marjenah Marjenah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2022.8.1.35-42

Abstract

Obyek penelitian tegakan Shore leprosula Miq dibangun oleh PT. KTI pada tahun 1992 di KHDTK Sebulu dengan tujuan untuk melakukan uji coba teknik Silvikultur. Mudahnya aksesisibilitas dan adanya beberapa aktivitas masyarakat di sekitar tegakan Shore leprosula Miq menyebabkan penurunan fungsi kawasan di sekitar tegakan yang dapat mempengaruhi kesehatan pohon sehingga perlu dilakukan penilaian kesehatan sebagai langkah pencegahan kerusakan yang lebih parah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan tegakan Shorea leprosula dengan mengidentifikasi kerusakan pohon. Penelitian dilakukan dengan metode Forest health Monitoring (FHM) dengan menggunakan skoring untuk setiap parameter kerusakan. Parameter penelitian yang dilakukan antara lain: lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan ambang batas kerusakan. Hasil Penelitian menunjukkan lokasi kerusakan paling banyak ditemukan kerusakan pada akar dan batang bagian bawah dengan persentase 90,32%. Tipe kerusakan berupa luka terbuka ditandai dengan terkelupasnya kulit batang yang disebabkan oleh bekas rumah rayap pada ambang kerusakan lebih dari 50%. Berdasarkan penilaian kerusakan pohon teridentifikasi 2 pohon pada kondisi rusak berat dan sebanyak 16 pohon berada pada kategori rusak sedang dengan nilai indek 3.92 < TDLI ≤ 4.52.
IDENTIFIKASI KERUSAKAN POHON SHOREA LEPROSULA MIQ DENGAN METODE FOREST HEALT MONITORING DI KHDTK SEBULU Hartati Apriani; Kiswanto Kiswanto; Marjenah Marjenah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2022.8.1.35-42

Abstract

Obyek penelitian tegakan Shore leprosula Miq dibangun oleh PT. KTI pada tahun 1992 di KHDTK Sebulu dengan tujuan untuk melakukan uji coba teknik Silvikultur. Mudahnya aksesisibilitas dan adanya beberapa aktivitas masyarakat di sekitar tegakan Shore leprosula Miq menyebabkan penurunan fungsi kawasan di sekitar tegakan yang dapat mempengaruhi kesehatan pohon sehingga perlu dilakukan penilaian kesehatan sebagai langkah pencegahan kerusakan yang lebih parah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan tegakan Shorea leprosula dengan mengidentifikasi kerusakan pohon. Penelitian dilakukan dengan metode Forest health Monitoring (FHM) dengan menggunakan skoring untuk setiap parameter kerusakan. Parameter penelitian yang dilakukan antara lain: lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan ambang batas kerusakan. Hasil Penelitian menunjukkan lokasi kerusakan paling banyak ditemukan kerusakan pada akar dan batang bagian bawah dengan persentase 90,32%. Tipe kerusakan berupa luka terbuka ditandai dengan terkelupasnya kulit batang yang disebabkan oleh bekas rumah rayap pada ambang kerusakan lebih dari 50%. Berdasarkan penilaian kerusakan pohon teridentifikasi 2 pohon pada kondisi rusak berat dan sebanyak 16 pohon berada pada kategori rusak sedang dengan nilai indek 3.92 < TDLI ≤ 4.52.
PENGARUH ELEVASI TERHADAP PRODUKSI BUAH KETAPANG (Terminalia catappa LINN.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL Elevation effect to tropical almond (Terminalia catappa Linn.) Fruits production as raw materials of biodiesel Marjenah Marjenah; Putri N. P.
Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 3 (2017): JURNAL HUTAN TROPIS VOLUME 5 NOMER 3 EDISI NOVEMBER 2017
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v5i3.4791

Abstract

Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Bahan baku yang berpotensi dalam pembuatan biodiesel antara lain kelapa sawit, biji-bijian dari wijen, kapas, kedelai, jarak pagar, karet, alpukat, nyamplung, dan sebagainya. Biji ketapang salah satu yang dapat dibuat biodiesel. Ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) mudah berubah dari satu tempat ke tempat lain, ini berpengaruh terhadap suhu udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada elevasi berapa produksi buah terbanyak dan jumlah biodiesel yang dihasilkan. Penelitian dilaksanakan di daerah sekitar Kalimantan Timur yang memiliki elevasi yang berbeda. Lokasi pengambilan sampel adalah Samarinda, Balikpapan, dan Kabupaten Kutai Kartanegara), sebanyak 118 batang pohon ketapang dijadikan sampel uji. Produksi buah per pohon harus diketahui untuk menentukan produksi biodiesel yang akan dihasilkan oleh tegakan ketapang per ha. Hubungan antara elevasi dan produksi buah akan diketahui dengan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan ukuran biji bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dari elevasi yang rendah ke elevasi yang lebih tinggi. Jumlah biji antara 22 – 69 biji/kg atau rata-rata 40 ± 11 biji/kg. Hasil sementara yang diperoleh pada seluruh elevasi adalah100 g bubuk biji ketapangmenghasilkan 49 - 65 mlminyak ketapang dan 58 – 80% crude biodiesel.Katakunci: Elevasi; produksi buah; Terminalia catappa; biodieselBiodiesel made from vegetable oilderived from renewable natural resources.Some potential raw material for making biodiesel that is palm oil, grains of sesame, cotton, soybean, jatropha, rubber, avocado, callophyllum etc. Tropical almond seed is one of the materials that can be made biodiesel. Elevation change from one place to another, ,this factor affects to the air temperature. The purpose of this study isto find out on the elevation of the largest fruits productionand the best biodiesel production. This research was conducted in East Kalimantan (Samarinda, Balikpapan, and Kutai Kartanegara regency). As much as 118 trees of tropical almond used as test samples.Production of fruits per tree should be knownto determine the production of biodiesel produced by stands per ha.The relationship between elevation and fruits production will be known by multiple regression.Research.result  obtained that seed size variously from place to place and from low to higher elevation. Number of seeds between 22 - 69 seeds / kg (40 ± 11 seeds / kg). Temporary resultfor biodiesel production 100 g of tropical almond seed powderproduce 49 – 65 ml of tropical almond oil and 58 – 80% yield crude biodiesel
Relationship between Age and Standing Diameter of Eucalyptus pellita F. Muell Clone A in Industrial Plantation Forest Sebulu Kutai Kartanegara District, East Kalimantan Province: Hubungan Umur dengan Diameter Tegakan Eucalyptus pellita F. Muell Klon A di Hutan Tanaman Industri Kecamatan Sebulu Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur noor jannah; Marjenah; Wahjuni Hartati; Ria Rachel Paranoan
Agrifarm : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 9 No 1 (2020): July
Publisher : Universitas Widya Gama Mahakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.169 KB) | DOI: 10.24903/ajip.v9i1.939

Abstract

Forestry development which is oriented towards meeting the raw materials of the forestry industry is one of them with industrial plantations. The types developed are adapted to the needs of the industry and which have high economic value. Eucalyptus pellita F. Muell is one of the fast growing species that is very important for the pulp and paper industry. The advantages of this Eucalyptus as a fast growing plant are short rotation, few disease attacks, many benefits, and high economic value. One of the parameters of vegetative growth is the diameter, which in this case is measured by different stand age classes. So the research aims to determine the effect of age on the distribution of diameters and suspect of relationship patterns. The plant material is derived from clones, namely Clone A which is the result of selection from progeny test which will produce selected clones based on specified criteria and one of them is Clone A which is now a commercial clone since 2012. Propagation through vegetative tissue culture (as mother plant) which is then made shoot cuttings in the stool plant. The study was conducted in HTI PT Surya Hutani Jaya (PT SRH) Sebulu District, Kutai Kartanegara Regency, East Kalimantan Province by determining the research plots by purposive sampling with RAK ​​and 3 replications. Furthermore, doing a diameter census (DSD) and numbering of all tree compilers stands in a circular research plot with an area of ​​0.05 ha, circle radius 12.6 m on stands aged 6 months (0.5 years), 2, 4 and 5 years. The results obtained from this study which are based on the analysis of variance (ANOVA) shows that stand age has a very significant effect on the distribution of diameters, where the results of the BNT 5% test indicate that among the average diameters per age class (6 months, 2, 4 and 5 years) show significantly different from each other. The linear regression relationship between age and diameter distribution of the average stand formed with the equation formed was: Y = 3.96 + 2.2777X, with values ​​R2 = 0.9730 and r = 0.9864.
ANALISIS KEMAMPUAN HUTAN KOTA SEBAGAI PENYERAP GAS CO2 DAN PRODUKSI GAS O2 DI KOTA SAMARINDA Ardy Aprliliady Yusri; Marjenah Marjenah; Kiswanto Kiswanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2022.8.2.83-98

Abstract

Pembangunan hutan kota untuk mengurangi emisi CO2 merupakan strategi pengelolaan lingkungan hidup. Namun demikian, hutan kota harus mempertimbangkan komposisi jenis pohon yang mampu menyerap CO2 bebas di udara. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan kombinasi tegakan hutan kota yang mampu menyerap CO2 tertinggi. Penelitian ini dilakukan di empat hutan kota di Kota Samarinda yakni Arboretum Sempaja (B2P2EHD), Arboretum Politani, hutan kota Yayasan Melati dan hutan kota yang terdapat di lingkungan Balai Kota Samarinda.  Metode penelitian yang digunakan adalah metode inventarisasi dan menduga simpanan karbon di setiap lokasi penelitian, serta menganalisis serapan gas CO2 dan produksi gas oksigen di laboratorium. Hasil Penelitian menunjukan bahwa komposisi jenis pohon di empat lokasi penelitian sangat beragam. Hasil analisis biomassa, cadangan karbon terbesar dimiliki oleh hutan kota Arboretum Politani yaitu sebesar 172.931,4 kg dan 81.277,8 kg. Demikian juga nilai terbesar serapan CO2 dan produksi O2 yaitu hutan kota Arboretum Politani sebesar 21.273,9 ton/tahun dan 56.730,3 ton/tahun. Komposisi jenis pohon di arboretum Politani didominasi jenis Mahoni, Karet, Gaharu dan Terap dengan kerapatan terbesarnya adalah jenis Karet sebesar 275 pohon/ha.