Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG PISANG SEBAGAI SUMBER MIKROORGANISME LOKAL (MOL) UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABE Sukriming Sapareng; Taruna Shafa Arzam
JURNAL GALUNG TROPIKA Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : Fapetrik-UMPAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.38 KB) | DOI: 10.31850/jgt.v5i3.185

Abstract

Masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi pertanian adalah semakin berkurangnya lahan yang subur, penggunaan benih lokal yang terus menerus, dan serangan hama dan penyakit. Hal ini disebabkan karena meningkatnya pencemaran akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Pemakaian pupuk anorganik dan pestisida kimia yang tidak sesuai dengan anjuran, pemakaian pestisida selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan berdampak pada lingkungan, sehingga dibutuhkan alternatif yang aman bagi lingkungan dan konsumen. Salah satu alternatif adalah penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) limbah batang pisang yang digunakan sebagai starter dalam pembuatan bokashi dan kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi MOL batang pisang dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan produksi cabe merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Pattimang Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara, dengan menggunakan Rancangan Faktorial dua faktorial. Faktor pertama yaitu bahan organik, meliputi tanpa bahan organik, bokashi, dan kompos. Faktor kedua adalah dosis MOL batang pisang meliputi tanpa perlakuan MOL, dosis MOL 0.5 ml.l-1 air, dan dosis MOL 1.0 ml.l-1 air. Parameter pengamatan yaitu pertambahan tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah buah dan berat buah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kompos dan dosis MOL batang pisang 1 ml.l-1 air dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe merah.
PENGARUH MEDIA TANAH DAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Sukriming Sapareng; Muh. Yusuf Idris; Tri Wahyuni Akbar; Taruna Shafa Arzam A.R.
Jurnal AGROSAINS dan TEKNOLOGI Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian - UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jat.2.1.43-50

Abstract

Sisa-sisa bahan organik dapat digunakan sebagai pupuk organik yang mengandung mikroba untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, sehingga mampu menekan biaya produksi. Keunggulan penggunaan pupuk organik yaitu mudah dan murah karena memanfaatkan bahan-bahan limbah, seperti limbah rumah tangga, keong mas, rebung bambu, urin kelinci, buah maja, atau bonggol pisang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah media tanah yaitu tanah pesisir, tanah kebun, dan tanah sawah. Sedangkan faktor kedua adalah jenis pupuk organik yaitu bonggol pisang, nasi sisa, sampah rumah tangga organik, dan rebung bambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanah sawah dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, bobot tongkol dan klobot, bobot tongkol tanpa klobot, diameter tongkol serta panjang tongkol. Parameter produksi terbaik diperoleh pada media tanah sawah dengan pemberian pupuk organik rebung bambu. 
DEGREENING MEMPERBAIKI WARNA KULIT DAN TIDAK MEMPENGARUHI MUTU INTERNAL BUAH JERUK Taruna Shafa Arzam AR; Akmal Akmal
Journal TABARO Agriculture Science Vol 6, No 1: MEI 2022
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tabaro.v6i1.1253

Abstract

Penampilan warna kulit buah jeruk local dapat diperbaiki dengan teknologi degrening menggunakan ethefon. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh konsentrasi ethefon terhadap terhadap perubahan warna dan Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam  (TA) jus buah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019.  Rancangan penelitian yang akandigunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi ethefon , yaitu 0 ppm (k0), 500 ppm (k1) dan 1000 ppm (k2) yang  ulangan sebanyak 4 kali dengan menggunakan Analisis Ragam  yang diuji lanjut dengan BNT pada taraf 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ethefon baik pada konsentrasi 500 ppm  dan 1000 ppm dapat mengubah warna kulit menjadi jingga yang setara dengan warna kulit buah jeruk “Ponkam” berdasarkan Citruc Color Chart, indeks warna (CCI) dan ohue dan kedua kelompok jeruk yang diberi perlakuan degreening berbeda nyata lebih baik jika dibandingkan dengan buah control.  Penelitian ini juga terlihat bahwa degreening tidak mempengaruhi total padatan terlarut, total asam, rasio TPT/ TA dan kekerasan buah pada taraf 5 %. Namun perlakuan degreeningmenggunakan ethefon berpengaruh pada penyusutan bobot buah.
Mengembalikan Kejayaan Jeruk Malangke dengan Pengembangan Pembiakan Kultur Organ (KuOR) Taruna Shafa Arzam; Akmal Zainuddin; Sukriming Sapareng; Suryanto Suryanto; Djalaluddin Dalami; Erna Machmud
To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Universitas Andi Djemma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tomaega.v6i1.1580

Abstract

Jeruk Malangke perlu dikembalikan kejayaannya. Untuk mengakselerasi diperlukan pengadaan bibit dengan melibatkan pemerintah dan petani sebagai penerima manfaat.  Tujuan kegiatan ini adalah 1)  memenuhi kebutuhan bibit kelompok tani, sehingga tidak tergantung bibit dari produsen bibit daerah lain; dan  2) melestarikan plasmanuthfa jeruk “Malangke” tanpa harus mendatangkan bibit dari daerah lain. Metode atau desain kegiatan ini dengan beberpa pendekatan 1) penguatan kebijakan melalui penanda tanganan momerandum of Understanding (MoU) antara Bupati Luwu Utara dan Rektor Universitas Andi Djemma, penentuan Kelompok tani penerima manfaat (bibit) dan pengumpulan data masalah lapangan dan kebutuhan program. 2) Evaluasi melalui pre dan post test pemahaman petani dalam penerapan standar operasional prosedur (SOP) budidaya jeruk dan  sekaligus dilakukan pendampingan, 3) pengadaan bibit jeruk asli Malangke melalui Kultur Organ (KuOR). Hasil kegiatan ini berjalan dengan baik karena dukungan pemerintah daerah dan petani jeruk sebagai penerima manfaat. Pada kegiatan evaluasi menunjukkan bahwa umumya petani belum menerapkan SOP budidaya jeruk untuk jenis Siam.  Pemahaman memperbaiki lahan bermasalah juga belum diketahui oleh petan.  Sistem pemupukan tidak mengukuti kaedah agronomi, belum menerapkan pemangkasan dengan baik serta persiapan panen dan pascapanen. Kegiatan kultur organ (KuOR) dilakukan yang bahan stek dari masyarakat dan dikembalikan kemasyarakat dalam bentuk tanaman utuh untuk pelestarian plasmanuthfa jeruk Malangke.   
Peningkatan Kapasitas Petani Malangke : Penyuluhan dan pendampingan Teknik Budidaya Tanaman, Manajemen Agribisnis dan Kelembagaan Taruna Shafa Arzam; Naima Haruna; Hamja Abdul Halid; Idawati Idawati; Dasril Dasril
To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Universitas Andi Djemma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tomaega.v6i2.1663

Abstract

Pemahaman dan penerapan teknik budidaya tanaman jeruk Malangke oleh petani masih sangat rendah. Karenanya perlu dilakukan peningkatan kapasitas petani melalui penyuluhan dan pendampingan. Tujuan kegiatan ini meningkatankan kapasitas petani pada aspek teknik budidiaya berdasarkan Standar operasional Prosedur (SOP) pada lingkungan lokal, manajemen agribisnis dan kelembagaan desa.  Kegiatan ini dilaksanakan sejak bulan Agustus  sampai Oktober 2022.  Kegiatan ini diawali dengan penyusunan Modul Standar operasional Prosedur (SOP) budidaya tanaman jeruk Malangke.  Kemudian dilakukan penyuluhan dan pendampingan. Penyuluhan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi kapasitas petani yang dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi pasca penyuluhan menunjukkan  bahwa petani mulai melakukan perbaikan lahan sebelum dan setelah penanaman, seperti pemberian kapur, dan pemangkas perbaikan tajuk.  Namun demikian, masih ada kebiasaan kebiasaan yang masih belum bergeser dari kebiasaan lama dan pengalaman turun temurun seperti penjarangan buah. serta persiapan panen dan pascapanen.
SISTEM PENGELOLAAN AGROFORESTRI BERBASIS TANAMAN EUKALIPTUS (Eucalyptus alba) DAN PENDAPATAN PETANI DI DESA GUNUNG PERAK, KECAMATAN SINJAI BARAT, KABUPATEN SINJAI Fira Yuniar; Syamsuddin Millang; Ridwan Ridwan; Taruna Shafa Arzam.AR
Journal TABARO Agriculture Science Vol 7, No 1: MEI 2023
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tabaro.v7i1.2302

Abstract

Sistem Agroferstry budidaya tanaman Eukaliptus berpeluang meningkatkan pendapatan ekonomi petani dan keberlanjutan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sistem agroforestri berbasis kayu putih, struktur dan komposisi jenis serta pendapatan petani dalam sistem agroforestri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2019 di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling dengan kriteria yaitu petani yang memiliki lahan >0,1 ha dan terdapat tanaman Eucalyptus yang dipadukan dengan sayuran, kopi, tembakau, dan tanaman rumput gajah di kebun agroforestrinya. Untuk mengetahui volume kayu, struktur dan komposisi jenis tumbuhan dibuat 12 petak contoh. Untuk mengetahui sistem pengelolaan agroforestri dan pendapatan petani agroforestri, diwawancarai 28 responden. Data diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan agroforestri berbasis eucaptus terdiri dari lima tahapan yaitu persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Komposisi jenis tanaman yang terdapat pada kebun agroforestri terdiri dari 13 jenis tanaman dan struktur vertikal terdiri dari 4 strata. Rata-rata pendapatan petani agroforestri berbasis kayu putih berbeda nyata. Pada Pola 1 (kayu putih dan sayuran) rata-rata pendapatan petani Rp 52.244.997/ha/tahun, pola 2 (kayu putih dan tembakau) rata-rata pendapatan yang diperoleh petani Rp. 29.461.489/ha/tahun, pola 3 (kayu putih dan kopi) rata-rata pendapatan petani Rp 34.836.741/ha/tahun, dan pola 4 (kayu putih, sayuran dan rumput gajah) rata-rata pendapatan petani Rp 73.437.480/ha/tahun. Pendapatan petani tertinggi diperoleh pada pola 4 (Eucalyptus, sayuran, dan rumput gajah) dengan pendapatan rata-rata Rp 73.437.480/ha/tahun dan pendapatan terendah diperoleh pada pola 2 (Eucalyptus dan Tembakau) yaitu Rp 29.461.489/ha/ tahun.