Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means End Analysis Nur Asih; Sendi Ramdhani
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.462 KB) | DOI: 10.31980/mosharafa.v8i3.534

Abstract

AbstrakTujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) lebih baik dari pada konvensional, untuk mengetahui sikap kemandirian belajar siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA), dan untuk mengetahui hambatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Metode penelitiannya adalah eksperimen kuasi dan desain penelitiannya Nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA PASUNDAN CIKALONGKULON dengan sampel sebanyak dua kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kelas XI MIPA-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA-1 sebagai kelas kontrol. Instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, angket dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) lebih baik dari konvensional. Hasil angket siswa kelas XI MIPA-3 memperoleh hasil hampir seluruhnya positif respon siswa terhadap model pembelajaran Means End Analysis (MEA).Kata Kunci: Kemandirian, MEA, Pemecahan Masalah Matematis. Increased Mathematical Problem Solving Ability and Student Learning Independence Using the Means-End Analysis Learning Model AbstractThe purpose of this research is to find out whether the improvement of students 'mathematical problem-solving abilities using the Means-End Analysis (MEA) learning model is better than conventional learning, to determine the attitudes of students' learning independence towards mathematics learning using the Means-End Analysis (MEA) learning model, and to find out the obstacles of students in solving problems mathematical problem solving abilities. The research method is a quasi-experiment and the research design is Nonequivalent control group design. The population in this study were all students of class XI SMA PASUNDAN CIKALONGKULON with a sample of two classes. The sampling technique uses a purposive sampling technique. Class XI MIPA-3 as an experimental class and class XI MIPA-1 as a control class. The instruments were in the form of tests of mathematical problem-solving abilities, questionnaires, and interviews. Based on the results of data analysis, the improvement of students' mathematical problem-solving abilities using the Means-End Analysis (MEA) learning model is better than conventional. The results of the XI MIPA-3 class questionnaire obtained almost entirely positive student responses to the Means-End Analysis (MEA) learning model.Keywords: Independence, MEA, Mathematical Problem Solving.
KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGIS SANTRI DALAM GEOMETRI: PENELITIAN KUALITATIF DI SEBUAH PONDOK PESANTREN Sendi Ramdhani
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.448 KB) | DOI: 10.31980/mosharafa.v6i3.327

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemampuan penalaran analogis santri dalam geometri dan mengidentifikasi kesulitan dan hambatan mereka. Penulis mendeskripsikan bagaimana kemampuan analogis dalam pemahaman konsep geometri, kemampuan penalaran analogis dalam teorema dan sifat, dan kemampunan penalaran analogis dalam masalah geometri. Penelitian ini merupakan bagian dari pengembangan bahan ajar geometri untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogis santri. Adapun metode penelitiannya menggunakan penelitian kualitatif dalam materi teorema Pythagoras, aturan kosinus, dan teorema garis tinggi segitiga yang melibatkan 80 santri di sebuah Pondok Pesantren di Bandung, Indonesia. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kemampuan penalaran analogis santri berada di kategori rendah dan cukup. Berdasarkan hasil tes dan wawancara menunjukkan santri kesulitan menuliskan persamaan Pythagoras berdasarkan gambar segitiga siku-siku dalam berbagai konteks, menuliskan persamaan kosinus berdasarkan definisi verbal dan gambar, melukis segitiga siku-siku berdasarkan persamaan Pythagoras, melakukan penalaran analogis antara teorema Pythagoras dan aturan kosinus, dan melakukan penalaran analogis berdasarkan teorema. Rekomendasi dari penelitian ini berupa kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan santri dalam kemampuan penalaran analogis yang akan menjadi landasan untuk mengembangan bahan ajar geometri. AbstractThis study aims to investigate the analogical reasoning ability of santri in geometry and identify their difficulties and constraints. The author describes how analogical reasoning in understanding the concepts of geometry, analogical reasoning in theorems and properties, and the use of analogical reasoning in geometry problems. This research is part of the development of geometry teaching materials to improve the analogical reasoning ability of santri. The research method uses qualitative research in the material of Pythagoras theorem, the law of cosine, and triangle altitude theorem that involves 80 santri at a Pondok Pesantren in Bandung, Indonesia. The results of this study found that the santri's analogical reasoning abilities were in the low and sufficient category. Based on the results of the tests and interviews it is difficult for students to write Pythagoras equations based on right triangle images in various contexts, writing cosine equations based on verbal definitions and drawings, painting right triangles based on Pythagoras equations, analogical reasoning between Pythagorean theorem and cosine rules; doing analogical reasoning based on the theorem. The recommendation of this research is the difficulties and weaknesses of santri in analogical reasoning ability that will be the basis for developing geometry teaching materials.
Development of Didactic Design for Learning Mathematics in Pesantren: Integration of Mathematics and Fiqh Learning Sendi Ramdhani; Didi Suryadi; Sufyani Prabawanto
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 12, No 3 (2023)
Publisher : Institut Pendidikan Indonesia Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v12i3.2868

Abstract

Perlu dikembangkan model pembelajaran matematika di pesantren yang dikaitkan dengan permasalahan yang sesuai dengan situasi di pondok pesantren, misalnya terkait dengan fiqh. Penelitian ini menggunakan Design Didactical Research (DDR). Pengembangan desain didaktis ini dilakukan dengan menggunakan Theory of Didactical Situation (TDS). Pembelajaran matematika di pesantren dirancang sebagai berikut: pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan Hadits terkait materi pembelajaran matematika; materi dan tujuan pembelajaran yang terkait dengan ilmu keislaman; dan memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika nantinya menjadi kader ulama. Pengembangan desain didaktis didasarkan pada teori situasi didaktis, yaitu: Situasi Devolusi, santri diberikan tantangan untuk menyelesaikan masalah zakat dan waris; Situasi Matematis, santri yang belum mampu menyelesaikan tantangan utama dibimbing melalui soal, tabel, dan petunjuk. Demikian pula santri yang sudah memiliki tebakan pemecahan masalah terus melakukan langkah-langkah untuk menguji keabsahan asumsi tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan, memperhatikan tabel, dan melaksanakan instruksi; Situasi Kelembagaan, santri membuat kesimpulan dengan bimbingan guru tentang poin-poin penting.It is necessary to develop a mathematics learning model in pesantren that is associated with problems that are following the situation in the Islamic boarding school, for example, related to fiqh. This study used Design Didactical Research (DDR). The development of this didactic design was carried out using the Theory of Didactical Situation (TDS). The learning mathematics in pesantren is designed as follows: reading of the holy verses of Al-Qur'an and Hadith related to mathematics learning materials; the material and learning objectives associated with Islamic knowledge; and giving an overview of the benefits of studying the material to be studied in everyday life, especially when later becoming a cadre of the ulama. Didactic design development is based on the theory of didactic situation, namely: In the case of Devolution, santri are given the challenge of solving zakat and inheritance problems; in Mathematical Situations, santri who have not been able to complete the main difficulties are guided through questions, tables, and instructions. Likewise, santri, who already has problem-solving guesses, continues to test the validity of these assumptions by answering several questions, paying attention to tables, and carrying out instructions; 3) Situation of Institutionalization, santri makes conclusions with teacher guidance about essential points.
Kemampuan Penalaran Analogis Santri dalam Geometri: Penelitian Kualitatif di Sebuah Pondok Pesantren Sendi Ramdhani
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 6 No. 3 (2017): September
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v6i3.461

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemampuan penalaran analogis santri dalam geometri dan mengidentifikasi kesulitan dan hambatan mereka. Penulis mendeskripsikan bagaimana kemampuan analogis dalam pemahaman konsep geometri, kemampuan penalaran analogis dalam teorema dan sifat, dan kemampunan penalaran analogis dalam masalah geometri. Penelitian ini merupakan bagian dari pengembangan bahan ajar geometri untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogis santri. Adapun metode penelitiannya menggunakan penelitian kualitatif dalam materi teorema Pythagoras, aturan kosinus, dan teorema garis tinggi segitiga yang melibatkan 80 santri di sebuah Pondok Pesantren di Bandung, Indonesia. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kemampuan penalaran analogis santri berada di kategori rendah dan cukup. Berdasarkan hasil tes dan wawancara menunjukkan santri kesulitan menuliskan persamaan Pythagoras berdasarkan gambar segitiga siku-siku dalam berbagai konteks, menuliskan persamaan kosinus berdasarkan definisi verbal dan gambar, melukis segitiga siku-siku berdasarkan persamaan Pythagoras, melakukan penalaran analogis antara teorema Pythagoras dan aturan kosinus, dan melakukan penalaran analogis berdasarkan teorema. Rekomendasi dari penelitian ini berupa kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan santri dalam kemampuan penalaran analogis yang akan menjadi landasan untuk mengembangan bahan ajar geometri. This study aims to investigate the analogical reasoning ability of santri in geometry and identify their difficulties and constraints. The author describes how analogical reasoning in understanding the concepts of geometry, analogical reasoning in theorems and properties, and the use of analogical reasoning in geometry problems. This research is part of the development of geometry teaching materials to improve the analogical reasoning ability of santri. The research method uses qualitative research in the material of Pythagoras theorem, the law of cosine, and triangle altitude theorem that involves 80 santri at a Pondok Pesantren in Bandung, Indonesia. The results of this study found that the santri's analogical reasoning abilities were in the low and sufficient category. Based on the results of the tests and interviews it is difficult for students to write Pythagoras equations based on right triangle images in various contexts, writing cosine equations based on verbal definitions and drawings, painting right triangles based on Pythagoras equations, analogical reasoning between Pythagorean theorem and cosine rules; doing analogical reasoning based on the theorem. The recommendation of this research is the difficulties and weaknesses of santri in analogical reasoning ability that will be the basis for developing geometry teaching materials.
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means End Analysis Nur Asih; Sendi Ramdhani
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 8 No. 3 (2019): September
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v8i3.579

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) lebih baik dari pada konvensional, untuk mengetahui sikap kemandirian belajar siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA), dan untuk mengetahui hambatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Metode penelitiannya adalah eksperimen kuasi dan desain penelitiannya Nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA PASUNDAN CIKALONGKULON dengan sampel sebanyak dua kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kelas XI MIPA-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA-1 sebagai kelas kontrol. Instrumen berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis, angket dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data, peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) lebih baik dari konvensional. Hasil angket siswa kelas XI MIPA-3 memperoleh hasil hampir seluruhnya positif respon siswa terhadap model pembelajaran Means End Analysis (MEA). The purpose of this research is to find out whether the improvement of students 'mathematical problem-solving abilities using the Means-End Analysis (MEA) learning model is better than conventional learning, to determine the attitudes of students' learning independence towards mathematics learning using the Means-End Analysis (MEA) learning model, and to find out the obstacles of students in solving problems mathematical problem-solving abilities. The research method is a quasi-experiment, and the research design is Nonequivalent control group design. The population in this study were all students of class XI SMA PASUNDAN CIKALONGKULON with a sample of two classes. The sampling technique uses a purposive sampling technique. Class XI MIPA-3 as an experimental class and class XI MIPA-1 as a control class. The instruments were in the form of tests of mathematical problem-solving abilities, questionnaires, and interviews. Based on the results of data analysis, the improvement of students' mathematical problem-solving abilities using the Means-End Analysis (MEA) learning model is better than conventional. The results of the XI MIPA-3 class questionnaire obtained almost entirely positive student responses to the Means-End Analysis (MEA) learning model.
Development of Didactic Design for Learning Mathematics in Pesantren: Integration of Mathematics and Fiqh Learning Sendi Ramdhani; Didi Suryadi; Sufyani Prabawanto
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 12 No. 3 (2023): July
Publisher : Department of Mathematics Education Program IPI Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31980/mosharafa.v12i3.833

Abstract

Perlu dikembangkan model pembelajaran matematika di pesantren yang dikaitkan dengan permasalahan yang sesuai dengan situasi di pondok pesantren, misalnya terkait dengan fiqh. Penelitian ini menggunakan Design Didactical Research (DDR). Pengembangan desain didaktis ini dilakukan dengan menggunakan Theory of Didactical Situation (TDS). Pembelajaran matematika di pesantren dirancang sebagai berikut: pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan Hadits terkait materi pembelajaran matematika; materi dan tujuan pembelajaran yang terkait dengan ilmu keislaman; dan memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika nantinya menjadi kader ulama. Pengembangan desain didaktis didasarkan pada teori situasi didaktis, yaitu: Situasi Devolusi, santri diberikan tantangan untuk menyelesaikan masalah zakat dan waris; Situasi Matematis, santri yang belum mampu menyelesaikan tantangan utama dibimbing melalui soal, tabel, dan petunjuk. Demikian pula santri yang sudah memiliki tebakan pemecahan masalah terus melakukan langkah-langkah untuk menguji keabsahan asumsi tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan, memperhatikan tabel, dan melaksanakan instruksi; Situasi Kelembagaan, santri membuat kesimpulan dengan bimbingan guru tentang poin-poin penting. It is necessary to develop a mathematics learning model in pesantren that is associated with problems that are following the situation in the Islamic boarding school, for example, related to fiqh. This study used Design Didactical Research (DDR). The development of this didactic design was carried out using the Theory of Didactical Situation (TDS). The learning mathematics in pesantren is designed as follows: reading of the holy verses of Al-Qur'an and Hadith related to mathematics learning materials; the material and learning objectives associated with Islamic knowledge; and giving an overview of the benefits of studying the material to be studied in everyday life, especially when later becoming a cadre of the ulama. Didactic design development is based on the theory of didactic situation, namely: In the case of Devolution, santri are given the challenge of solving zakat and inheritance problems; in Mathematical Situations, santri who have not been able to complete the main difficulties are guided through questions, tables, and instructions. Likewise, santri, who already has problem-solving guesses, continues to test the validity of these assumptions by answering several questions, paying attention to tables, and carrying out instructions; 3) Situation of Institutionalization, santri makes conclusions with teacher guidance about essential points.