Anna Undarwati, Anna
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pengukuran Ego Depletion Berbasis Indigenous Psychology Undarwati, Anna; Mahabati, Aini; Khaerani, Andewi Cahaya; Hapsari, Ayu Dyah; Kristanto, Andreas Agung; Stephany, ndah Sasmitohening; Prawitasari, Johana Endang
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Ego Depletion adalah kondisi individu merasa tertekan, terlalu lelah dan terbatas. Penelitian ini mengeksplorasi dan mengembangkan skala ego depletion berdasarkan konsep indigenous psychology. Data dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD) untuk mengeksplorasi aspek ego depletion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ego depletion didefinisikan sebagai kelelahan psikologis (41%), kelelahan fisik (20%), dan berdaya (13%). dapat disimpulkan bahwa ego depletion adalah kondisi ketika orang memiliki kelelahan psikologis dan fisik, energi yang terbatas yang mempengaruhi masalah kognitif, pasif, tugas menjadi tidak optimal dan menyebabkan reaksi negatif dan masalah sikap. 60 aitem skala ego depletion diberikan kepada 60 mahasiswa. Hasil menunjukkan, validitas dan reliabilitas ynag cukup tinggi, dengan kisaran skor rix = 0111 - rix = 0.700 dan Alpha-Cronbach = 0.939. Hanya 8 aitems tidak valid. Selanjutnya, aitem disederhanakan, dari 60 menjadi 30 aitem saja, dan hasi analisis statistik menunjukkan keandalan sebesar 0.918 dengan validitas rix = 0310 - rix = 0.700.Abstract. Ego Depletion is condition feel underpressured, overly tired and limited  resources. In these research, we explore and develop ego depletion scale based on indigenous psychology. We collect data by focus group discussion  (FGD) to explore ego depletion aspects. Finding research has shown that ego depletion is defined as psychological exhaustion ( 41%), phisical exhaustion (20%), and powerless (13%). Participants conclude  than ego depletion is condition when people have psychological and physical exhaustion ,  limited energy that influence cognitive problem, passive, inoptimal task and cause negative reaction and attitude problem. Sixty aitems of ego depletion scale were given to 60 students. Result indicate that scale has high validity and reliability, with corrected aitem total corelation range are rix = 0,111 – rix = 0,700 and Alpha-Cronbach = 0,939. Only 8 aitems invalid . We summarize the aitems into 30 aitems and statistical result shown that reliability are 0,918 with corrected aitem total corelation range are rix = 0,310 – rix = 0,700.
KORELASI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB) Undarwati, Anna
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 1, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research focused on finding correlation between transformational leadership style and organizational citizenship behaviour (OCB). The subject were 100 employees of PD. Pasar Surya Surabaya. Data was collected by MLQ (Multifactor Leadership Questioner) and organizational citizenship behaviour (OCB) scale. Hypothesis is tested by product moment correlation technique. The result shown that there was a significant correlation between transformational leadership style and organizational citizenship behaviour (OCB) with rxy = 0,504, p < 0,001. TransformationaI leadership style has influencing 25,5% for organizational citizenship behaviour (OCB). It means that 75% was influenced by others.
SUICIDE IDEATION PADA REMAJA DI KOTA SEMARANG Pratiwi, Jeli; Undarwati, Anna
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keparahan dan intensitas suicide ideation yang terjadi pada remaja serta faktor-faktor yang mempengaruhi suicide ideation pada remaja khususnya di kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Kota Semarang yang berusia 12 sampai 22 tahun dan masih menempuh pendidikan baik di tingkat SMP dan SMA sederajat serta di Perguruan Tinggi. Teknik sampling yang digunakan diantaranya: teknik sampel random, sampel proporsional,dan accidental sampling. Metode pengumpulan data dengan memodifikasi pada Columbia-Suicide Severity Rating Scale (C-SSRS) disertai sebuah pertanyaan terbuka untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suicide ideation. Hasil penelitian menunjukkan sekitar satu per tiga remaja dari 442 responden memiliki atau pernah mengalami suicide ideation. Secara umum keparahan suicide ideation yang dialami responden belum termasuk dalam kategori serius dengan intensitas rendah. Berbagai faktor yang mempengaruhi suicide ideation pada remaja, seperti: masalah keluarga, percintaan, tekanan psikologis, permasalahan yang dihadapi, kurang memperoleh perhatian, masalah di sekolah, pertemanan, harga diri rendah, tekanan sosial dan ekonomi, bosan hidup, putus asa, kesehatan, kematian seseorang, takut masa depan, dan kegagalan. Diketahui pula metode dalam suicide ideation seperti dengan overdosis obat, melompat dari ketinggian, menggunakan senjata tajam, bunuh diri di jalan, gantung diri, menenggelamkan diri, tidak makan, dan menghentikan pengobatan. The purpose of this research is to know the severity and intensity of suicide ideation happens to adolescent as well as the factors that influence suicide ideation in adolescent particularly in Semarang city. The population in this research were adolescents in Semarang aged 12 to 22 years old and still studying at both the junior and senior high school or equivalent and at college. The sampling techniques used include: random sampling technique, the sample proportionate, and accidental sampling. Method of collecting data by modifying the Columbia Suicide Severity Rating Scale (C-SSRS) accompanied by an open question to find out the factors that influence suicide ideation. The results showed about one-third of the 442 respondents have or had experienced suicide ideation. In general, the severity of suicide ideation experienced by respondents are not included in the serious category of low intensity. Various factors influencing suicide ideation in adolescent, such as: family issues, romance, psychological distress, problems encountered, less gained the attention, problems at school, friendship, low self esteem, social and economic pressures, bored, hopeless, health, death of a person, fear of the future, and failure. Also known as a method in suicide ideation with a drug overdose, jumping from a height, using a sharp weapon, commits suicide in the street, hanging himself, drown himself, not eating, and stopping treatment.
Efektivitas Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Materi Penggunaan Mata Uang Pada Anak Tunagrahita Ringan Agustriyana, Nur Astuti; Undarwati, Anna
Developmental and Clinical Psychology Vol 3 No 1 (2014)
Publisher : Developmental and Clinical Psychology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan jumlah subyek 8 orang. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen perlakuan ulang (Time Series Design) merupakan desain eksperimen yang hanya menggunakan satu kelompok subyek serta pengukuran dilakukan berulang-ulang. Sehingga dapat membandingkan kecenderungan perubahan skor sebelum dan sesudah pemberian manipulasi melalui tes prestasi. Hasil penelitian diawali dengan kegiatan pretest dengan mean 4,2222. Selanjutnya diberikan perlakuan berupa permainan ular tangga. Hasil pretest menunjukkan perbedaan kemampuan siswa yang terbukti dengan postest pertama yang memiliki nilai mean sebesar 5,8889, Z -2,762 dan signifikansi 0,06. Selanjutnya postest pertama juga menunjukkan perbedaan kemampuan siswa yang terbukti pada postest ke dua dengan mean 7,000, Z -2,724 dan signifikansi 0,006. Postest ke dua juga menunjukkan perbedaan kemampuan siswa dengan bukti pada postest yang ke tiga memperoleh mean 8,3333, Z -2,701 dan signifikansi 0,007. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas isi yang dilakukan oleh guru, dosen pembimbing, maupun siswa. Selanjutnya, reliabilitas pada penelitian ini sebesar 0,458. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permainan ulartangga memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan materi penggunaan mata uang pada anak tunagrahita ringan. This study use experimental research the number of subjects 8 people. Experimental research design used was a re-design of the experimental treatment (Time Series Design) is an experimental design which uses only single group of subjects as well as measurements performed repeatedly. So as to compare the trend of changes in scores before and after manipulation through achievement tests. The result of the study began with a pretest with mean 4.2222. Further treatment is given in the form of snake and ladder game. Pretest results showed differences in the ability of students who proved to have the first posttest mean value of 5.8889, Z -2.762 and a significance of 0.06. Furthermore, the first post-test also showed differences in the ability of students who proved to posttest two with mean 7.000, Z -2.724 and 0.006 significance. Posttest two also showed diffefrences in the ability of students with evidence on the posttest to obtain three mean 8.3333, Z -2.701 and 0.007 significance. The validity of that used in this study was conducted using content validity by teachers, lecturers, and students. Furthermore, the reliability in this study was 0.458. The conclusion of this study is snake and ladder game gives effect to increase the ability of curency usage material toward mentally retarded children light.
MENUMBUHKEMBANGKAN PERILAKU PRO KONSERVASI MELALUI MAKE A MATCH GAMES PADA SISWA SD DI GUNUNGPATI Martiarini, Nuke; Undarwati, Anna; Sugiariyanti, Sugiariyanti
Indonesian Journal of Conservation Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Badan Pengembang Konservasi UNNES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijc.v5i1.11767

Abstract

Pro-conservation behavior should be pursued as early as possible. Should be a set of preventive measures related to changing human behavior as early as possible so as not oriented toward the use of natural resources but also oriented towards efficiency. The goal of this activity is a primary school teacher who later expected to make the learning design environment primarily related to changing the behavior of students in order to further conserve energy. More specifically the teacher in question is an elementary school teacher in Gunungpati Semarang. The method is to combine the use of make a match game, where information on the nature and the cases presented in the form of information cards. Initially the teachers are given a comprehensive understanding of conservation education, then the model exemplified game. After that is expected to creating teacher in the learning process. Furthermore, the results of pretest and posttest were analyzed using Mann Whitney test, obtained a score of U = 0.000, W = 66.000 score, score Z = -3.996 and p = 0.000 (p <0.05). thus it can be concluded that the method make a match games considered to be effective to improve the behavior of pro-conservation. Perilaku pro konservasi perlu diupayakan sedini mungkin. Perlu disusun upaya preventif terkait dengan merubah perilaku manusianya sedini mungkin agar tidak berorientasi pada penggunaan SDA saja tetapi juga berorientasi pada efisiensi. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah guru SD yang kelak diharapkan dapat membuat desain pembelajaran lingkungan hidup terutama terkait dengan mengubah perilaku siswa agar dapat lebih menghemat energi. Secara lebih spesifik guru yang dimaksud adalah guru SD di Gunungpati Semarang. Adapun metodenya adalah mengkombinasikan menggunakan permainan make a match, dimana informasi mengenai alam dan kasus-kasusnya disajikan dalam bentuk kartu informasi. Awalnya guru diberikan pemahaman yang komprehensif tentang pendidikan konservasi, kemudian dicontohkan model permainannya. Setelah itu diharapkan guru dapat mengkreasikannya dalam proses pembelajaran. Selanjutnya hasil pretest dan posttest dianalisis dengan menggunakan mann whitney test, diperoleh skor U = 0,000, skor W = 66,000, skor Z = -3,996, dan p = 0,000 (p < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode make a match games dianggap efektif untuk meningkatkan perilaku pro konservasi. 
Resiliensi Pada Remaja Binaan Bapas Ditinjau Dari Coping Stress Pasudewi, Cantika Y.; Undarwati, Anna
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 6, No 2 (2014): Juli 2014
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v6i2.13318

Abstract

Abstrak. Berdasarkan data yang diperoleh dari Penelitian Kemasyarakatan (Litmas), diketahui sebanyak 80% remaja dengan kasus kriminal mengalami gejala-gejala stres saat akan sidang dan wajib lapor. Remaja yang sedang menjalani pembinaan dalam proses hukum pidana membutuhkan resiliensi yang tinggi untuk mampu menjalani tekanan peradilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan resiliensi pada remaja binaan Bapas ditinjau dari coping stress.             Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan karakteristik usia 12 hingga 21 tahun yang terdaftar sebagai klien binaan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kota Pekalongan UPT Kanwil Jawa Tengah periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel jenuh. Data penelitian diambil menggunakan angket coping stress dan skala resiliensi. Angket coping stress terdiri dari 36 item. Skala resiliensi terdiri dari 37 item dengan  kisaran nilai koefisien r ix sebesar 0,284 sampai dengan 0,548. Koefisien reliabilitas skala resiliensi sangat tinggi, yaitu 0,864. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode statistik non-parametrik Mann Whitney Utest.Berdasarkan penghitungan skor angket coping stress, didapatkan 26 subjek mempunyai karakteristik EFC dan 32 subjek mempunyai karakteristik PFC. Hasil teknik analisis data diperoleh Z skor sebesar -1,112 dengan taraf signifikansi sebesar p = 0,266, dimana p > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan resiliensi pada remaja binaan Bapas ditinjau dari coping stress” ditolak. Resiliensi pada remaja binaan Bapas tidak dapat dibedakan berdasarkan jenis coping. Resiliensi pada sebagian besar remaja binaan Bapas berada pada kategori sedang, yaitu sebesar 82,76%. Sisanya 17,24% pada kategori tinggi dan tidak ada yang berada pada kategori rendah. Kata kunci : resiliensi, remaja, coping stress Abstract. Based on data obtained from the Research Society (Litmas), known as much as 80% of adolescents with criminal cases experiencing symptoms of stress when going to court and required to report. Adolescents who are undergoing training in the process of criminal law requires a high resilience to be able to undergo judicial pressure. This research aimed to determine differences in resilience of Bapas’ adolescents target in terms of coping stress.This research is a comparative quantitative study. The population in this study is characteristic of adolescents with ages 12 to 21 years were enrolled as clients of Balai Pemasyarakatan (Bapas) UPT Pekalongan Central Java Regional Office, period of 2012 until 2013. The sampling technique used was a saturated sample technique. The data were taken using a questionnaire coping stress and resilience scale. Coping stress questionnaire consists of 36 items. Resilience scale consists of 37 items with a coefficient r ix range of 0.284 to 0.548. Resilience scale reliability coefficient is 0.864 which means very high. The data analysis technique used is non-parametric statistical methods Mann Whitney Utest.Based on the coping stress questionnaire scores, 26 subjects have obtained EFC characteristics and 32 subjects have obtained PFC characteristics. Results of data analysis techniques derived Z score of -1.112 with a significance level of p = 0.266, where p> 0.05. This means that the hypothesis "there is a difference of resilience of Bapas’ adolescents in terms of coping stress" was rejected. Resilience of Bapas’ adolescents can not be distinguished by the type of coping. Most of  Bapas’ adolescents have resilience in middle category, amounting to 82.76%. The remaining 17.24% in high category and no one is in the low category.
Pengukuran Ego Depletion Berbasis Indigenous Psychology Undarwati, Anna; Mahabati, Aini; Khaerani, Andewi Cahaya; Hapsari, Ayu Dyah; Kristanto, Andreas Agung; Stephany, ndah Sasmitohening; Prawitasari, Johana Endang
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 1 (2017): Maret 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i1.9574

Abstract

Abstrak. Ego Depletion adalah kondisi individu merasa tertekan, terlalu lelah dan terbatas. Penelitian ini mengeksplorasi dan mengembangkan skala ego depletion berdasarkan konsep indigenous psychology. Data dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD) untuk mengeksplorasi aspek ego depletion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ego depletion didefinisikan sebagai kelelahan psikologis (41%), kelelahan fisik (20%), dan berdaya (13%). dapat disimpulkan bahwa ego depletion adalah kondisi ketika orang memiliki kelelahan psikologis dan fisik, energi yang terbatas yang mempengaruhi masalah kognitif, pasif, tugas menjadi tidak optimal dan menyebabkan reaksi negatif dan masalah sikap. 60 aitem skala ego depletion diberikan kepada 60 mahasiswa. Hasil menunjukkan, validitas dan reliabilitas ynag cukup tinggi, dengan kisaran skor rix = 0111 - rix = 0.700 dan Alpha-Cronbach = 0.939. Hanya 8 aitems tidak valid. Selanjutnya, aitem disederhanakan, dari 60 menjadi 30 aitem saja, dan hasi analisis statistik menunjukkan keandalan sebesar 0.918 dengan validitas rix = 0310 - rix = 0.700.Abstract. Ego Depletion is condition feel underpressured, overly tired and limited  resources. In these research, we explore and develop ego depletion scale based on indigenous psychology. We collect data by focus group discussion  (FGD) to explore ego depletion aspects. Finding research has shown that ego depletion is defined as psychological exhaustion ( 41%), phisical exhaustion (20%), and powerless (13%). Participants conclude  than ego depletion is condition when people have psychological and physical exhaustion ,  limited energy that influence cognitive problem, passive, inoptimal task and cause negative reaction and attitude problem. Sixty aitems of ego depletion scale were given to 60 students. Result indicate that scale has high validity and reliability, with corrected aitem total corelation range are rix = 0,111 – rix = 0,700 and Alpha-Cronbach = 0,939. Only 8 aitems invalid . We summarize the aitems into 30 aitems and statistical result shown that reliability are 0,918 with corrected aitem total corelation range are rix = 0,310 – rix = 0,700.
GAMBARAN DINAMIKA KEMISKINAN DITINJAU DARI ATRIBUT PSIKOLOGIS : STUDI PADA MASYARAKAT MISKIN DI KOTA SEMARANG Noviawati, Puput; Undarwati, Anna
Proceeding SENDI_U 2017: SEMINAR NASIONAL MULTI DISIPLIN ILMU DAN CALL FOR PAPERS
Publisher : Proceeding SENDI_U

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.03 KB)

Abstract

Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang terjadi di indonesia dan belum mampu diatasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran masyarakat miskin di daerah perkotaan Semarang yang ditinjau dari kondisi psikologis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karakteristik subjek penelitian adalah penghasilan sehari kurang dari 2 dollar Amerika (kriteria miskin dari WHO), tinggal di kotamadya Semarang. Sampel dalam penelitian sejumlah 150 sampel (terdiri dari remaja, dewasa awal, dan dewasa madya). Penelitian ini mengukur sembilan variabel psikologis dengan pengambilan data menggunakan skala. Sembilan variabel psikologis yang diukur diantaranya atribusi kausal penyebab kemiskinan, value, self-esteem, self-efficacy, motivasi berprestasi, strategi coping, kepribadian, depresi dan subjective well-being. Selain itu juga ada 3 aspek yang diukur yaitu feelings toward poverty, causes of poverty dan solutions of poverty. Hasil dari penelitian ini adalah variabel depresi memiliki kategori tinggi dibandingkan dengan variabel yang lain. Selain itu, pada masyarakat dewasa awal memiliki perasaan positif lebih besar yaitu 62% dibandingkan dengan remaja maupun dewasa madya. Penyebab dari kemiskinan pada remaja yaitu dikarenakan faktor malas (28%). Sedangkan pada dewasa awal, penyebab kemiskinan dikarenakan faktor kemauan diri (26%). Berbeda dengan dewasa madya, penyebab kemiskinan dikarenakan faktor pendidikan rendah (28%). Solusi yang ditawarkan oleh masyarakat miskin yaitu dengan cara bekerja, baik dari remaja (26%), dewasa awal (38%), dan dewasa madya (66%). Kata Kunci : Atribut Psikologis, Dinamika Kemiskinan, Masyarakat Miskin Perkotaan
PENGARUH TRAINING UMUM ORIENTASI (TUO) UNTUK MENINGKATKAN OCCUPATIONAL SELF EFFICACY PADA KARYAWAN BARU Sabrina, Alfira Bahro; Muhammad, Amri Hana; Undarwati, Anna
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 10, No 2 (2018): Juli 2018
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v10i2.17495

Abstract

 Abstrak. Sebagian besar individu yang memulai masuk dunia kerja belum tahu bagaimana rincian kerja yang akan ditugaskan kepadanya terutama pada individu yang mengalami masa transisi dari pelajar. Sangatlah mungkin individu yang baru masuk dunia kerja merasa tidak mampu karena belum paham dengan apa yang harus dikerjakan ketika bekerja nantinya. Rasa ketidakmampuan dalam hal ini jika ditinjau dari sudut psikologis merupakan bentuk kurangnya keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dan ini dapat menghambat individu untuk meraih kesuksesan di masa depan. Keyakinan akan  kemampuan dan kompetensi dalam menampilkan unjuk kerja disebut occupational self efficacy. PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill, Tbk memiliki agenda training umum orientasi setiap bulannya yang dilaksanakan untuk karyawan baru diharapkan dengan adanya training ini dapat meningkatkan occupational self efficacy pada karyawan baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran baik sebelum maupun sesudah dilakukannya training umum orientasi (TUO) terhadap occupational self efficacy dan menguji ada tidaknya pengaruh training umum orientasi (TUO) terhadap occupational self efficacy. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen dan dengan desain one group pre-test posttest design dengan pretest 1 kali dan posttest 1 kali. Perlakuan yang diberikan adalah training umum orientasi yang dilaksanakan selama 3 hari. Data penelitian diambil menggunakan skala occupational self efficacy dengan koefisien realibilitas sebesar 0,950 dan dari 40 item diperoleh 29 item yang valid. Analisis data menggunakan teknik uji non parametrik wilcoxon signed ranks test dengan bantuan software pengolahan data. Hasil uji wilcoxon signed ranks test diperoleh nilai Z = -3,927 dengan tingkat signifikansi (sig (2-tailed)= 0,000) kurang dari α 5% maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat perbedaan occupational self efficacy  sebelum dan sesudah diberikan training umum orientasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa training umum orientasi (TUO) dapat meningkatkan occupational self efficacy pada karyawan baru. Abstract. Most individuals who embark on entering the workforce do not yet know how the details of work will be assigned to them, especially on individuals who are experiencing a transition from the learner. It is possible that individuals who are new to the workplace feel inadequate because they have not understood what to do when working later. Disability in this case if viewed from a psychological point of view is a form of lack of confidence in his own ability and this can hinder individuals to achieve success in the future. The belief in the ability and competence in performing performance is called occupational self efficacy. PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill, Tbk has a general orientation training agenda every month for new employees expected with this training can increase occupational self efficacy in new employees.The aim of this research is to know the description before and after the general orientation training (TUO) to occupational self efficacy and to test whether there is influence of general training orientation (TUO) to occupational self efficacy. This research uses experimental quantitative research type and with one group pre-test posttest design design with pretest 1 time and posttest 1 time. The treatment provided is a general training orientation that is carried out for 3 days. The research data was taken using occupational self efficacy scale with realibility coefficient of 0.950 and from 40 items obtained 29 valid items.Data analysis using non parametric test technique wilcoxon signed ranks test with the help of data processing software. Wilcoxon signed ranks test results obtained Z = -3,927 with significance level (sig (2-tailed) = 0,000) less than α 5% it can be concluded that this study there are differences in occupational self efficacy before and after being given general training orientation. Based on the result of research can be concluded that general training orientation (TUO) can increase occupational self efficacy in new employees. 
Does Personality Influence Ego Depletion dan Self Regulation for Children’s With Special Need Teacher ? Undarwati, Anna
Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies Vol 5 No 1 (2016): June 2016
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijeces.v5i1.10364

Abstract

The psychological aspects of teacher whom educate children’s with special needs are rarely discussed. As teacher has complex tasks in managing the learning pro- cess, it is predicted that teacher‘s energy is more exhausted than teacher for normal children. This research has two purposes, first to distinguish the ego depletion at teachers with observing personality types. Second, to differentiate teacher’s selfregulation in with observing personality types. The research method used quantitative comparative approach. Participants in this research were teachers who work in public school for students with special needs in Semarang and Ungaran city. Participants were employed ego depletion scale, scale of self-regulation, and introverted-extroverted personality type-scale. The result showed that t = -0.917 (p> 0.05), which means there was no difference between ego depletion with measuring personality type (introvert and extrovert) of teachers. Subsequent analysis was known that score t = -0.032 (p> 0.975), it means that there was no difference between selfregulation and personality type (extrovert and introvert) of teachers. It can be concluded that personality type (extrovert-introvert) doesn’t influence individual’s ego depletion. Likewise, the self-regulation also doesn’t affected by the personality type.