Amri Hana Muhammad, Amri Hana
Jurusan Psikologi - Universitas Negeri Semarang

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH RELATION-ORIENTED LEADERSHIP BEHAVIOR TERHADAP WORK-LIFE BALANCE PADA WANITA PEKERJA Laela, Chofitnah Rohmatul; Muhammad, Amri Hana
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 8, No 2 (2016): Juli 2016
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak.Wanita pekerja mempunyai peran dan tanggung jawab di dalam pekerjaannya serta di kehidupan pribadinya.Wanita rentan mengalami konflik peran, sehingga menjaga keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan (work-life balance) menjadi prioritas bagi wanita pekerja. Diduga, keseimbangan dapat tercapai ketika individu mendapat dukungan dari atasan yang dapat diwujudkan dengan gaya kepemimpinannya yang pro terhadap bawahan, yaitu relation-oriented leadership behavior. Penelitian ini bertujuan untuk: menguji ada tidaknya pengaruh tingkat relation-oriented leadership behaviorterhadap work-life balance. Subjek penelitian ini adalah karyawati Bank X di Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 60 orang dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Alat ukur sekaligus pengumpul data yang digunakan adalah 2 skala psikologi, yaitu: skala relation-oriented leadership behavior (30 aitem) dan skala work-life balance (35 aitem).Hasil pengolahan data menunjukkan Nilai F regresi sebesar  2861,980 dengan signifikansi 0,000 (p < 00).Hipotesis penelitian: “Ada pengaruh relation-oriented leadership behavior terhadap work-life balance pada wanita pekerja” diterima.Sumbangan relation-oriented leadership behavior terhadap work-life balance adalah sebesar  98,1 % dan sisanya 1,9 % dipengaruhi oleh faktor lain.Abstract. This research is motivated phenomenon increase in the number of women who work. Women workers have a role and responsibility in his work and in his personal life. Women prone to conflicts of roles, so that the balance between life and work (work-life balance) is a priority for women workers balance can be achieved with the support of the boss that can be realized with pro-style leadership to subordinates, namely relations-oriented leadership behaviors. The subjects were female employee at a regional office of Bank X in Semarang. Samples were taken of 60 people using saturated sampling technique. Measuring tool used is the psychological scale. Collecting data in this study using a scale relations-oriented leadership behaviors (item 30) with reliability coefficient of 0.756 and the scale of work-life balance (item 35) with a reliability coefficient of 0.855. Value 2861.980 with a regression coefficient of 0.000 at the significance level of 5% siginifikansi. Donations relations-oriented leadership behaviors toward work-life balance amounted to 98.1% and the remaining 1.9% is influenced by other factors. So the research hypothesis "there is the influence of relations-oriented leadership behaviors toward work-life balance for women workers" acceptable.
MENINGKATKAN SUSTAINABILITAS ORGANISASI NIRLABA DENGAN MODEL MANAJEMEN DUAL CORE Anto, Abdul Haris Fitri; Sugiyarta, Stanislaus; Muhammad, Amri Hana
Jurnal Abdimas Vol 21, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Organisasi nirlaba sebagai penggerak terbesar ke-3 perekonomian nasional, bukan tanpa masalah. Tim pengabdi menganalisis akar dari problem organisasi nirlaba: 1) Terbatasnya sumber finansial organisasi. 2) Manajemen organisasi yang tidak efektif. 3) Kurangnya keterampilan kewirausahaan. Penelitian ini bertujuan untuk membantu menanggulangi problem tersebut dan menjadikan organiasi nirlaba lebih sustainable menggunakan model manajemen “Dual-Core” yang merepresentasikan dua core (inti): core kewirausahaan, dan core perencanaan organisasi. Penelitian ini termasuk jenis research and development. Metode pengamatan pra-pelatihan dan paska-pelatihan, dengan alat bantu checklist dipergunakan untuk mengumpulkan data. Dua organisasi nirlaba menjadi organisasi mitra pengembangan ini. Berdasarkan program penelitian dan pengembangan tersebut, tim peneliti mendapatkan hasil bahwa kedua organisasi menunjukkan progres pada “core kewirausahaan” yang ditunjukkan dengan adanya berbagai aktivitas wirausaha dalam organisasi tersebut. Pada “core perencanaan organisasi”, kedua organisasi tersebut tampak belum merestrukturisasi manajemen dan belum menempatkan wirausaha sebagai divisi strategisnya. Hal itu akibat dari pengamatan paska-pelatihan yang dilakukan hanya satu bulan setelah pelatihan manajemen Dual-Core untuk organisasi nirlaba
PROGRAM PSIKOEDUASI BULLYING UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI GURU DALAM MENANGANI BULLYING DI SEKOLAH DASAR Amawidyati, Sukma Adi Galuh; Muhammad, Amrihana; Purwanto, Edy
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14117

Abstract

Abstrak. Fenomena bullying semakin mudah dijumpai di banyak tempat, tak terkecuali di dalam lingkungan sekolah.Hal ini semakin memprihatinkan tatkala pihak-pihak yang idealnya bisa berperan penting untuk menanggulangi atau mencegah kemunculan fenomena bullying disekolah tampak tidak paham, tidak peduli, atau pun tidak mampu melakukan tindakan yang ideal. Program Psikoedukasi bullying pada guru diharapkan bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki kondisi yang ada. Penelitan ini menggunakan penelitian eksperimen kuasi dengan desain The one group pretest – posttest. Subjek penelitian ini adalah 14 orang guru di salah satu SD Negeri di daerah Gunungpati Semarang. Materi program psikoedukasi bullying pada penelitian ini mencakup definisi dan prevalensi bullying di Indonesia, bentuk-bentuk bullying, karakteristik korban, karakteristik pelaku, dampak bullying, dan penanganan bullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program psikoedukasi bullying efektif untuk meningkatkan efikasi guru dalam menangani bullying (Z=-2,138;  p=0,033; p<0,05). Disarankan kegiatan psikoedukasi bullying semacam ini bisa dilaksanakan secara berkala dilokasi yang sama dan atau digandakan penyelenggaraannya di lokasi lain yang membutuhkan.Kata Kunci: bullying, program psikoedukasi, efikasi guru  Abstract.Bullyinghas become serious problem in school. Evidence from number of studies shows that teachers has no sufficient and effective skill in handling bullying. Teachers’ self – efficacy influences effective intervention in handling bullying. The purpose of this study was to examine the effectiveness of Bullying Psychoeducation Program to improve teachers’ self-efficacy in dealing with bullying. This research used quasi experimental design with the one group pretest-posttest design. The subjects of this research are 14 teachers in one of Elementary School in Gunungpati Semarang. The results showed that the Bullying Psychoeducation Program was effective to improve teachers’ self–efficacy in dealing with bullying (Z = -2.138; p = 0.033; p <0.05). It is suggested that such Bullying Psychoeducation Program can be carried out periodically at the same location and / or duplicated in other locations where needed.
BENARKAH KEBERADAAN TAKHAYUL MENJADIKAN RUMAH YANG SAMA MEMILIKI NILAI (HARGA) YANG BERBEDA? Muhammad, Amri Hana
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 6, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v6i1.11908

Abstract

Abstrak. Sedikitnya kajian psikologis mengenai dampak takhayul mendorong munculnya kajian ini. Pada beberapa latar belakang budaya, takhayul terbukti mempengaruhi likelyhood dalam consumer choice untuk produk-produk low-involvement. Takhayul juga menjadikan konsumen bersedia membayar lebih mahal produk dengan atribut takhayul positif, yang ditunjukkan dengan pemberian nilai willingness to pay (WTP) lebih tinggi dibandingkan nilai produk tanpa atribut takhayul. Kajian eksperimental mengenai dampak takhayul pada nilai barang high involvement (dalam hal ini pada rumah) belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan willingness to pay (WTP) sebagai gambaran nilai (harga) beli rumah ditinjau dari tipe takhayul (positif, netral, dan negatif) yang melekat pada rumah. Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini adalah: ada perbedaan nilai (harga) rumah ditinjau dari tipe takhayul. Pendekatan kuantitatif dengan alat pengumpul data berupa contingent valuation yang disusun berdasar desain treatment by subject digunakan untuk mengungkap WTP. Data dianalisis dengan analysis of varians (anova). Subjek yang dilibatkan dalam kajian ini sebanyak 113 individu berlatar belakang budaya Jawa, usia 28 tahun ke atas dan telah bekerja. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapati: tidak ada perbedaan WTP antara rumah dengan atribut takhayul positif dan rumah tanpa atribut takhayul (netral). Ada perbedaan WTP antara rumah dengan atribut takhayul positif dan rumah dengan atribut takhayul negatif. Ada perbedaan WTP antara rumah tanpa atribut takhayul (netral) dan rumah dengan atribut takhayul negatif. Temuan lain juga dibahas dalam penelitian ini. Kata kunci: willingness to pay, nilai (harga) rumah, desain treatment by subject, tipe takhayul Abstract. There is a little number of psychological study about the effects of superstition. In some cultural background, superstition give an affect on the likelyhood of low involvement product in consumer choice behavior context. Superstitions also makes consumers willingness to pay (product value) became more expensive, particularly on product with positive superstition attributes, than value of the product without superstition attributes. There is no experimental studies on the superstition effects on the value of high involvement goods (in this case: home) until now. This study aimed to determine the willingness to pay (WTP) as an illustration of house value (price) predicted by superstition types (positive, neutral, and negative) are attached to the house. Hypotheses raised in this study is: there is a difference value (price) of the house predicted by superstition type. Contingent valuations as data collecting used, and treatment by subject design arranged as experimental design. The datas were analyzed by analysis of variance (ANOVA). Subjects were included in this study was 113 responden wich Javanese cultural background, 28 years old or oder, and have been working for some years. Based on the results of hypothesis testing found: there is no difference between the house WTP with positive superstition attributes and the house WTP without superstition attributes (neutral). There is a difference between the house WTP with positive superstition attributes and the house with negative superstition attributes. There is a difference between the house WTP without superstition attributes (neutral) and the house WTP with negative superstition attribute. Another findings are also discussed.                Keywords: willingness to pay, the house value (price), treatment by subject design, superstition types
Perbedaan Capaian Perkembangan Sosial antara Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan dan Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tuadi MTs Taqwal Ilah Semarang Rahmatika, Febriana; Deliana, Sri Maryati; Muhammad, Amri Hana
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 6, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v6i1.11914

Abstract

Abstrak. Tidak semua anak memiliki keluarga yang utuh. Banyak anak menghabiskan masa perkembangan tanpa pengasuhan orang tua kandung.Anak-anak dengan kondisi di atas dapat ditemukan di panti asuhan.ini bertujuan untuk mengetahui perbedaancapaian perkembangan sosialantara remaja yang tinggal di panti asuhan dan remaja yang tinggal bersama orang tuadi MTs Taqwal Ilah Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif.Populasi penelitian ini adalah siswa MTS Taqwa Ilah dengan sampel yang diambil sebanyak 30 subjek remaja yang tinggal di panti asuhan dan 30 subjek remaja yang tinggal bersama orang tua. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah disproportionate stratified random sampling.Data penelitian diambil menggunakan skala perkembangan sosial remaja berdasarkan indikator-indikator perkembangan sosial yang dikemukakan oleh Luellayang terdiri atas 58 item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan capaian perkembangan sosial antara remaja yang tinggal di panti asuhan dan remaja yang tinggal bersama orang tua di MTs. Taqwal Ilah Semarang. Hubungan interpersonal antara anak asuh dengan ibu asuh harus ditingkatkan supaya dapat mengantarkan remaja pada perkembangan yang sesuai dengan usianya. Kata Kunci : Perkembangan Sosial, Remaja Abstract. Not all children have families that are intact. Many children spend their developmental care giving without biological parents.Children with the above conditions can be found  in orphanages. It aims to tell the difference close to social development between teenagers who live in orphanages and teenagers living with parents in MTs Taqwal llah of Semarang. This study is a comparative quantitative research.The population of this research is the student of  MTs Taqwal llah with the samples taken are 30 subject teenagers who live in orphanages and  30 subjects teenagers who live with parents. Data collection  technique which is  used  in this research is disproportionate stratified  random sampling.Research Data taken using a scale of social development of teenagers based on social development indicators according to Luellayang which is consists of 59 items. The results showed that there is a difference between social developments close to teenagers who live in orphanages and teenagers living with parents in MTS Taqwal Ilah of Semarang. Interpersonal relationships between foster care and foster mother should be improved so that it can deliver on the development of teenagers according to their age.Key Words: Social Development, teenagers
PENGARUH TRAINING UMUM ORIENTASI (TUO) UNTUK MENINGKATKAN OCCUPATIONAL SELF EFFICACY PADA KARYAWAN BARU Sabrina, Alfira Bahro; Muhammad, Amri Hana; Undarwati, Anna
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 10, No 2 (2018): Juli 2018
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v10i2.17495

Abstract

 Abstrak. Sebagian besar individu yang memulai masuk dunia kerja belum tahu bagaimana rincian kerja yang akan ditugaskan kepadanya terutama pada individu yang mengalami masa transisi dari pelajar. Sangatlah mungkin individu yang baru masuk dunia kerja merasa tidak mampu karena belum paham dengan apa yang harus dikerjakan ketika bekerja nantinya. Rasa ketidakmampuan dalam hal ini jika ditinjau dari sudut psikologis merupakan bentuk kurangnya keyakinan akan kemampuan dirinya sendiri dan ini dapat menghambat individu untuk meraih kesuksesan di masa depan. Keyakinan akan  kemampuan dan kompetensi dalam menampilkan unjuk kerja disebut occupational self efficacy. PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill, Tbk memiliki agenda training umum orientasi setiap bulannya yang dilaksanakan untuk karyawan baru diharapkan dengan adanya training ini dapat meningkatkan occupational self efficacy pada karyawan baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran baik sebelum maupun sesudah dilakukannya training umum orientasi (TUO) terhadap occupational self efficacy dan menguji ada tidaknya pengaruh training umum orientasi (TUO) terhadap occupational self efficacy. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen dan dengan desain one group pre-test posttest design dengan pretest 1 kali dan posttest 1 kali. Perlakuan yang diberikan adalah training umum orientasi yang dilaksanakan selama 3 hari. Data penelitian diambil menggunakan skala occupational self efficacy dengan koefisien realibilitas sebesar 0,950 dan dari 40 item diperoleh 29 item yang valid. Analisis data menggunakan teknik uji non parametrik wilcoxon signed ranks test dengan bantuan software pengolahan data. Hasil uji wilcoxon signed ranks test diperoleh nilai Z = -3,927 dengan tingkat signifikansi (sig (2-tailed)= 0,000) kurang dari α 5% maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat perbedaan occupational self efficacy  sebelum dan sesudah diberikan training umum orientasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa training umum orientasi (TUO) dapat meningkatkan occupational self efficacy pada karyawan baru. Abstract. Most individuals who embark on entering the workforce do not yet know how the details of work will be assigned to them, especially on individuals who are experiencing a transition from the learner. It is possible that individuals who are new to the workplace feel inadequate because they have not understood what to do when working later. Disability in this case if viewed from a psychological point of view is a form of lack of confidence in his own ability and this can hinder individuals to achieve success in the future. The belief in the ability and competence in performing performance is called occupational self efficacy. PT Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill, Tbk has a general orientation training agenda every month for new employees expected with this training can increase occupational self efficacy in new employees.The aim of this research is to know the description before and after the general orientation training (TUO) to occupational self efficacy and to test whether there is influence of general training orientation (TUO) to occupational self efficacy. This research uses experimental quantitative research type and with one group pre-test posttest design design with pretest 1 time and posttest 1 time. The treatment provided is a general training orientation that is carried out for 3 days. The research data was taken using occupational self efficacy scale with realibility coefficient of 0.950 and from 40 items obtained 29 valid items.Data analysis using non parametric test technique wilcoxon signed ranks test with the help of data processing software. Wilcoxon signed ranks test results obtained Z = -3,927 with significance level (sig (2-tailed) = 0,000) less than α 5% it can be concluded that this study there are differences in occupational self efficacy before and after being given general training orientation. Based on the result of research can be concluded that general training orientation (TUO) can increase occupational self efficacy in new employees. 
INTENSI PERILAKU PRO-KONSERVASI DITINJAU DARI ORIENTASI NILAI INDIVIDU PADA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Dahriyanto, Luthfi Fathan; Rahmawati, Dyah Ayu; Muhammad, Amri Hana
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 10, No 2 (2018): Juli 2018
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v10i2.17496

Abstract

Abstrak.Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bertujuan agar mahasiswa dapat memahami mengenai paradigma, pengertian, dan etika lingkungan hidup. Selama ini UNNES telah memberikan mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) kepada mahasiswa, namun evaluasi dan efeknya terhadap orientasi nilai dan intensi berperilaku pro-konservasi (lingkungan) masih belum banyak diteliti sehingga diperlukan analisis untuk mengetahui efek dari PLH yang sudah dijalankan sebagai salah satu matakuliah wajib di UNNES. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensi perilaku pro-konservasi pada mahasiswa UNNES ditinjau dari orientasi nilai individu. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan subjek  mahasiswa UNNES yang telah lulus, atau sedang mengambil mata kuliah PLH atau Pendidikan Konservasi.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala, yaitu Skala Intensi Perilaku Pro-Konservasi dan Skala Orientasi Nilai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa UNNES yang telah mengambil mata kuliah PLH mempunyai intensi perilaku pro-konservasi pada kategori sedang (71,5%) dan tinggi (28,2%), hal ini membuktikan bahwa PLH memberikan niat yang kuat untuk berperilaku pro lingkungan. Pada variabel orientasi nilai, ditemukan bahwa orientasi nilai kompetitor 40,8%, sedangkan orientasi nilai prososialnya adalah 29,4%. Sebanyak 91 mahasiswa mempunyai orientasi nilai yang bercampur dari ketiga orientasi nilai. Berdasarkan perhitungan juga ditemukan bahwa intensi perilaku pro-konservasi tidak berbeda ditinjau dari orientasi nilai individu, yaitu dengan nilai F=1,983 (F>0,05). Abstract. Environmental Education (EE) aims to make students can understand about the paradigm, understanding, and environmental ethics. UNNES has provided Environmental Education (EE) courses, but its evaluation and its effect on value orientation and intention of pro-conservation (environment) behavior have not been studied so much so that analysis is needed to know the effect of EE which has been run as one of compulsory courses at UNNES. This study aims to determine the intentions of pro-conservation behavior in UNNES students viewed from the orientation of individual values. The research method used is quantitative, with the subject of UNNES students who have taken or are still taking a course of EE or Conservation Education. Data collection method used in this research is scale method, that is Pro-Conservation Behavior Scale and Value Orientation Scale. The results of this study indicate that most of UNNES students who have taken the course of PLH have intention of pro-conservation behavior in medium category (71,5%) and high (28,2%), this proves that PLH give strong intention to behave pro-environmentally. In the value orientation variable, it was found that the competitor's value orientation was 40.8%, while the prosocial value orientation was 29.4%. A total of 91 students have a mixed value orientation of the three value orientations. Based on the analysis also found that the intention of pro-conservation behavior is not different in terms of the orientation of individual values, with the value F = 1,983 (F> 0.05). 
PENGARUH RELATION-ORIENTED LEADERSHIP BEHAVIOR TERHADAP WORK-LIFE BALANCE PADA WANITA PEKERJA Laela, Chofitnah Rohmatul; Muhammad, Amri Hana
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 8, No 2 (2016): Juli 2016
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v8i2.8621

Abstract

Abstrak.Wanita pekerja mempunyai peran dan tanggung jawab di dalam pekerjaannya serta di kehidupan pribadinya.Wanita rentan mengalami konflik peran, sehingga menjaga keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan (work-life balance) menjadi prioritas bagi wanita pekerja. Diduga, keseimbangan dapat tercapai ketika individu mendapat dukungan dari atasan yang dapat diwujudkan dengan gaya kepemimpinannya yang pro terhadap bawahan, yaitu relation-oriented leadership behavior. Penelitian ini bertujuan untuk: menguji ada tidaknya pengaruh tingkat relation-oriented leadership behaviorterhadap work-life balance. Subjek penelitian ini adalah karyawati Bank X di Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 60 orang dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Alat ukur sekaligus pengumpul data yang digunakan adalah 2 skala psikologi, yaitu: skala relation-oriented leadership behavior (30 aitem) dan skala work-life balance (35 aitem).Hasil pengolahan data menunjukkan Nilai F regresi sebesar  2861,980 dengan signifikansi 0,000 (p < 00).Hipotesis penelitian: “Ada pengaruh relation-oriented leadership behavior terhadap work-life balance pada wanita pekerja” diterima.Sumbangan relation-oriented leadership behavior terhadap work-life balance adalah sebesar  98,1 % dan sisanya 1,9 % dipengaruhi oleh faktor lain.Abstract. This research is motivated phenomenon increase in the number of women who work. Women workers have a role and responsibility in his work and in his personal life. Women prone to conflicts of roles, so that the balance between life and work (work-life balance) is a priority for women workers balance can be achieved with the support of the boss that can be realized with pro-style leadership to subordinates, namely relations-oriented leadership behaviors. The subjects were female employee at a regional office of Bank X in Semarang. Samples were taken of 60 people using saturated sampling technique. Measuring tool used is the psychological scale. Collecting data in this study using a scale relations-oriented leadership behaviors (item 30) with reliability coefficient of 0.756 and the scale of work-life balance (item 35) with a reliability coefficient of 0.855. Value 2861.980 with a regression coefficient of 0.000 at the significance level of 5% siginifikansi. Donations relations-oriented leadership behaviors toward work-life balance amounted to 98.1% and the remaining 1.9% is influenced by other factors. So the research hypothesis "there is the influence of relations-oriented leadership behaviors toward work-life balance for women workers" acceptable.
Siapkah Anda Bekerja? Self-Efficacy dan Job Search Readiness pada Mahasiswa Are You Ready to Work? Self-Efficacy and Job Search Readiness in College Students Muhammad, Amri Hana; Amawidyati, Sukma Adi Galuh; Rizki, Binta Mu’tiya
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 11, No 2 (2019): Juli 2019
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v11i2.22559

Abstract

Meningkatnya angka pengangguran dari tahun ke tahun selain karena terbatasnya jumlah lowongan kerja, juga karena tidak atau belum siapnya individu memasuki dunia kerja. Gambaran kesiapan individu untuk mencari kerja dikenal dengan istilah teknisdalam frase “job search readiness” (kesiapan mencari kerja). Salah satu faktor yangmempengaruhi kesiapan dalam mencari kerja adalah perencanaan karir, dimana didalamnya terdapat self-efficacy. Sudut pandang psikologis meninjau bahwaketidakyakinan para mahasiswa tingkat akhir akan “bekal” yang telah dimiliki untukmemasuki dunia kerja ini dalam bahasan self efficacy, yang dipahami sebagai keyakinan akan kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu (Bandura, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Sampel penelitian ini adalah 165 mahasiswa tingkat akhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skalaJob serach readiness (α=0.901) dan skala self-efficacy (α=0.898). Analisis hipotesisdalam penelitian ini menggunakan korelasi Product moment. Data penelitian diolah dengan soft ware pengolah data statistik. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan posistif antara self-efficacy dan job search readiness(r=0.683;p<0.05).The increase in unemployment from year to year other than because of the limited number of job vacancies, also because not or not ready for individuals to enter the workforce. The description of an individual's readiness to find work is known by the technical term in the phrase "job search readiness" (readiness to find work). One factor that influences readiness to look for work is career planning, in which there is self- efficacy. Psychological point of view reviewing that the final level of student's lack of confidence in the "stock" that has been owned to enter the world of work in the discussion of self efficacy, which is understood as confidence in the ability of self to organize and carry out the actions needed to complete certain tasks (Bandura, 2007) . This research is a quantitative correlational study. The research sample was 165 final year students. The instruments used in this research are the Job Search Readiness scale(α = 0.901) and the self-efficacy scale (α = 0.898). Hypothesis analysis in this studyuses the Product moment correlation. The research data is processed with statistical data processing software. Hypothesis test results indicate that there is a positive relationship between self-efficacy and job search readiness (r = 0.683; p <0.05).
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGIDENTIFIKASI KEPRIBADIAN SISWA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN TEGAL Rahmawati Prihastuty; Siti Nuzulia; Amri Hana Muhammad; Abdul Aziz; Dyah Ayu Rahmawati; Siti Nur Dzakiyyatul Khasanah; Oktav Awangga Putra
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 3, No 2 (2021): BUDIMAS : VOL. 03 NO. 02, 2021
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v3i2.3538

Abstract

Rendahnya tingkat kompetensi guru dalam mengindentifikasi kepribadian siswa berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam memahami kepribadiannya. Hal ini juga secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada beberapa hal salah satunya yaitu kemampuan siswa dalam melakukan perencanaan karir. Peningkatan kompetensi guru dalam mengindentifikasi kepribadian siswa perlu dilakukan untuk meningkatkan peran guru dalam memfasilitasi siswa untuk dapat melakukan perencanaan karir yang baik yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi masa depan siswa. Pengabdian masayarakat berupa Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengidentifikasi Kepribadian Siswa dilakukan Madrasah Aliyah Ma’hadut Tholabah di Kabupaten Tegal. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengindentifikasi kepribadian siswa sehingga siswa terfasilitasi untuk melakukan perencanaan karir, Metode yang digunakan dengan workshop. One group pretest-posttest design dengan satu kali pretest dan satu kali posttest digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan skor kompetensi guru mengenai identifikasi kepribadian siswa untuk perencanaan karir. Berdasarkan hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan hasil positive ranks pada 19 peserta dan ties pada 1 peserta dengan nilai z sebesar -3.660 dengan ¬p = 0.000 (