Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Representasi Nilai Kosmologi Pada Wujud Lokal Bangunan Hunian Bali Aga Maharani, Ida Ayu Dyah; Santosa, Imam; Wardono, Prabu
PANGGUNG Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i4.209

Abstract

ABSTRACT Bali Aga architecture is the second oldest architecture in Bali lasted the 8th to 13th century which there were two important events that brought acculturation impact: the arrival of Resi Markandeya came from India who brought Budha Mahayana belief and Empu Kuturan came from East Java who brought Hindu belief. Before those, Bali Aga community had a cosmological ideology as their belief and still visible in every thought, behavior and artifacts including their housing.This qualitative research is performed uses ethnography method to be able to trace the representa- tion of cosmological ideology, especially in the form of local housing. The result of this study describes some cosmological ideologies of community in each Bali Aga villages cannot regarded as the same be- cause it influenced by each local wisdom. However, the diversity has the same value, idea and purpose to put the universe as the main orientation. Bali Aga community’s submission to the universe makes their housing are able to survive with their identity until now. Keywords: Bali Aga, cosmology, housing, ethnography     ABSTRAK Arsitektur Bali Aga merupakan arsitektur tertua kedua di Bali yang masa kemunculannya meliputi kurun waktu abad ke-8 s.d 13, dimana terdapat dua peristiwa akulturasi penting yaitu kedatangan Resi Markandeya dari India yang membawa ajaran Budha Mahayana dan Empu Kuturan dari Jawa Timur yang membawa ajaran Hindu. Sebelum masuknya kedua budaya tersebut, masyarakat Bali Aga memiliki pandangan kosmologi sebagai anutan kepercayaan yang masih terlihat hingga kini dalam setiap pemikiran, perilaku dan artefak bangunan huni- annya.Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi untuk dapat menelusuri representasi pandangan kosmologi masyarakat, khususnya dalam wujud lokal bangunan huniannya. Hasil penelitian ini menjelaskan beberapa pandangan kosmologi di desa-desa Bali Aga ternyata tidak dapat dianggap sama karena sangat dipengaruhi masing- masing local wisdom. Namun keberagaman tersebut tetap mengandung nilai, maksud dan tu- juan yang sama dengan menjadikan alam semesta sebagai orientasi yang utama. Keberserahan diri masyarakat Bali Aga kepada alam semesta ini menjadikan bangunan huniannya mampu bertahan dengan identitasnya hingga kini. Kata kunci: Bali Aga, kosmologi, bangunan hunian, etnografi
Faktor-faktor penentu dalam sejarah transformasi perwujudan Bangunan tinggal Bali aga Ida Ayu Dyah Maharani; Imam Santosa; Prabu Wardono; Widjaja Martokusumo
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 7 No 2 (2017): BUDAYA EKONOMI BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.52 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2017.v07.i02.p10

Abstract

Bali Aga residential buildings which have a vernacular character believed to be built deliberately by humans as a shelter when they started to live settled in 8th to 13th century. The shape of Bali Aga residential buildings have a transformation in similarity and difference among Bali Aga villages, occur in each period of Bali Aga era in diachronic ways. This research traces the factors which influence that phenomenon. The Bali Aga era that rebranding attempted to an ancient, the new and the newest Bali Aga, show that transformation in the similarity and difference is not due to cultural overlapping only. The change of local environmental conditions and potential also affect it, in accordance with the vernacular concept. Both become the most important factors affecting the shape of Bali Aga residential buildings, which written in qualitative historiography method limited to the discussion about interior and façade of buildings.
Keragaman Wujud Bangunan Tinggal Desa-desa Bali Aga dari Zaman Bali Kuno Ida Ayu Dyah Maharani
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 11 No 2 (2021): Volume 11 No. 2. Oktober 2021
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4075.201 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2021.v11.i02.p14

Abstract

Some of ancient villages in Bali which to be known as Bali Aga villages, existed since Ancient Balinese era from 8th to 13th century. As a product which created from problem solving effort, Bali Aga's dwelling buildings still being learned today in generalized interpretation, as if it could represent dwelling building from all Bali Aga villages. This article aims to analyze the variation of the Bali Aga’dwelling buildings appearance and the factors behind. Through the synchronous and diachronic approach at several Bali Aga villages which are known from discoveries incription’s name from beginning to the end of Ancient Balinese era, it can be known, although it built from the same concept, there are some variation in its appearance which is determined by local believes, environmental and spirit of the era. At the beginning of the Ancient Balinese era, there was a home and house for residents as a place for all activities. The change from Ancient Bali to the Middle Bali periods showed the transition which brought about variations in the dwelling buildings.
DESAIN INTERIOR PLANETARIUM SEBAGAI TEMPAT WISATA EDUKASI ILMU ASTRONOMI DI JIMBARAN, BALI Umma Satila; Ida Ayu Dyah Maharani; James Modouw
Jurnal Vastukara Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali yang dikenal dengan pariwisatanya memiliki perkembangan yang sangat tinggi dalam sektor ini. Tingginya jumlah tempat pariwisata di Bali membuat masyarakat dan pemerintah mengemas banyak hal dengan dengan pariwisata. Seperti halnya edukasi yang juga dikemas dengan pariwisata untuk lebih menarik perhatian masyarakat dan juga dapat memberikan edukasi pada masyarakat dari segala kalangan usia secara lebih santai, menyenangkan dan efektif. Masyarakat yang lahir dan besar di Bali dapat dikatakan sedikit rendah tingkat literasinya di bidang sains jika dibandingkan dengan daerah lain yang sudah jauh lebih maju dengan sarana dan prasarana yang mereka miliki. Dalam karya tulis ini, solusi yang ditawarkan untuk memecahkan permasalahan dan gagasan ide dalam upaya meningkatkan tingkat literasi dan sektor pariwisata di Bali adalah dengan cara menciptakan Planetarium, dimana bangunan ini dapat menunjang dan memberikan kenyamanan bagi para civitasnya di dalam melaksanakan kegiatan berwisata dan edukasi mengenai objek benda langit di alam semesta. Metode yang digunakan dalam mendesain interior Planetarium menggunakan 3 metode, antara lain metode penulisan karya menggunakan metode deskriptif kualitatif, untuk metode pengumpulan data menggunakan metode kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi, lalu untuk proses desain menggunakan metode glass box. Dari hasil metode penelitian tersebut akan menghasilkan sebuah solusi (konsep) yang menjawab permasalahan yang sebelumya dan divisualisasikan lewat gambar - gambar desain seperti gambar konsepsual, gambar pengembangan dan gambar kontruksi.
PERANCANGAN BUS DHARMA DHYANA MENTAL HEALTH CARE SEBAGAI SARANA EDUKASI DAN PENYEMBUHAN MENTAL DI BALI I Putu Nanda Amerta; Ida Ayu Dyah Maharani; Ni Luh Kadek Resi Kerdiati
Jurnal Vastukara Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang sering terjadi ditengah masyarakat. Stigma masyarakat masih menyeimuti isu soal kejiwaan di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018, Bali menduduki posisi nomor satu sebagai Provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi gangguan jiwa skizofrenia, yakni, berada di angka 11 persen (per mil). Luh Ketut Suryani yang merupakan salah satu psikiater aktif dalam pergerakan isu kesehatan mental mengatakan bahwa faktor pemicu gangguan jiwa di Bali tidak selalu mengenai genetik, namun terdapat faktor lainnya yakni seperti pendidikan. Seandainya masyarakat bisa lebih paham mengenai kesehatan mental, maka setidaknya dapat menekan angka jumah penderita gangguan mental di Bali. Oleh hal itu, penulis merancang interior bus Dharma Dhyana sebagai solusi untuk menunjang kesehatan mental di masyarakat Bali dengan upaya pencegahan dan penyembuhan. Design Thinking oleh Tim Brown (2008), yakni metodologi desain yang memberikan pendekatan berbasis solusi untuk memecahkan masalah, diterapkan dalam perancangan kasus ini melalui tahap inspirasi (inspiration), tahap ide (ideas) , dan tahap penerapan (implementation). Berdasarkan skeanario aktivitas Bus Dharma Dhyana, fasilitas bus menghasilkan program utama yaitu penyuluhan sosial outdoor yang menjadi sarana edukasi mengenai kesehatan sosial, ruang konseling dan terapi sebagai upaya penyembuhan dengan metode soundhealing. Konsep “Anunada a Gending Gumi” , yang bermakna “getaran hati, pikiran dan jiwa setiap mahluk hidup yang harmonis di alam semesta” merupakan representasi dari tujuan fasilitas bus untuk menciptakan kesejahteraan melalui kesehatan mental. Portability design menjadi pilihan desainer untuk memfasilitasi masyarakat dengan cepat dan merata.
Representasi Nilai Kosmologi Pada Wujud Lokal Bangunan Hunian Bali Aga Ida Ayu Dyah Maharani; Imam Santosa; Prabu Wardono
PANGGUNG Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Estet
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1700.783 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v26i4.209

Abstract

ABSTRACT Bali Aga architecture is the second oldest architecture in Bali lasted the 8th to 13th century which there were two important events that brought acculturation impact: the arrival of Resi Markandeya came from India who brought Budha Mahayana belief and Empu Kuturan came from East Java who brought Hindu belief. Before those, Bali Aga community had a cosmological ideology as their belief and still visible in every thought, behavior and artifacts including their housing.This qualitative research is performed uses ethnography method to be able to trace the representa- tion of cosmological ideology, especially in the form of local housing. The result of this study describes some cosmological ideologies of community in each Bali Aga villages cannot regarded as the same be- cause it influenced by each local wisdom. However, the diversity has the same value, idea and purpose to put the universe as the main orientation. Bali Aga community’s submission to the universe makes their housing are able to survive with their identity until now. Keywords: Bali Aga, cosmology, housing, ethnography     ABSTRAK Arsitektur Bali Aga merupakan arsitektur tertua kedua di Bali yang masa kemunculannya meliputi kurun waktu abad ke-8 s.d 13, dimana terdapat dua peristiwa akulturasi penting yaitu kedatangan Resi Markandeya dari India yang membawa ajaran Budha Mahayana dan Empu Kuturan dari Jawa Timur yang membawa ajaran Hindu. Sebelum masuknya kedua budaya tersebut, masyarakat Bali Aga memiliki pandangan kosmologi sebagai anutan kepercayaan yang masih terlihat hingga kini dalam setiap pemikiran, perilaku dan artefak bangunan huni- annya.Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan metode etnografi untuk dapat menelusuri representasi pandangan kosmologi masyarakat, khususnya dalam wujud lokal bangunan huniannya. Hasil penelitian ini menjelaskan beberapa pandangan kosmologi di desa-desa Bali Aga ternyata tidak dapat dianggap sama karena sangat dipengaruhi masing- masing local wisdom. Namun keberagaman tersebut tetap mengandung nilai, maksud dan tu- juan yang sama dengan menjadikan alam semesta sebagai orientasi yang utama. Keberserahan diri masyarakat Bali Aga kepada alam semesta ini menjadikan bangunan huniannya mampu bertahan dengan identitasnya hingga kini. Kata kunci: Bali Aga, kosmologi, bangunan hunian, etnografi
WUJUD REPRESENTASI BANGUNAN BALI AGA PADA MASA BALI MODERN ABAD XX Ida Ayu Dyah Maharani
Prosiding Seminar Nasional Pakar Prosiding Seminar Nasional Pakar 2019 buku II
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.4268

Abstract

Perkembangan arsitektur di Bali menunjukkan bahwa pada abad ke-20 terdapatadanya upaya menghadirkan kembali bentuk-bentuk bangunan lokal Bali,sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan pasar maupun regulasi bangunan yangdiperbolehkan di Bali. Salah satunya yang menjadi sumber inspirasi adalahbentuk bangunan Bali Aga yang dikenali pada periode Bali Kuno abad ke-8 s.d.13. Bangunan-bangunan eklektik yang bermunculan dapat diterjemahkansebagai sebuah gabungan bentuk modern dan kelokalan Bali Aga. Masuknyapara investor dan arsitek asing, menjadi fenomena tersendiri yang perluditelusuri lebih lanjut untuk dapat diketahui bagaimana cara dan latar belakangpemikirannya dalam merepresentasikan bangunan Bali Aga ke masa abad ke-20. Penggunaan metode studi kasus dengan membandingkan tiga karya arsitekasing beserta bangunan Bali Aga sebagai sumber inspirasinya, diperoleh hasilbahwa representasi bangunan Bali Aga pada masa Bali Modern abad ke-20 inidilakukan hanya sebagai inspirasi visual. Konsep dan nilai-nilai yang terkandung dalam bangunan Bali Aga tidak sepenuhnya diadopsi, melainkan hanya mengambil bagian-bagian yang dianggap ikonik, yang mampu dengan cepat membantu pengamat mengingat hal yang dijadikan sebagai inspirasinya.
Pengkajian Desain Interior sebagai Media Pembantu Pembelajaran Anak Down Syndrome di Denpasar Gede Aldo Dani Prasetya; Ida Ayu Dyah Maharani; Nyoman Dewi Pebriyani
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i3.004

Abstract

Down syndrome adalah sebuah bentuk kelainan pada kromosom yang membuat penderitanya mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental. Kromosom anak down syndrome berjumlah 47 buah, dikarenakan pada kromosom 21 mereka tidak sepasang melainkan tiga buah. Menurut narasumber, Anak down syndrome lebih kalem dan lebih mudah untuk diarahkan ketimbang anak dengan gangguan autis. Namun, konsentrasi dan fokus anak down syndrome sangat mudah terganggu melalui cahaya, suara, bau, dan lainnya. Oleh karena itu diperlukan rancangan ruangan yang dapat membantu anak down syndrome melakukan pengembangan bakat di Rumah Ceria POTADS Bali. Penulis mengumpulkan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan tolak ukur penulis, seperti penelitian Penelitian Adzara dan Widajanti pada 2016 yang membahas ukuran dan bentuk ruang kelas yang ideal untuk anak down syndrome di kota Tangerang, serta Penelitian Amanda Mulia dan Eunike Kristi pada 2012 yang membahas tentang fasilitas terapi anak down syndrome di Surabaya. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui dan mengambarkan ruangan seperti apa yang dapat membuat anak down syndrome nyaman dalam melakukan pengembangan bakat. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah Penelitian desriptif kualitatif, bertujuan untuk mengambarkan, melukiskan, menjelaskan, dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti. Perancangan interior untuk anak down syndrome harus sesuai dengan aktivitas yang dilakukan pada ruangan tersebut. Contohnya, ruang terapi dapat mengurangi stimulus untuk anak down syndrome agar mereka dapat fokus, ruang senam dibuat agar anak-anak down syndrome menjadi terstimulus dan gembira, dan ruang kreativitas atau ruang kelas dibuat untuk anak down syndrome dapat tenang dan fokus. Pada penelitian ini, penulis menemukan bahwa ruangan pengembangan bakat pada POTADS Bali dapat dirancangan untuk 1 anak down syndrome dan 1 terapis. Penulis merancang dengan lantai menggunakan bahan kayu/karpet, dinding berwarna putih tanpa ornamen, plafon menggunakan gypsum putih. Semua material yang digunakan sering dilihat oleh anak down syndrome, dan stimulus yang kemungkinan dapat mengganggu anak down syndrome di redam.
KAJIAN PENATAAN NEW STRUAN SCHOOL SEBAGAI FASILITAS MEDIA TERAPI BERDASARKAN TEORI SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE Ni Wayan Sri Wahyuni; Ida Ayu Dyah Maharani; I Gede Mugi Raharja
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/dk.2022.v21i2.6258

Abstract

Anak dengan spektrum autisma mengalami kesulitan dalam bergaul dengan anak normal lainnya, sehingga perlu penanganan secara khusus baik dalam hal pendidikan maupun lingkungan sekitarnya agar anak autis dapat berkembang dan berinteraksi dengan baik. Sekolah merupakan salah satu media yang dapat difungsikan untuk terapi anak autis. Salah satu sekolah yang terkenal di dunia yang menangani anak autis adalah New Struan School. New Struan School memiliki interior yang didesain untuk membantu terapi dan menyediakan pendidikan yang layak untuk anak autis. Melihat hal tersebut, penulis memiliki keinginan untuk mengkaji New Struan School dengan ilmu semiotika Ferdinand De Saussure. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna dari penataan New Struan School di Inggris sebagai fasilitas media terapi. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan dokumentasi secara online dan pengkajiannya menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure. Hasil yang diperoleh bahwa pada New Struan School terdapat Signifier (penanda) yang dapat dilihat dari desain interior dan eksterior New Struan School yang menunjukkan bahwa New Struan School merupakan sekolah untuk anak autis. Hal ini dapat dilihat dari elemen yang ada pada bangunan baik bagian interior maupun eksteriornya. Sedangkan makna signified (petanda) dapat dilihat pada penerapan elemen interior bangunan di New Struan School membantu proses untuk terapi anak autis. Hal ini dapat dilihat pada bentuk bangunan bagian Atap menyerupai bentuk sayap camar yang menggambarkan tentang kekuatan burung camar tetap terbang walaupun terluka serta penerapan warna pada pintu ruang kelas seperti ungu muda, merah, jingga, kuning, hijau muda dan biru muda.
PROSES DESAIN INTERIOR PADA VILA JAVINE OLEH PT. ESA INTERNATIONAL Silva Sukmawati; Ida Ayu Dyah Maharani; I Made Jayadi Waisnawa
Jurnal Vastukara: Jurnal Desain Interior, Budaya, dan Lingkungan Terbangun Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali sebagai salah satu pulau pariwisatan memiliki banyak bangunan akomodasi penginapan, salah satunya adalah vila. Proyek pembangunan vila di Bali cukup menjanjikan, sehingga banyak proyek vila yang berjalan di Bali. Salah satu vila di Bali adalah Vila Javine yang didesain oleh perusahaan konsultan arsitek dan desain interior PT ESA International. Proses desain interioir pada proyek Vila Javine yang dikerjakan oleh PT ESA International memiliki beberapa tahapan. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui proses desain interior pada Vila Javine oleh perusahaan konsultan PT ESA International. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Vila Javine berlokasi di Jln. Tegal Sari ASRI, Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali 80361. Kondisi lingkungan pada site dikelilingi oleh bangunan vila lain, untuk akses menuju vila cukup untuk mobil lewat. Pada proyek Vila Javine, klien menginginkan penerapan konsep modern tropis, namun masih terdapat unsur Bali. Proses pengerjaan vila ini dimulai dari pemilihan konsep, pembuatan gambar schematic, development design dan pembuatan gambar kerja. Pada proyek Vila Javine klien mengharapkan desain interior tropis modern dengan unsur Bali, hal ini bisa dilihat dari penggunaan bukaan yang maksimal, penggunaan beberapa elemen furniture dan aksesoris yang modern seperti sofa, lampu, dan bench. Untuk unsur Bali pada desain pada beberapa pintu menggunakan ukiran, penggunaan ceiling berupa anyaman dan kayu. Perancangan desain dengan menggunakan aplikasi 3D dan render, menampilkan gambar perspektif tiap ruangan, denah, dan potongan dengan beberapa keterangan ukuran dan material yang digunakan. Setalah tahap perancangan selesai, masuk pada tahap kerjasama dengan kontraktor untuk mewujudkan desain. Pada tahapan tersebut desainer masih berkoordinasi dengan kontraktor, agar hasil desain yang diwujudkan sama seperti ekspetasi di awal saat perancangan. Pada bagian terakhir jika semua furniture sudah terpasang semua, dan interior selesai, dilakukan serah terima jadinya proyek.