Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

DELIGNIFIKASI BAMBU PETUNG (DENDROCALAMUS ASPER) DENGAN EKSTRAK ABU JERAMI PADI DAN KAYU Sulistiawati, Endah; Santosa, Imam
SPEKTRUM INDUSTRI Vol 10, No 2: Oktober 2012
Publisher : SPEKTRUM INDUSTRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan tekstil di Indonesia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.Selama ini pemenuhan tekstil sebagian besar diimpor dari beberapa negara, antara lain: India, China,dan Jepang. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara agraris, dengan limbah pertanian yang melimpah.Juga tanaman bambu tumbuh subur dan banyak terdapat di negeri ini. Keunggulan serat tekstil bambuadalah bersifat antiseptik, tahan terhadap mikroba. Penelitian ini merupakan salah satu langkah dalampembuatan serat tekstil alami dari bambu petung (Dendrocalamus asper) dan limbah pertanian yaitu abujerami padi dan kayu, yaitu tahap delignifikasi. Tujuan penelitian ini mencari waktu perendaman bambudalam ekstrak abu yang memberikan hasil terbaik.Bambu dipotong dan dibelah tipis, berukuran panjang 15 cm, setebal 0,5 mm. Mula-mulasampel bambu ditimbang (antara 12 sampai 57 gram), lalu direndam dalam ekstrak abu (jerami padi dankayu) sebanyak 500 ml dalam sebuah botol berkapasitas 600 ml dan ditutup. Perendaman dilakukanpada suhu kamar. Waktu perendaman bervariasi dari 4 jam hingga 80 jam. Setelah perendaman selesai,hasil disaring. Sampel filtrat dititrasi untuk diketahui konsentrasi alkali aktifnya. Bambu yang telahdirendam lalu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 110ºC sampai berat tetap. Selisih berat antarabambu awal dan akhir (kering) dihitung, dan dianggap sebagai lignin yang terdegradasi.Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman menggunakan ekstrak abu jerami padimemberikan hasil yang lebih baik dari pada ekstrak abu kayu, karena pengurangan berat padatan lebihbesar. Hasil yang tertinggi pada perendaman menggunakan ekstrak abu jerami padi selama 76 jam,dengan selisih berat (basis kering) mencapai 44,5%. Kata kunci: delignifikasi; bambu petung; ekstrak abu.
PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA Santosa, Imam
SPEKTRUM INDUSTRI Vol 12, No 1: April 2014
Publisher : SPEKTRUM INDUSTRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.547 KB)

Abstract

Di Indonesia garam sebagian besar diperoleh dari Air Laut yang diuapkan, namun demikian persoalan garam merupakan persoalan nasional yang sampai kini tidak kunjung selesai permasalahannya. Disatu sisi kualitas garam nasional kurang memenuhi syarat sebagai garam industri karena kandungan NaCl-nya kurang 97% disisi lain masih rendahnya kualitas kebersihan garam untuk dikonsumsi sebagai makanan. Untuk mendapatkan garam berkualitas baik maka dikembangkan pembuatan garam menggunakan kolam kedap air berukuran sama.Air laut dari pantai goa cemara dianalisa kandungan ion makronya, dibandingkan dengan standar yang ada. Air laut ditampung dalam wadah taransparan yang lebar dan dalam, diamati penurunan ketinggian tiap hari, untuk menghitung laju penguapan harian. Setelah laju penguapan didapatkan dibuat skema tata letak terpal untuk memproduksi garam dari air laut. Skema ini dicoba dengan skala kecil menggunakan ember. Kemudian hasil garamnya dianalisa secara kualitatif.Hasil analisa densitas air laut dari pantai goa cemara sebesar 1,025 gr/cc dengan kandungan padartan 4,131 gr/100 gr air laut. Secara kuantitatif produksi garamnya 80 % dari laut umumnya karena cukup dekat dengan muara, namun kualitas garam yang dihasilkan lebih bagus karena kandungan sulfat yang kecil. Laju penguapan air laut rata-rata per hari adalah 0,5 cm, pada kondisi cuaca yang cerah. Metoda kolam kedap air menjanjikan masa panen garam yang fleksibel, dapat diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan garam dengan kualitas yang baik.Kata kunci : air laut, garam, kolam berukuran sama.
PEMBUATAN GARAM MENGGUNAKAN KOLAM KEDAP AIR BERUKURAN SAMA Santosa, Imam
SPEKTRUM INDUSTRI April 2014
Publisher : SPEKTRUM INDUSTRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.547 KB)

Abstract

Di Indonesia garam sebagian besar diperoleh dari Air Laut yang diuapkan, namun demikian persoalan garam merupakan persoalan nasional yang sampai kini tidak kunjung selesai permasalahannya. Disatu sisi kualitas garam nasional kurang memenuhi syarat sebagai garam industri karena kandungan NaCl-nya kurang 97% disisi lain masih rendahnya kualitas kebersihan garam untuk dikonsumsi sebagai makanan. Untuk mendapatkan garam berkualitas baik maka dikembangkan pembuatan garam menggunakan kolam kedap air berukuran sama.Air laut dari pantai goa cemara dianalisa kandungan ion makronya, dibandingkan dengan standar yang ada. Air laut ditampung dalam wadah taransparan yang lebar dan dalam, diamati penurunan ketinggian tiap hari, untuk menghitung laju penguapan harian. Setelah laju penguapan didapatkan dibuat skema tata letak terpal untuk memproduksi garam dari air laut. Skema ini dicoba dengan skala kecil menggunakan ember. Kemudian hasil garamnya dianalisa secara kualitatif.Hasil analisa densitas air laut dari pantai goa cemara sebesar 1,025 gr/cc dengan kandungan padartan 4,131 gr/100 gr air laut. Secara kuantitatif produksi garamnya 80 % dari laut umumnya karena cukup dekat dengan muara, namun kualitas garam yang dihasilkan lebih bagus karena kandungan sulfat yang kecil. Laju penguapan air laut rata-rata per hari adalah 0,5 cm, pada kondisi cuaca yang cerah. Metoda kolam kedap air menjanjikan masa panen garam yang fleksibel, dapat diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan garam dengan kualitas yang baik.Kata kunci : air laut, garam, kolam berukuran sama.
EKONOMI KERAKYATAN DAN NEOLIBERALISME Santosa, Imam
MAGISTRA Vol 22, No 74 (2010): Magistra Edisi Desember
Publisher : MAGISTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.153 KB)

Abstract

n/a
Pengembangan Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal Santosa, Imam
Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014 2014: Proceeding Seminar Nasional LPPM 2014, 20 Desember 2014
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal seyogyanya tidak lagi ditempatkan sebagai slogan dan retorika semata. Akan tetapi, sudah sepatutnya mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Solidaritas sosial yang makin melemah hingga melahirkan ketergantungan berlebihan pada produk dan jasa dari luar sistem kemasyarakatan termasuk persoalan kompleks yang berpotensi merintangi pencapaian kemandirian masyarakat baik pada dimensi sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan, ilmu pengetahuan maupun  teknologi. Eksploitasi sumberdaya lokal yang berlebihan akibat perilaku menerabas disertai  pemudaran nilai kearifan lokal oleh tekanan kekuatan arus globalisasi pada gilirannya menghimpit masyarakat yang kian tak berdaya kehilangan identitas dan jati diri sebagai anak bangsa yang beradab dan berakhlak mulia.  Kondisi ini tentu tak bisa dibiarkan berlarut karena mengancam kerawanan nasional. Seluruh pemangku kepentingan sudah saatnya memberikan kontribusi nyata untuk memperkuat terciptanya masyarakat madani yang berbasis kearifan lokal.  Upaya ini tentu potensial dapat dilakukan melalui optimalisasi penguatan sejumlah elemen substantif yang membingkai masyarakat madani berkearifan lokal dalam menghadapi era globalisasi. Proses pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal perlu dilaksanakan secara berkelanjutan dengan memenuhi berbagai prasyarat pendukung secara alami.Kata Kunci:  pengembangan, masyarakat madani dan kearifan lokal
EKSISTENSI KELEMBAGAAN SOSIAL DAN EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN MIX FARMING Santosa, Imam; Iqbal, Achmad
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tema penelitian ini adalah eksistensi kelembagaan sosial dan ekonomi dalam pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan termasuk di daerah pariwisata. Kelembagaan  sosial ekonomi memiliki energi sosial dalam membangun perekonomian masyarakat petani. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi kelembagaan sosial ekonomi dalam pengembangan mix farming di pedesaan kawasan agrowisata. Lokasi penelitian di Kawasan Agrowisata Baturaden, Kabupaten Banyumas dan Kawasan Agrowisata Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian ialah studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan usaha mix farming  oleh responden mendapat dukungan yang signifikan dengan adanya  beberapa lembaga sosial ekonomi. Eksistensi beberapa lembaga ini telah muncul untuk memenuhi kepentingan: difusi teknologi pertanian, simpan pinjam, pemasaran produk, masyarakat kepariwisataan, kegiatan sosial dan seni lokal. Setiap lembaga sosial ekonomi memiliki fungsi yang berbeda. Namun, fungsi dari masing-masing lembaga tersebut saling melengkapi. Keberadaan lembaga sosial ekonomi dari difusi teknologi dan pemasaran produk memberi dukungan terkuat (50 persen) terhadap pengembangan usaha mix farming. Tak dapat dipungkiri, eksistensi setiap lembaga sosial ekonomi masih perlu terus disesuaikan secara luwes.  Hal ini dibutuhkan untuk mendukung lebih intensif lagi pengembangan usaha mix farming yang dikelola para responden di kedua kawasan agrowisata tersebut.Kata Kunci:  eksistensi, kelembagaan sosial ekonomi dan usaha mix farming.
EKSISTENSI KELEMBAGAAN SOSIAL DAN EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN MIX FARMING Santosa, Imam; Iqbal, Achmad
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku I Bidang Ilmu Ekonomi dan Pertanian, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 September
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tema penelitian ini adalah eksistensi kelembagaan sosial dan ekonomi dalam pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan termasuk di daerah pariwisata. Kelembagaan  sosial ekonomi memiliki energi sosial dalam membangun perekonomian masyarakat petani. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi kelembagaan sosial ekonomi dalam pengembangan mix farming di pedesaan kawasan agrowisata. Lokasi penelitian di Kawasan Agrowisata Baturaden, Kabupaten Banyumas dan Kawasan Agrowisata Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian ialah studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan usaha mix farming  oleh responden mendapat dukungan yang signifikan dengan adanya  beberapa lembaga sosial ekonomi. Eksistensi beberapa lembaga ini telah muncul untuk memenuhi kepentingan: difusi teknologi pertanian, simpan pinjam, pemasaran produk, masyarakat kepariwisataan, kegiatan sosial dan seni lokal. Setiap lembaga sosial ekonomi memiliki fungsi yang berbeda. Namun, fungsi dari masing-masing lembaga tersebut saling melengkapi. Keberadaan lembaga sosial ekonomi dari difusi teknologi dan pemasaran produk memberi dukungan terkuat (50 persen) terhadap pengembangan usaha mix farming. Tak dapat dipungkiri, eksistensi setiap lembaga sosial ekonomi masih perlu terus disesuaikan secara luwes.  Hal ini dibutuhkan untuk mendukung lebih intensif lagi pengembangan usaha mix farming yang dikelola para responden di kedua kawasan agrowisata tersebut.Kata Kunci:  eksistensi, kelembagaan sosial ekonomi dan usaha mix farming.
EKSISTENSI KELEMBAGAAN SOSIAL DAN EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN MIX FARMING Santosa, Imam; Iqbal, Achmad
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku II Bidang Ilmu Pendidikan dan Sosial Humaniora, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 2
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tema penelitian ini adalah eksistensi kelembagaan sosial dan ekonomi dalam pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan termasuk di daerah pariwisata. Kelembagaan  sosial ekonomi memiliki energi sosial dalam membangun perekonomian masyarakat petani. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi kelembagaan sosial ekonomi dalam pengembangan mix farming di pedesaan kawasan agrowisata. Lokasi penelitian di Kawasan Agrowisata Baturaden, Kabupaten Banyumas dan Kawasan Agrowisata Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian ialah studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan usaha mix farming  oleh responden mendapat dukungan yang signifikan dengan adanya  beberapa lembaga sosial ekonomi. Eksistensi beberapa lembaga ini telah muncul untuk memenuhi kepentingan: difusi teknologi pertanian, simpan pinjam, pemasaran produk, masyarakat kepariwisataan, kegiatan sosial dan seni lokal. Setiap lembaga sosial ekonomi memiliki fungsi yang berbeda. Namun, fungsi dari masing-masing lembaga tersebut saling melengkapi. Keberadaan lembaga sosial ekonomi dari difusi teknologi dan pemasaran produk memberi dukungan terkuat (50 persen) terhadap pengembangan usaha mix farming. Tak dapat dipungkiri, eksistensi setiap lembaga sosial ekonomi masih perlu terus disesuaikan secara luwes.  Hal ini dibutuhkan untuk mendukung lebih intensif lagi pengembangan usaha mix farming yang dikelola para responden di kedua kawasan agrowisata tersebut.Kata Kunci:  eksistensi, kelembagaan sosial ekonomi dan usaha mix farming.
EKSTRAKSI ABU KAYU DENGAN PELARUT AIR MENGGUNAKAN SISTEM BERTAHAP BANYAK BERALIRAN SILANG Santosa, Imam; Sulistiawati, Endah
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 1, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.315 KB)

Abstract

As an agricultural country, Indonesia has natural resources are very abundant , one of which is wood . Wood ash from household and industrial waste has not been used , whereas according to Pitman high potassium content . The solubility of potassium carbonate in high water , so effective when extracted with water . However, high humidity in Indonesia drying wood for fuel so low that allegedly affect the quality of the ash obtained . In this research, the extraction of wood ashes with water using a solvent system gradually many wing cross .The experimental study was conducted in a university laboratory Ahmad Dahlan , Yogyakarta . The procedure used is the extraction of wood ash 200 , 300 and 400 grams with 1000 ml of solvent water for 5 minutes using a glass beaker , filtering with the aid of a vacuum pump , and acidi alkalimetri analysis using 0.1 N HCl residual solids by filtration and then in water kontakkan again and so do the same thing 5 times . Raw materials derived from wood ash combustion for drying of the wood cutting industry and water used in the form aquadestilata .Extract wood ash derived from the combustion for drying small normality sawmill industry . The results of the analysis can be made curve that describes the operating line and curve logarithmic form of the equation of equilibrium in the form of linear equations . Moreover, it can be made a graph illustrating a series of 5 stages of operation which is a combination of single phased extraction .
KEBERFUNGSIAN DESAIN PENDEKATAN SOSIAL DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI AKUAPONIK Muslihuddin, Muslihuddin; Santosa, Imam; Pramono, Taufik Budhi
SEPA - Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : SEPA - Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This research is aimed to know the functioning of the test results and find social approach design communicative for dissemination process aquaponic technology in the mix environmentally friendly farming. The research method used is a descriptive case study with qualitative and quantitative approaches . Location of the study are set intentionally in District Kutasari , Purbalingga , Central Java . The type of data needed include primary and secondary . Determination of the source of the data is done by purposive sampling technique . All of the data collected was processed and analyzed qualitatively and quantitatively.. Based on the results’s result revealed that the process of dissemination of technology in the management aquaponic technology in the mix farming of environmentally friendly have significant value in the development of productive livelihood diversification. Dissemination aquaponic technology gives the feasibility of social and economic functions for the villagers in an effort to increase revenue and meet the consumption needs household more independently. Some patterns of social and communicative approach needs to be used effectively to support the dissemination of aquaponic technology the scope of villagers audience wider .