Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

The Traditional Art of Terebang Gebes in Mikanyaah Munding Culture Gunardi, Gugun; Ampera, Taufik; Yunasaf, Unang
PANGGUNG Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i3.277

Abstract

ABSTRAKKonservasi Budaya Lokal Mikanyaah Munding sebagai Landasan Village Breeding Center Kerbau adalah penelitian yang dilaksanakan oleh kami terkait dengan bentuk penangkaran kerbau berbasis budaya tradisional, yang dilaksanakan di Desa Cikeusal-Tasikmalaya. Di dalam budaya “Mikanyaah Munding” juga ternyata terdapat pelestarian berbagai seni tradisi Sunda, diantaranya adalah Seni Terbang Gebes. Dalam tulisan ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian etnografi, sedangkan teknik pengumpulan data digunakan teknik wawancara. Dari pembahasan hasil penelitian diperoleh antara lain; sistem penangkaran kerbau berbasis budaya lokal Mikanyaah Munding, yang di dalamnya terdapat; kebiasaan masyarakat setempat di dalam memperlakukan ternak kerbau, kosa kata khusus terkait dengan peternakan kerbau, hajat lembur yang ada hubungannya dengan peternakan kerbau, dan berbagai bentuk kesenian tradisional Sunda yang dilaksanakan dalam rangka budaya Mikanyaah Munding. Dalam artikel ini akan dibahas salah satu kesenian terkait, yaitu Seni Terbang Gebes.Kata Kunci: Budaya, Mikanyaah-Munding, Seni Terbang GebesABSTRACTConservation of local culture “Mikanyaah Munding” (or Nurturing Buffalos) as the base of Village Breeding Center of “Kerbau” is a research done on traditional “kerbau” breeding in Cikeusal, Tasikmalaya. “Mikanyaah Munding” reserve a variety of Sundanese traditional art performance, one of which is “Seni Terbang Gebes”. This essay uses qualitative method involving ethnography as its perspective. The data is collected from interviews. Our findings from analysis are: the habit of locals in treating their buffalos; specific vocabulary on breeding; festivities in relation to breeding and all kinds of Sundanese traditional art performance included in “Mikanyaah Munding”. This essay discusses one of its art performance, “Seni Terbang Gebes”.Keywords: Culture, Mikanyaah Munding, Seni Terbang Gebes 
Peran Budaya ‘Mikanyaah Munding’ Dalam Konservasi Seni Tradisi Sunda Gunardi, Gugun
PANGGUNG Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i4.129

Abstract

ABSTRACT This writing was an excerpt taken from the research: Conservation of ‘Mikanyaah Munding’ Lo- cal Culture as Basis of Kerbau Village Breeding. On the research, there is a part about cultural role of‘Mikanyaah Munding’ in Sundanese Traditional Arts, which is a knowledge gained from abstraction of active-adaptation experience of unique social life. In Mikanyaah Munding culture, beside it pre-serve the culture of traditional buffalo husbandry, it also pre-serve the traditional ceremonies of calves birth, character educations, and the most interesting part is the preservation of other tradidional culture ele- ments which accompanies the Mikanyaah Munding culture itself.In order to keep so many traditional arts with educational values for its society, it needs an effort to invetory, document, revitalize, develop, and implement the local wisdom. Through the effort, conser- vation of Sundanese traditional arts in Desa Cikeusal Village of Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, can be achieved.The research method used was a qualitative method, with the research model used in this study was a ethnographic research model, namely to describe culture as it is. This model in this research attempts to study the cultural event, which presents a view of life the subject as an object of study. Keywords: culture, mikanyaah munding, conservation, art, tradition  ABSTRAK Tulisan ini ditukil dari salah satu bagian penelitian yang berjudul: Konservasi Budaya Lokal “Mikanyaah Munding” sebagai Landasan Village Breeding Center Kerbau. Di dalam penelitian tersebut juga ternyata terdapat: Peran Budaya “Mikanyaah Munding” Dalam Konservasi Seni Tradisi Sunda, yang merupakan pengetahuan yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adap- tasi aktif terhadap kehidupan sosial yang khas. Di dalam budaya “Mikanyaah Munding” selain terdapat pemertahanan adat istiadat memelihara kerbau secara tradisi, upacara adat kelahiran anak kerbau, pendidikan karakter, yang lebih menarik adanya pemertahanan berbagai seni tradisi yang mengiringi tradisi budaya “Mikanyaah Munding”.Demi terjaganya berbagai seni tradisi yang bernilai pendidikan karakter bagi masyarakat pengembangnya, perlu adanya upaya untuk menginventarisasi, mendokumentasi, merevital- isasi, membina, dan selanjutnya melaksanakan pengetahuan kearifan lokal tersebut. Melalui, hal tersebut juga dapat diwujudkan bentuk konservasi seni tradisi Sunda di Desa Cikeusal Ke- camatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model etnografi, yakni penelitian untuk mendeskripsi- kan kebudayaan sebagaimana adanya. Model sebagai hasil penelitian ini berupaya mempela- jari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subjek sebagai objek studi. Kata kunci: Budaya, Mikanyaah Munding, Konservasi, Seni, Tradisi
Fungsi Dan Mitos Upacara Adat Nyangku Di Desa Panjalu Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Fahmi, Rezza Fauzi Muhammad; Gunardi, Gugun; Mahzuni, Dade
PANGGUNG Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i2.261

Abstract

ABSTRAKKonservasi Budaya Lokal Mikanyaah Munding sebagai Landasan Village Breeding Center Kerbau adalah penelitian yang dilaksanakan oleh kami terkait dengan bentuk penangkaran kerbau berbasis budaya tradisional, yang dilaksanakan di Desa Cikeusal-Tasikmalaya. Di dalam budaya “Mikanyaah Munding” juga ternyata terdapat pelestarian berbagai seni tradisi Sunda, diantaranya adalah Seni Terbang Gebes. Dalam tulisan ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian etnografi, sedangkan teknik pengumpulan data digunakan teknik wawancara. Dari pembahasan hasil penelitian diperoleh antara lain; sistem penangkaran kerbau berbasis budaya lokal Mikanyaah Munding, yang di dalamnya terdapat; kebiasaan masyarakat setempat di dalam memperlakukan ternak kerbau, kosa kata khusus terkait dengan peternakan kerbau, hajat lembur yang ada hubungannya dengan peternakan kerbau, dan berbagai bentuk kesenian tradisional Sunda yang dilaksanakan dalam rangka budaya Mikanyaah Munding. Dalam artikel ini akan dibahas salah satu kesenian terkait, yaitu Seni Terbang Gebes.Kata Kunci: Budaya, Mikanyaah-Munding, Seni Terbang GebesABSTRACTConservation of local culture “Mikanyaah Munding” (or Nurturing Buffalos) as the base of Village Breeding Center of “Kerbau” is a research done on traditional “kerbau” breeding in Cikeusal, Tasikmalaya. “Mikanyaah Munding”reserve a variety of Sundanese traditional art performance, one of which is “Seni Terbang Gebes”. This essay uses qualitative method involving ethnography as its perspective. The data is collected from interviews. Our findings from analysis are: the habit of locals in treating their buffalos; specific vocabulary on breeding; festivities in relation to breeding and all kinds of Sundanese traditional art performance included in “Mikanyaah Munding”. This essay discusses one of its art performance, “Seni Terbang Gebes”.Keywords: Culture, Mikanyaah Munding, Seni Terbang Gebes
Makna Seni Ukiran Gorga Pada Rumah Adat Batak Sianipar, Karolina; Gunardi, Gugun; -, Widyonugrahanto; Rustiyanti, Sri
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v25i3.20

Abstract

Tulisan ini berjudul “Makna seni ukiran gorga pada rumah adat batak”. Ukiran gorga merupakan salah satu bentuk kesenian ukiran khas kebudayaan adat batak. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bentuk dari ukiran gorga pada rumah adat batak. Bentuk ukiran gorga bermacam-macam, sehingga pada setiap bentuk ukiran gorga memiliki makna yang  berbeda-beda. Oleh karena itu, tulisan ini juga bertujuan untuk memahami makna yang ada pada ukiran gorga. Dalam pemaknaan ukiran gorga menggunakan pendekatan semiotika. Semiotika ialah pendekatan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Pada ukiran gorga rumah adat batak memiliki makna kehidupan, yang mana hal ini tergambar melalui bentuk-bentuk pada setiap ukiran.Kata kunci : Ukiran, Gorga, Rumah Adat Batak
Kajian Psikologi Individual Dalam Penggambaran Tokoh Drama Mainan Gelas Karya Tennessee Williams Haryaningsih, Dewi; M. Z., Mumuh; Gunardi, Gugun
PANGGUNG Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i1.109

Abstract

ABSTRACT Manuscript ’Mainan Gelas’ by ThomasLanier ‘Tennessee’ Williams, tells about the life of a fa- mily conflict experienced by each character. Analysis method for the depiction of the character using the concepts of individual psychology of Alfred Adler. Concepts that will be used include feelings inferiorita, superiorita, final destination, lifestyle, and safeguarding. Adler has always emphasized family discussion, developed the theory of birth order, heredity, environment and individual creativ- ity will determine an individual’s personality. Through this analysis, it can be clearly perceived the correlation between theater arts and psychology. Keywords: Manuscript of ‘Mainan Gelas’, Individual Psychology  ABSTRAK Naskah mainan gelas karya Thomas Lanier ‘Tennessee’ Williams, menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga dengan konflik yang dialami oleh masing-masing tokohnya. Metode analisa untuk penggambaran tokoh tersebut menggunakan konsep psikologi indi- vidual dari Alfred Adler. Konsep yang digunakan di antaranya perasaan inferiorita, superi- orita, tujuan final, dan gaya hidup. Adler selalu menekankan bahasan keluarga, mengem- bangkan teori urutan lahir, keturunan, lingkungan, dan kreativitas individual sangat menentukan kepribadian individu. Melalui analisa ini sangat terlihat titik temu antara seni teater dan psikologi. Kata kunci: Naskah Mainan Gelas, Psikologi Individual
Toponimi Nama Tempat Berbahasa Sunda di Kabupaten Banyumas Sobarna, Cece -; Gunardi, Gugun; Wahya, Wahya
PANGGUNG Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v28i2.426

Abstract

ABSTRACT The continuous changes of society have brought some impacts to the name of a place. Even though it is only a name, it actually deals with the cultural perspective of the surrounding communities. Currently, toponym becomes important for society as a part of identity formation processes including for the Sundanese. Beside spoken in West Java and Banten, Sundanese language is also spoken by Central Java communities who live in western areas such as Cilacap, Brebes, and Banyumas regencies. In Cilacap and Brebes regencies, Sundanese language is still an effective language for daily communication. However, in Banyumas regency, this language undergo changes. In fact, the Sundanese language in Banyumas is a quite unique since the archaic words such as pineuh  (sleeping) and teoh (below) are still found. This area still keeps its oral tradition such as the story about the history of the place names. The study of the place name is an effort to strengthen an identity as the place name can be understood as a symbol rooted on the history of the place in its local culture. This tradition contributes toward a sustainability of the place name along with their cultural values.Key words: place names, local wisdom, identity   ABSTRAK       Perubahan masyarakat yang terus-menerus berpengaruh pada perubahan penamaaan tempat di suatu daerah.Tidak hanya sekadar nama, dalam penamaan sebuah tempat terkandung pandangan  masyarakat pemiliknya. Saat ini, toponimi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari proses pembentukan identitas. Selain di wilayah Jawa Barat dan Banten, bahasa Sunda digunakan pula oleh sebagian masyarakat Jawa Tengah yang berada di bagian barat, seperti Kabupaten Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di wilayah Kabupaten Cilacap dan Brebes bahasa Sunda sampai sekarang masih digunakan. Namun, di wilayah Kabupaten Banyumas, bahasa Sunda mengalami penyusutan. Padahal, bahasa Sunda di wilayah tersebut cukup menarik, yakni masih ditemukan kata-kata arkais, seperti pineuh ‘tidur’ dan teoh ‘bawah’. Wilayah ini juga masih menyimpan banyak tradisi lisan, di antaranya adalah ihwal cerita terjadinya nama tempat.  Pengkajian nama tempat merupakan sebuah upaya yang strategis dalam rangka penguatan jati diri bangsa karena nama tempat dapat dipahami sebagai tanda yang mengacu pada cerita dan sejarah yang berakar pada budaya lokal. Tradisi ini berkontribusi terhadap kelanggengan nama berikut nilai-nilai budaya di dalamnya.Kata kunci: nama tempat, kearifan lokal, jati diri
PERUBAHAN BUNYI VOKAL PADA KATA SERAPAN BAHASA ARAB DALAM BAHASA INGGRIS Rohbiah, Tatu Siti; Nur, Tajudin; Wahya, Wahya; Gunardi, Gugun
Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : English Department FBS UNP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1508.306 KB) | DOI: 10.24036/ld.v13i2.104200

Abstract

This research aims to analyze and formulate rules of change that occur in Arabic borrowings in English phonologically. Thus research can describes vocal sound changes in Arabic borrowings in English. This research is to answer the question such as how are the process of monophthong and diphthong vowel changes in Arabic borrowings in English. This research is a qualitative type which is analyzed and written descriptively to answer how the process of changing phonologically with a method consisting of three stages, namely: (1) data codification method, (2) data analysis method, and (3) method of presenting the results of data analysis and the data source used by researcher froms Oxford Advanced Learners Dictionary and Al-Maurid: A Modern Arabic-English Dictionary, and also from magazines such as Time, Bloomberg Business Week, and News Scientist. The result findings are 103 words in Arabic borrowings in English that were analyzed, it was found phonological changes on monophthong and diphthong vowel sounds caused by the unavailability of the type of Arabic sound in English and the influence of sound falling before and after it.
TOPONIM DALAM UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DI WILAYAH JAWA TENGAH: KASUS DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR, KABUPATEN CILACAPLAM UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DI WILAYAH JAWA TENGAH: KASUS DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR, KABUPATEN CILACAP Sobarna, Cece; Gunardi, Gugun; Afsari, Asri Soraya
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 4 No 1 (2019): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.525 KB) | DOI: 10.33558/makna.v4i1.1678

Abstract

Bahasa Sunda tidak hanya digunakan oleh masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat danBanten, tetapi juga digunakan oleh sebagian orang di sebagian wilayah barat ProvinsiJawa Tengah, lebih tepatnya Kecamatan Dayeuhluhur. Hal ini menarik karena wilayahbarat Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dimana mayoritas masyarakatnyaberbahasa Jawa. Menilik fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan meneliti mengapaBahasa Sunda bisa bertahan di wilayah yang mayoritas penuturnya tidak hanyaberbicara Bahasa Sunda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untukmendapatkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlangsungan BahasaSunda di Kecamatan Dayeuhluhur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktoreksternal mencakup letak geografis, historis, sosial-budaya, keluarga, aktivitaskeagamaan, dan pendidikan formal. Faktor internal berkaitan dengan sebagianmasyarakat yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Sunda. Jati diri inidikuatkan oleh nama tempat (toponim) di Kecamatan Dayeuhluhur yang pada umumnyamenggunakan Bahasa Sunda.
The Relation of Kendang and Jaipongan: Functions and Inspirations of Kendang Musicality on Jaipongan’s Journey Wiresna, Asep Ganjar; Sobarna, Cece; Caturwati, Endang; Gunardi, Gugun
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 20, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v20i2.24953

Abstract

This study aims to describe the Kendang relationship, as a traditional Priangan musical instrument, to the Jaipongan performing arts and dance. Kendang, which has a central function in the Jaipongan dance performance, has received less appreciation in West Java arts’ discourse. The Jaipongan dance art focuses on dance movements, although the song (gending) that accompanies the dance movement depends entirely on the Kendang music playing. This study used qualitative research methods. The data collection technique is done through interviews, observation, and document study. Data were analyzed through complete data collection activities and then adjusted the data and literature review, and in the end, described the research data. The results showed that Kendang, as a musical instrument has a relationship and attachment with the creation and development of the Jaipongan dance art. Kendang and the player (pengendang) have a vital function, in contrast to the stereotype that these instruments are only accompaniment to songs/dances in the performing arts. The Kendang instrument is an important part that regulates the tempo and the course of the Jaipongan dance performance. Pengendang, as artists and musicians, contribute greatly in communicating the performance of the performance both with dancers and the audience. Kendang is a source of inspiration for the creation of Jaipongan dance art. During the process of creating the Jaipongan dance, Gugum Gumbira acts as a creator communicating with other artists, both dancers, and pengendang.
KODE-KODE SEMIOTIKA DAN IDEOLOGI PADA BALAI PERTEMUAN UMUM (BPU) RUMA GORGA MANGAMPU TUA DI JAKARTA Try Putra Rajagukguk; Gugun Gunardi; Ari Jogaiswara Adipurwawidjana
Metahumaniora Vol 11, No 1 (2021): METAHUMANIORA, APRIL 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v11i1.31679

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konstruksi makna tanda, kode-kode semiotika, dan ideologi dalam Balai Pertemuan Umum (BPU) Ruma Gorga Mangampu Tua di Jakarta. Penelitian ini menggunakan kajian semiotika Roland Barthes (1967) dan diaspora (Hall, 1990). Ditemukan bahwa objek tanda dikonstruksi sebagai imajinasi dari ruma bolon yang ditunjukkan dari fungsi atap rumah, badan rumah, pondasi rumah, panggung depan, tempat duduk, serta empat belas ragam hias gorga sebagai suatu ingatan diaspora Batak Toba di Jakarta tentang kampung halamannya. Kedua, dari elemen-elemen tersebut, BPU Ruma Gorga Mangampu Tua di Jakarta juga menunjukkan dirinya sebagai bangunan hibrid (pencampuran identitas) modern dan tradisional yang dipahami sebagai kode-kode semiotika. Ketiga, bangunan ini juga menunjukkan ideologi si pemilik gedung melalui pilihan bentuk dan hiasan karena adanya monopoli dagang (materialisme) di balik dominasi produk-produk BPU lainnya di Jakarta yang ditunjukkan sebagai mitos kebataktobaan dan kemegahan. Ideologi juga ditunjukkan sebagai gagasan diaspora Batak Toba di Jakarta tentang ingatan kampung halamannya agar mereka tetap terikat dengan nilai-nilai dan norma adat kehidupan budaya Batak Toba.