Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DIMENSI KONTEKSTUAL DALAM TAFSIR HIZBUT TAHRIR INDONESIA Fadil, Marjan; Najib, Muhammad Ainun
AL-DZIKRA: JURNAL STUDI ILMU AL-QURAN DAN AL-HADITS Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : UIN RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.261 KB) | DOI: 10.24042/al-dzikra.v12i1.2923

Abstract

This article wants to show that Hizbut Tahrir Indonesia as Islamic political movement not only understand al-Qur’an literally but also contextually, by watching their actions. This is an objection to the opinion that the radical movement always understand the religious texts literally. This article uses any Taqiyyuddin an-Nabhani’s writings and other Hizbut Tahrir thinker as prime resources. From this research proved that generally HTI understands the text of Qur’an and hadith literally, but in the case of khilafat concept, they understand it contextually.
Membangun Ecotheology Qur’ani : Reformulasi Relasi Alam dan Manusia dalam Konteks Keindonesiaan Marjan Fadil
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 1 No. 1 (2019): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v1i1.25

Abstract

Penelitian ini menunjukkan hakikat penting relasi manusia (makhluk) dan alam dengan mengedepankan nilai agama Islam. Komponen alam ini terdiri dari hewan, air, tanah dan udara. Prinsip ecotheology ini membangun doktrin kepedulian umat muslim terhadap lingkungan, karena lingkungan telah menjadi isu penting dan sangat mengkhawatirkan pada masa sekarang. Terdapat pedoman penting yang harus diperhatikan dalam ecotheology Qur’ani ini, yakni pilar ketauhidan, khilafah, dan akhīrah (akuntabilitas). Prinsip ini dieksplorasi dari nilai-nilai yang telah diajarkan di dalam al-Qur’an dengan mengedepankan prinsip teologi. Hasil ini diharapkan mampu mengarusutamakan kembali perhatian umat Islam terhadap alam yang telah abai dengan ciptaan Tuhan dan berdampak pada upaya umat Islam mencegah, menjaga serta melestarikan segala ciptaan Tuhan, melalui pola pikir ataupun tindakan.
Nalar Eksklusif Penafsiran Al-Qur’an Studi Terjemah Depag dan Tarjamah Tafsiriyah Marjan Fadil
JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Qur'an and Hadith Academic Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2575.326 KB) | DOI: 10.15408/quhas.v5i2.13422

Abstract

Artikel ini mengekplorasi nalar eksklusif maupun inklusif dalam penafsiran al-Qur’an dipengaruhi oleh rujukan tafsir, tujuan penafsiran serta ideologi penafsir. Hal ini berangkat dari langkah Depag serta Muhammad Thalib (pengarang Tarjamah Tafsiriyah) yang sama-sama memperjuangkan deradikalisasi pemahaman al-Qur’an. Namun, relatif berbeda dalam penerapan pada karya yang dihasilkan. Di sisi lain karya Tarjamah Tafsiriyah muncul sebagai langkah reaktif serta korektif terhadap karya Depag yang dianggap membawa pesan radikal. Akan tetapi kenyataannya Depag selalu memperjuangkan toleransi dalam kehidupan beragama di Indonesia. Melalui sudut pandang hermeneutika berbasis pendekatan sosio-historis ditemukan adanya bias dalam masing-masing karya tersebut dengan fokus pada ayat-ayat al-Qur’an bertemakan jihad dan relasi muslim dan non-muslim.  
KEHENDAK TUHAN DALAM MANIFESTASI ‘AZAB PERSPEKTIF AL-QUR’AN Marjan Fadil; Pristian Hadi Putra
RUSYDIAH: Jurnal Pemikiran Islam Vol 1 No 2 (2020)
Publisher : Jurnal Pemikiran Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/rsd.v1i2.203

Abstract

Tuhan memiliki kehendak mutlak dalam menghidupkan, mengatur, menjaga, memelihara hingga mematikan umat manusia. Salah satu kehendak Tuhan terbukti dalam bentuk ‘Azab yang bisa menimpa siapapun yang ia kehendaki. Jika Tuhan telah berkehendak, maka tidak ada apapun atau seorangpun yang mampu mencegahnya. Manifestasi kehendak Tuhan ini digambarkan dalam dalil-dalil Al-Qur’an sebagai bentuk kemaha kuasaan-Nya. Oleh sebab itu perlu diketahui bentuk, tujuan serta sasaran ‘Azab yang dimaksud dari Tuhan agar manusia mampu menjalani perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kata ‘Azab sendiri terulang di dalam Al-Qur’an 329 kali yang mengacu pada tindakan pengusiran, ketakutan di dalam hati, hukuman dunia serta bencana alam. Penelitian ini menganalisis tindakan dalam kehendak Tuhan yang termanifestasi dalam tema ‘Azab yang terdapat di dalam Al-Qur’an dengan metode tematik. Kata Kunci: Kehendak Tuhan, ‘Azab, Al-Qur’an
Dimensi Kontekstual Dalam Tafsir Hizbut Tahrir Indonesia Marjan Fadil; Muhammad Ainun Najib
AL-DZIKRA: JURNAL STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN AL-HADITS Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.261 KB) | DOI: 10.24042/al-dzikra.v12i1.2923

Abstract

This article wants to show that Hizbut Tahrir Indonesia as Islamic political movement not only understand al-Qur’an literally but also contextually, by watching their actions. This is an objection to the opinion that the radical movement always understand the religious texts literally. This article uses any Taqiyyuddin an-Nabhani’s writings and other Hizbut Tahrir thinker as prime resources. From this research proved that generally HTI understands the text of Qur’an and hadith literally, but in the case of khilafat concept, they understand it contextually.
Reformulasi Illat dalam Taklif sebagai Pembaharuan Hukum Islam: Studi atas makna Safar Martunus Rahim; Marjan Fadil
Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum Vol. 18 No. 2 (2020): Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Hukum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.676 KB) | DOI: 10.32694/qst.v18i2.805

Abstract

Manusia dibebankan untuk melakukan atau meninggalkan perintah dari Allah swt (taklif) dan dalam keadaan tertentu tidak mampu melakukan perintah tersebut karena adanya halangan (masyaqqah). Safar adalah salah satu keadaan yang terdapat masyaqqah di dalamnya dan diperlukan upaya untuk mengangkat kesulitan tersebut. Ulama Ushul fiqh konvensional cenderung meyakini bahwa illat hukum pada safar adalah waktu dan jarak dengan prinsip bahwa‘illat harus “jelas, tetap dan tidak berubah” sejalan dengan pendapat ulama Al-Baidawi, Ibn Al-Hajib, Abd Al-Wahab Khallaf, Al-Amidi dan lainnya. Illat yang dipahami oleh ulama dahulu tidak berlaku lagi pada saat ini karena terdapat masyaqqah yang berbeda. Safar pada zaman dahulu dihadapkan pada kondisi geografis, mobilitas serta tingkat kriminalitas yang berbeda dengan konteks saat ini, sehingga prinsip illat pada saat ini tidak harus “jelas dan tetap” seperti yang dipahami umum dalam hukum Islam klasik melainkan terdapat pada hikmah dan maslahah di dalamnya.  
The Islamic Formalism Movement in Malay Land: Experiences of the Muslim Community in Kerinci, Jambi Marjan Fadil; Martunus Rahim; Indra Ikhsan
Tamaddun Vol 5, No 1 (2021): January - June 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.109 KB) | DOI: 10.30983/fuaduna.v5i1.4596

Abstract

This article aims to analyze the development of Islamic religious movements in the Malay traditional land of Kerinci Jambi, particularly related to the tendency of religious formalism in Islamic communities. The pattern of education, local customs and traditions, as well as religious ideology contributed to the emergence of a Muslim community that only paid attention to the formal side of religion or known as formalist Islam. This study uses an anthropological approach through interviews, observations, and documentation of Muslim communities in Kerinci Jambi. This paper finds that formalist Islam tends to be difficult to develop in Malay society exclusively from indigenous groups, and more easily accepted for inclusive societies from immigrant groups or mixing with outsiders and academics. This exclusive Malay community seeks to maintain the Islamic ideology that has been institutionalized in the structure of society that does not contradict between custom and religion since the first, namely Islam with the nuances of Sufism, based on the Shafi'i Madhhab in fiqh, and al-Ghazali Madhhab in theology. Meanwhile, inclusive societies tend to be open to accepting various Islamic identities and most of them do not hold strong traditional values. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan gerakan keagamaan Islam di tanah adat Melayu Kerinci Jambi, khususnya terkait kecenderungan formalisme keberagamaan komunitas-komunitas Islam. Pola pendidikan, adat dan tradisi lokal, serta ideologi keagamaan memberi kontribusi bagi kemunculan komunitas Muslim yang hanya memperhatikan sisi formal agama saja atau dikenal dengan Islam formalis. Studi ini menggunakan pendekatan antropologis melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap komunitas-komunitas Muslim yang terdapat di Kerinci Jambi. Tulisan ini menemukan bahwa Islam formalis cenderung sulit berkembang dalam masyarakat Melayu eksklusif dari golongan masyarakat pribumi, dan lebih mudah diterima bagi masyarakat inklusif dari golongan pendatang atau percampuran dengan masyarakat luar dan para akademisi. Masyarakat Melayu eksklusif ini berupaya mempertahankan ideologi Islam yang telah melembaga dalam struktur masyarakat yang tidak mempertentangkan antara adat dan agama semenjak dahulu yakni Islam dengan nuansa tasawuf, bermazhab Syafi’i dalam fikih, dan bermazhab al-Ghazali dalam teologi. Sedangkan masyarakat inklusif cenderung terbuka menerima beragam identitas Islam dan mereka sebagian besar tidak memegang nilai adat secara kuat. 
Pendampingan SMK Negeri 6 Kerinci dalam Mewujudkan Sekolah Ramah Anak Hengki Yandri; Ahmad Jamin; Dosi Juliawati; Marjan Fadil
Altifani : Jurnal Pengabdian Masyarakat Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Vol. 2 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.852 KB) | DOI: 10.32939/altifani.v2i1.1120

Abstract

The problem of violence in the world of education becomes a very important topic to be solved, so there needs to be concrete action from the world of education such as realizing a Child Friendly School. The purpose of this assistance is to provide assistance in SMK Negeri 6 Kerinci in realizing a Child Friendly School. This method of mentoring is carried out through workshops, lectures and questions held on January 22, 2022. The scope of this activity was carried out in SMK Negeri 6 Kerinci with respondents to the entire academic community of SMK Negeri 6 Kerinci. The results of this assistance show that the academic community of SMK Negeri 6 Kerinci has good education and a strong joint commitment in realizing Child-Friendly Schools to make SMK Negeri 6 Kerinci as a Child-Friendly School Role Model in Kerinci Regency
Ideological Exegesis: The Critical Study of Contemporary Interpretive Methodologies: Penafsiran Ideologis: Studi Kritis Metodologi Tafsir Kontemporer Marjan Fadil
Takwil: Journal of Quran and Hadith Studies Vol. 1 No. 1 (2022): June
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.603 KB) | DOI: 10.32939/twl.v1i1.1257

Abstract

The development of exegesis covered the ideology of the interpreter which is influenced by education, the sect adopted and the environment that surrounds the interpreter. The belief held by the commentator is then turned into a truth which sometimes blames other interpretations. The ideology of this interpretation can be found when Islam had developed during the tabi'in period, namely when a period of the emergence of various works of interpretation with the style of Sufism, theology, fikh, linguistics and so on. This ideological interpretation is then seen by contemporary commentators as a weakness of the previous interpretation. This study reveals various arguments from contemporary commentators regarding the methodology of interpretation, the ideology of interpretation to the subjectivity of previous commentators. This methodological criticism by contemporary experts is formulated in several important points as recommendations for the present.