Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

PERILAKU MASYARAKAT BERWAWASAN LINGKUNGAN DITINJAU DARI ASPEK SIKAP DAN KEARIFAN LOKAL DI DAERAH SEMPADAN SUNGAI KOTA MAROS KABUPATEN MAROS Syafri Syafri; Syamsul Bahri; Ridwan Ridwan
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 7 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v7i2.6370

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang dominan yang memberi pengaruh pada perilaku masyarakat berwawasan lingkungan di daerah sempadan sungai. Prosedur penarikan sampel individu dilakukan secara acak untuk mendapatkan 200 responden dengan teknik proporsional stratifide random sampling dan dari jenis serta analisis data dikategorikan dalam penelitian kuantitatif. Berdasarkan data, informasi dan fakta yang diperoleh, kemudian data tersebut dianalisis dengan regresi linier berganda sehingga diharapkan dapat mengetahui pengaruh variabel yang satu terhadap variabel lainnya. Variabel pada penelitian ini yaitu variabel sikap masyarakat (X1), kearifan lokal (X2) dan perilaku masyarakat (Y). Dari hasil analisis diperoleh model persamaan dengan koefisien kontanta dan koefisien variabel menghasilkan persamaan Y = 13.403 + 0.531 X1 + 0.513 X2. Nilai variabel sikap terhadap variabel perilaku sebesar positif 0.513 dan nilai Sig. yang diperoleh sebesar 0.001 < 0.05 maka H0 terima. Berdasarkan hasil tersebut yang berarti sikap masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku masyarakat yang dapat diartikan bahwa jika sikap masyarakat semakin tinggi maka perilaku masyarakat berwawasan lingkungan semakin tinggi pula atau sebaliknya. Nilai variabel kearifan lokal terhadap variabel perilaku sebesar positif 0.408 dan nilai Sig. yang diperoleh sebesar 0.000 < 0.05 maka H0 terima. Berdasarkan hasil tersebut yang berarti kearifan lokal berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku masyarakat yang dapat diartikan bahwa jika sikap masyarakat semakin tinggi maka perilaku masyarakat berwawasan lingkungan semakin tinggi pula atau sebaliknya. Kesimpulan dari uraian tersebut berarti bahwa adanya kecenderungan variabel sikap lebih dominan (sedang) mempengaruhi variabel perilaku dibandingkan oleh variabel kearifan lokal.
PENGARUH KEBERADAAN TPA TAMANGAPA TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DI SEKITARNYA Sulaiman Asiri; Murshal Manaf; Syafri Syafri
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 8 No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v8i2.10900

Abstract

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa terletak di Kecamatan Manggala, Kota Makassar dan memiliki  luas area  14,3 hektar yang telah digunakan sejak tahun 1993. Dekatnya jarak kawasan permukiman dengan lokasi TPA ini tentu memiliki pengaruh terhadap penduduk di sekitarnya baik dari sisi sosial ekonomi maupun pemanfaatan ruang di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan variabel aspek-aspek sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kondisi kesehatan, peluang pekerjaan; dan faktor-faktor penyebab perubahan pemanfaatan ruang meliputi pelayanan umum, harga lahan, prasarana, kesuburan tanah, kondisi air tanah dan udara. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa (1) Tingkat pendapatan masyarakat yang bermukim di sekitar TPA Antang merupakan faktor yang paling berpengaruh kuat akibat keberadaan TPA Tamanggapa Antang. Sedangkan tingkat pendidikan, kondisi kesehatan dan lapangan pekerjaan menunjukkan pengaruh yang rendah akibat keberadaan TPA Antang; dan (2) Harga lahan yang ada di sekitar TPA menjadi faktor yang mendeterminasi atau merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keberadaan TPA Antang sedangkan faktor ketersedian prasarana dan fasilitas umum juga berpengaruh terhadap perubahan pemanfaatan ruang namun menunjukkan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan faktor harga lahan.
STUDI RISIKO BENCANA BANJIR DI KECAMATAN PALANGGA KABUPATEN GOWA Arni Putri Awaliyah U; Syafri Syafri; Iyan Awaluddin
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 9 No 1 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v9i1.13772

Abstract

Kajian risiko bencana didasarkan pada potensi bencana banjir yang sering terjadi di Kabupaten Gowa terutama di Kecamatan Pallangga yang mengalami dampak banjir terparah dengan ketinggian air 1-3 meter, maka dari itu penting adanya pengkajian risiko bencana banjir sebagai bentuk penanggulangan bencana. Pengkajian risiko ini bertujuan mengetahui dan menganalisis tingkat risiko bencana banjir di Kecamatan Pallangga. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis risiko bencana banjir yang terdiri atas indikator kerawanan, kerentanan dan kapasitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang berlokasi dekat dari sungai memiliki risiko bencana banjir tinggi dibandingkan daerah lain.
PENGEMBANGAN WISATA PEMANCINGAN YANG BERKELANJUTAN DI DESA BUBUN LAMBA KABUPATEN ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Syafri Syafri; Syamsul Bahri; Ridwan Ridwan; Sudarman Sudarman
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 9 No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v9i2.17085

Abstract

Desa Bubun Lamba Kecamatan Anggeraja memiliki potensi wisata kolam pemancingan ikan yang dikelola oleh kelompok masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengetahui perkembangan kelompok usaha wisata kolam pemancingan di Desa Bubun Lamba Kecamatan Anggeraja. Selain itu, bertujuan untuk mengetahui rumusan masterplan dan siteplan kawasan wisata pemancingan Desa Bubun Lamba yang produktif dan berkelanjutan dalam mengintegrasikan potensi Desa Bubun Lamba sesuai dengan urgensi kebutuhan masyarakat desa. Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kawasan wisata kolam pemancingan Desa Bubun Lamba, terdiri atas pendekatan: Participatory Rural Appraisal (PRA), integrated (holistik) dan long term (berkesimbungan), edukatif, transparency (polliticallly accepted), pro bisnis (layak ekonomi), dalam rangka mewujudkan desa binaan perguruan tinggi yang unggul berbasis pemberdayaan masyarakat desa. Hasil pelaksanaan kegiatan penataan kawasan pemancingan Bubun Lamba yaitu belum tersedia secara memadai infrastruktur penunjang usaha kolam pemancingan, belum terpromosi secara luas wisata kolam pemancingan masih sulit kelompok mitra mendapatkan modal usaha pengembangan wisata kolam pemancingan, dan belum terbentuk kelembagaan wisata Desa Bubun Lamba.
Peran dan Strategi Transportasi Laut Terhadap Konektivitas Antarwilayah di Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah Anwar Rappe Sappe; Murshal Manaf; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 2 No. 1 (2019): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2019
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v2i1.199

Abstract

Tujuan penelitan ini adalah mengetahui peranan transportasi laut terhadap konektivitas antarwilayah di Kabupaten Banggai Laut yang dianalisis menggunakan metode indeks konektivitas dan Merumuskan strategi pengembangan transportasi laut dalam mendukung konektivitas antarwilayah di Kabupaten Banggai Laut dengan menggunakan analisis SWOT. Variabel independen yang digunakan yaitu sistem kegiatan, sistem jaringan, sistem pergerakan, dan sistem kelembagaan dengan variabel dependen adalah peran transportasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konektivitas antarwilayah di Kabupaten Banggai Laut terdiri dari tiga klasifikasi yaitu tingkat konektivitas yang tinggi terjadi di Pulau Bokan, karena terdapat tiga titik pelayaran dari Pulau Bokan yang menuju ke satu titik tujuan. Tingkat konektivitas yang sedang terjadi di Pulau Banggai dan Pulau Bangkurung, karena terdapat enam titik pelayaran dari Pulau Banggai yang menuju ke tiga titik tujuan serta dua titik pelayaran dari Pulau Bangkurung yang menuju ke satu titik tujuan. Sedangkan tingkat konektivitas yang rendah terjadi di Pulau Labobo, sebab hanya terdapat satu titik pelayaran dari Pulau Labobo yang menuju ke satu titik tujuan. Strategi-strategi yang dirumuskan untuk pengembangan transportasi laut antara lain menarik investasi swasta dan menggunakan kewenangan daerah untuk mendorong pemerintah provinsi, pusat, maupaun swasta dalam membangun sarana-prasarana transportasi laut lokal, mengembangkan jaringan/rute pelayaran, mengatasi konflik tata ruang dan transparansi pengelolaan anggaran, serta meningkatkan fasilitas dan peralatan keselamatan pelayaran. Kata Kunci: Strategi Transportasi, Konektivitas, SWOT The objective of this research is to determine the role of sea transportation in inter-regional connectivity in Banggai Laut Regency, which was analyzed using the connectivity index method and to formulate a strategy for developing sea transportation in supporting inter-regional connectivity in Banggai Laut Regency using SWOT analysis. The independent variable used is the activity system, network system, movement system, and institutional system with the dependent variable being the role of transportation. The results showed that the level of inter-regional connectivity in Banggai Laut Regency consisted of three classifications: a high level of connectivity occurred on Bokan Island, because there were three shipping points from Bokan Island that went to one destination point. The level of connectivity that is happening on Banggai Island and Bangkurung Island, because there are six shipping points from Banggai Island that go to three destination points and two shipping points from Bangkurung Island that go to one destination point. While the low level of connectivity occurs on Labobo Island, because there is only one shipping point from Labobo Island that goes to one destination point. The strategies formulated for the development of sea transportation include attracting private investment and using regional authority to encourage provincial, central, and private governments in building local sea transportation infrastructure, developing shipping networks / routes, overcoming spatial conflicts and transparency in budget management and improving shipping safety facilities and equipment. Keywords: Transportation Strategy, Conectivity, SWOT
Perubahan Fungsi Lahan Perkotaan Kabupaten Bone. Studi Kasus: Koridor Jalan Sungai Pareman Kecamatan Tanete Riatang Timur Yusri Yusri; Syafri Syafri; Haeruddin Saleh
Urban and Regional Studies Journal Vol. 2 No. 1 (2019): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2019
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v2i1.320

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap kondisi soaial ekonomi masyarakat Tanete Riattang Timur koridor Jalan Sungai Pareman. Dianalisis menggunakan metode korelasi bivariate pearson yang dibantu dengan software SPSS 22.0 untuk mengetahui pengaruh faktor pertumbuhan penduduk, perubahan struktur ekonomi masyarakat, harga lahan, tingkat pendapatan, dan kondisi bangunan terhadap perubahan lahan yang terjadi. Hasil analisis disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berkorelasi signifikan terhadap perubahan penggunaan lahan terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor perubahan struktur ekonomi masyarakat, meningkatnya harga lahan, serta meningkatnya kondisi bangunan. Namun ketiga faktor tersebut memiliki hubungan atau korelasi yang lemah. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berhubungan atau berkorelasi terhadap perubahan penggunaan lahan terdiri dari dua faktor, yaitu pertumbuhan penduduk, dan tingkat pendapatan masyarakat. The purpose of this study was to determine the effect of the conversion of agricultural land to the economic social conditions of the Tanete Riattang Timur corridor on Jalan Sungai Pareman. Analyzed using Pearson bivariate correlation method assisted with SPSS 22.0 software to determine the effect of population growth factors, changes in community economic structure, land prices, income levels, and building conditions on changes land that happened. The results of the analysis concluded that the factors that significantly correlated with changes in land use consisted of three factors, namely factors in changing the economic structure of the community, increasing land prices, and improving building conditions. However, these three factors have a weak relationship or correlation. While the factors that are not related or correlated to changes in land use consist of two factors, namely population growth, and the level of community income.
Studi Perilaku Masyarakat Bermukim di Sempadan Sungai Sa’dan Kabupaten Toraja Utara Julianti Paembonan; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 2 (2021): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2021
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i2.353

Abstract

Sempadan sungai Sa’dan merupakan bagian dari daerah aliran sungai yang mengalir di Kota Rantepao. Salah satu kawasan sempadan sungai yang perlu mendapat perhatian khusus adalah sekitar sempadan sungai  di wilayah Tagari dan sekitar Malango’ kota Rantepao.  Sungai Sa’dan ini mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari karena mempunyai fungsi ekologi, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi Pengetahuan Lingkungan, Kebijakan Pemerintah, Kearifan Lokal dan Perilaku Masyarakat Sempadan Sungai Sa’dan Kabupaten Toraja, menganalisis Pengaruh Pengetahuan Lingkungan, Kebijakan Pemerintah, Kearifan Lokal terhadap Perilaku Masyarakat Sempadan Sungai Sa’dan Kabupaten Toraja Utara, dan mengetahui konsep pengelolaan sempadan sungai Sa’dang Kabupaten Toraja Utara. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat yang bermukim di sempadan  sungai Sa’dan terhadap lingkungan, maka penelitian ini merupakan penelitian  yang mengacu pada Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif, artinya penentuan sampling, perekaman data, hingga proses analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.  Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka ditarik kesimpulan sebagai berikut, Hasil Deskriptif: Pengetahuan Lingkungan dibentuk dari kondisi eksisting dan Konsep Penataan. Hal utama yang membentuk pengetahuan lingkungan adalah kondisi eksisting. Kebijakan Pemerintah dibentuk dari beberapa indicator antara lain Organisasi, regulasi dan Implementasi Kebijakan. Hal utama yang membentuk Kebijakan Pemerintah adalah Regulasi (Peraturan). Kearifan Lokal dibentuk dari         Kebiasaan masyarakat yang turun temurun, Kepercayaan masyarakat setempat dan Adanya Tanggung jawab masyarakat setempat. Hal utama yang membentuk Kearifan Lokal adalah Kebiasaan masyarakat yang turun temurun. Pengetahuan Lingkungan, Kebijakan Pemerintah, Kearifan Lokal berpengaruh terhadap Perilaku Masyarakat sempadan Sungai Sa’dan Kota Rantepao. Hal ini menunjukkan Pengetahuan Lingkungan (X1), Kebijakan Pemerintah (X2), Kearifan Lokal (X3) dapat meningkatkan Perilaku Masyarakat sempadan Sungai Sa’dan Kota Rantepao. Pentingnya masyarakat sempadan Sungai Sa’dan Kota Rantepao dalam kegiatan konservasi sempadan sungai sa’dan mengindikasikan bahwa masyarakat telah memahami mengenai konsep sempadan sungai, sehingga tanpa paksaan masyarakat megetahui batasan-batasan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan di sempadan sungai. The border of the Sa'dan river is part of the river basin that flows in the City of Rantepao. One of the river border areas that need special attention is around the riverbank in the Tagari area and around Malango', the city of Rantepao. The Sa'dan River has an important role in daily life because it has ecological, social and economic functions. This study aims to provide a description of Environmental Knowledge, Government Policy, Local Wisdom and Community Behavior of the Sa'dan River Border Community in Toraja Regency, to analyze the Effects of Environmental Knowledge, Government Policy, Local Wisdom on the Behavior of the Sa'dan River Border Community in North Toraja Regency, and to know the concept management of the Sa'dang river border, North Toraja Regency. Based on the research objective, which is to determine the effect of the behavior of the people living on the border of the Sa'dan river on the environment, this research is a research that refers to quantitative and qualitative approaches, meaning that the determination of sampling, recording data, to the analysis process of this research uses a quantitative approach. From the results of the research and discussion carried out, the following conclusions are drawn, Descriptive Results: Environmental Knowledge is formed from existing conditions and the Concept of Arrangement. The main factor that shapes environmental knowledge is the existing conditions. Government policies are formed from several indicators, including organization, regulation and policy implementation. The main thing that shapes Government Policy is Regulation (Regulation). Local wisdom is formed from hereditary habits of the community, local community beliefs and local community responsibilities. The main factor that forms local wisdom is the community's hereditary habits. Environmental Knowledge, Government Policies, Local Wisdom affect the Behavior of the People on the River Sa'dan Rantepao City. This shows that Environmental Knowledge (X1), Government Policy (X2), Local Wisdom (X3) can improve the Behavior of the People on the River Basin and the City of Rantepao. The importance of the Sa'dan River border community in Rantepao City in the sa'dan river border conservation activities indicates that the community has understood the concept of the river border, so that without coercion the community knows the boundaries of things that should and should not be done on the riverbank.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan: Studi Kasus Kota Nabire Kabupaten Nabire Provinsi Papua Kodi Rina Mariani Gobai; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 2 No. 2 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Juni 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v2i2.567

Abstract

Kinerja pengelolaan persampahan di Kota Nabire belum optimal. Timbunan sampah yang dihasilkan tidak seluruhnya dapat terangkut dan dikelola dengan baik khususnya di pusat Kota Nabire. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan volume sampah yang kian meningkat setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan munculnya timbunan sampah. Dampak ini kemudian disertai dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengusahakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Sehingga beimplikasi pada penurunan kualitas lingkungan yang ada di Kota Nabire. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pengelolaan sampah dan pengaruh kinerja pengelolaan sampah terhadap penurunan kualitas lingkungan. Adapun variabel independen, yaitu kinerja pengelolaan sampah (X) terdiri atas teknik operasional (X1), kelembagaan (X2), pembiayaan (X3), peran serta masyarakat (X4), dan regulasi (X5). Sedangkan variabel dependen, yaitu penurunan kualitas lingkungan (Y), dengan menggunakan pendekatan kuantitatif analisis tabulasi silang/crosstab dengan uji chi-kuadrat pearson dan metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan sampah yang diukur dengan variable yang telah disebutkan masih berada pada kategori kurang baik. Selain itu, kinerja pengelolaan sampah yang masih kurang tersebut berpengaruh signifikan namun hubungannya lemah terhadap penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di Kota Nabire. Solid waste management performance in Nabire City is not optimal. Not all of the piles of waste generated can be transported and managed properly, especially in the center of Nabire City. The increasing population causes the volume of waste to increase every year. This results in an error in landfill. This impact is then related to the low level of public awareness to strive for a clean and healthy environment. Hence, it has implications for decreasing the quality of the environment in Nabire City. This research aims to see the performance of waste management and its impact on the decrease of the environmental quality. The independent variable, namely the performance of waste management (X) consists of operational techniques (X1), institutional (X2), financing (X3), community participation (X4), and regulations (X5). While the dependent variable is the decrease of environmental quality (Y), by using a quantitative approach, cross tabulation / crosstab analysis with Pearson's chi-square test and multiple linear regression analysis methods. The results showed that the performance of waste management as measured by the variables that had come into the unsatisfactory category. In addition, solid waste management performance still has a significant but weak impact on the decrease of environmental quality that occurs in Nabire City.
Perubahan Penggunaan Lahan dan Keselarasan Rencana Pola Ruang Di Kota Kendari Alwan Alwan; Roland A. Barkey; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 1 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i1.605

Abstract

Inkonsistensi antara penggunaan lahan dengan arahan pola ruang merupakan tantangan dalam kebijakan pengendalian penggunaan lahan disetiap daerah, Perubahan penggunaan lahan di Kota Kendari dari tidak terbangun ke lahan terbangun cenderung cukup intensif yang salah satunya adalah akibat proses urbanisasi serta lemahnya kontrol pemanfaatan ruang Kota Kendari. Rumusan masalah yaitu bagaimana prediksi perubahan penggunaan lahan Kota Kendari tahun 2030 dengan rencana tata ruang wilayah Kota Kendari tahun 2010-2030. Tujuan penelitian adalah Manganalisis perubahan penggunaan lahan Kota Kendari tahun 2030 dengan rencana tata ruang wilayah Kota Kendari tahun 2010-2030. Jenis penelitian merupakan deskriptif analisis kualitatif melalui jawaban responden yang diambil diwilayah penelitian yaitu Wilayah Kota Kendari. Hasil pembahasan yaitu bahwa Prediksi penggunaan lahan ke tahun 2030 menunjukkan lahan terbangun sebesar 33,70%, semak/belukar 14.49%. Sementara itu, penggunaan lahan yang diprediksi mengalami penurunan terbesar pada tahun 2030 adalah kebun campuran sebesar 36,30%, hutan 13.18%, dan tambak 0.95%. Kenaikan luas lahan terbangun akan selalu diikuti oleh penurunan kebun campuran, sedangkan kenaikan luas semak/belukar akan selalu diikuti oleh penurunan lahan hutan. Ketidakselarasan penggunaan lahan pada tahun 2019 adalah 783.89 ha (2.89%) dari total luas wilayah dan pada akhir periode peruntukan RTRW tahun 2030 meningkat menjadi 1017.91 ha (3.76%) dengan ketidakselarasan penggunaan lahan terbesar terjadi di kawasan hutan. The inconsistency between land use and spatial pattern direction is a challenge in the policy of controlling land use in each region. Changes in land use in Kendari City from non-built to built land tend to be quite intensive, one of which is as a result of the urbanization process and the weak control over spatial use of Kendari City. The research question is how to predict land use change in Kendari City in 2030 with the Kendari City spatial planning in 2010-2030. The research objective is to analyze land use changes in Kendari City in 2030 with the spatial planning for Kendari City in 2010-2030. The type of this research is descriptive qualitative analysis through respondents' answers taken in the research area, namely Kendari City. The results of the discussion are that the prediction of land use in 2030 shows that the built-up land is 33.70%, with 14.49% shrubs. Meanwhile, land use which is predicted to experience the greatest decline in 2030 is 36.30% mixed gardens, 13.18% forest, and 0.95% ponds. The increase of built-up land is always followed by the decrease of mixed garden area while the increase of shrub area is always followed by the decrease of forest land. The nonalignment of land use in 2019 was 783.89 ha (2.89%) of the total area and at the end of the period, RTRW allotment in 2030 increased to 1017.91 ha (3.76%) with the largest inconsistency in land use occurring in forest areas.
Kutub Pertumbuhan Dan Gentrifikasi Pada Kawasan Pinggiran Kota Makassar La Ode Sir Muhammad Iqbal; Batara Surya; Syafri Syafri
Urban and Regional Studies Journal Vol. 3 No. 1 (2020): Urban and Regional Studies Journal, Desember 2020
Publisher : Postgraduate Bosowa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/ursj.v3i1.607

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana proses pembentukan kutub pertumbuhan wilayah dan gentrifikasi pada kawasan pinggiran Kota Makassar dalam hal ini Kelurahan Bangkala dan Tamangapa sebagai Kawasan Pinggiran Kota Makassar dan untuk melihat bagaimana pengaruh gentrifikasi yang terjadi terhadap perubahan struktur ruang Kota Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan alat analisis Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif dan analisis regresi linear berganda. Data diperoleh dari obeservasi langsung dilapangan untuk mengidentifikasi kondisi fisik lingkungan (hunian, penggunan lahan, geografis) dan sosial budaya masyarakat setempat, kuesioner wawancara langsung kepada sampel untuk lebih memperdalam data yang ingin diperoleh dan dokumentasi fisik lingkungan, untuk mendukung penyempurnaan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gentrifikasi terjadi di kawasan pinggiran Kota Makassar (Kelurahan Bangkala dan Tamangapa), dicirikan dengan perubahan tipologi kawasan dan peningkatan fasilitas serta infrastruktur perkotaan yang secara bertahap muncul sebagai dampak dari pengaruh secara internal Kota Makassar kaitannya dengan fenomena migrasi dalam proses pembentukan kutub pertumbuhan. Faktor eksternal wilayah dari Kota Makassar juga menjadi faktor penyebab terjadinya kutub pertumbuhan dan gentrifikasi dalam bentuk konurbasi perkotaan dan pembentukan kawasan Metropolitan Mamminasata. Hasil uji statistik terhadap 7 variabel yang diteliti menunjukan sebesar sebesar 51,9% atau dari 4 variabel yang diteliti secara simultan memberikan pengaruh terhadap penyebab terjadinya gentrifikasi pada kawasan pinggiran Kota Makassar dan sebaesar 26,9% memberikan pengaruh terhadap perubahan struktur ruang Kota Makassar. Hal berikut memberikan kesimpulan bahwa pengaruh gentrifikasi terhadap perubahan struktur ruang kota Makassar terjadi dalam bentuk perubahan fungsi dan aktifitas pada kawasan pinggiran. Disamping itu tingkat aktifitas dan pergerakan juga menjadikan kawasan pinggiran (Kelurahan Bangkala dan Tamangapa) mengalami berbagai dinamika dan permasalahan keruangan yang tidak terlepas dari sudut pandang sosial, ekonomi dan fisik kawasan itu sendiri. Disamping itu, dapat dimaknai bahwa gentrifikasi tidak serta menyeluruh memberikan perubahan pada pembentukan struktur ruang melainkan hanya pada beberapa bagian dari struktur ruang dalam hal ini adalah perubahan fungsi dan aktifitas serta perubahan pada sistem jaringan sarana dan prasarana pada kawasan pinggiran. This study aims to examine and analyze how the process of regional growth poles forming and gentrification in the suburbs of Makassar City, in this case Bangkala and Tamangapa Sub-Districts as Makassar Suburbs and to see how the influence of gentrification that occurs on changes in the spatial structure of Makassar City. This research is descriptive quantitative and qualitative by using descriptive Qualitative-Quantitative analysis tools and multiple linear regression analysis. The data were obtained from field work observations to identify the physical conditions of the environment (occupancy, land use, geography) and the socio-cultural conditions of the local community, questionnaires, direct interview to the respondents to further deepen the data obtained and environmental physical documentation, to support data improvement. The results show that gentrification occurs in the suburbs of Makassar City (Kelurahan Bangkala and Tamangapa), characterized by changes in regional typology and improvements in urban facilities and infrastructure that gradually emerge as a result of the internal influence of Makassar City in relation to the phenomenon of migration in the process of forming growth poles. Regional external factors from Makassar City are also the factors causing the growth poles and gentrification in the form of urban conurbation and the formation of the Mamminasata Metropolitan area. The results of statistical tests on the 7 variables studied showed that 51.9% of the 4 variables studied simultaneously had an influence on the causes of gentrification in the suburbs of Makassar City and 26.9% had an effect on changes in the spatial structure of Makassar City. It can be concluded that the effect of gentrification on changes in the spatial structure of the Makassar city occurs in the form of changes in functions and activities in the suburb areas. Besides that, the level of activity and movement also makes the suburb areas (Bangkala and Tamangapa sub-districts) experience various dynamics and spatial problems that cannot be separated from the social, economic and physical point of view of the area itself. In addition, it can be interpreted that gentrification is not comprehensive and gives changes to the formation of spatial structures but only in some parts of the spatial structure, in this case, changes in functions and activities as well as changes in the network system of facilities and infrastructure in the suburbs.