cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2016)" : 5 Documents clear
PENGARUH KERAPATAN BANGUNAN PADA KARAKTERISTIK TERMAL RUMAH TINGGAL KAMPUNG NAGA TERHADAP KENYAMANAN PENGHUNI Tathia Edra Swasti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.914 KB)

Abstract

ABSTRAKKampung Naga adalah salah satu kampung adat yang masih bertahan di Jawa Barat. Berdasarkan kondisi tersebut, Kampung Naga dijadikan tempat pariwisata dan konservasi yang harus dilestarikan dan dikembangkan oleh pemerintah. Dalam mempelajari arsitektur tradisional tidaklah cukup dengan mempelajari bentuknya saja, tetapi harus mendalami kajian tentang ruangnya. Untuk mempelajari kualitas suatu ruang perlu dinilai kualitasnya secara terukur dengan mengetahui tingkat kenyamanan termal bangunan. Kampung Naga merupakan permukiman yang bangunannya tersusun secara berderetan. Jarak bangunan dan keadaan lingkungan di Kampung Naga bervariasi, hal ini adalah salah satu yang mempengaruhi kenyamanan termal bangunan. Fenomena pada lokasi studi adalah bangunan tertata berderet secara rapat dan tergantung pada keberadaan jalan eksisting sehingga kemungkinan suhu, kelembaban, dan kecepatan angin di permukiman kampung naga perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui dengan benar kepadatan bangunan yang ditentukan oleh jarak antar bangunan mempengaruhi kenyamanan termal.Kajian ini diharapkan dapat membantu dalam melengkapi konsep arsitektur tradisional Kampung Naga berkaitan tentang karakteristik termal, yang di gunakan sebagai konsep untuk melakukan usaha melestarikan bangunan dan membantu dalam usaha konservasi bangunan rumah Kampung Naga dan perancangan rumah yang sesuai dengan desain rumah Kampung Naga, dengan memberikan gambaran mengenai karakteristik termal yang akan terjadi.Kata Kunci : Karakteristik Termal, Kampung Naga, KenyamananABSTRACTKampung Naga is one of the surviving indigenous villages in West Java. Under these conditions, the Naga village used as a place of tourism and conservation that should be preserved and developed by the government. In studying traditional architecture is not only to study the design, but should deepen the study of space. To study the quality of a space should be assessed the measurable quality by knowing the thermal comfort level of the building. Kampung Naga is a building habitation which were arranged in rows. The distance between buildings and environmental situation in Kampung Naga varies, it is one that affects the thermal comfort of the building. The tendency of the location in this study is lined by buildings arranged closely and depends on the presence of the existing road so that the possibility of temperature, humidity, and wind speed in the Kampung Naga needs to be further investigated to ascertain the building density precisely which is determined by the distance between buildings affects to the thermal comfort.This study is expected to assist in completing the traditional architectural concepts related Kampung Naga on the thermal characteristics, that is used as a concept to make the effort to preserve the building and assist building conservation campaign in Kampung Naga and planning the architectural home design that suits to the home design of Kampung Naga, to provide an overview of the thermal characteristics oncoming.Keyword: Thermal Characteristics, Naga Village, Comfort
STRUKTUR RUMAH TINGGAL MASYARAKAT JULAH: WUJUD PEWARISAN TRADISI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DI BALI UTARA Ni Putu Suda Nurjani
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.404 KB)

Abstract

ABSTRAKIsu lingkungan telah menjadi isu populer dan aktual dalam satu dekade terakhir ini. Hal itu melahirkan berbagai upaya untuk menghasilkan solusi yang tepat bagi permasalahan lingkungan. Berdasarkan kondisi tersebut, salah satu konsep pemecahan masalah yang saat ini banyak dibicarakan adalah arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture). Namun demikian, sustainable architecture bukan sekedar menyangkut persoalan teknologi-material, tapi juga menyangkut sikap budaya dan pendidikan. Pada masyarakat tradisional misalnya, sustainability terjadi bukan hanya dengan perwujudan fisik, namun lebih pada adanya kepercayaan atas nilai-nilai yang mendasarinya, yaitu penghargaan dan pemahaman untuk menjaga keselarasan alam. Seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Julah. Julah merupakan salah satu desa Bali Aga (Bali asli) yang sampai saat ini sangat taat terhadap adat dan tradisi. Berdasarkan hasil observasi penulis di Desa Julah, tidak ditemukan perubahan yang besar terutama dalam hal pembentukan struktur spasial ruang rumah tinggal masyarakatnya. Walaupun sudah banyak masyarakat Julah yang mapan dari segi ekonomi, akan tetapi mereka tetap taat terhadap adat dan tradisi. Kelestarian lingkungan adalah hal utama yang menjadi pertimbangan dalam setiap permasalahan yang terjadi di Desa Julah. Penelitian ini mengkaji dua hal mendasar yang membentuk karakter keruangan rumah tinggal masyarakat Julah. Pertama, mendeskripsikan bagaimana pola perilaku budaya masyarakat Julah dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan lingkungan binaan (arsitektur) secara selaras dan berkelanjutan. Kedua, mengkaji bagaimana pola perilaku itu dipelihara dan diwariskan melalui proses pembelajaran kepada generasi berikutnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang tidak hanya berfokus pada proses (perilaku) tetapi juga pada bentuk fisik rumah tinggal sebagai produk budaya arsitektur.Kata Kunci : Arsitektur berkelanjutan, rumah tinggal, tradisiABSTRACTEnvironmental issues have become a popular and actual issues in the past decade. It spawned numerous attempts to produce appropriate solutions for environmental problems. Under these conditions, one of the problem-solving that is currently widely discussed in architecture is sustainable development. However, sustainable architecture is not simply linked to a problem-material technology, but also about cultural attitudes and education. In traditional societies, for example, sustainability occurs not only with the physical embodiment, but rather on their confidence in the underlying values, namely respect and understanding to maintain the harmony of nature. As happened in the village community Julah. Julah is a Bali Aga village (original Balinese), which until now was very obedient to the customs and traditions. Based on observations in this village, there are no major changes, especially in terms of the formation of the spatial structure of residential space community. Although, many people in Julah village established in terms of the economy, but they remain obedient to custom and tradition. Environmental sustainability is the main thing to be considered in any problems that occurred in the Julah village. This study examines the two fundamental things that characterize spatial of Julah residential community. First, describe how the patterns of cultural behavior in society Julah interact with the natural environment and the built environment (architecture) in a harmonious and sustainable. Second, examine how patterns of behavior that are maintained and passed through a learning process to the next generation. The method used in this study is a qualitative research method, which not only focuses on the process (behavior) but also on the physical form of the residence as a cultural product architecture.Keyword: sustainable architecture, house, tradition
OPTIMALISASI PEMANFAATAN GREYWATER PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE Studi Kasus: Rumah Susun Juminahan di Yogyakarta Jarwa Prasetya S Handoko
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.575 KB)

Abstract

ABSTRAKSuplai air bersih bagi kota besar di Indonesia merupakan isu yang mengemuka seiring dengan perkembangan kota yang semakin pesat. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk perkotaan di Indonesia. Konsep sustainable arsitektur dalam desain bangunan dengan upaya pengolahan air limbah untuk reuse dan recycle sesuai dengan kebutuhan penghuni bangunan dapat sebagai salah satu upaya yang dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan ini.Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini membawa konsekuensi bertambahnya kebutuhan permukiman bagi masyarakatnya. Upaya pemenuhan kebutuhan permukiman penduduk perkotaan dilaksanakan oleh pemerintah Yogyakarta. Rumah susun merupakan salah satu bentuk permukiman penduduk perkotaan yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah.Pembangunan fasilitas baik itu permukiman maupun fungsi lain khususnya bangunan dengan kapasitas penghuni yang besar adalah ketersediaan air bersih bagi penghuninya. Sehingga bangunan yang berpotensi membutuhkan air bersih dalam jumlah besar harus mempertimbangkan aspek pemakaian air untuk ikut memberikan solusi permasalahan krisis air perkotaan. Konsep pemanfaatan grey water merupakan salah satu konsep yang ditujukan sebagai upaya pemanfaatan air limbah bangunan untuk memenuhi kebutuhan air pada bangunan. Konsep ini memberikan alternatif sumber air bersih untuk kegiatan tertentu pada bangunan.Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian yang mengevaluasi tingkat efektifitas pemanfaatan grey water pada bangunan rumah susun terhadap pengurangan kebutuhan air bersih bangunan rumah susun serta kebutuhan kegiatan apa saja yang dapat memanfaatkan grey water pada bangunan rumah susun.Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan grey water pada bangunan rumah susun dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk kegiatan tertentu. Sehingga hal ini dapat mengurangi kebutuhan air bersih yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup penghuninya. Hal ini akan mewujudkan upaya pemanfaatan limbah bangunan. Sehingga pemanfaatan grey water pada rumah susun dapat menjadi salah satu upaya mewujudkan sustainable architecture. Rekomendasi dari kajian ini adalah bahwa perancangan bangunan rumah susun sebaiknya dapat menerapkan konsep pemanfaatan grey water pada rancangan rumah susun. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan sebagian aktivitas pada bangunan rumah susun sebagai upaya mewujudkan sustainable architecture.Kata Kunci : Greywater, Water Conservation, Rumah Susun, Sustainable Architecture ABSTRACTClean water supply for major cities in Indonesia is an issue that is raised in line with the increasingly rapid development of the city. Various attempts were made by the government in overcoming the problems fulfilling water needs of urban population in Indonesia. The concept of sustainable architecture in the design of buildings with waste water treatment efforts to reuse and recycle in accordance with the needs of the building occupants can be as one of the efforts that can be applied to solve this problem.Yogyakarta is one of Indonesia's major cities with a high population growth. This leads to increased demand for housing for the people. Addressing the needs of urban settlements implemented by the government of Yogyakarta. Flats is one form of urban settlements that are currently being developed by the government.Construction of the facility either settlements or other functions, especially buildings with large occupant capacity is the availability of clean water for the residents. So the building could potentially require large quantities of clean water should consider the use of water to help provide solutions to problems of urban water crisis. The concept of the use of gray water is one concept that is intended as an effort to utilize the building waste water to meet the water needs of the building. This concept provides an alternative source of clean water for certain activities in the building.Therefore, it is necessary to have a study that evaluates the effectiveness of the use of gray water on building flats on reducing water needs of building flats and what activities need to utilize gray water in flat buildings.From this study it can be concluded that the use of gray water in flat buildings can be utilized to fullfil water needs for certain activities. So that it can reduce the need for clean water needed to fullfil the needs of its inhabitants. This effort at building waste utilization. So that the utilization of gray water on the flats can be one of the efforts to achieve sustainable architecture. Recommendations from this study is that the design of the flat building should be able to apply the concept of utilization of gray water. This is to fullfil the needs of some activities at the flat building as efforts to achieve sustainable architecture.Keywords : Greywater, Water Conservation, Flat, Sustainable Architecture
SUSTAINABLE HOME BASED ENTERPRISE: CRITERIA TOWARD THE CONCEPT Case Study: Kampung Sate, Ponorogo, Indonesia Rahmatyas Aditantri
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.872 KB)

Abstract

ABSTRAKUsaha berbasis rumah tangga merupakan salah bentuk usaha dari masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan memanfaatkan rumah tinggal sebagai tempat untuk bekerja. Kondisi seperti ini banyak terlihat pada sebagian besar negara berkembang, termasuk Indonesia. Usaha berbasis rumah tangga muncul sebagai sebuah solusi bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Kampung Sate merupakan salah satu kampung usaha berbasis rumah tangga di Ponorogo yang telah tumbuh dari waktu yang lama. Di Kampung ini, masyarakat masih menggunakan peralatan tradisional dalam menjalankan aktifitas ekonominya. Rumah – rumah dimodifikasi menjadi ruang kerja untuk menjalankan aktifitas ekonomi. Dari survai primer yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penghuni kurang memberikan perhatian pada kondisi rumah mereka. Padahal hal penting terkait rumah produktif adalah dampak dari aktifitas produksi pada lingkungan. Saat ini isu lingkungan menjadi hal penting karena pembangunan berkelanjutan tidak akan dapat tercapai apabila masyarakat tidak peduli tentang dampak aktifitas yang diberikan pada lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan mengenai kriteria dari konsep usaha berbasis rumah tangga berkelanjutan di Kampung Sate, Ponorogo. Kriteria – kriteria tersbeut dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan konsep pembangunan lingkungan berkelanjutan pada rumah produktif.Kata Kunci : kriteria, usaha berbasis rumah tangga, kampung, pembangunan berkelanjutanABSTRACTHome based enterprise is one of the forms of effort of people in order to gain economic prosperity by using their homes as the place to work. This condition is easy seen in most developing countries, including Indonesia. Home based enterprise appears as a solution for low-middle income household to gain economic prosperity. Kampung Sate is one of home based enterprise village in Ponorogo which is evolved years. In this Kampung, the people still use traditional equipments to conduct their economic activities. The houses are modified into workshop to conduct their economic activities. From primary survey it can be seen that the inhabitants pay less attention to their house condition. The other important thing related to productive house is the impact of the production activities toward the environment. Nowadays environmental issues become important because sustainable development can not be achieved if the community does not care about the impact of a given activity on the environment. Therefore, this research is expected to give overviews regarding the criteria of sustainable home based enterprise concept in Kampung Sate, Ponorogo. Those criteria can be used to determine the sustainable concept toward the built environment in productive housing.Keyword: criteria, home based enterprise, kampung, sustainable development
KAJIAN TERHADAP RUANG TATA PANGGUNG TEATER TRADISIONAL Anastasia Cinthya; Abraham Seno Bachrun
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.451 KB)

Abstract

ABSTRAKSebuah pertunjukkan kesenian terutama pertunjukkan teater sudah lama berkembang di jaman Yunani kuno. Bangsa Yunani kuno telah memikirkan sebuah ruang yang dapat mendukung pertunjukkan teater tersebut. Hingga saat ini bentuk - bentuk tata panggung pertunjukkan teater juga digunakan di Indonesia khususnya di daerah Jawa. Dimana perkembangan dunia hiburan tumbuh kembang di daerah Jawa yang tingkat populasinya lebih tinggi sebanding dengan pulau lain di Indonesia. Kajian pustaka ini lebih menfokuskan pada perbandingan tata letak panggung antara teater klasik (Yunani Kuno) dengan tata letak panggung yang berkembang di Indonesia.Kata Kunci : Teater Klasik, Teater Indonesia, Denah Panggung PertunjukanABSTRACTPerforming Arts, especially the theater has developed in ancient Greece. The Greeks have been thinking a space that can support the theater. Until now a form of theater stage design is also used in Indonesia, especially in Java. Which is, the development of the entertainment industry's growth in the area of Java that higher population level comparable to other islands in Indonesia. This literature review is focused on the comparison of the layout of the stage between the classical theaters (Ancient Greek) with the layout of the stage that developed in Indonesia.Keyword: Classic Theater, Indonesian Theater, Performing Art Stage Plan

Page 1 of 1 | Total Record : 5