cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
ISSN : 14116618     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI adalah wadah menghimpun dan mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dan konsep-konsep ilmiah serta pengetahuan dalam bidang arsitektur dan lingkungan buatan berwujud artikel yang ditulis berdasarkan penelitian: artikel hasil penelitian, artikel tentang ide-ide (gagasan konseptual), tinjauan tentang proses penelitian, tinjauan buku-buku baru, paparan tokoh arsitek dan pemikirannya, serta karya ilmiah lain yang berhubungan dengan fenomena arsitektur.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
SETING ALAMI SEBAGAI SARANA ANAK UNTUK MENGATASI TEKANAN LINGKUNGAN DI KAMPUNG KOTA Sativa, Sativa; Setiawan, Bakti; Wijono, Djoko; Adiyanti, MG
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 6 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (903.469 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i6.1377

Abstract

Abstract: Nowadays, the majority of Indonesian people live in the dense urban kampungs. Some of those kampungs laid on the riverside, as a marginal area -- due to their low economic value of the land. They have specific conditions especially on the limitation of infrastructures and facilities for children activities in the settlement area. This research is a part of my dissertation paper, which aims to gain how children (mainly school-age children) coping with such condition. This study is a qualitative exploratory research, meanwhile, observation and interview were used as collecting data methods. Kampung Ngampilan in Yogyakarta, Indonesia, was chosen as a case area, because of its unique characteristics: located on the riverside of Winongo River, had a high density, and most people have low economics. As the result, this study found that natural setting, especially river area and its surrounding vegetation, is a focus location for children to release live stress in their settlement, due to two space aspects: thermal comfort and visual comfort. This condition was triggered by the limited area of their house so that the children prefer to go out from their house especially after attending school in the afternoon. This results will be useful as a reference for urban kampung planning, especially in riverfront area.Keywords: children, kampung, environmental press, natural settingAbstrak: Mayoritas penduduk kota Indonesia tinggal di kampung berkepadatan tinggi. Sebagian dari kampung -kampung berada di bantaran sungai sebagai salah satu area kota yang dianggap marginal karena nilai ekonomi lahan rendah. Kampung-kampung umumnya berkondisi khas dan memiliki keterbatasan infrastruktur termasuk fasilitas untuk kegiatan anak-anak di permukiman. Studi ini merupakan bagian dari disertasi penulis, yang bertujuan mengetahui bagaimana anak-anak (terutama anak usia sekolah dasar) menghadapi tekanan lingkungan. Kampung Ngampilan dipilih karena merupakan kampung kota yang sangat padat, terletak di tepi sungai, berkontur curam, dan warganya termasuk kelompok ekonomi menengah ke bawah. Kajian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif, dan penggalian data dilakukan dengan metode observasi lapangan dan wawancara. Penelitian menemukan, seting alami kampung, khususnya sungai dan vegetasi di sekitarnya, merupakan area pilihan utama anak bermain, karena memiliki dua aspek kenyamanan, yaitu kenyamanan termal dan kenyamanan visual. Pilihan anak-anak dipicu oleh kondisi rumah mereka yang sempit, sehingga mereka lebih memilih keluar rumah sepulang sekolah atau sore hari. Temuan ini dapat menjadi acuan bagi pengembangan kampung kota Indonesia yang lebih kondusif untuk anak, khususnya kampung tepi sungai.Kata kunci: seting alami, tekanan lingkungan, kampung kota, anak
TANTANGAN PELESTARIAN DAN PERUBAHAN TERHADAP MANFAAT RUANG TRADISIONAL AKIBAT PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA; STUDI KASUS : RUMAH TINGGAL TRADISIONAL KUDUS Tarigan, Riandy
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.845 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i2.1108

Abstract

Abstrak: Perkembangan kegiatan industri kecil dan rumah tangga serta kegiatan perdagangan sangat pesat sebagai upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam rumah tangga karena keterbatasan modal untuk menyewa tempat untuk kegiatan industri dan perdagangan. Rumah tinggal tradisional merupakan rumah dengan berbagai konsep tradisi yang turun temurun yang diwujudkan kedalam tata ruang dan bentuk bangunan. Kebudayaan awal mula rumah sebagai fungsi hunian untuk berlindung serta sebagai citra dari nilai sosial dan budaya telah berkembang dan berubah menjadi kegiatan ekonomi-produktif. Perkembangan ini merupakan fenomena evolutif yang menarik karena berpengaruh ke dalam sistem tata ruang tradisional yang berkaitan dengan guna dan citra. Kegunaan terkait dengan perubahan fungsi dan tata ruang tradisional dan citra ruang yang diwujudkan ke dalam makna tata letak ruang tersebut terkait dengan kebudayaan. Kajian ini diarahkan kepada penelitian terhadap rumah yang mempunyai ciri  tradisional yang telah berkembang kegiatan industri. Dengan tumbuhnya kegiatan industri, secara hipotesis akan terjadi perubahan fungsi dan makna ruang untuk menyesuaikan kebutuhan terhadap kegiatan industri tersebut. Penelitian ini untuk melihat tantangan  perubahan cara pandang masyarakat terhadap makna rumah tradisional dan bagaimana penghuni mengantisipasi makna tradisional tersebut ke dalam perubahan tata ruang sebagai akibat dari adanya kegiatan industri didalamnya. Metode penelitian adalah metode deskriptif-kualitatif dengan melakukan indepth interview terhadap penghuni rumah tradisional di Kudus yang terdapat kegiatan industri dan perdagangan didalamnya. Analisa dilakukan dengan membandingkan melalui peta perubahan fungsi ruang saat ini dengan makna ruang tradsioan masa lalu. Dari analisa ini akan ditetapkan mana ruang yang mempunyai sifat dan kedudukan pola ruang tradisional  yang tetap dan yang telah berubah.  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan temuan bagaimana konflik antara  perubahan kegiatan yang terjadi dalam rumah sekaligus tantangan terhadap upaya untuk melestarikan ruang tradisional tersebut yang diwujudkan dalam penataan ruang.Kata kunci : perubahan, pelestarian, ruang tradisional, kegiatan industri dan perdagangan, Kota Kudus.
KONSEPSI LANGGAR SEBAGAI RUANG SAKRAL PADA TANEAN LANJANG Heng, Jeckhi; Kusuma, Aji Bayu
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.178 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i4.1167

Abstract

Abstract: Research on Langgar as a sacred place in Tanean Lanjang has done as its role in the settlement in Madura. This research aims to explore the role of Langgar in Tanean Lanjang. Methods used in data collecting are a field survey and studies of literature on the architecture of religious islamic buildings. The analysis focused on architectural form and traditional elements in Madura traditional settlement to get the conclusion on the comprehension of the role of Langgar in Tanean Lanjang. Langgar has an important meaning to people who are living in Madura as a center of activities for men in transferring religious values. It is also a place for living at noon and sleeping at night, a place for receiving guests, a place for daily praying, as well as a place to store the agricultural products. Langgar is a main sacred place in every settlement in Madura.Keywords: langgar, sacred place, Tanean LanjangAbstrak: Penelitian langgar sebagai ruang sakral pada Tanean Lanjang berawal dari fenomena keberadaannya di setiap rumah yang berada di Madura. Penelitian ini bertujuan agar peran Langgar terhadap Tanean Lanjang lebih dikenal. Metode yang digunakan  pada  penelitian ini adalah metode pengumpulan data melalui studi literatur mengenai arsitektur langgar atau masjid dan survei , metode analisis dengan fokus kajian pada bentuk arsitektur dan elemen tradisional permukiman Madura, dan metode menarik kesimpulan untuk memahami pentingnya pemaknaan langgar pada permukiman Tanean Lanjang. Langgar memiliki arti yang penting bagi masyarakat Madura. Langgar berfungsi sebagai pusat aktivitas laki-laki, yaitu transfer nilai religi, sebagai tempat bekerja pada siang hari, tempat menerima tamu, tempat istirahat dan tidur laki-laki, serta dipakai untuk melakukan ritual keseharian dan juga sebagai gudang hasil pertanian. Langgar menjadi ruang vital yang harus ada di setiap rumah, dalam sistem permukiman masyarakat Madura dan menjadi ruang sakral.Kata kunci: langgar, ruang sakral, Tanean Lanjang
ANALOGI MUSIK-ARSITEKTUR MELALUI PROSES TRANSFORMASI PADA SIMULASI PERLUASAN GEREJA KATEDRAL BOGOR Herliana, Emmelia Tricia
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2863.675 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i1.1054

Abstract

The selection of appropriate approaches for specific design project is the most creative step in a design process. In the recent research report (Herliana 2010), the approach which is derived from auditorial sensation through a conceptual interpretation of the characteristics of liturgical music in the Catholic Church explores the analogy of the musical composition elements and the architectural elements of design. The aim of this study is to implement the interpretation of the analogous of musical composition elements to the simulation in designing the extension of Cathedral Church in Bogor. The synthetic process explores a new configuration pattern of form and space - through the superimposition method of site-pattern interpretation and sound-pattern interpretation - to create a new order. The result is the re-arrangement of the form and space configuration through the process of creating “musical composition” in site, such as maintaining the hierarchy of site and the building structure, creating melodies, elaborating modulations, giving the ornaments, adding accents, and making rhyme; by strengthening dominant patterns and weakening sub-dominant patterns.Keywords: conceptual interpretation, analogy in Architecture, musical elements, superimposition methodAbstrak: Proses pencarian dan pemilihan pendekatan yang paling tepat untuk suatu kasus proyek yang spesifik adalah tahap yang memerlukan kreatifitas dan paling menentukan di dalam proses merancang. Pada artikel hasil penelitian penulis (Herliana 2010), telah disebutkan mengenai pendekatan yang bersumber dari sensasi bunyi melalui interpretasi konseptual karakteristik musik liturgi pada Gereja Katolik untuk merumuskan analog dari unsur-unsur komposisi musikal terhadap unsur-unsur arsitektural pada perancangan perluasan Gereja Katedral. Tulisan yang merupakan hasil penelitian mengenai proses desain ini bertujuan untuk menerapkan analog-analog dari unsur komposisi musikal pada simulasi perancangan perluasan bangunan Gereja Katedral di Bogor. Proses sintesis dilakukan dengan mencari konfigurasi ruang dan bentuk yang baru melalui metoda superimposisi dari interpretasi pola lahan dan interpretasi pola bunyi yang terjadi pada lahan untuk menciptakan keteraturan. Hasilnya adalah penataan ulang terhadap konfigurasi ruang dan bentuk melalui proses menciptakan “komposisi musikal” pada lahan, seperti dengan mempertahankan hirarki ruang pada struktur bangunan dan “site”, pembentukan melodi, pengolahan modulasi, pemberian ornamen, menambahkan aksen, dan membuat syair; dengan memperkuat pola yang dominan.Kata kunci: interpretasi konseptual, analogi dalam Arsitektur, unsur-unsur musikal, metoda superimposisi
STUDI ERGONOMI PADA AKSESIBILITAS DIFABLE PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN; STUDI KASUS PUSKEMAS DEPOK I SLEMAN Yunizar, Dimas Kharisma
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1222.442 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i1.1103

Abstract

Abstrak: Menurut rumusan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Puskesmas adalah salah satu bentuk pokok pelayanan kesehatan di Indonesia, dan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang tergolong primary health care. Pemikiran untuk meningkatkan kualitas hidup bagi kelompok masyarakat khususnya difabel (different ability) atau sering disebut dengan “orang yang memiliki kemampuan berbeda” didasarkan atas prinsip kesetaraan (persamaan) kesempatan dan partisipasi dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan terutama yang berkenan dengan masalah aksesibilitas, rehabilitasi, kesempatan kerja, kesehatan serta pendidikan. Penelitian direncanakan pada Puskesmas Depok I Sleman. Lokasi penelitian difokuskan pada ruang-ruang yang digunakan oleh pasien setiap saat. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pasien maupun karyawan yang bekerja di Puskesmas Depok I Sleman, untuk informasi-informasi berupa tanggapan dan permasalahan yang mereka rasakan selama berada di bangunan ini. kelengkapan data sekunder diperoleh dari bagian administrasi Puskesmas berupa profi l Puskesmas serta data yang berhubungan dengan penelitian. Mencari Literatur berupa jurnal, standar pergerakan manusia, standarluasan ruang, yang akan disesuaikan untuk mendapatkan ergonomi di dalam Puskesmas Depok I Sleman ini. Prinsip layanan fasilitas publik aksesibilitas difabel sebenarnya sangat sederhana, kata aksesibilitas mempunyai bahwa semua orang yang termasuk kaum difabel, tanpa bantuan siapa pun, dapat mencapai dan memasuki suatu lingkungan kawasan bangunan kemudian dapat menggunakan seluruh fasilitas di dalamnya tanpa merasa menjadi obyek belas kasihan orang lain.Kata kunci: Puskesmas, aksesibilitas, difable
KONDISI LIVABILITAS KORIDOR JALAN; Studi Kasus: Koridor Jalan Selokan Mataram pada Penggal Jalan Affandi sampai Jalan Seturan Raya, Yogyakarta Wismarani, Yustina Banon
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 5 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2069.956 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i5.1294

Abstract

Abstract: Jalan Selokan Mataram on segment Jalan Affandi up to Jalan Seturan Raya is a linear street corridor of 2.3 km which has a median street in the form of Selokan Mataram (Mataram ditch ) of which initial function is as a street inspection. Urban development and strategic location made the street’s function increased into public street and there is also develop function of commercial buildings that bordered the street corridor. The local government revitalized the corridor in 2009 and 2012 by acquitting the land for street widening and infrastructure improvement. The revitalization of the street corridor made number of problems such as congestion, low street user safety, the low activity of non-vehicle, preservation of green and blue lines are unresolved. The research was conducted using qualitative rationalistic through three livability elements, they are: (a) the functions and social activities; (b) the accessibility and safety; (c) environmental quality. The results showed that Jalan Selokan Mataram on segment Jalan Affandi up to Jalan Seturan Raya line is divided into into three (3) categories: C livability category (low value on all livability elements) on first segment; B livability category (low value in the element of accessibility and safety and environmental quality; high value on function and social activities elements) on 3 rd street segment; and A livability category (high value on elements of function and social activities, average value on the elements of environmental quality, and low value on accessibility and safety elements) on 2nd, 4th, 5th street segments.Keywords: street corridor livability, street corridor qualityAbstrak: Jalan Selokan Mataram pada penggal Jalan Affandi sampai Jalan Seturan Raya merupakan koridor jalan linear sepanjang 2.3 km yang memiliki median jalan berupa Selokan Mataram dengan fungsi awal sebagai jalan inspeksi. Perkembangan kota dan lokasi jalan yang strategis mengubah fungsi jalan menjadi jalan umum dan muncul fungsi bangunan komersial sepanjang koridor jalan. Pemerintah Daerah merevitalisasi koridor jalan pada tahun 2009 & 2012 dengan melakukan pembebasan lahan untuk pelebaran jalan dan perbaikan infrastruktur. Revitalisasi koridor jalan sebagian menimbulkan sejumlah masalah: kemacetan, rendahnya keselamatan pengguna jalan dan aktivitas non-kendaraan, pelestarian jalur hijau dan biru belum terselesaikan. Penelitian dilakukan dengan metode rasionalistik kualitatif melalui tiga elemen livabilitas jalan yaitu (a) fungsi & aktivitas sosial; (b) aksesibilitas & keselamatan; (c) kualitas lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan: Jalan Selokan Mataram pada penggal Jalan Affandi sampai Seturan Raya terbagi dalam lima penggal dengan livabilitas bervariasi dan diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) livabilitas C (nilai rendah pada ketiga elemen livabilitas): pada penggal jalan 1 (satu); (2) livabilitas B (nilai rendah pada elemen aksesibilitas & keselamatan serta kualitas lingkungan dan nilai tinggi pada elemen fungsi & aktivitas sosial): pada penggal jalan 3 (tiga); (3) livabilitas A (nilai tinggi pada elemen fungsi & aktivitas sosial, nilai sedang pada elemen kualitas lingkungan, dan rendah pada elemen aksesibilitas & keselamatan): pada penggal jalan 2 (dua), 4 (empat), dan 5 (lima).Kata kunci: livabilitas koridor jalan, kualitas koridor jalan.
MERANCANG ULANG KOTA: LANGKAH ADAPTASI DALAM MENCIPTAKAN KOTA BERKELANJUTAN Purwanto, Edi
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 1 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.343 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i1.1040

Abstract

Abstract: Currently, urban architecture is frequently referred to as one of main contributors for the occurrence of global warming. Global warming issue is getting more popular in which high-rise buildings in cities becomes one of the causes as they produce 68% of total CO2 emission gas on the earth. The emission of green house gasses in the year of 1970-2004 increased by 70%, global temperature increased by 0.72% in ten decades, and since 1961 the sea surface topography has increased by 0.175 cm/year. In other words, urban architecture greatly contributes in increasing micro climate, particularly city climate. The micro climate is caused by the heat emitted by buildings and roads, and building equipments using electrical energy. The finishing of architectural design in cities by using heat emitting materials tends to be environmentally unfriendly. The design has a potency to create climate disorder. The building mass, particularly high-rise buildings in the city area, is designed independently. Consequently, it reflects heat among building mass one another, and it disrupts shadowing system. Global warming effect is still neglected by architects. They still believe in the superiority of architectural design in technological context and anti-natural. The issues of global warming effect seem to be the central issues to be considered by architects and city designers on how important urban architectural design, which is environmentally friendly, in creating an environmentally responsive city. In addition, the effects of global climate change have to be redefined in the design criteria of urban architectural buildings. The result of this study shows that redesigning urban architecture has to consider some factors, such as technical finishing design using recent technology, people behaviour, and related regulations.Keywords: redesign, adaptation, sustainableAbstrak: Selama ini, arsitektur perkotaan seringkali dianggap sebagai salah satu penyumbang utama terjadinya pemanasan global (“global warming"). Isu pemanasan global menjadi semakin popular, di mana gedung bertingkat di perkotaan menjadi salah satu penyebabnya karena telah menghasilkan 68% total gas emisi gas CO2di bumi. Emisi gas rumah kaca pada tahun 1970-2004 mengalami peningkatan sebanyak 70%, suhu global naik 0,72% dalam sepuluh dasawarsa, dan sejak tahun 1961 permukaan laut naik 0,175 cm/tahun. Dengan kata lain, arsitektur perkotaan memberikan sumbangan besar terhadap naiknya iklim mikro, terutama iklim di perkotaan. Kenaikan iklim mikro tersebut diakibatkan oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan jalan serta kelengkapan bangunan yang menggunakan energi listrik. Penyelesaian desain arsitektur di perkotaan dengan menggunakan material yang memantulkan panas cenderung tidak ramah lingkungan. Desain tersebut berpotensi menciptakan kekacauan iklim. Massa bangunan, terutama bangunan tinggi di kawasan perkotaan, dirancang tanpa memperhatikan konteks lingkungan, akibatnya terjadi efek saling memantulkan panas antar massa bangunan, serta mengacaukan sistem pembayangan. Dampak pemanasan gobal masih kurang diperhatikan oleh para arsitek, mereka masih percaya pada keunggulan desain arsitektur yang berbasis teknologi dan anti natural. Kiranya isu dampak pemanasan global menjadi isu utama yang layak diperhatikan oleh para arsitek dan perancang kota mengenai betapa pentingnya desain arsitektur perkotaan yang ramah lingkungan dalam mewujudkan kota yang tanggap lingkungan. Dampak perubahan iklim global perlu dipertimbangkan sebagai kriteria desain bangunan arsitektur perkotaan. Hasil dari pembahasan ini menunjukkan bahwa merancang ulang arsitektur perkotaan sebagai langkah adaptasi menuju kota yang tanggap lingkungan perlu memperhatikan beberapa faktor, yaitu faktor penyelesaian desain secara teknis dengan teknologi terkini, perilaku masyarakat, dan peraturan yang mengikat.Kata kunci : redesain, adaptasi, berkelanjutan
PEMANFAATAN MARKA JALAN UNTUK MENGATUR BATAS TERITORIAL PERILAKU PADA PASAR MINGGU PAGI (SUNDAY MORNING MARKET) UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jalan Olahraga Universitas Gadjah Mada Yogyakarta) Ricardo, David
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 6 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.057 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i6.1096

Abstract

Abstract: This Research is one of methods to figure out the benefits from the use of marking road. A special handling is needed to the violations of Marking Road especially for populated area that located on lack of attention area. Sunday morning market of University of Gadjah Mada has tight activities every Sunday morning and Olahraga street is the study sample that represent other streets. This research using qualitative methods by gathering data field and interview to obtain results such as site size, history, behavior setting, behavior mapping, and personal space. The use of marking road must be related to territorial division of activities such as function and activity that is happening.  Territory happened through a different process every its object.  There are two divisions of territory for Sunday Market Morning that are Primary Territory and Secondary Territory. Primary Territory includes kiosk traders, parking attendants, and visitors. On the other hand, Secondary territory is a space that is used together such as secondary road or the divisor road. After the division of territories is obtained then the data is analyzed to get some alternatives. The alternatives are compared to get the pattern of territories that can be arranged through the use of Marking Road.Keywords: Marking Road, Territorial, Sunday Morning Market of Gadjah Mada University    Abstrak: Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui manfaat dari penggunaan marka jalan. Pelanggaran terhadap marka jalan perlu penanganan khusus terutama daerah-daerah padat yang terdapat pada jalur jalan lingkungan yang kurang menjadi perhatian. Pasar Minggu Pagi (Sunday Morning Market) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta termasuk memiliki kegiatan padat setiap minggu pagi dan jalan olahraga sebagai sampel penelitian mewakili jalan yang lain. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data lapangan dan wawancara sehingga mendapatkan data seperti ukuran site, sejarah, behavior setting, behavior mapping, dan personal space. Penggunaan marka jalan pasti berhubungan dengan pembagian batas teritori kegiatan seperti fungsi dan aktivitas yang terjadi. Teritori terjadi melalui proses yang berbeda-beda tiap objeknya. Pada Sunday Morning Market terdapat pembagian dua teritori yaitu primary territory dan secondary territory. Primary territory meliputi pedagang kios, pelaku parkir, dan pengunjung. Sedangkan secondary territory merupakan ruang yang dipakai bersama seperti jalan sekunder ataupun jalan pembagi. Setelah didapatkan pembagian teritorinya maka dianalisis dan mendapatkan beberapa alternatif. Alternatif tersebut dibandingkan sehingga mendapatkan pola teritori yang dapat diatur melalui penggunaan marka jalan.Kata kunci: Marka Jalan, Teritorial, Pasar Minggu Pagi Universitas Gadjah Mada
FENOMENA PERUBAHAN BENTUK BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI DESA SODO PALIYAN, GUNUNG KIDUL Wati, Dwi Wahjoeni Soesilo
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.621 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i3.1114

Abstract

Abstract: Dynamic changes will always occur. The aim of this research, which concerns about the phenomenon of the changes of new house form in Sodo village, is to find factors which influence changes of the building form and the varieties of changes. This research uses qualitative method. The result of this research shows that the changes of the house are affected by livelihood, limited size of the land, stages in building construction, people involved in the construction, and the openness of communication and information. Types of changes are the orientation of buildings, building form, the form of verandah, the location and shape of the main door and windows, as well as materials and building colors.Keywords: phenomenon of change, house, Sodo, Paliyan, Gunung KidulAbstrak: Perubahan merupakan dinamika yang akan selalu terjadi. Penelitian ini adalah tentang fenomena perubahan bentuk rumah baru yang terjadi di Desa Sodo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan bentuk dan menemukan bentuk perubahannya. Penelitian menggunakan metoda kualitatif. Hasil penelitian menemukan adanya beberapa faktor yang berpengaruh pada perubahan bentuk bangunan rumah tinggal, antara lain: mata pencaharian, keterbatasan luas lahan untuk bangunan, tahapan membangun, cara membangun, dan keterbukaan komunikasi dan informasi dengan dunia luar. Perubahan yang terjadi selain pada arah hadap bangunan, juga terjadi pada sosok bangunan, bentuk serambi, bentuk dan letak pintu dan jendela, material bangunan, dan warna bangunan.Kata Kunci: fenomena perubahan,bangunan rumah tinggal, Sodo, Paliyan, Gunung Kidul
TRANSFORMASI DESAIN RUMAH TINGGAL DI PERUMAHAN PADMA RESIDENCE (BANTUL, YOGYAKARTA) SAAT DITEMPATI Agnes, Gabriella Calista
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.667 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i4.1087

Abstract

Abstract: A house is a basic need for every human’s life. It is not only a place for shelter, but also a place for a family to live, to have social interaction between them, to raise the children, and to give the values of life. Padma Residence is a modern residence which is built by PT. Surya Coco Jaya. Most of its residents make changes to their houses after they occupy it. The main purpose of this study is to observe changes toward the initial design by comparing the initial design and present condition, recording the present condition of the house when it has occupied by determine architectural elements which are changed, determining causal factors of changes, and finding out dominant causal factors toward alteration of architectural elements of the house at Padma Residence, Bantul, Yogyakarta while it is occupied. Methods used in data collecting are literature study and a field survey. A field survey includes observation, interview, and distributing questionnaires to 25 respondents who are the owners of houses in this residence. Data analysis used table which compare the initial design and nowadays condition. The result of data processing and analyzing reveals that the owners do physical changes at their houses while they occupy them, particularly at the front appearance of the house. The changes include the addition of canopies at carport and changes in the layout of the rooms, such as kitchen, dining room, and backyard. A dominant factor which has caused those changes is the function of rooms which is added to the house.Keywords: residence, physical changes, the additon of functionAbstrak : Rumah merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan setiap manusia. Selain sebagai tempat untuk berlindung, rumah juga merupakan wadah atau tempat manusia atau sebuah keluarga melangsungkan kehidupannya. Perumahan Padma Residence merupakan sebuah hunian modern yang dibangun PT. Surya Coco Jaya dan sebagian besar penghuninya melakukan perubahan pada rumah tinggalnya saat ditempati. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui perubahan terhadap desain awal rumah tinggal dan kondisi rumah tinggal tersebut saat ditempati dengan mengetahui unsur-unsur arsitektural yang berubah pada desain rumah tinggal saat ditempati di Perumahan Padma Residence, Bantul, Yogyakarta. Metode penelitian dilakukan dengan studi literatur dan survei lapangan. Survei lapangan meliputi pengamatan, wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada 25 responden yang merupakan pemilik rumah tinggal di perumahan tersebut. Hasil dari pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa pemilik rumah melakukan perubahan fisik pada rumah tinggalnya saat ditempati, terutama pada tampilan depan bangunan, perubahan yang dilakukan adalah menambahkan kanopi pada carport, peletakan ruang seperti dapur, ruang makan, dan taman belakang. Faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan tersebut adalah pertambahan fungsi ruang.Kata kunci: rumah tinggal, perubahan fisik, pertambahan fungsi

Page 2 of 13 | Total Record : 124