cover
Contact Name
Novita Kamaruddin
Contact Email
novita.trivita@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkp.fkep@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Padjadjaran
ISSN : 23385324     EISSN : 24427276     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Keperawatan Padjadjaran (JKP) or The Padjadjaran Nursing Journal is a peer review journal providing an open access facility for scientific articles published by the principles of allowing free research available for public to support global scientific exchange. Padjadjaran Nursing Journal (JKP) is published three times a year, specifically in April, August, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran" : 10 Documents clear
Perbandingan Nilai PETCO2 dan PACO2 pada Pasien dengan Pemasangan Ventilasi Mekanik Baskoro Soetioputro; F. Sri Susilaningsih; Titin Mulyati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.042 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.134

Abstract

Pasien dengan ventilasi mekanik perlu dilakukan pemantauan CO2 karena berperan penting pada regulasi pernapasan dan keseimbangan asam-basa tubuh. Pemantauan CO2 dapat dilakukan dengan mengukur PaCO2 melalui analisis gas darah arteri. Pengukuran PaCO2 tidak dapat dilakukan secara kontinu sehingga perlu sering dilakukan pengambilan darah arteri yang dapat menimbulkan komplikasi. Pengukuran PETCO2 dapat memantau CO2 secara kontinu dan non invasif. PETCO2 adalah tekanan parsial CO2 ekspirasi yang diukur pada saat akhir volume tidal pernapasan. Penelitian ini bertujuan membandingkan nilai PETCO2 dan PaCO2 pada pasien dengan ventilasi mekanik di ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah prospective cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan terhadap 21 pasien yang menggunakan ventilasi mekanik di ruang GICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data PETCO2 dicatat pada saat perawat mengambil sampel darah arteri untuk pemeriksaan analisis gas darah. Didapatkan 122 pasang data nilai PETCO2 dan PaCO2. Data yang diperoleh dianalisis dengan Bland-Altman plot. Hasil penelitian nilai PETCO2 berada pada rentang 14-67 mmHg dan nilai PaCO2 berada pada rentang 17-77 mmHg. Bias nilai PETCO2 dan PaCO2 adalah -4,6475 mmHg lebih rendah daripada estimasi nilai bias ±5 mmHg sehingga bisa diterima secara klinik. Presisi nilai PETCO2 adalah 12,7969 mmHg (limit of agreement= 1,7509; -11,0460) lebih tinggi daripada estimasi nilai presisi ±5 mmHg sehingga tidak bisa diterima secara klinik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengukuran PETCO2 tidak dapat menggantikan pengukuran PaCO2, tetapi pengukuran PETCO2 dapat digunakan untuk memperkirakan nilai PaCO2 pasien dengan ventilasi mekanik.Kata kunci: PETCO2, PaCO2, ventilasi mekanik. Comparison of PETCO2 and PACO2 Values in Patients with Mechanical VentilationAbstractPatients with mechanical ventilation need to be monitored for the CO2 value because it has an important role in regulation of respiration and body acid-base equilibrium. Monitoring of CO2 can be done by measuring PaCO2 through arterial blood gas analysis. Measurement of PaCO2 could not be done continuously so that the arterial blood are needed to be taken quite often which could cause complication. The measurement of PETCO2 can monitor the CO2 continuously and non-invasively. PETCO2 is partial pressure of CO2 expiration that is measured at the end of respiration tidal volume. This study aimed to compare the PETCO2 value and PaCO2 in patients with mechanical ventilation in GICU Dr. Hasan Sadikin Hospital. The research design was prospective cross-sectional using consecutive sampling method. The total sample was 21 patients who used mechanical ventilator in GICU Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung. The PETCO2 data were recorded when the patients’ arterial blood sample were taken for blood gas analysis test. The total of 122 pair date of PETCO2 and PaCO2 values were recorded. The data were analyzed using Bland-Altman plot. The results showed that the PETCO2 value ranged from 14 – 67 mmHg and the PaCO2 values ranged from 17 – 77 mmHg. The deviation of PETCO2 and PaCo2 was -4.6475 mmHg, which is lower than the estimation of ± 5 mmHg deviation, therefore the PETCO2 measurement can be accepted clinically. The precision of PETCO2 was 12.7969 mmHg (limit of agreement = 1.7509; -11.0460) which is higher than the estimation of precision value of ±5 mmHg, therefore it cannot be accepted clinically. In conclusion, the PETCO2 measurement could not replace the PaCO2 measurement, however, PETCO2 measurement can be used to predict the value of PaCO2 for patients with mechanical ventilation.Keywords: Mechanical ventilation, PETCO2, PaCO2.
Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten Ciamis Etika Emaliyawati; Ayu Prawesti; Iyus Yosep; Kusman Ibrahim
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.972 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.139

Abstract

Jawa Barat merupakan wilayah rentan kejadian bencana. Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam tanah longsor dan banjir berdasarkan pemetaan secara global 2012-2029. Namun demikian, penanganan bencana belum tertangani secara optimal. Penanganan korban pada kondisi bencana belum tertangani dengan baik karena minimnya koordinasi, data layanan kesehatan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tidak tertanganinya korban akibat bencana. Penggunaan sistem informasi dalam penanganan bencana sangat diperlukan khususnya untuk aspek layanan kesehatan. Tujuan penelitian ini terbentuknya sistem informasi kesehatan khususnya dalam penanganan bencana di Kabupaten Ciamis untuk memudahkan dalam koordinasi penanganan korban dimulai dari lokasi bencana, evakuasi dan transportasi korban ke tempat layanan kesehatan yang sangat tergantung dari kondisi korban, sarana dan prasarana fasilitas kesehatan, logistik yang dibutuhkan, jarak dan waktu tempuh ke tempat layanan kesehatan, serta sumber daya manusia di tempat layanan kesehatan. Penelitian menggunakan metode riset terapan, menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan perangkat lunak arcgis. Hasil penelitian ini yaitu terbentuknya prototipe sistem informasi kesehatan di Kabupaten Ciamis yang diberi nama “Sistem Informasi Bencana Padjadjaran (SIMBARAN)” berisi elemen kesehatan yang diperlukan selama bencana meliputi layanan kesehatan terdekat di sekitar kejadian, sumber daya manusia yang tersedia, saranan prasarana, penanggung jawab program dan sistem rujukan sehingga memudahkan dalam koordinasi penanganan korban yang nantinya diharapkan dapat menurunkan angka kematian korban akibat bencana ataupun kejadian kecelakaan lainnya. Direkomendasikan agar setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat memiliki model Sistem Informasi Bencana karena wilayah Jawa Barat yang rentan terhadap kejadian bencana.Kata kunci: Aspek kesehatan, mitigasi, sistem informasi, “simbaran”. Disaster Mitigation Management use Information Technology in CiamisAbstractWest Java is one of region with susceptible disaster. Ciamis is an area that has a fairly high level of vulnerability to natural disasters as landslides and floods based mapping globally from 2012 to 2029. However, disaster management has not handled optimally. Handling of victims in the disaster condition is not handled properly due to lack of coordination, health services data is inadequate, causing no casualties from the disaster Settlement. Using of information systems in disaster management is indispensable, especially for health services aspects. The study purpose is establishment of health information systems, especially in disaster management in Ciamis to facilitate the coordination of the handling of victims starting from the disaster site, evacuation and transportation of victims to the health service that is highly depend on the condition of the victim, facilities and infrastructure of health facilities, logistics required, distance and time to the health service, and human resources in the health service. The research method applied research, using a geographic information system (GIS) software ArcGIS. The results of this study is the formation of a prototype health information system in Ciamis, named “Information System Disaster Padjadjaran (SIMBARAN)” contains the elements necessary health during disasters include the nearest health service in the vicinity of the incident, the human resources available, the proposition infrastructure, responsible program and a referral system to facilitate the coordination of the handling of victims who might be expected to decrease the death toll from the disaster or other accident scene. This study being recommended for each district in West Java has a Disaster Information System model because West Java region that is susceptible to disaster events.Keywords: Information systems, health aspects, mitigation, “simbaran”.
Pengaruh Modul Pemberdayaan Keluarga tentang Toilet Training terhadap Kemandirian Eliminasi Anak di PAUD Iryanti Iryanti; Kamsatun Kamsatun
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.111 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.135

Abstract

Anak prasekolah harusnya dapat mengontrol BAB/BAK secara mandiri, namun berdasarkan survey kesehatan rumah tangga nasional, 75 juta anak prasekolah susah mengontrol BAB/BAK, sehingga anak mengompol dan buang air besar di celana, keadaan tersebut bila berlangsung lama akan mengganggu tugas perkembangan anak. Keluarga menentukan keberhasilan anak BAB/BAK di toilet, sehingga pengetahuan,sikap, dan keterampilan keluarga mengenai toilet training menjadi penting. Penelitian ini menganalisis pengaruh modul pemberdayaan keluarga tentang toilet training terhadap kemandirian eliminasi anak. Jenis quasi experiment, pre-post test two group design. Sampel sebanyak 58, yaitu 29 subjek kelompok perlakuan dan 29 subjek kelompok kontrol, diambil dengan multi stage random sampling. Lembar observasi digunakan untuk mengukur kemandirian eliminasi anak, variabel tersebut diukur sebelum dan sesudah keluarga diberi modul toilet training untuk digunakan melatih anaknya selama 4 minggu. Data dianalisis dengan uji T independent. Hasil uji statistik menunjukkan kemandirian eliminasi BAB/BAK anak di toilet pada kelompok perlakuan lebih baik daripada kelompok kontrol (p-value = 0,000) (p<0,05). Simpulan penelitian ini bahwa penggunaan modul toilet training oleh keluarga meningkatkan kemandirian eliminasi anak BAB/BAK di toilet. Disarankan bagi keluarga dan PAUD, agar anak umur prasekolah yang belum bisa BAB/BAK secara mandiri dikoreksi secara dini dengan toilet training secara benar dan intensif agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.Kata kunci: Anak, kemandirian eliminasi, modul, toilet training. The Effect of Family Empowerment regarding Toilet Training Module towards Children’s Independence for Toileting in PAUD (Early Child Education)AbstractPre-school children should be able to control urination/defecation independently, however, based on national household health survey 75 million of pre-school children were difficult to control their urination/defecation, so that they urinated and defecated in their pants. These conditions, if happened in prolonged time, would impair the development tasks of the children. Families determine the success of children toilet training. Therefore, knowledge, attitude, and skills of the families regarding toilet training are important. This study analyzed the effect of the module of family empowerment regarding toilet training towards the independence of toileting among children. Quasi-experiment with pre-posttest two group design was used. The sample of 58 participants, which divided into 29 participants in intervention group and 29 participants in control group, were recruited using multi stage random sampling. Observation sheet were used to measure the children’s independence for toileting, this variable were measured before and after the families were given toilet training module to train the children for 4 weeks. The data were analyzed using t-independent. The results showed that the children’s independence in toileting were better in the intervention group compared to the control group (p-value = 0.000) (p<0.05). The conclusion of this study is that the use of toilet training module by the families can increase the children’s independence in toileting. It is suggested for families and early child education to provide toilet training for children as early as possible in a right way intensively so that the children can grow and develop optimally.Keywords: Children, module, toileting independence, toilet training.
Gambaran Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Gangguan Jiwa Bera Yelsi Wanti; Efri Widianti; Nita Fitria
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.452 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.140

Abstract

Keluarga yang merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa sering mengalami stres karena perilaku anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan stigma yang melekat pada keluarga. Keluarga akan melakukan strategi koping untuk mengatasi stres yang dialami. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat di rumah di Desa Sukamaju dan Desa Kersamanah Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 43 orang anggota keluarga yang merawat pasien gangguan jiwa berat, diambil dengan total sampling. Data penelitian diambil menggunakan kuesioner dari instrumen baku Ways Of Coping (WOC) dan analisis data yang digunakan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan sebagian dari responden yaitu 20 orang (47%) lebih cenderung menggunakan emotional focused coping, sebagian kecil responden yaitu 13 orang (30%) cenderung menggunakan problem focused coping dan sebagian kecil responden lainnya yaitu 10 orang (23%) dominan menggunakan problem focused coping dan emotional focused coping secara bersamaan. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa berat di rumah melakukan usaha untuk menghadapi stres dengan cara mengatur respon emosionalnya untuk menyesuaikan diri dari dampak yang ditimbulkan oleh pasien. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat di puskesmas setempat untuk memberikan konsultasi dan konseling bagi keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa berat di rumah.Kata kunci: Gangguan jiwa berat, keluarga, strategi koping. Describe Of Family Coping Strategies In CaringFamily Members Suffering From Severe Mental DisordersAbstractFamilies who care for family members with mental illness often stresor due to the behavior of family members with mental illness and the stigma attached to the family. The family will do the coping strategies to overcome the stres experienced. The study purpose is to identify family coping strategies in caring for family members who suffer from severe mental disorders at home in Sukamaju and Kersamanah Villages in District of Garut. This design of study is quantitative descriptive with the number of respondents about 43 family members who care for patients with severe mental disorders, using total sampling. The data were taken using a questionnaire of raw instrument Ways Of Coping (WOC) and data analysis used form of a percentage. The results showed the majority of respondents, 20 people (47%) were more likely to use emotional focused coping, a small portion 13 respondents (30%) tend to use problem focused coping and a small portion 10 respondents (23%) predominantly use problem focused coping and emotional focused coping simultaneously. The conclusions of this study indicate that the family in caring for patients with severe mental disorders at home to make efforts to deal with stres by regulating the emotional response to adjust from the impact caused by the patient. The results of this study are expected to provide input for a nurse at a Health care to provide consultation and counseling for families in caring for patients with disorders severe mental at home.Keywords: Coping strategies, family, severe mental disorders.
Kualitas Hidup pada Anak dengan Kanker Ikeu Nurhidayah; Sri Hendrawati; Henny S. Mediani; Fanny Adistie
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.46 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.136

Abstract

Kanker anak merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan dan perawatan berkelanjutan. Pengobatan kemoterapi yang berkelanjutan pada anak dengan kanker, selain memiliki efek terapeutik juga menyebabkan berbagai efek samping. Hal ini dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak, meliputi fungsi fisik, emosi, sosial, psikologis, sekolah, dan kognitif. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kualitas hidup pada anak dengan kanker. Penelitian ini menggunakan mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Sampel penelitian kuantitatif dengan 60 responden. Kualitas hidup pada anak diukur dengan menggunakan instrumen PedsQoL Generic 4.0 dan PedsQoL Cancer Module 3.0. Analisis data dilakukan menggunakan nilai mean. Penelitian kualitatif menggunakan 10 partisipan dan pengumpulan data dengan pedoman wawancara. Analisis data menerapkan teknik analysis interactive model dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Hasil penelitian menunjukkan 32 orang (53,3%) anak kanker memiliki kualitas hidup buruk, dengan nilai terendah pada fungsi sekolah dan kekhawatiran anak dalam menghadapi pengobatan dan penyakit.Kualitas hidup yang buruk ini berpengaruh terhadap fungsi fisik, emosi, sosial, psikologis, sekolah, dan kognitif sehingga tumbuh kembang anakpun terganggu. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup pada anak dengan menyediakan kesempatan bagi anak untuk tetap belajar dan saling berinteraksi dan dukungan dari perawat.Kata kunci: Anak, kanker, kualitas hidup. Quality of Life of Children Living with CancerAbstractCancer in children is an illness that needs continuous medication and treatment so that it has to be managed with high quality care. Continuous chemotherapy treatment in children with cancer, besides giving therapeutic effect, it also causes various side effects. These side effects could have negative effect for quality of life of the children, including physical, emotional, social, psychological, school, and cognitive functions. The aim of this study was to identify quality of life of children living with cancer. This study used mixed method design with sequential explanatory strategy. The quantitative study recruited 60 samples of children living with cancer. The quality of life of the children was measured using PedsQol Generic 4.0 and PedsQoL Cancer Module 3.0. Data were analyzed using mean score. The qualitative study recruited 10 participants and the data were collected using semi-structured interview. Qualitative data analysis used interactive analysis model which consisted data collection, data reduction, data presentation, and conclusion phases. Both of the studies were conducted at Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung. The results showed that based on PedsQol Generic 4.0, most of the children (53.3%) has low quality of life, with the school function as the lowest score. Based on PedQoL Cancer Module 3.0, most of children (61.7%) also has low quality of life, particularly in children’s worriedness aspect when dealing with treatment and their illness which has lowest score. This low quality of life would have negative impact towards children’s physical, emotional, social, psychological, school and cognitive function, so that it disturbed the children’s growth and development. One of efforts that can be done is to provide opportunities for children to continue studying and interaction in hospital, as well as an additional schedule for psychology therapies to help children overcome the negative emotion during their treatment.Keywords: Cancer, children, quality of life.
Pengalaman Pasien yang Pernah Terpasang Ventilator Yani AF Bastian; Suryani Suryani; Etika Emaliyawati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.579 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.141

Abstract

Jumlah pasien kritis yang terpasang ventilator menempati dua per tiga dari seluruh pasien ICU di Indonesia. Kondisi kritis dengan terpasang ventilator akan menimbulkan masalah fisik, psikososial dan spiritual. Tenaga kesehatan terutama perawat perlu memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien ICU yang terpasang ventilator secara menyeluruh. Penelitian kualitatif terhadap pasien yang terpasang ventilator sangat diperlukan sebagai upaya untuk menggali secara mendalam pengalaman hidup pasien selama terpasang ventilator dan menemukan new insight (pemahaman baru) tentang pengalaman mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapatkan dengan wawancara mendalam terhadap 6 partisipan yang terdiri dari 2 laki-laki dan 4 perempuan, usia antara 27–54 tahun, yang terpasang ventilator antara 4 sampai 27 hari dan mendapatkan sedasi yang minimal. Analisis data menggunakan metode Colaizzi. Ada 8 tema yang didapatkan dari pengalaman hidup pasien selama terpasang ventilator yaitu (1) hilangnya harapan dalam menjalani hidup, (2) merasa telah diambang kematian, (3) prosedur suction yang dilematis –antara nyaman dan tidaknyaman, (4) kehadiran orang terkasih sebagai spirit dalam melanjutkan hidup, (5) memandang penyakit sebagai rencana dari Tuhan, (6) memandang rendah citra diri, (7) pentingnya fasilitator dalam menjalani ritual keagamaan dan (8) keinginan untuk dirawat oleh tenaga kesehatan yang terampil. Individu yang hidup selama terpasang ventilator mengalami dilemma dengan prosedur suction, memiliki citra diri yang rendah, membutuhkan fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan spiritual serta keinginan untuk dirawat oleh tenaga kesehatan yang terampil. Berkaitan dengan hal tersebut, pasien yang terpasang ventilator membutuhkan dukungan, pendampingan dan kemampuan yang terampil dari petugas kesehatan terutama dari perawat.Kata kunci: Pasien kritis, pengalaman hidup, ventilator. The Experience of Patients after using VentilatorAbstractThe number of critically ill patients with mechanical ventilation occupies almost two-thirds of all ICU patients in Indonesia. The critical condition with mechanical ventilation will be followed by many human responses such as physical, psychosocial and spiritual problems. Health care providers, especially nurses are demanded to provide holistic care to the patients with mechanical ventilation. Qualitative study can be used to explore the life experience of the patients with mechanical ventilation to gain new insights of their experience. This study is a qualitative study using phenomenological approach. The data was obtained by in-depth interviews to six participants consisting of two men and four women with age range from 27 to 54 years. The length of time with mechanical ventilation was between 4 to 27 days and they received a minimal sedation. The data was analyzed by Colaizzi method of analysis. There were eight themes found from this study: hopelessness in life, feel closer to dying, the suction procedure dilemma between comfortable and uncomfortable, the presence of loved ones as a spirit for continuing live, the assumption of disease as God planning, perceived low self-image, the importance of the facilitator in religious rituals as well as the desire to be treated by skilled health care personnel. Patients with mechanical ventilation who experienced suction procedure dilemma have low self-image. They need a facilitator for meeting their spiritual needs, and caring from skilled health care provider especially from nurses.Keywords: Life experience, mechanical ventilation, the critical Ill patient.
Faktor-Faktor Berhubungan dengan Kualitas Hidup Anak Leukemia Limfositik Akut yang Menjalani Kemoterapi Dwi Novrianda; Krisna Yetti; Nur Agustini
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.523 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.132

Abstract

Leukemia limfositik akut merupakan tipe leukemia yang paling banyak terjadi pada anak-anak yaitu sekitar75-80%. Kemajuan pengobatan kemoterapi pada pasien leukemia limfositik akut telah meningkatkan angkakeberhasilan hidup. Akan tetapi, lama kehidupan yang dapat dicapai oleh pasien belum diiringi dengan pencapaiankualitas hidup yang lebih baik akibat efek sekunder kemoterapi terhadap fisik dan psikososial pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak leukemia limfositik akut yang menjalani kemoterapi. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dilakukan pada 25 anak secara consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan PedsQLTM 4.0 Generic Core Scale dan peran perawat (Cronbach α = 0,90). Analisis data menggunakan korelasi Pearson dan uji t independen untuk mengetahui hubungan antar variabel serta regresi linear berganda untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup generik. Hasil menunjukkan terdapat hubungan fase kemoterapi dan peran perawat dengan kualitas hidup generik(p<0,05). Peran perawat merupakan faktor prediktor kualitas hidup generic. Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan peran perawat melalui pendidikan pelatihan terkait manajemen kemoterapi dan efek sampingnya.Kata kunci: Fase kemoterapi, kualitas hidup generik, peran perawat.Factors that are Related to Quality of Life of Children with Acute Lymphocytic Leukemia who Undergo ChemotherapyAbstractAcute lymphocytic leukemia is a type of leukemia that is most prevalent among children which is around 75-80%. The progress of chemotherapy for acute lymphocytic leukemia has increased the survival rate for this cancer. However, the length of life of the patients is often not accompanied by the better quality of life due to chemotherapy side effects towards patients’ physical and psychosocial conditions. This study aimed to identify factors that are related to the quality of life of children with acute lymphocytic leukemia who undergo chemotherapy in Dr. M.Djamil Hospital, Padang. Quantitative research with cross sectional approach was used to study 25 children who wererecruited using consecutive sampling. The data collection was conducted using PedsQLTM 4.0 Generic Core Scaleand nurses roles (Cronbach α = 0,90). The data analysis uses Pearson correlation and independent t-test to examinethe relationships between variable and multiple linear regression to identify the factor that is most related with the generic quality of life. The results showed that there was correlation between chemotherapy phases and nurses roles with generic quality of life (p<0.05). Nurses roles is a predictor factors for generic quality of life. Thus, there is a need to improve nurses’ roles through education and training regarding chemotherapy management and its side effects.Keywords: Chemotherapy phases, generic quality of life, nurses’ roles.
Hubungan IMT dan Kadar Albumin berhubungan dengan Penyembuhan Luka Syahrul Said; Nurpudji A. Taslim; Burhanuddin Bahar
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.639 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.137

Abstract

Pasien perioperatif gastrointestinal berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Malnutrisi dapat menyebabkan hasil yang tidak diharapkan pada asuhan keperawatan perioperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan status gizi pasien bedah gastrointestinal berdasarkan parameter antropometri (Indeks Massa Tubuh, Tebal Lipatan Kulit, dan Lingkar Lengan Atas) dan klinis (albumin dan tingkat hemoglobin) dengan penyembuhan luka dan lama rawat inap, serta mengidentifikasi asupan makanan pasien pra dan pasca operasi. Penelitian cross-sectional ini mengukur 38 pasien yang menjalani pembedahan gastrointestinal di sebuah rumah sakit umum daerah di Indonesia. IMT, TLK, LLA, albumin dan kadar hemoglobin diukur sebelum dan sesudah operasi. asupan makanan diukur dengan 24 jam makanan Recall. Sementara penyembuhan luka pasien diukur pada hari ke-3 dan ke-7 hari pasca pembedahan. Terjadi peningkatan prevalensi malnutrisi pada pasien sebesar 60% selama tinggal di rumah sakit. IMT dan kadar albumin secara bermakna berhubungan dengan penyembuhan luka (p <0,05). Rerata lama rawat inap pasien dengan IMT normal (13,8 ± 5,6 hari) lebih pendek dari pasien gizi kurang (27,8 ± 17,7 hari) dan pasien gizi lebih (22,4 ± 11,6 hari). Asupan pasien umumnya di bawah kebutuhan mereka. IMT, tingkat albumin, dan asupan makanan memiliki peran penting untuk penyembuhan luka dan lama rawat inap pasien pembedahan gastrointestinal di rumah sakit. Rumah sakit harus melakukan penilaian awal status gizi pasien (setidaknya IMT dan kadar albumin) untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien, dan memberikan intervensi yang tepat sebelum dan setelah operasi.Kata kunci: Kadar albumin, lama rawat inap, penyembuhan luka, status gizi. Body Mass Index and Albumin Level related to Wound HealingAbstractPatients with gastrointestinal perioperative are at high risk of being malnutrition. Malnutrition could cause an adverse outcome of perioperative nursing care. This study aimed to identify the relationship of nutritional status of gastrointestinal surgical patients based on anthropometrical (Body Mass Index, Tricep Skin Fold, Mid Arm Circumference) and clinical laboratory (albumin and haemoglobin level) parameters to wound healing and length of stay (LOS), and identify food intake of patients pre and post surgery. This cross-sectional study included 38 patients who were undergoing gastrointestinal surgery at a regional hospital in Indonesia. BMI, TSF, MAC, albumin and hemoglobin level were measured pre and post surgery. Food intake was measured by 24 hours Food Recall. While patients wound healing was measured on the 3rd and 7thday of surgery. Malnutrition among patients increases 60% during the stay in the hospital. BMI and albumin level were significantly related to wound healing (p<0,05). The average LOS of patients with normal BMI (13.8 ± 5.6 days) was shorter than the underweight patient (27.8 ± 17.7 days) and overweight patients (22.4 ± 11.6 days). Intake of patients was generally under the need of their body. BMI status, albumin level, and food intake play a significant role to wound healing and length of stay patient gastrointestinal surgery at the hospital. The hospital should perform an initial assessment (at least BMI and albumin level) of nutritional status of patients to identify the need for patients, and provide appropriate intervention before and after surgery.Keywords: Albumin level, length of stay, nutritional status, wound healing.
Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia Sulidah Sulidah; Ahmad Yamin; Raini Diah Susanti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.653 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.133

Abstract

Lansia merupakan kelompok orang yang paling sering mengalami penurunan kualitas tidur. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat latihan relaksasi otot progresif untuk menghadirkan rasa nyaman yang dibutuhkan dalam mereduksi penyebab gangguan tidur. Penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia. Rancangan penelitian ini Quasi Experimental dengan pendekatan Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel diambil secara Purposive Sampling. Besar sampel 51 responden, terdiri dari 26 responden kelompok intervensi dan 25 responden kelompok kontrol. Kelompok intervensi melakukan latihan relaksasi otot progresif selama empat minggu. Kualitas tidur diukur sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif menggunakan instrumen PSQI. Pengukuran dilakukan empat kali, yaitu sebelum intervensi (pre test), dua minggu setelah intervensi (post test 1), tiga minggu setelah intervensi (post test 2), dan empat minggu setelah intervensi (post test 3). Data dianalisis menggunakan t test dan Repeated Anova. Hasil Uji t berpasangan kelompok intervensi menunjukkan nilai t hitung > t tabel, dengan p = 0,000. Pada kelompok kontrol diperoleh nilai t hitung < t tabel, dengan p > 0,05. Uji Repeated Anova memeroleh nilai F hitung (71,415) > F tabel (3,89) dengan p=0,000. Uji t tidak berpasangan didapatkan skor pretest, posttest 1, posttest 2 dan posttest 3 berbeda signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p < 0,05. Rata-rata skor PSQI kelompok intervensi menunjukkan kecenderungan penurunan setelah latihan relaksasi otot progresif, sedang kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan skor secara bermakna. Hal ini dimungkinkan karena latihan relaksasi otot progresif bermanfaat menimbulkan respon tenang, nyaman, dan rileks. Implikasi penelitian ini bahwa latihan relaksasi otot progresif secara bermakna meningkatkan kualitas tidur lansia sehingga dapat dipertimbangkan sebagai terapi komplementer dalam tatalaksana gangguan tidur pada lansia sebagai tindakan mandiri keperawatan.Kata kunci: Kualitas tidur, lansia, relaksasi otot progresif.The Effect of Progressive Muscle Relaxation Exercise towards Older People’s Quality of SleepAbstractOlder people are the group of people who often experience the decreasing of quality of sleep. Few studies showed the benefit of progressive muscle relaxation exercise to give comfort that is needed to reduce the cause of sleep disturbance. This study aimed to examine the effect of progressive muscle relaxation exercise towards older people’s quality of sleep. The research design is quasi experimental using pretest-posttest control group design. The sample were recruited using purposive sampling. The total sample were 51 participant which consist of 26 participants in intervention group and 25 participants in control group. Intervention group were conducted progressive muscle relaxation exercise for four weeks. The quality of sleep were measured before and after the exercise using PSQI instrument. The measurements were conducted four times, which were before intervention (pretest), two weeks after intervention (posttest 1), three weeks after intervention (posttest 2), and four weeks after intervention (posttest 3). The data were analyzed using t-test and Repeated ANOVA. The paired t-test for intervention group showed that the score of counted t > table t, with p = 0.000. In the control group, the results showed that counted t < table t score, p >0.005. The repeated ANOVA showed that counted F (71.415) > table F (3.89) with p= 0.000. Independent t-test showed that scores of pretest, posttest 1, posttest 2 and posttest 3 were different significantly between intervention and control groups with p<0.05. The average PSQI scores in intervention group showed a tendency of decreasing after progressive muscle relaxation exercise, while in the control group there was no significant changes in the scores. This is because the progressive muscle relaxation exercise is benefit to give calming, comforting and relaxing responses. The implication of this study is that progressive muscle relaxation exercise can significantly improve the quality of sleep of older people so that this exercise can be considered as a complementary therapy for management of sleep disturbance among older people as an independent nursing care.Keywords: Older people, progressive muscle relaxation exercise, quality of sleep.
Efek Stimulasi Taktil Kinestetik erhadap Perkembangan Bayi Berat Badan Lahir Rendah Dwi Hastuti; Juju Juhaeriah
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.37 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i1.138

Abstract

Perkembangan Bayi BBLR berisiko mengalami keterlambatan karena kondisi berat badan kurang dari 2500 gram, sehingga bayi mengalami proses adaptasi fisiologi yang berat. Salah satu proses adaptasi fisiologi yang harus tercapai pada BBLR adalah sistem thermoregulasi, pernapasan dan kardiovaskular. Bayi merupakan masa kritis (critical period) dimana merupakan waktu spesifik ketika sebuah peristiwa yang diberikan, atau ketiadaannya memiliki dampak terbesar terhadap perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efektifitas stimulasi taktil-kinestetik terhadap perkembangan fisiologis (Suhu, Respirasi, Denyut Jantung) dan Berat Badan Bayi BBLR. Penelitian menggunakan desain quasi-eksperimental, pre-test dan post-test non-equivalent control group 30 bayi BBLR diambil dengan teknik probability sampling. Intervensi stimulasi taktil-kinestetik dilakukan sekali dalam sehari selama 5 hari. Lembar observasi dan prosedur stimulasi taktil-kinestetik digunakan sebagai instrumen penelitian. Data tersebut dianalisa menggunakan uji Man Whitney dan uji t independent.Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan perkembangan fisiologis suhu setelah intervensi (Post) pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (p value 0,000); ada perbedaan yang signifikan Pernapasan Bayi BBLR setelah perawatan (Post) pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (p value 0,037); ada perbedaan yang signifikan Denyut Jantung Bayi BBLR setelah perawatan (Post) pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (p value 0,000); tidak ada perbedaan Berat Badan Bayi BBLR setelah perawatan (Post) pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (p value 0,155).Kata kunci: BBLR, perkembangan, Stimulasi Taktil-kinestetik. Effect of Tactile-Kinesthetic Stimulation to Development of Low Birth Weight Babies AbstractLow Birth Weight (LBW) in infant has risk of developmental delay due to conditions weighing less than 2500 grams, so that the infant suffered severe physiological adaptation process. One of the physiological adaptation processes that must be reached on LBW is thermoregulation system, respiratory and cardiovascular. Infant is a critical period which is a specific time when a given event, or lack thereof has the greatest impact on the development. The purpose of this study is to identify the effectiveness of tactile-kinesthetic stimulation to the development of physiological (temperature, respiration, heart rate) and Weight Infants LBW. The study used a quasi-experimental design, pre-test and post-test non-equivalent control group 30 LBW infants taken with probability sampling technique. Intervention tactile-kinesthetic stimulation is done once a day for 5 days. Observation sheet and tactile-kinesthetic stimulation procedures is used as a research instrument. Data were analyzed using Man Whitney test and independent t test. Statistical analysis showed significant differences physiological development of temperature after the intervention (Post) in the intervention and control groups (p value 0,000); No significant differences Babies Respiratory LBW after treatment (Post) in the intervention and control groups (p value 0,037); No significant differences Heartbeat LBW infants after treatment (Post) in the intervention and control groups (p value 0,000); there is no difference Weight LBW infants after treatment (Post) in the intervention and control groups (p value 0.155).Keywords: Development, low birth weight, tactile-kinesthetic stimulation.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 3 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 1 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 3 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 2 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 3 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 2 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 3 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 1 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 3 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 3 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran More Issue