cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Mesencephalon
ISSN : 22525637     EISSN : 22525637     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Kesehatan Mesencephalon merupakan jurnal yang memuat artikel ilmiah dalam bidang kesehatan baik dari hasil penelitian, studi kasus maupun literature review. Jurnal ini diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang dan terbit sebanyak dua kali dalam setahunnya yaitu pada bulan April dan Oktober. Redaksi Jurnal Kesehatan Mesencephalon menerima artikel ilmiah yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Artikel ilmiah yang masuk ke Tim redaksi akan dilakukan proses penyuntingan oleh tim redaksi dan tim reviewer. Artikel ilmiah yang memenuhi tata aturan, akan dipublikasikan dalam jurnal kesehatan mesencephalon.
Arjuna Subject : -
Articles 112 Documents
PENGARUH DONGENG TERHADAP PERUBAHAN GANGGUAN TIDUR ANAK USIA PRASEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT Rinik Eko Kapti; Ahsan, Siti Nur Rizky Setianingrum
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.742 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v3i1.33

Abstract

Abstract : Sleep disorder is one of the effects in a preschool children who are undergoing hospitalization. Fulfilling sleep and rest need for children is important to support the recovery of his health status. Activities such Storytelling is one of the non-pharmacological treatment of sleep disorders that use the principles of distraction. This study aims to determine the effect of a Storytelling to the change of preschooler sleep disorders. This study uses a true experimental design with a method called as pretest posttest control group design which is conducted on 10 respondents control group and 10 respondents treatment groups by providing a storytelling activity in the treatment group. The sampling was taking by using probability sampling with a method called as simple random sampling. The results of this study show about the control group with 70% of respondents who experienced a decrease in sleep disorders but not significant and 30% of respondents did not experience a decrease in sleep disorders. In the treatment group, the results showed that 100% of respondents decreased sleep disorders. Based on the results of the analysis of the dependent T test showed a significant result (p = 0.000 <0.05) in the treatment group, but the analysis results dependent T test did not show significant results (p = 0.326> 0.05) in the control group and independent T test of the difference between the results of control and treatment groups showed significant values (p = 0.002 <0.05). The conclusion, there are significant influences of storytelling to the change of preschooler sleep disorders due to the hospitalization. The advice for this study, from now hospitals can use the method of storytelling as a way to resolve children’s sleep disorders which is caused by hospitalization.Keywords : sleep disorders, preschooler, hospitalization, storytelling Abstrak : Gangguan tidur merupakan salah satu dampak yang sering muncul pada populasi anak usia prasekolah yang sedang menjalani hospitalisasi. Dalam keadaaan sakit, pemenuhan kebutuhan anak terkait tidur dan istirahat sangatlah penting untuk mendapatkan energi demi mendukung pemulihan status kesehatannya. Aktivitas membacakan dongeng merupakan salah satu terapi non-farmakologis gangguan tidur yang dilakukan dengan  prinsip distraksi atau pengalihan perhatian anak terhadap sakitnya dengan cara membacakan dongeng yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dongeng terhadap perubahan gangguan tidur anak usia prasekolah akibat hospitalisasi. Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan metodepretest posttest control group design dilakukan pada 10 responden kelompok kontrol dan 10 responden kelompok perlakuan.Pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan metode simple random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada kelompok kontrol terdapat 70% responden yang mengalami penurunan gangguan tidur namun tidak signifikan dan 30% responden tidak mengalami penurunan gangguan tidur. Pada kelompok perlakuan, hasil menunjukkan 100% responden mengalami penurunan gangguan tidur.Bedasarkan hasil analisis uji T dependen menunjukkan hasil signifikan (p=0,000<0,05) pada kelompok perlakuan, hasil analisis uji T dependen menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p=0,326 > 0,05) pada kelompok kontrol  dan uji T independen antara selisih hasil kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan nilai signifikan (p=0,002< 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh dongeng  terhadap perubahan gangguan tidur  anak usia prasekolah akibat hospitalisasi secara nyata. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah agar rumah sakit dapat menggunakan metode mendongeng sebagai salah satu upaya mengatasi gangguan tidur anak akibat hospitalisasi.Kata kunci : gangguan tidur, anak Usia prasekolah, hospitalisasi, dongeng
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI IPCU RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG Adi Suyitno; Titin Andri Wihastuti; Lilik Supriati
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.192 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v3i2.51

Abstract

Abstract :The nurse is the primary healthcare provider in the hospital and has an important role in the health service for the patient. Patients who come to the Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) generally exhibit various symptoms of behavioral problems, such as violent behavior, other injurious tendencies, agitation, and attempted suicide, requires the nurse to make a strict 24-hour observation.The aims of this research was to analyze various factors that have associated with implementation of therapeutic communication in IPCU RSJ Dr.Radjiman WediodiningratLawang. This research was an analytic observational research with cross sectional approach. Population in this research is all of IPCU nurses (Camar, Perkutut and mawar ward) 43 respondent.The number of samples is 40 respondents. To know the description of each variable used univariate analysis, to know the relationship between variables used Spearman test when the data is normally distributed and spearman and to know the most dominant factor in affecting implementation of therapeutic communication is used multivariate test of linear regression. The result of bivariate test shows p value as follows: nurse knowledge level (p = 0,004), nurse perception (p = 0,123), nurse emotional intelligence (p = 0,015), nurse age (p = 0,227), Nurse education (p = 0,351), if this value has been lower than 0,05 then this variabel has significan relations with dependen variabel. The results of multivariate test has shown that knowledge level has becae a most influence factors that affect the implementation of therapeutic communication. There was a significant correlation between nurse emotional intelegence and levels of knowledge with implementation of therapeutic communication in IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat LawangKeyword : knowledge, perception, emotional intelligence, age, education, implementation of therapeutic communicationAbstrak : Perawat merupakan tenaga kesehatan utama di rumah sakit dan memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan kepada pasien. Pasien yang datang di Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) umumnya menunjukkan berbagai gejala masalah perilaku, seperti perilaku kekerasan, kecenderungan mencederai orang lain, agitasi, dan percobaan bunuh diri sehingga menuntut perawat untuk melakukan observasi ketat selama 24 jam. Melakukan analisis faktor internal yang berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat di IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian ini observasion alanalitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat IPCU (Ruang Camar, Perkutut dan Mawar) yang berjumlah 43 orang dengan jumlah sampel 40 orang. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji spearman dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik digunakan uji multivariate regresi linier. Hasil uji bivariat menunjukkan p value sebagai berikut : tingkat pengetahuan perawat (p=0,004), persepsi perawat (p=0,123), kecerdasan emosi perawat (p=0,015), usiaperawat (p=0,227), pendidikan perawat (p=0,351), dimana hubungan dikatakan bermakna apabila p<0,05. analisis multivariat dengan regresi linier diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan dengan nilai p (0,004) dengan nilai r = 0,300 yang artinya variable ini memiliki keeratan hubungan yang sedang. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan kecerdasan emosi perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada perawat di IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Kata Kunci : pengetahuan, persepsi, kecerdasan emosi, usia, pendidikan perawat, pelaksanaan komunikasi terapeutik
FAKTOR – FAKTOR YANG DIDUGA MENJADI PREDIKTOR TERJADINYA PENINGKATAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA HIPERTENSI Riza Fikriana
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.984 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v2i4.14

Abstract

Abstrak : Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit ini perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan terjadiya serangan jantung. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor – faktor yang diduga menjadi prediktor terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi. Desain penelitian menggunakan penelitian korelasional dengan analytic cross sectional study. Sampel diambil secara purpossive sampling dari penderita hipertensi di Desa Trenyang RW 09 Sumberpucung Malang dengan jumlah 42 orang. Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah sistolik adalah riwayat keluarga dengan p-value sebesar 0,26. Selanjutnya variabel Indeks Massa Tubuh  (IMT) dengan p-value 0,47 dan variabel pola konsumsi manis dengan p-value 0,5. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa riwayat keluarga, IMT dan konsumsi manis akan dapat meningkatkan tekanan darah sehingga perlu kiranya bagi penderita hipertensi untuk melakukan pola hidup sehat agar terhindar dari  peningkatan tekanan darah  tidak terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi. Kata kunci : tekanan darah, hipertensi
PERBEDAAN PENGARUH COGNITIVE THERAPY (CT) DAN LOGO THERAPY TERHADAP DEPRESI PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISIS DI RS WAVA HUSADA KEPANJEN Nia Agustiningsih; Setyawati Soeharto; Rinik Eko Kapti
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.88 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v3i2.43

Abstract

Abstract : Patient with chronical diease such as Hemodialysis more likely need psycotherapy because until now medical atention only focus on physical aspect. Psycotherapy that can be used on Hemodialysis that going through depression is cognitive therapy and logo therapy. This study was to analysed the difference of influence between cognitive therapy and logo therapy on Hemodialysis patient that going through depression. This study was used quasi experimental pre–post test design. Respondent taking part in this study was 15 respondent for cognitive therapy and 15 respondent for logo therapy with puporsive sampling procedure. Study was conducted on Hemodialysis unit on RS Wava Husada Kepanjen from 21 April until 26 Mey 2017. Data analysis used on this study was dependent t test  and independent t test. Dependent t test  analysis showed  significant value is 0,000 (less than < 0,05).Analysis showed  significant value is 0,000 (less than < 0,05) that means there is difference between cognitive therapy and logo therapy to decrease depression on hemodialysis patient with mean value cognitive therapy (1,62) dan logo therapy (3,82). Conclussion on this study is that logo therapy more effective to reduce depression on Hemodialysis patient than cognitive therapy so logo therapy can applicated in hemodialysis patient.Keyword : cognitive therapy, logo therapy, depression in hemodialysis patient Abstrak : Pasien dengan penyakit kronis dengan hemodialisis diperlukan psikoterapi karena selama ini fokus penanganan di pelayanan kesehatan hanya pada masalah fisik. Psikoterapi yang bisa digunakan pada pasien hemodialisis yang mengalami depresi adalah cognitive therapy dan logo therapy. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pengaruh cognitive therapy dan logo therapy terhadap depresi pada pasien dengan hemodialisis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental pre – post test design. Jumlah responden dalam penelitian ini 15 responden untuk kelompok cognitive therapy dan 15 responden untuk kelompok logo therapy yang didapatkan dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Penelitian dilakukan di unit hemodialisis RS Wava Husada Kepanjen mulai tanggal 21 April – 26 Mei 2017. Pemberian terapi dilakukan oleh peneliti sendiri yang telah mendapatkan lisensi dari perawat spesialis jiwa. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dependent t test dan independent t test. Hasil analisis dependent t test  pada kelompok sebelum dan setelah diberikan cognitive therapy dan logo therapy didapatkan hasil nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan skor depresi antara sebelum dan sesudah diberikan pemberian cognitive therapy dan logo therapy  Sedangkan hasil analisis independent t test menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti  ada perbedaan yang bermakna antara cognitive therapy dan logo therapy dalam menurunkan depresi pada pasien dengan hemodialisis yaitu dengan rata – rata penurunan terhadap depresi untuk cognitive therapy dan logo therapy masing – masing yaitu 1,62 dan 3,86.  Hal ini berarti bahwa logo therapy lebih efektif menurunkan depresi pada pasien hemodialisis dari pada cognitive therapy. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan bahwa logo therapy bisa diaplikasikan sebagai alternatif psikoterapi pada pasien hemodialisis.Kata Kunci: cognitive therapy, logo therapy, depresi pada pasien hemodialisis
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DENGAN KEJADIAN KELELAHAN MENTAL (BURNOUT) PADA PERAWAT Siti Kholifah; Setyawati Soeharto; Lilik Supriati
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.4 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v2i4.4

Abstract

Abstrak : Kondisi pasien di Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) menuntut perawat untuk melakukan observasi ketat selama 24 jam serta selalu menghadirkan dirinya dalam konteks terapeutik melalui interaksi dengan pasien. Rutinitas tersebut dapat menjadi stressor bagi perawat sehingga mengalami kelelahan mental atau burnout. Kelelahan mental dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal menjadi sangat penting karena penilaian individu terhadap faktor eksternal yang dialami sangat bergantung pada faktor internalnya.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor-faktor internal dengan kejadian kelelahan mental (burnout) pada perawat di IPCU RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang.Penelitian ini menggunakan desain observasionalanalitik dengan pendekatan cross-sectional. Responden berjumlah 40 orang yang didapatkan dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kematangan emosi dan kejadian kelelahan mental (p value = 0,001 dan r = -0,500), antara kesejahteraan psikologis dan kejadian kelelahan mental (p value= 0.000dan r = -0,601), serta antara penyesuaian diri dan kejadian kelelahan mental (p value= 0.001dan r = -0,523). Berdasarkan hasil uji regresi linier disimpulkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kelelahan mental adalah kesejahteraan psikologis (p value< 0,001 dan koefisien korelasi = -0.543). Hal inidimungkinkankarena RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis perawat sehingga meminimalisasi kejadian kelelahan mental. Kata kunci: kelelahan mental, perawat, intensifpsikiatri, faktor internal
GAMBARAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISIS Nia Agustiningsih
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.569 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v4i1.72

Abstract

Abstract : Patients with chronic renal failure who undergo hemodialysis need to get attention not only on physiological issues but also psychological problems. This study aims to determine the picture of depression in patients with hemodialysis. This research uses descriptive research design. The number of respondents in this study 30 respondents obtained by using purposive sampling technique. The research was conducted in unit hemodialysis RS Wava Husada Kepanjen from 21 to 23 April 2017. The instrument used to determine depression is Beck Depression Inventor questionnaire The results obtained that there is low depression 15 people (50%), moderate depression 10 people (33,3 %), severe depression 4 people (13,3%) and very heavy depression 1 person (3,4%). It is recommended that health services in providing hemodialysis therapy in patients with chronic renal failure should not only focus on the physiological condition of the patient but also need to pay attention to the patient's psychological condition. Key Word : Depression, Hemodialysis Patient Abstrak : Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis perlu mendapatkan perhatian tidak hanya pada masalah fisiologis namun juga masalah psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi pada pasien dengan hemodialisis.Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah responden dalam penelitian ini 30 responden yang didapatkan dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Penelitian dilakukan di unit hemodialisis RS Wava Husada Kepanjen mulai tanggal 21 – 22 April 2017.Instrumen yang digunakan untuk mengetahui depresi adalah kuesioner Beck Depression Inventor Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat depresi rendah 15 orang (50%), depresi sedang 10 orang (33,3%), depresi berat 4 orang (13,3%) dan depresi sangat berat 1 orang (3,4%). Sebaiknya pelayanan kesehatan dalam memberikan terapi hemodialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis sebaiknya tidak hanya fokus pada kondisi fisiologis pasien namun juga perlu memperhatikan kondisi psikologis pasien. Kata Kunci : Depresi, Pasien Hemodialisis
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPARAHAN PMS DENGAN TINGKAT KECEMASAN DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA PUTRI Henny Dwi Susanti; Reni Ilmiasih; Ari Arvianti
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.431 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v3i1.32

Abstract

Abstract : Pre Menstrual Syndrome (PMS) is a collection of physical symptoms, psychological, and emotions associated with the woman's menstrual cycle and consistently occur during the luteal phase of the menstrual cycle due to hormonal changes associated with the current cycle of ovulation (release of eggs from the ovary) and menstruation. Some of the complaints were felt during PMS, such as headache, back pain, breast pain, sleep disorders, and more than a few complaints can cause anxiety in women with PMS. This research was conducted observational analytic with cross sectional method. levels of anxiety and sleep quality in adolescent girls (as dependent variable). The sample used in this research were 30 students. Total sampling is a sampling technique in which the number of samples is equal to the population. there is a significant correlation between the severity of PMS with the level of anxiety. A positive correlation coefficient indicates that the relationship between the severity of PMS with anxiety levels. The more severe or severe PMS level, the level of anxiety is also heavier. Conversely, the mild severity of PMS, the anxiety level is also lighter. There is a significant correlation between the severity of PMS with the quality of sleep.Keywords : severity PMS, level of anxiety, quality sleep, adult Abstrak : Pre Menstrual Syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi akibat perubahan hormonal  yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Beberapa keluhan yang dirasakan saat PMS yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada payudara, gangguan tidur, dan lain-lain.Akibat dari beberapa keluhan yang dirasakantersebut dapat menimbulkan kecemasan pada wanita yang mengalami PMS. Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada remaja putri (sebagai variabel dependen). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 siswi. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan PMS dengan tingkat kecemasan. Koefisien korelasi yang positif menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat keparahan PMS dengan tingkat kecemasan. Semakin parah atau berat tingkat PMS, maka tingkat kecemasan juga semakin berat. Sebaliknya, semakin ringan tingkat keparahan PMS, maka tingkat kecemasan juga semakin ringan. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan PMS dengan kualitas tidur.Kata kunci : tingkat keparahan,PMS, tingkat kecemasan, kualitas tidur, remaja.
AKURASI SKOR RISIKO KILLIP SEBAGAI PREDIKTOR PROGNOSIS PASIEN SINDROM KORONER AKUT ST-ELEVATION MYOCARD INFARCTION Ratna Roesardhyati; Titin Andri Wihastuti; Tina Handayani Nasution
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.622 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v4i1.60

Abstract

Abstract : Acute Coronary Syndrome (ACS) with ST-ELevation Myocard Infarction (STEMI) is the leading cause of morbidity and mortality worldwide, especially in developed countries. Many risk factors in ACS patients require long treatment and focused treatment. Stratification of risks plays an important role in assisting prediction of clinical outcomes or as a prognosis in patients with ACS.The prognosis of STEMI patients is indicated by Length of Stay (LOS) which is the number of days of STEMI patient care at ICCU. Currently there is risk score  used as predictors in SKA with STEMI, some of which is Killip. This riset to analyze accuracy of Killip risk score with prognosis (LOS) STEMI patient in ICCU dr. Iskak Tulungagung. The research design used was analytic observational research with retrospective cohort approach. The location of this study was in RSUD dr. Iskak Tulungagung. The number of medical record were 125 taken by using purposive sampling technique. Data was analyzed using Spearman test.The result of Spearman test showed that Killip showed a significant association with STEMI patient's LOS in ICCU (p = 0.003) with coefficient correlation r = 0.260.The conclusion in this study was that Killip had a significant relationship with the prognosis (LOS) of STEMI patients in ICCU.  Keyword : ST-Elevation Myocard Infarction, Killip, Length of Stay Abstract : Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan ST-Elevation Myocard Infarction (STEMI)merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju. Faktor risiko yang begitu banyak pada pasien SKA membutuhkan perawatan yang lama dan pengobatan yang terfokus. Stratifikasi risiko tersebut berperan penting dalam membantu prediksi luaran klinis atau sebagai prognosis pada pasien SKA. Prognosis pasien STEMI ditunjukkan dengan  Length of Stay (LOS) yang merupakan jumlah hari lama rawat pasien STEMI di ICCU. Saat ini terdapat skor risiko yang digunakan sebagai prediktor pada SKA dengan STEMI, yaituKillip. Tujuan penelitian ini untuk mengalisis akurasi skor risiko Killip dengan prognosis (LOS) pasien STEMI di ICCU RSUD dr. Iskak Tulungagung. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif. Lokasi penelitian di Intalasi Rekam Medis RSUD dr. Iskak Tulungagung. Jumlah rekam medis sebanyak 125 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Spearman. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa Killip menunjukkan hubungan yang signifikan dengan LOS pasien STEMI di ICCU (p=0.003) dengan besar korelasi r=0.260. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah skor risiko Killip memiliki hubungan signifikan dengan prognosis (LOS) pasien STEMI di ICCU. Kata Kunci : ST-Elevation Myocard Infarction, Killip, Length of Stay
PERILAKU KELUARGA DALAM MENGONTROL FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA DI PONOROGO Saiful Nurhidayat
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.609 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v2i4.17

Abstract

Abstrak : Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik, maupun yang bersifat eksogen, seperti kelebihan berat badan, konsumsi garam, rokok dan kopi. Perilaku keluarga sangat diperlukan dalam mengontrol faktor risiko penyakit hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perilaku keluarga dalam mengontrol faktor resiko penyakit hipertensi dan untuk menganalisis perilaku keluarga yang dominan dalam mengontrol faktor risiko penyakit hipertensi pada masyarakat desa. Penelitian dilakukan pada masyarakat desa Slahung Kabupaten Ponorogo, sampel 100 responden secara purposive sampling. Desain kuantitatif dengan rancangan cross sectional, instrumen menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan perilaku keluarga dalam mengontrol faktor risiko penyakit hipertensi pada masyarakat desa di Ponorogo terbanyak adalah perilaku buruk yaitu 51 responden (51%).  Model perilaku keluarga yang dominan dalam mengontrol faktor risiko penyakit hipertensi pada masyarakat pedesaan di Kabupaten Ponorogo adalah mengontrol pola hidup sehat, yaitu keluarga menyediakan waktu olahraga secara teratur, menjaga suasana rumah yang tentram dan nyaman, menyelesaikan masalah di keluarga secara baik, tidak merokok dan kontrol kesehatan secara teratur.  Kata Kunci : perilaku keluarga, faktor risiko, penyakit hipertensi
EFEKTIFITAS PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING DALAM MENURUNKAN PERILAKU ISOLASI SOSIAL REMAJA KORBAN BULLYING DI SMK AHMAD YANI PROBOLINGGO Rizka Yunita; Wisnu Barlianto; Rinik Eko Kapti
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.573 KB) | DOI: 10.36053/mesencephalon.v3i2.45

Abstract

Abstract : Bullying is common especially when entering adolescence. However, if bullying is done continuously causes the negative impact such as anxiety, shame, low confidence, and anxiety. Those impacts encourage them to isolate themselves from the social environment. An effort that can be done to handle the situation is to provide Social Skill Training. This therapy teaches social skills through basic communication techniques, verbal and non-verbal, to express their thoughts and feelings well. The purpose of this research is to analyze the effectivity of SST on the decrease of social isolation behavior among teenagers who become the victims of bullying. This research uses quasy experimental with pre post-test design. The technique to determine the sample is using purposive sampling in the class X students who experienced social isolation behavior due to bullying. The total sample used was 18 respondents. According to univariate test, the result got that social isolation behavior score before given SST equal to 79,11 while after given SST equal to 58,83. Whereas, paired t-test showed that there were differences of social isolation behavior score before and after given SST intervention which had significant value equal to ρ = 0,000. This research hopes that there will be interventions given to families, schools and peers through supportive therapy in order to provide support to the bullying teens.Keywords : SST, social isolation behavior, bullying Abstrak : Bullying saat ini marak terjadi terutama saat memasuki usia remaja. Apabilabullying dilakukan terus menerus dapat menimbulkan kecemasan, malu, menurunkan kepercayaan diri, dan gelisah sehingga mendorong mereka untuk mengisolasi diri dari lingkungan sosial. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangani situasi tersebut adalah memberikanSocial Skill Training. SST mengajarkan keterampilan sosial melalui teknik komunikasi dasar secara verbal dan non verbal sehingga mampu mengutarakan pikiran dan perasaannya dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas pengaruh SST dalam menurunkan perilaku isolasi sosial remaja korban bullying.Penelitian ini menggunakan desain quasyexperimental dengan pre-post testdesign. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling pada siswa kelas X yang mengalami perilaku isolasi sosial akibat bullying. Total sampel yang digunakan sebanyak 18 responden. Berdasarkan hasil uji univariat didapatkan bahwa skor perilaku isolasi sosial sebelum diberikan SST sebesar 79,11 sedangkan sesudah diberikan SST sebesar 58,83. Sementara itu, hasil uji t-test berpasangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor perilaku isolasi sosial sebelum dan sesudah diberikan intervensi SST mempunyai nilai signifikansi sebesar ρ=0,000.Hal ini berarti bahwa intervensi SST signifikan menurunkan perilaku isolasi sosial. Penelitian ini mengharapkan terdapat pemberian intervensi kepada keluarga, sekolah, dan teman sebaya melalui terapi suportif sehingga dapat memberikan dukungan kepada remaja korban bullying didalam menurunkan perilaku isolasi sosial.Kata kunci: SST, Perilaku Isolasi Sosial, Bullying

Page 3 of 12 | Total Record : 112