cover
Contact Name
Karto Wijaya
Contact Email
kartowijaya@universitaskebangsaan.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arcade@universitaskebangsaan.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ARCADE
Published by Universitas Kebangsaan
ISSN : 25808613     EISSN : 25973746     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Architecture Journal A R C A D E is Open Journal System published by Prodi Architecture Kebangsaan University, Bandung. Architectural Journal A R C A D E is, is a peer-reviewed scientific journal, publishing scholarly writings about Architecture and its related discussion periodically. The aims of this journal is to disseminate research findings, ideas, and review in architectural studies SCIENTIFIC AREAS: Building (architecture) and Urban/Regional Study: theory, history, technology, landscape and site planning, behavioral, social and cultural, structure and construction, traditional architecture, criticism, digital architecture, urban design /planning, housing and settlements, and other related discussion Architecture Education and Practice: curriculum/studio development, work opportunities and challenges, globalization, locality, professionalism, code of ethics, project managerial etc. Architectural Journal A R C A D E is published 3 times a year in March, July and November every last date of the month.
Arjuna Subject : -
Articles 36 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022" : 36 Documents clear
VERNACULAR GOVERNANCE DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA SPASIAL KAKI LIMA DI KEMAYORAN Baiq Drestanta Lintang Medina; Joko Adianto; Raphaella Dewantari Dwianto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.898

Abstract

Abstract: Street vendors as a representation of private informal economy businesses, seem to be a perennial urban problem in big cities in Indonesia, as well as other cities in Southeast Asia. This is due to the presence of those who intervene in the city's public spaces, namely sidewalks and roads-which are stipulated in the prohibition on private businesses. However, there are times when the existence of street vendors is treated permissively, seen as a form that is allowed to exist. In several studies, this situation is supported because of the involvement of public-private actors in the meta-space network or the spatial topology. This research is structured as a form of development of previous research studies. While previous researchers have introduced several terms, in this study the problem of street vendors is in another term, namely vernacular governance. Through a case study approach of street vendors in Kemayoran Quadrant A, this research is expected to increase understanding and introduce the term vernacular governance in urban studies. At the same time, to provide an understanding of how vernacular governance in practice affects the practice and negotiation process, as well as the spatial pattern of street vendors in urban areas, so that street vendors can survive or are 'allowed' to exist in the midst of urban communities with diverse interests and socioeconomic status.Abstrak: Pedagang kaki lima (PKL) sebagai representasi dari usaha privat ekonomi informal, sepertinya menjadi permalasahan abadi perkotaan di kota-kota besar di Indonesia, maupun kota-kota lain di Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan keberadaannya yang mengintervensi ruang publik kota, yakni trotoar dan jalan yang dalam pemanfaatannya melarang usaha-usaha yang bersifat privat. Namun, ada kalanya keberadaan dan eksitensi PKL disikapi secara permisif, terlihat sebagai bentuk pelanggaran yang dibiarkan ada. Dalam beberapa penelitian, situasi tersebut didukung karena adanya keterlibatan para aktor publik-privat dalam jaringan meta space atau pun topologi/jaringan ruang. Penelitian ini disusun sebagai bentuk pengembangan atas kajian-kajian peneliti terdahulu. Sementara peneliti terdahulu telah perkenalkan beberapa istilah, dalam penelitian ini persoalan PKL dikaitkan dengan istilah lain, yakni vernacular governance. Melalui pendekatan kualitatif studi kasus pedagang kaki lima di Kemayoran Kuadran A, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperkenalkan istilah vernacular governance dalam kajian perkotaan. Sekaligus, untuk memberi pemahaman terkait bagaimana vernacular governance dalam praktiknya memengaruhi praktik dan proses negosiasi, serta pola spasial PKL di suatu wilayah perkotaan, sehingga PKL dapat bertahan atau ‘diperbolehkan’ ada di tengah masyarakat perkotaan yang beragam kepentingan dan status ekonomi sosialnya.
EVALUASI DESAIN KANTIN BERDASARKAN PREFERENSI MAHASISWA: SEBUAH ANALISIS ISI Sidhi Pramudito; Rachmat Budihardjo
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.751

Abstract

Abstract: In a design process cycle, evaluation activities are important things to do. Design evaluation or also known as post-occupancy evaluation is a testing activity of a building, to see whether the design of the building is effective enough and in accordance with the needs of the user. In this study, researchers wanted to evaluate the condition of the canteen at Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). The canteen with all its dynamics, is an important building in the campus life. The variety of activities and users causes the canteen to have a flexible and adaptive design. In this case, the design evaluation was carried out based on the student's preferences, the results of which are expected to be used as a recommendation if a redesign will be carried out in the future. This research is a qualitative research with a grounded theory approach. Data was collected by non-random sampling method with accidental sampling technique using online questionnaires. The data obtained were then analyzed using content analysis methods, namely open coding, axial coding, and selective coding to find the tendency of student preferences as the design evaluation stage. From the results of the analysis, it was found that the open canteen design is an advantage that is of interest to students because it can create good air circulation. But on the other hand, the open design turned out to also have an unfavorable impact because the heat and pollution were also felt by students when they were in the canteen. Based on this, it can be concluded that there is a need for design consolidation so that the dominant factors related to the advantages and disadvantages of canteen design at UAJY can synergize with each other to achieve an ideal canteen design in the future.Abstrak: Dalam sebuah siklus proses perancangan, kegiatan evaluasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Evaluasi desain atau juga dikenal dengan istilah evaluasi purna huni merupakan kegiatan pengujian suatu bangunan, untuk melihat apakah desain bangunan tersebut sudah cukup efektif dan sesuai dengan kebutuhan pemakai. Dalam penelitian ini, peneliti hendak melakukan evaluasi terhadap kondisi kantin kantin di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Kantin dengan segala dinamikanya, merupakan bangunan yang cukup penting di lingkungan kampus. Beragamnya aktivitas dan pelaku, menyebabkan kantin harus memiliki desain yang fleksibel dan adaptif. Pada kasus ini, evaluasi desain dilakukan berdasarkan preferensi mahasiswa yang kemudian hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi apabila akan dilakukan perancangan ulang di masa yang akan datang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Pengumpulan data dilakukan dengan metode non-random sampling dengan teknik accidental sampling menggunakan kuisioner online. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis isi yaitu open coding, axial coding, dan selective coding untuk menemukan kecenderungan preferensi mahasiswa sebagai tahap evaluasi desain. Dari hasil analisis ditemukan bahwa desain kantin yang terbuka merupakan keunggulan yang diminati oleh mahasiswa karena dapat menciptakan sirkulasi udara yang baik. Namun di sisi lain, desain terbuka ternyata juga memberi dampak yang kurang baik karena hawa panas dan polusi juga dirasakan oleh mahasiswa ketika berada di dalam kantin. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya konsolidasi desain agar faktor dominan terkait keunggulan dan kekurangan desain kantin di UAJY dapat saling bersinergi untuk mencapai desain kantin yang ideal di masa yang akan datang.
MODIFIKASI DESAIN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN SAMPAH DI PERMUKIMAN LAHAN BASAH TEPIAN SUNGAI Maya Fitri Oktarini; Tutur Lussetyowati; Ahmad Siroj; Alif Sirajuddin Bahri; Tiara Effendi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.965

Abstract

Abstract: Residential activities on the banks of the river produce a lot of garbage that floats in the river overflow. These settlements lack waste management systems and infrastructure and littering behavior. The results of this study recommend building and environmental modifications related to these problems. The modification takes into account the geographical conditions and the resident behavior. The research location is in a densely populated residential area on the banks of the Musi River, Palembang. Data was collected through a survey by observing the function and physical structure of the building as well as interviews that recorded the behavior and perceptions of the local community. Observations show that the most waste accumulates under stilt houses and yards on land that is flooded by a river overflow. Piles of garbage were also found at small rivers stream. Garbage drifts between houses on stilts without fences carried by the water flow. Most residents always litter on land without owners or in the streams. Making a net fence as a barrier between the yard and the under a building, as well as structuring the landscape with wetland vegetation, can prevent the drifting away garbage for facilitating disposal. can also be modified with wire netting as a barrier for littering.Abstrak: Aktivitas pemukiman di bantaran sungai banyak menghasilkan sampah yang mengapung di luapan sungai. Permukiman ini tidak memiliki sistem dan infrastruktur pengelolaan sampah dan perilaku membuang sampah sembarangan. Hasil penelitian ini merekomendasikan modifikasi bangunan dan lingkungan terkait dengan permasalahan tersebut. Modifikasi memperhitungkan kondisi geografis dan perilaku penduduk. Lokasi penelitian berada di kawasan pemukiman padat penduduk di bantaran Sungai Musi, Palembang. Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan mengamati fungsi dan struktur fisik bangunan serta wawancara yang merekam perilaku dan persepsi masyarakat setempat. Pengamatan menunjukkan bahwa sampah paling banyak menumpuk di bawah rumah panggung dan pekarangan di lahan yang tergenang luapan sungai. Tumpukan sampah juga ditemukan di aliran sungai-sungai kecil. Sampah hanyut antar rumah panggung tanpa pagar terbawa aliran air. Sebagian besar penduduk selalu membuang sampah sembarangan di tanah tanpa pemilik atau di sungai. Pembuatan pagar jaring sebagai pembatas antara halaman dan kolong bangunan, serta penataan lanskap dengan vegetasi lahan basah, dapat mencegah hanyutnya sampah untuk memudahkan pembuangan. Aliran juga dapat dimodifikasi dengan jaring kawat sebagai penghalang untuk membuang sampah sembarangan.
POTENSI PENERAPAN KONSEP “LINGKUNGAN 20 MENIT” PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANG Nuzlia Rahdini; Agung Budi Sardjono
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.942

Abstract

Abstract: The 20-minute neighbourhood is becoming a popular concept today to create inclusive, livable, and sustainable residential areas. Namely by designing residential areas that are living locally, where residents can move and fulfill their daily lives just by walking for 20 minutes. To achieve this, it takes a residential area that has characteristics following the concept of a 20-minute neighbourhood. This study uses a qualitative method with a descriptive approach. This study aims to examine the elements of residential areas located in Krobokan Village, West Semarang District, so that its potential is known for the application of the concept 20-minute neighbourhood in Semarang City. The results of the study indicate that the residential areas have been following the characteristics of the concept of the 20-minute neighbourhood, namely an area equipped with various basic facilities with a short distance from the place of residence. It's just that the condition of the existing neighbourhood infrastructure is not yet walkable or friendly to pedestrians.Abstrak: Lingkungan 20 menit menjadi konsep yang populer saat ini untuk menciptakan suatu kawasan permukiman yang inklusif, layak huni, dan berkelanjutan. Yaitu dengan merancang kawasan permukiman yang bersifat living locally atau hidup secara lokal, dimana penghuninya dapat beraktivitas dan memenuhi kehidupan sehari – hari hanya dengan berjalan kaki selama 20 menit. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kawasan permukiman yang memiliki karakteristik sesuai dengan konsep lingkungan 20 menit. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bertujuan untuk mengkaji unsur – unsur kawasan permukiman yang berlokasi di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat, agar diketahui potensinya bagi penerapan konsep lingkungan 20 menit di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan permukiman telah memiliki kesesuai dengan karakteristik konsep lingkungan 20 menit, yakni kawasan yang dilengkapi dengan berbagai sarana fasilitas dasar dengan jarak yang dekat dari tempat tinggal. Hanya saja kondisi prasarana lingkungan yang ada belum walkable atau ramah bagi pejalan kaki.
ANALISIS ALASAN MASYARAKAT DALAM MENGGUNAKAN JALUR PEDESTRIAN DI KOTA BANDARLAMPUNG Mahendra Eka Perkasa; B. Chrysvania Artemisia; Haris Murwadi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.729

Abstract

Abstract: A good city is a city that is able to make it easier for people to carry out various activities in the city while still paying attention to its environmental conditions, such as the availability of pedestrian paths. The pedestrian path is a facility that functions as a space for pedestrians to carry out various activities in a city so that they can walk comfortably and safely. With pedestrian paths, a city can become a city that is more environmentally friendly, because it can reduce emissions from using motorized vehicles that can cause air pollution in an urban environment, such as cycling and walking. The purpose of this research is to find out what reasons make the people of Bandarlampung City use the pedestrian path and to find out what types of activities make people use the pedestrian path. The method used in this study is a qualitative method, data collection was carried out by distributing online questionnaires that were distributed to some of the people of Bandarlampung City. This study found the reasons for the community in using the pedestrian path which were then grouped into two groups of reasons, namely the groups of reasons which were Activity and Non-Activity in nature. The reason group that is Activity consists of the reasons for Accessibility and Kind of Activity. The non-activity group of reasons consists of Lane Comfort and Pushers. Abstrak: Sebuah kota yang baik adalah kota yang mampu memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas di dalam kota dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungannya, seperti tersedianya jalur pedestrian. Jalur pedestrian merupakan sebuah fasilitas yang berfungsi sebagai ruang bagi pejalan kaki dalam melakukan berbagai aktivitas di suatu kota agar dapat berjalan dengan nyaman dan aman. Adanya jalur pedestrian, suatu kota dapat menjadi kota yang lebih ramah lingkungan, karena dapat mengurasi emisi dari penggunaan kendaraan bermesin yang dapat mengakibatkan pencemaran udara pada suatu lingkungan perkotaan, seperti bersepeda dan berjalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan apa saja yang membuat masyarakat Kota Bandarlampung mengunakan jalur pedestrian dan  mengetahui jenis kegiatan apa saja yang membuat masyarakat menggunakan jalur pedestrian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner online yang dibagikan kepada sebagian masyarakat Kota Bandarlampung. Penelitian ini menemukan alasan masyarakat dalam menggunakan jalur pedestrian yang kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok alasan, yaitu kelompok alasan yang bersifat Activity dan Non-Activity. Kelompok alasan yang bersifat Activity terdiri dari kelompok alasan Accesibility dan Kind of Activity. Kelompok alasan yang bersifat Non-Activity terdiri dari Lane Comfort dan Pushers.
IDENTIFIKASI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENERAPAN IDENTITAS VISUAL PADA ELEMEN INTERIOR COWORKING SPACE DIGITAL VALLEY M. Togar Mulya Raja; Irnade Salva Sutyaningsih; Megan Dwi Oktaviani
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.808

Abstract

Abstract: Modern life encourages the creation of new patterns of worker relations and various ways of working. A co-working space is a facility created because of these changes. Not all of the existing co-working spaces have the same goals and concepts. The need for a brand identity to provide differentiation from other co-working spaces can be done through the implementation of a visual identity in the interior so that it is easy for consumers to remember. This study will discuss the identification of public perceptions in spatial planning, use of color, material selection, use of lighting types, application of forms, and use of furniture in Co-working Space Digital Valley. This study uses a descriptive qualitative method which is carried out by analyzing the theory of brand identity applications on the interior design elements of the Digital Valley Co-working Space. The data collection method used is the method of observation and questionnaires. Questionnaires are used as an analysis of public perceptions with the determination of respondents using random sampling. The results show that the application of visual identity in Co-working Space Digital Valley is still less than optimal based on three fundamental components that have a strong impact on the existence of a brand, which can be seen from the perceptions of respondents who show neutral and negative responses on several criteria. This research can be used as a consideration in the application of visual identity in Co-working Space Digital Valley.Abstrak: Kehidupan modern yang mendorong terciptanya pola hubungan pekerja baru dan berbagai macam cara dalam bekerja. Co-working space menjadi fasilitas yang tercipta karena adanya perubahan tersebut.  Co-working space yang ada tidak semuanya memiliki tujuan dan konsep yang sama. Perlu adanya sebuah identitas brand untuk memberikan diferensiasi dengan co-working space yang lain, dapat dilakukan melalui implementasi identitas visual pada interior agar mudah untuk diingat oleh konsumen.  Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai identifikasi perpesi masyarakat dalam penataan ruang, penggunaan warna, pemilihan material, penggunaan jenis pencahayaan, penerapan bentuk, serta penggunaan furniture di Co-working Space Digital Valley. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dilakukan dengan cara melakukan analisis teori aplikasi brand identity pada elemen desain interior Co-working Space Digital Valley. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan kuesioner. Kuesioner digunakan sebagai analisis persepsi masyarakat dengan penentuan responden menggunakan random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan visual identity pada Co-working Space Digital Valley masih kurang optimal berdasarkan tiga komponen fundamental yang memberikan dampak yang kuat pada eksistensi dari sebuah brand, dimana dapat dilihat dari persepsi responden yang menunjukkan respon netral dan negatif pada beberapa kriteria. Penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi pertimbangan dalam penerapan visual identity pada Co-working Space Digital Valley.
IDENTIFIKASI LOGIKA-LOGIKA ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DALAM PENELITIAN DAN PRAKTEK BERARSITEKTUR Yanuarius Benny Kristiawan; Sidhi Pramudito
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.749

Abstract

Abstract: Architecture is part of the overall process of the building and construction industry. The latest report by the World Green Building Council (WGBC) in 2019 states that buildings and construction are responsible for 39% of carbon emissions in the world. Therefore, the vision for 2050 needs to be supported by various research actions and their application in sustainability-related architecture. Simon Guy's writings about the practice of sustainable architecture that cannot be seen as a mere technological solution become the basis for inspiration on what types of research have been carried out. Architectural works analysis needs a more pluralistic view. Based on Simon Guy's research, a literature study using a rationalistic research paradigm with a quantitative deductive method was carried out. It is hoped that opportunities for design theme activities, research, and other activities with the theme of sustainable architecture can be identified. Based on the analysis of the six logics of sustainable architecture themes, there are still opportunities for studies in the eco-centric and eco-aesthetic fields. There is a finding that critical regional dimensions in sustainable architectural practice need to be clearly stated. At a more strategic level, the procurement of locally available materials and local development practices would be more profitable when considering the workforce's skills to reduce the negative impact of the ecological footprint on construction projects. The Socio-Cultural theme approach in solving energy problems and sustainable architecture is an essential issue in managing the future.Abstrak: Laporan terbaru World Green Building Council (WGBC) tahun 2019 menyebutkan bahwa bangunan dan konstruksi bertanggungjawab terhadap 39% emisi karbon di dunia. Visi untuk tahun 2050 perlu didukung dengan berbagai tindakan penelitian dan penerapannya dalam bidang arsitektur yang terkait dengan keberlanjutan. Tulisan Simon Guy tentang praktek arsitektur berkelanjutan yang tidak bisa dipandang sebagai pemecahan teknologi semata menjadi pijakan untuk menjadi inspirasi tentang jenis riset apa saja yang telah dilakukan. Pandangan yang lebih pluralistik dibutuhkan dalam menganalisis karya arsitektur. Penelitian studi pustaka ini berdasarkan tulisan Simon Guy yang menggunakan paradigma penelitian rasionalistik dengan metode deduktif kuantitatif. Diharapkan teridentifikasi peluang kegiatan bertema desain, penelitian dan kegiatan lain yang bertemakan arsitektur berkelanjutan. Berdasar analisis enam logika-logika tema arsitektur berkelanjutan, terbuka peluang yang lebih luas pada kajian-kajian bidang eco-centric dan eco aesthetic. Terdapat temuan bahwa dimensi regional yang penting dalam praktek arsitektur berkelanjutan harus dinyatakan dengan jelas. Pada tingkat yang lebih strategis pengadaaan bahan lokal yang tersedia dan praktek pembangunan daerah akan lebih menguntungkan apabila mempertimbangkan keterampilan tenaga kerja untuk mengurangi dampak negatif dari sisi jejak ekologis pada proyek konstruksi. Pendekatan tema Sosio-Kultural dalam menyelesaikan permasalahan energi dan arsitektur berkelanjutan menjadi isu penting dalam menata masa depan.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK BIOFISIK DAS CILIWUNG TENGAH Rini - Fitri; Nur Intan Simangunsong; Nuraida Nuraida
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.881

Abstract

Abstract: Watersheds (DAS) in Indonesia are experiencing degradation due to population growth that changes land functions for economic. The purpose of this research is to identify the biophysical characteristics of the watershed as the basis for planning the management of the Central Ciliwung watershed. The method used is a field survey; this research was carried out in three stages, namely (a) primary and secondary data collection, (b) identification and analysis of biophysical characteristics in the Central Ciliwung watershed including soil physical conditions, slope and land use, (c) results of analysis of biophysical characteristics of the Central Ciliwung watershed. It is displayed spatially. The results show that the area of the Central Ciliwung watershed is 15,706.73 Ha, dominated by flat topography of 9576.86 Ha or 60.97% of the total watershed area. Land use for settlements is the most extensive, namely 12891.53 ha with a percentage of 82.06% of the total area of the watershed. Soil type in general is latosol association covering an area of 13151.36 Ha with a percentage of 83.74% of the total watershed area.Abstrak: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia mengalami degradasi akibat dari pertambahan penduduk yang merubah fungsi lahan untuk kepentingan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik biofisik DAS sebagai dasar perencanaan pengelolaan DAS Ciliwung Tengah. Metode yang digunakan adalah survei lapang; penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu (a) pengumpulan data primer dan data sekunder, (b) identifikasi dan analisis karakteristik biofisik di DAS Ciliwung Tengah meliputi keadaan fisik tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan, (c) hasil analisis karakteristik biofisik DAS Ciliwung Tengah ini ditampilkan secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas DAS Ciliwung Tengah sebesar 15,706,73 Ha, didominasi oleh jenis topografi datar seluas 9576,86 Ha atau 60,97 % dari total luas DAS. Penggunaan lahan untuk Pemukiman merupakan paling luas yaitu 12891.53 Ha dengan persentase 82,06 % dari total luas keseluruhan DAS. Jenis tanah pada umumnya adalah asosiasi latosol seluas 13151.36 Ha dengan persentase 83.74 % dari total luas DAS.
REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Sonaesti, Ceratomia; Purwanto, Edi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.813

Abstract

Abstract: Semarang Old Town area has a row of historic buildings. Revitalization efforts have been made by the Government since 2017 to increase the attractiveness of the area in order to increase tourism potential in Semarang and to maintain the preservation of cultural heritage buildings. Currently, the condition of this area is getting better and more lively and attracts more visitors. However, so far there are various assumptions regarding of the Semarang Old City Area’s revitalization successness, so it is necessary to conduct a study to find out the problems that still exist to increase the successness of this area’s revitalization. This study was using a a comparative descriptive method. The evaluation results show that the revitalization of this area has not yet fully met the revitalization objectives, because although it has been able to improve its physical, economic and social qualities, it has not yet fully improved from a cultural perspective because there are still several problems, including street furniture, crowds concentrated in one area, volume of vehicles, infrastructure development, many unused buildings, vandalism and building facades differences. This is also not in accordance with the Government's vision of making this area a permanent list of "World Heritage Sites".Abstrak: Kawasan Kota Lama Semarang memiliki deretan bangunan bersejarah. Telah dilakukan upaya revitalisasi oleh Pemerintah terhadap Kawasan ini sejak tahun 2017 untuk meningkatkan daya tarik kawasan tersebut dalam rangka meningkatkan potensi pariwisata di Kota Semarang serta untuk menjaga kelestarian bangunan-bangunan cagar budaya yang ada di kawasan tersebut. Saat ini kondisi Kawasan Kota Lama ini menjadi lebih baik dan lebih hidup serta menarik lebih banyak pengunjung. Namun selama ini terdapat berbagai macam anggapan mengenai keberhasilan revitalisasi Kawasan Kota Lama Semarang, sehingga perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui permasalahan yang masih ada untuk meningkatkan keberhasilan revitalisasi Kawasan ini. Evaluasi ini dilakukan dengan metode deskriptif komparasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa revitalisasi kawasan ini masih belum sepenuhnya memenuhi tujuan revitalisasi, karena meskipun telah mampu meningkatkan kualias fisik, ekonomi dan sosial, namun belum belum sepenuhnya meningkatkan dari sisi budaya karena masih terdapat beberapa permasalahan antara lain mengenai street furniture, keramaian yang terpusat di satu titik, volume kendaraan, pembangunan infrastruktur, banyak bangunan yang tidak dimanfaatkan, vandalisme serta perbedaan fasad bangunan. Hal tersebut juga belum sesuai dengan visi Pemerintah dalam menjadikan Kawasan ini sebagai daftar tetap “World Site Heritage”.
KAJIAN KENYAMANANAN VISUAL MELALUI PENCAHAYAAN PADA RUANG KERJA Adji, Agus Ruminto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i1.841

Abstract

Abstract: Basically, humans need light to visually see an object. It is the light that is reflected by these objects so that we can see it clearly and the eyes are comfortable to see. A good workspace is a comfortable workspace to do a job so that work results are optimal. Visual comfort can be achieved if the points of visual comfort are applied optimally, among others, by conformity of the design with the recommended light standards and the arrangement of room layouts in accordance with the distribution of lighting. This paper is a brief study of visual comfort through the lighting system in the room. This paper aims to analyze lighting and furniture layout arrangements in order to obtain design proposals in the process of redesigning the general and staffing subdivision space at the Tegal City DPUPR office.Abstrak: Pada dasarnya manusia memerlukan cahaya untuk melihat secara visual suatu obyek/benda. Cahaya yang dipantulkan oleh objek-objek tersebutlah maka kita dapat melihatnya secara jelas dan mata nyaman untuk melihat. Ruang kerja yang baik adalah ruang kerja yang nyaman untuk melakukan suatu pekerjaan agar hasil kerja optimal. Kenyamanan visual dapat tercapai jika poin-poin kenyamanan visual teraplikasikan secara optimal antara lain dengan kesesuaian rancangan dengan standar terang yang direkomendasikan dan penataan layout ruangan yang sesuai dengan distribusi pencahayaan. Tulisan ini merupakan kajian singkat mengenai kenyamanan visual melalui sistem pencahayaan pada ruang. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa pencahayaan dan penataan layout perabot guna mendapatkan usulan desain pada proses re-desain ruang subbag umum dan kepegawaian pada kantor DPUPR Kota Tegal.

Page 1 of 4 | Total Record : 36