cover
Contact Name
Argyo Demartoto
Contact Email
jas@mail.uns.ac.id
Phone
+62271637277
Journal Mail Official
jas@mail.uns.ac.id
Editorial Address
https://jurnal.uns.ac.id/jas/about/editorialTeam
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Analisa Sosiologi
ISSN : 23387572     EISSN : 26150778     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Analisa Sosiologi (JAS) diterbitkan per semester pada bulan April dan Oktober oleh Program Studi Magister Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ISSN : 2338 - 7572 (Print) dan ISSN: 2615-0778 (Online). JAS berdasarkan kutipan dan keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor: 21/E/KPT/2018, tanggal 9 Juli 2018 tentang hasil akreditasi jurnal ilmiah periode 1 tahun 2018, telah terakreditasi Peringkat 4 yang berlaku 5 Tahun, yaitu Volume 5 Nomor 1 tahun 2016 sampai Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020. JAS memfokuskan diri pada hasil penelitian terkait isu-isu sosial-kontemporer di Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan perkembangan masyarakat dari berbagai aspek. Selain itu, JAS juga menerima artikel yang bersumber pada telaah pustaka terkait dengan upaya pengembangan teori-teori sosiologi. Informasi mengenai JAS juga bisa diperoleh melalui media sosial.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 1 (2022)" : 10 Documents clear
TAHAPAN GERAKAN SOSIAL SIDNEY TARROW DALAM KASUS SERIKAT PETANI PIONDO SULAWESI TENGAH Efraim Yudha Irawan; Wahyu Gunawan; Munandar Sulaeman
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56361

Abstract

This study discusses the emergence of a social movement based on farmer independence in Piondo, Central Sulawesi. The movement emerged as a response to the conflict between farmers and PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS) and PT Berkat Hutan Pusaka (BHP). The data search was carried out qualitatively with the case study method. The stages of the movement that emerged were read from the perspective of Sidney Tarrow where there were five stages carried out by farmers. Analysis with the survival mechanism perspective of James Scott shows that during the struggle for land acquisition, farmers must reduce the quality of their food, make independent efforts to find additional income, so that a network is formed for them to survive and regain their agricultural land.Keywords: Social Movement, Conflict, Farmer, Survival AbstrakPenelitian ini membahas tentang munculnya gerakan sosial yang berbasis pada kemandirian petani di Piondo, Sulawesi Tengah. Gerakan muncul sebagai respon atas konflik antara petani dengan PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS) dan PT Berkat Hutan Pusaka (BHP). Pencarian data dilakukan secara kualitatif dengan metode studi kasus. Tahapan gerakan yang muncul dibaca dengan perspektif Sidney Tarrow dimana ada lima tahapan yang dilakukan petani. Analisis dengan perspektif mekanisme bertahan hidup James Scott menunjukkan bahwa selama memperjuangkan pembebasan lahan, petani harus menurunkan kualitas pangannya, melakukan swadaya mencari tambahan pendapatan, hingga terbentuk jaringan bagi mereka untuk bertahan hidup dan mendapatkan kembali lahan pertaniannya.Kata Kunci: Gerakan Sosial, Konflik, Petani, Bertahan Hidup
ANALISIS MODAL SOSIAL DALAM KEMENANGAN PILKADA PEMALANG TAHUN 2020 Akhmad Habibullah; Diryo Suparto; Sri Sutjiatmi
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.55134

Abstract

The Regional Head Election as one of the instruments of democracy in elite turnover has always been a subject of study that has attracted many people. Capital is needed to achieve victory and material and social support in the election. Borrowing Bourdieu’s theory shows how social practices occur in a long-lasting disposition system (Habitus) and involve many economic, social, cultural, and even symbolic capital in the post-conflict local election domain owned by the election-winning pair Pemalang Regency. This study uses a qualitative method using a descriptive approach. Data collection is done by interviewing several informants such as the victorious team leader, volunteers, sympathizers, party leaders, and representatives of the Pemalang Regency. The results showed that the social capital owned by Agung-Mansur became one of the leading forces in the victory in addition to the existing political and economic prosperity; this study also revealed that political capital with many parties’ supports or coalitions did not guarantee success for the candidate pair.Keywords: Election, Social Capital, Concurrent Election  AbstrakPemilukada sebagai salah satu instrument demokrasi dalam pergantian elit selalu menjadi bahan kajian yang menarik banyak kalangan. Dalam pilkada untuk mencapai kemenangan dan dukung tentu dibutuhkan modal, baik materil maupun sosial. Meminjam teori Bourdiue, yang menunjukkan bagaiamana praktik sosial yang terjadi dalam sistem disposisi yang berlangsung lama (Habitus) dan melibatkan banyak modal ekonomi, sosial, budaya bahkan simbolik dalam ranah pemilukada yang dimiliki oleh pasangan pemenang Pilkada di Kabupaten Pemalang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriftif, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan sejumlah informan seperti ketua tim sukses, relawan, simpatisan, ketua partai pengusung dan perwakilan masyarakat Kabupaten Pemalang. Hasil penelitian menunjukkan bahwah modal sosial yang dimiliki Agung- Mansur menjadi salah satu kekuatan utama dalam kemenangan tersebut selain modal politik dan ekonomi yang ada, penelitian ini juga mengungkap bahwa modal politik dengan dukungan atau koalisi partai yang banyak tidak menjamin kemenangan bagi pasangan calon.Keyword: Pilkada, Modal Sosial, Pilkada Serentak
LENGKUAS SEBAGAI SIMPANAN NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI REMPAH KECAMATAN MANDING SUMENEP SAAT PANDEMI COVID-19 Puteri Intan Rizqi Ayu Wulandari; Ekna Satriyati
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56671

Abstract

Indonesia is so heavily in the agricultural sector that it has been called an agricultural country. Many of its residents are depending on the sector. One that favors the public is the angling of it. The lengthens are a multicultural plant, that is, can serve as a cure, as well as a daily need for cooking. Apart from its many functions, it also appears to be a plant that when cultivated is relatively profitable. So the majority of the people in the Kasengan village grow a foothold on their farm. The purpose of this study is to know the role of lengthening in helping the farmer's income to meet his daily needs. The study employed qualitative research methods that described the results in a descriptive and case-study approach and employed an overwhelmingly sampling technique, that is, the identification of certain characteristic informants. The result of this study was that the pandemic that was thought to be due to economic downturn, did not amount to lengthening sales. Market demand for lengthens grew as the covid-19 pandemic struck. For the village community of the kas, the lengthens is thought to be a savings plan for the owner's financial deposit. Because the lengthens can be harvested at any time, and they do not alter the quality of the curve itself.Keywords: Farmer, Financial support, Pandemics, Sumenep Abstrak Indonesia merupakan negara dengan sektor pertanian yang banyak sehingga memiliki julukan negara agraris. Banyak penduduknya menggantungkan hidup pada sektor tersebut. Salah satu yang ditekuni masyarakat yakni bertani lengkuas. Lengkuas merupakan tanaman yang multi-fungsi, yakni dapat bermanfaat sebagai obat, dan juga sebagai kebutuhan masak-memasak dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki banyak fungsi, lengkuas rupanya juga menjadi tanaman yang apabila dirupiahkan relatif menguntungkan. Sehingga, mayoritas penduduk di Desa Kasengan menanam lengkuas di lahan pertanian yang mereka miliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran lengkuas dalam membantu penghasilan petani lengkuas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menjabarkan hasil penelitian secara deskriptif dan menggunakan pendekatan studi kasus dan menggunakan teknik purposive sampling, yakni penentuan informan berdasar karakteristik tertentu. Hasil dari penelitian ini yakni pandemi yang dianggap menjadi sebab menurunnya ekonomi, nyatanya tidak berlaku pada penjualan lengkuas. Permintaan pasar terhadap lengkuas menjadi meningkat saat pandemi covid-19 melanda. Bagi masyarakat Desa Kasengan, lengkuas dianggap tanaman tabungan untuk menyimpan keuangan pemiliknya. Karena tanaman lengkuas dapat dipanen kapan saja, dan tidak merubah kualitas dari lengkuas itu sendiri.Kata kunci: Petani, Simpanan Nafkah, Pandemi, Sumenep
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGGUNAAN WHATSAPP, TINGKAT PENDAPATAN, DENGAN PERILAKU KONSUMTIF IBU RUMAH TANGGA DESA KEBONAGUNG WONODADI BLITAR Binti Masruroh; Bagus Haryono
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.55504

Abstract

This study aims to explain the relationship between the level of use of WhatsApp, the level of income with the consumptive behavior of housewives in Kebonagung Village, Wonodadi Blitar. The theory used for knife analysis is McDonaldization theory. This study uses a quantitative approach, explanatory type. Data was collected using a survey. The research population is housewives who join the WhatsApp online market group as many as 256 people and the sample is taken by random sampling as many as 83 people. The results of the study show that there is a significant relationship at = 0.05 between the level of use of WhatsApp and the level of income of 0.539, the level of use of WhatsApp with consumptive behavior of 0.706, the level of income with consumptive behavior of 0.463, a partial relationship and a joint relationship between the level of WhatsApp usage, income level, and consumptive behavior are 0.611 and 0.713, respectively. The results of the relationship together show that 50.8% of consumptive behavior is influenced by the level of WhatsApp usage and income level, the remaining 49.2% is influenced by external variables. From the four correlation results, it is included in the McDonaldization dimensions, namely efficiency, calculability, predictability, and control. The interesting result of this study is that the low use of WhatsApp among housewives is still able to increase their consumptive behavior, if there is income that supports it. On the other hand, the increase in the use of WhatsApp, it is proven that they will not be able to increase their consumptive behavior, if there is no income that supports it.Keywords: WhatsApp Usage Level, Income Level, Consumptive Behavior. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara tingkat penggunaan WhatsApp, tingkat pendapatan dengan perilaku konsumtif ibu rumah tangga Desa Kebonagung Wonodadi Blitar. Teori yang digunakan untuk pisau analisis adalah teori McDonaldization. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, berjenis eksplanatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan survei. Populasi penelitian adalah ibu rumah tangga yang bergabung dalam grup WhatsApp market online sebanyak 256 orang dan sampel diambil secara random sampling sebanyak 83 orang. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pada α = 0,05 antara tingkat penggunaan WhatsApp dengan tingkat pendapatan sebesar 0,539, tingkat penggunaan WhatsApp dengan perilaku konsumtif sebesar 0,706, tingkat pendapatan dengan perilaku konsumtif sebesar 0,463, hubungan parsial dan hubungan bersama-sama antara tingkat penggunaan WhatsApp, tingkat pendapatan, dan perilaku konsumtif sebesar 0,611 dan 0,713. Hasil hubungan Bersama-sama menunjukkan 50,8% perilaku konsumtif dipengaruhi oleh tingkat penggunaan WhatsApp dan tingkat pendapatan, 49,2% sisanya dipengaruhi variabel luar. Dari keempat hasil korelasi tersebut, masuk dalam dimensi McDonaldization yaitu efisiensi, kalkulabilitas, prediktabilitas, dan kontrol. Hasil menarik penelitian ini bahwa rendahnya penggunaan WhatsApp di kalangan ibu rumah tangga masih mampu meningkatkan perilaku konsumtif mereka, jika terdapat pendapatan yang mendukungnya. Sebaliknya, peningkatan penggunaan WhatsApp, terbukti tidak akan mampu meningkatkan perilaku konsumtif mereka, jika tidak terdapat pendapatan yang mendukungnya.  Kata Kunci: Tingkat Penggunaan WhatsApp, Tingkat Pendapatan, Perilaku Konsumtif.
MOTIF WARGA TURUT SERTA DALAM KEGIATAN VAKSINASI COVID-19 DI SURABAYA Dhiyaul Auliyah; Tiara Hanandita; FX Sri Sadewo
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56855

Abstract

Vaccinations carried out not only have a function to protect the Covid-19 virus. The existence of facilities for the implementation of facilities by the government as a condition for permits for public access. The focus of the problem in this study is related to the motives of residents participating in the Covid-19 vaccination activity in Surabaya. The purpose of the study is to further identify the motives of residents participating in the Covid-19 vaccination activity in Surabaya, as well as to analyze this phenomenon using the phenomenological theory of Alfred Schutz. This study uses a phenomenological approach with the method of observation, interviews, and literature study. The results of the study show that there are various motives for citizens to participate in vaccination, ranging from historical experiences, to getting access to public facilities, self-protection efforts, and so on. Residents hope that by participating in vaccinations, they can increase their immunity, as well as form group immunity. Some of the impacts felt by the community include fever, often feeling hungry, itching on the skin with red rashes, to not feeling any effects. The relevance between the phenomenon and the phenomenological theory is that the subjectivity of people's expressions about vaccination is quite diverse, including to get immunity, in order to be able to access public facilities. But in the end, the group's awareness to form herd immunity made people move to follow vaccination.Keywords: Covid-19 Pandemic, Vaccination, Phenomenology. AbstrakVaksinasi dilakukan tidak hanya memiliki fungsi untuk proteksi virus Covid-19. Adanya fasilitas sertifikat vaksin difungsikan oleh pemerintah sebagai syarat izin akses ke fasilitas umum. Fokus permasalahan dalam penelitian ini terkait motif warga turut serta dalam kegiatan vaksinasi Covid-19 di Surabaya. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi lebih lanjut motif warga turut serta dalam kegiatan vaksinasi Covid-19 di Surabaya, sekaligus menganalisis fenomena tersebut menggunakan teori fenomenologi dari Alfred Schutz. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beragam motif warga mengikuti vaksinasi mulai dari pengalaman historis, untuk mendapat akses bepergian, akses fasilitas umum, upaya proteksi diri, dan lain sebagainya. Harapan warga dengan mengikuti vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh, maupun juga turut membentuk kekebalan kelompok. Beberapa dampak yang dirasakan masyarakat antara lain sedikit demam, linu di bagian kaki, sering merasa lapar, gatal di kulit dengan ruam merah, hingga tidak merasa efek apapun. Relevansi antara fenomena dengan teori fenomenologi bahwasanya subjektivitas dari ungkapan warga tentang vaksinasi cukup beragam, diantaranya untuk mendapat kekebalan tubuh, agar dapat bepergian, maupun untuk akses ke fasilitas umum. Tetapi pada akhirnya kesadaran kelompok guna membentuk herd immunity membuat warga tergerak mengikuti vaksinasi.Kata Kunci: Pandemi Covid-19, Vaksinasi, Fenomenologi.
REPRESENTASI RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN SUMBER MATA AIR KALI BENOYO DALAM PERSPEKTIF HENRI LEFEBVRE Bening Hesti Maela; Suryo Sakti Hadiwijoyo; Daru Purnomo
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.55747

Abstract

The lack of use of green open space in an area causes the function of a space to be not optimal, so that the area experiences an imbalance. This study aims to describe the representation of green open space in the Kali Benoyo spring area in the perspective of Henry Lefebvre which includes the dimensions of space practice, representation space and space representation. Henry Lefebvre's theory of space production is divided into three, namely spatial practice, spatial representation and space representation, explaining the area of the Kali Benoyo spring. This study uses qualitative descriptive methods, namely the collection of primary data sources and secondary data. Data collection techniques were carried out using the methods of observation, interviews and documentation. The data analysis technique used is data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of the study are (1) the form of utilization of green open space as a representation of social space in the Kali Benoyo spring area, namely for bathing, washing clothes, children's play, a place to stop for visitors, and for the photo area (2) social space formed in the area. The water source of Kali Benoyo becomes a living space because the activities of residents in the area cause interaction. (3) The green open space of the Benoyo River spring can be said to be a symbol that is able to transform slum areas into a clean and orderly area.Keywords: Springs, Representation of Space, Social Space, Green Open Space. AbstrakKurangnya pemanfaatan ruang terbuka hijau pada suatu kawasan menyebabkan fungsi suatu ruang menjadi tidak optimal, sehingga kawasan tersebut mengalami ketidakseimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi ruang terbuka hijau di kawasan sumber mata air Kali Benoyo dalam perspektif Henry Lefebvre yang meliputi dimensi praktik ruang, ruang representasi dan representasi ruang. Teori produksi ruang Henry Lefebvre dibagi menjadi tiga, yaitu praktik spasial, representasi ruang dan ruang representasi, menjelaskan wilayah mata air Kali Benoyo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu pengumpulan sumber data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah (1) bentuk pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai representasi ruang sosial di kawasan mata air Kali Benoyo, yaitu untuk mandi, mencuci pakaian, bermain anak, tempat singgah bagi pengunjung, dan untuk area foto (2) ruang sosial yang terbentuk di kawasan sumber mata air Kali Benoyo menjadi ruang hidup karena aktivitas warga di kawasan tersebut yang menimbulkan interaksi. (3) Ruang terbuka hijau sumber mata air Kali Benoyo dapat dikatakan sebagai simbol yang mampu mengubah kawasan kumuh menjadi kawasan yang bersih dan tertata. Kata Kunci: Sumber Mata Air, Produksi Ruang, Ruang Sosial, Ruang Terbuka Hijau.
KONSTRUKSI MASYARAKAT TENTANG HIDUP TANPA ANAK SETELAH MENIKAH Hanandita, Tiara
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56920

Abstract

The main problem discussed in this article is to examine people's opinions about living without children after marriage through the construction that is formed in the community. This research was conducted because Indonesia is a pronatalist country, while the decision not to have children is a contradiction or something that is considered deviant. This study uses a qualitative method with data collection techniques through interviews. In the field, data is obtained that the decision not to have children is a form of habitualization in society. Couples who have passed the stage of marriage, then the next stage is to have children. This habitualization is in line with the Construction Theory proposed by Peter L. Berger.Keywords: Habitualization, Pronatalist, and Contrustion AbstrakPokok permasalahan yang dibahas dalam artikel ini adalah mengkaji pendapat masyarakat tentang hidup tanpa anak setelah menikah melalui kontruksi yang terbentuk di masyarakat. Penelitian ini dilakukan karena Indonesia merupakan negara pronatalis, sedangkan keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan sebuah pertentangan atau hal yang dianggap menyimpang. Penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dengan pendekatan fenomenologi menggunakan  teknik pengumpulan data melalui wawancara. Di lapangan diperoleh data bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan wujud dari habitualisasi di masyarakat. Pasangan yang telah melewati tahap pernikahan, maka tahap selanjutnya adalah memiliki anak. Habitualisasi tersebut sejalan dengan Teori Konstruksi yang dikemukakan oleh Peter L. Berger.Kata Kunci: Habitualisasi, Pronatalis, dan Konstruksi
STRATEGI PENINGKATAN KETAHANAN SOSIAL EKONOMI DESA MELALUI SISTEM EKONOMI GOTONG ROYONG BERBASIS BADAN USAHA MILIK DESA Mundayat, Aris Arif; Yuhastina, Yuhastina; Narendra, Bagas; Gufronudin, Gufronudin
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56202

Abstract

AbstractThis article is an analysis of the potential of the Mutual Cooperation Economic System (MCES) based on social capital and inclusive cooperation to increase social resilience through BUMDes (Village Owned Enterprises). The village's socio-economic resilience is crucial to review. It is considering that the number of villagers in the last 50 years has decreased up to more than 50%.  Villages seem to lose their productive force due to the process of urbanization interm of horizontal mobility from rural to urban at the national, regional, and global levels, This situation generates economic pressure  to the rural areas  as a process of integrating villagers into market citizens.  Then the second factor is the spatial urbanization characterized by the integration of the village with the city in terms of space and lifestyle. In this situation,  village loses its socio-economic resilience because its productivity tends to decrease. Then pandemic Covid-19 has made the industrial sector laidoff their workers who then returned to villages. The percentage of poverty rate increased from 9.22 percent in September 2019 to 10.14 percent in March 2021. It shows that rural area losses their socio-economic resilience because their productivity tends to decline. This study uses a qualitative research method by conducting observations and Focused Group Discussion with the management to analyze the social-economic potential of the BUMDes Tirtamas Kapanewon, Mlati, Sleman Regency and other BUMDes network as the unit of the study. This study shows that BUMDes Tirtamas has the potency to develop MCES by building a mutual network with Smal and Micro Enterprises included other BUMDes from other villages building a Mutual Cooperation Economic System. The contribution of new ideas is in this study is the idea of Mutual Cooperation Economic System (MCES) as an alternative economy system to coexists with the neoliberal market economy.Key Word: Sosial-Ekonomi, Resilience, Mutual Cooperation, Citizen, VOEs, Neoliberal. AbstrakArtikel ini merupakan analisis potensi Sistem Ekonomi Gotong Royong (SEGORO) berbasis modal sosial dan kejasama inklusif untuk meningkatkan ketahanan sosial melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Ketahanan sosial ekonomi desa sangat penting untuk ditinjau. Mengingat jumlah penduduk desa dalam 50 tahun terakhir telah berkurang hingga lebih dari 50%. Desa seolah-olah kehilangan tenaga produktifnya akibat proses urbanisasi karena mobilitas horizontal dari desa ke kota di tingkat nasional, regional, dan global. Kemudian faktor kedua adalah urbanisasi spasial yang ditandai dengan integrasi desa dengan kota dari segi ruang dan gaya hidup. Dalam situasi ini desa kehilangan ketahanan sosial ekonominya karena produktivitasnya yang cenderung menurun. Kemudian pandemi Covid-19 pun membuat sektor industri mem-PHK pekerjanya yang kemudian kembali ke desa. Persentase angka kemiskinan meningkat dari 9,22 persen pada September 2019 menjadi 10,14 persen pada Maret 2021. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan observasi dan Focused Group Discussion bersama pihak manajemen untuk menganalisis potensi sosial ekonomi BUMDes Tirtamas Kapanewon, Mlati, Kabupaten Sleman dan jaringan BUMDes lainnya sebagai unit kajian. Kajian ini menunjukkan bahwa BUMDes Tirtamas memiliki potensi untuk mengembangkan SEGORO setelah membangun jaringan gotong royong dengan Usaha Kecil dan Mikro termasuk BUMDes lain dari desa lain yang membangun Sistem Ekonomi Gotong Royong. Kontribusi berupa ide baru dari kajian ini adalah ide SEGORO sebagai sistem ekonomi alternatif yang hidup berdampingan dengan ekonomi pasar neoliberal.Kata Kunci: Sosial-Ekonomi, Ketahanan, Gotong Royong, BUMDes, Neoliberal.
KONSUMERISME MAKANAN SIAP SAJI SEBAGAI GAYA HIDUP REMAJA DI KOTA SURABAYA: STUDI KASUS SISWI SMA MUHAMMADIYAH 4 KOTA SURABAYA ufrida, khudhriyatul; Harianto, Sugeng
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.57134

Abstract

In today's modern life, urban communities, especially teenagers, are familiar with the term fast food. Teenagers are some of the biggest consumers of fast food, such as SMA Muhammadiyah 4 Surabaya students. The purpose of this study was to identify changes in the social structure of urban society due to consumerism lifestyle, identify consumerism of SMA Muhammadiyah 4 Surabaya students regarding fast food, and identify fast food consumerism as a lifestyle of SMA Muhammadiyah 4 Surabaya students. This research uses a qualitative approach, using a case study type of research. The results of this study indicate that the presence of fast-food restaurants makes teenagers, especially students of SMA Muhammadiyah 4 Surabaya, who have the habit of hanging out and eating at fast-food restaurants when they come home from school, this is what encourages informants to behave in consumption due to environmental and media influences. Urban areas often spend their time visiting entertainment centers such as fast-food restaurants, malls for shopping or hanging out. Therefore, SMA Muhammadiyah 4 Surabaya students tend to live a consumption lifestyle because consuming fast food is a lifestyle. The presence of an attractive fast food restaurant with a beautiful place, makes them take advantage of the place by taking pictures and taking advantage of the aesthetics of the place. Therefore, fast food restaurants have become a trademark for urban communities, especially in the city of Surabaya. Changes in the social structure of society in the city of Surabaya are indirectly influenced by the emergence of fast-food restaurants that make people have a lifestyle that tends to consume. Keywords: consumerism, urban society, fast food, lifestyleKeywords : Consumerism, City Community, Fast Food, LifestyleAbstrak Kehidupan modern saat ini masyarakat perkotaan khusunya remaja sudah tidak asing lagi mendengar istilah  fast food. Para remaja menjadi salah satu konsumen makanan siap saji paling banyak, seperti siswi SMA Muhammadiyah 4 Surabaya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perubahan struktur sosial masyarakat perkotaan akibat gaya hidup konsumerisme, mengidentifikasi konsumerisme siswi SMA Muhammadiyah 4 Surabaya mengenai makanan siap saji, dan mengidentifikasi konsumerisme makanan siap saji sebagai gaya hidup siswi SMA Muhammadiyah 4 Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa hadirnya restoran siap saji membuat remaja, khususnya pada siswa SMA Muhammadiyah 4 Surabaya yang memiliki kebiasaan nongkrong dan makan di restoran siap saji saat pulang sekolah, hal tersebut yang mendorong informan untuk berperilaku konsumsi akibat pengaruh lingkungan dan media bahwa remaja perkotaan sering menghabiskan waktu mereka dengan mengunjungi pusat hiburan seperti restoran siap saji, mall untuk berbelanja ataupun nongkrong. Oleh karena itu, siswi SMA Muhammadiyah 4 Surabaya cenderung bergaya hidup konsumsi karena mengonsumsi makanan siap saji termasuk gaya hidup. Hadirnya restoran siap saji yang menarik dengan keindahan tempat, membuat mereka memanfaatkan tempat tersebut dengan berfoto dan memanfaatkan keestetikan dari tempat tersebut. Oleh karena itu, restoran siap saji telah menjadi trademark tersendiri bagi masyarakat perkotaan, khususnya di kota Surabaya. Perubahan struktur sosial masyarakat di kota Surabaya secara tidak langsung dipengaruhi oleh kemunculan restoran siap saji yang membuat masyarakat bergaya hidup cenderung konsumsi.Kata Kunci: Konsumerisme, Masyarakat Kota, Makanan Siap Saji, Gaya Hidup
LUNTURNYA SEKTOR PERTANIAN DI PERKOTAAN Gultom, Ferdi; Harianto, Sugeng
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i1.56324

Abstract

The agricultural sector is an important sector for food security in Indonesia. However, the government only focused on development through the industrial sector, that agriculture faded away due to the entry of the modern sector through the central state-satellite relationship. This can be seen in the increasingly widespread conversion of agricultural land in urban areas. This study aims to describe how the decline of the agricultural sector in urban areas. This research uses a literature study approach. Data is obtained from news sources, to journals that explain the development of the industrial sector that shifts agricultural land. The data were analyzed using the Miles and Huberman model. The data are classified according to the problem formulation, then reduced to an understandable conclusion. This study uses dependency theory to help analyze the data. Dependency theory was chosen because it can explain the underdevelopment of satellite countries due to the modern sector. The results of this study indicate that the agricultural sector in urban areas is fading, due to the decrease in agricultural land, due to the widespread conversion of land for industry, infrastructure, and settlements. The regeneration of farmers has decreased, due to the lack of interest in becoming a farmer.Keywords: Agricultural Sector, Urban, Addiction, Fade AbstrakSektor pertanian merupakan sektor penting untuk ketahanan pangan di Indonesia. Namun demikian, pemerintah hanya berfokus pada pembangunan melalui sektor industri, sehingga pertanian luntur akibat masuknya sektor modern melalui hubungan negara pusat-satelit. Hal tersebut terlihat alih fungsi lahan pertanian yang sering terjadi di perkotaan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana lunturnya sektor pertanian di perkotaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan. Data didapatkan melalui sumber berita, hingga jurnal yang menjelaskan pembangunan sektor industri yang menggeser lahan pertanian. Analisis data menggunakan menggunakan Model Miles dan Huberman. Data diklasifikasikan sesuai dengan rumusan masalah, kemudian direduksi menjadi kesimpulan yang dapat dipahami. Penelitian ini menggunakan teori ketergantungan untuk membantu menganalisis data. Teori ketergantungan dipilih sebab dapat menjelaskan keterbelakangan negara satelit dikarenakan sektor modern. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor pertanian di perkotaan semakin luntur, karena lahan pertanian yang semakin berkurang, karena maraknya alih fungsi lahan untuk industri, infrasturkur, dan pemukiman. Regenerasi petani menurun, akibat tidak ada minat menjadi petani.Kata Kunci: Sektor Pertanian, Perkotaan, Ketergantungan, Luntur

Page 1 of 1 | Total Record : 10