cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Proceeding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan
Published by Universitas Hasanuddin
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 172 Documents
Nisbah Kelamin, Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan Gonad Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blekeer, 1852) Farida G Sitepu; Suwarni Suwarni; Fatmawaty Fatmawaty
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1166.134 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Bleeker, 1852) di perairan Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Manfaat penelitian ini dapat mengetahui keseimbangan matang gonad dan yang belum matang gonad, ikan yang sudah memijah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei yaitu pada tanggal 29 Maret, 13 April, 26 April, 9 Mei 2017. Analisis ikan contoh dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan. Cara pengambilan ikan contoh dengan mengambil seluruh hasil tangkapan nelayan dengan selang waktu empat kali selama dua bulan. Nisbah kelamin dianalisis dengan menggunakan uji chi-square (Wibisono, 2009), tingkat kematangan gonad mengacu pada klasifikasi ikan nilem (Andy Omar, 2010), indeks kematangan gonad dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ikan betutu yang diperoleh sebanyak 239 ekor yang terdiri dari 127 ekor jantan dan 112 ekor betina. Nisbah kelamin ikan betutu jantan dan betina 1 : 0.89. Tingkat kematangan gonad ikan betutu jantan yaitu I – IV dan ikan betutu betina yaitu I – V. Indeks kematangan gonad ikan betutu jantan yang terendah yaitu pada TKG I 0.0356% dan tertinggi pada TKG IV 0.3431% sedangkan pada ikan betutu betina yang terendah yaitu pada TKG I 0.1604% dan tertinggi pada TKG IV 2.8753%. Kata kunci: Ikan betutu, nisbah kelamin, TKG, IKG. 
Studi Geobiofisik Pantai Pink Sebagai Wisata Laut di Lombok Timur Media Fitri Isma Nugraha; Atriyon Julzarika
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.943 KB)

Abstract

Lombok merupakan salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan segala keunikan alam teresterial dan maritimnya. Ada beberapa pulau kecil yang terdapat di sekitar Pulau Lombok. Dalam bahasa lokal, pulau disebut dengan Gili. Salah satu pulau yang terkenal adalah Gili Trawangan. Akan tetapi banyak gili lainnya yang memiliki daya tarik dan eksotisme tersendiri, diantaranya adalah gili Patelu dan gili Gambir, dikenal dengan pantai pink. Observasi dilakukan di Gili Patelu dan gili Gambir Lombok timur pada bulan Desember 2017 – Januari 2018. Gili Patelu dan gili gambir dikenal karena butiran pasirnya yang berwarna pink, yang berasal dari serpihan coral Tubipora musica Linnaeus 1758. Butiran coral ini memberikan ciri dan sensasi tersendiri bagi wisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi sapsial yang berkaitan dengan keunikan dan daya tarik pantai Pink Lombok Timur sebagai destinasi wisata laut. Hasil dari penelitian ini berupa kawasan Lombok Timur memikili daya Tarik yang unik dengan keberadaan pasir yang berwarna pink. Diperlukan sebuah pengelolaan wisata bahari yang berlandaskan ekosistim dan lingkungan. Hasil penelitian ini mendapatkan data ekosistim untuk pengelolaan wisata bahari dan lingkungan maritime. Kata Kunci: Gili Patelu, Gili Gambir, lombak timur, Tubipora musica,Wisata bahari, 
Aspek Ekologi Dan Pertumbuhan Ikan Bungo (Glossogobius Giuris, Hamilton–Buchanan 1822) Di Danau Tempe, Sulawesi Selatan Athira Rinandha E; Yunizar Ernawati; M. Mukhlis Kamal
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.809 KB)

Abstract

Ikan bungo merupakan salah satu ikan endemik di Danau Tempe dan bernilai ekonomis tinggi yang mengalami penurunan populasi akibat tingginya tingkat eksploitasi dan perubahan kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ekologi habitat dan pertumbuhan ikan bungo di Danau Tempe. Ikan sampel ditangkap dengan menggunakan Jabba, yaitu alat tangkap yang berbentuk segi empat dari bahan jaring besi yang berfungsi sebagai perangkap ikan. Penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga Desember 2013 pada 4 stasiun dengan karakteristik yang berbeda. Parameter penelitian ini meliputi kualitas air secara fisika dan kimia, serta data panjang dan bobot ikan. Hasil penelitian ini menunjukkan data kualitas air pada habitat ikan bungo di Danau Tempe adalah suhu berkisar antara 28–29.50C, kecerahan berkisar antara 40–70 cm, oksigen terlarut antara 6.5–7.5 ppm, karbondioksida terlarut antara 0.5–1.5 ppm, pH berkisar antara 6– 7.5 dan alkalinitas antara 68–104.89 mg/l. Berdasarkan hubungan panjang dan bobot pola pertumbuhan baik untuk ikan jantan maupun betina adalah alometrik negatif, dengan persamaan hubungan panjang–berat ikan jantan adalah W = 0.000055 L 2.6254, r = 0.935 dan ikan betina W = 0.000114 L 2.4726, r = 0.946. Nilai faktor kondisi relatif ikan jantan adalah 0.36–2.27, sedangkan ikan betina 0.54–2.58. Kata Kunci: Glossogobius giuris, ekologi, pertumbuhan, Danau Tempe. 
Penentuan Kondisi Optimum Untuk Produksi Glukosamin Kasar dari Kulit Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.) oleh Aeromonas hydrophila Yuniwaty Halim; Febrico Febrico
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.915 KB)

Abstract

Kulit udang windu (Penaeus monodon Fabricius) merupakan salah satu sumber kitin. Kitin merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi kitosan dan glukosamin. Senyawa N-asetil glukosamin hasil hidrolisis kitin sering digunakan dalam pengobatan osteoarthritis dan juga sebagai suplemen makanan. Salah satu metode untuk menghasilkan N-asetil glukosamin dari kitin adalah melalui fermentasi menggunakan kapang atau bakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi optimum (suhu, pH, dan lama fermentasi) untuk memproduksi N-asetil glukosamin dari kulit udang windu melalui fermentasi cair menggunakan bakteri Aeromonas hydrophila. Penentuan suhu optimum dilakukan dengan fermentasi cair terhadap isolate kitin pada tiga suhu fermentasi yang berbeda, yaitu 18oC, 28oC, dan 37oC. Suhu terbaik yang diperoleh kemudian digunakan untuk menentukan pH (6,0; 7,0; 8,0) dan lama fermentasi (1, 2, 3 hari) yang optimum untuk produksi N-asetil glukosamin. Konsentrasi N-asetil glukosamin tertinggi dihasilkan melalui fermentasi pada suhu 37oC, dengan kondisi pH 8,0 dan lama fermentasi 2 hari, yaitu sebesar 36.955,00 ±333,17 mg/L. Kata kunci: kitin, Aeromonas hydrophila, N-asetil glukosamin, kulit udang windu. 
Perbandingan Desain Kapal Purse seine yang Dioperasikan di Selat Makassar dengan Kapal Purse seine yang Dioperasikan Laut Flores Ratu Alang Fajrin; St. Aisjah Farhum; Ilham Jaya
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.098 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan desain kapal purse seine yang dioperasikan di Selat Makassar dan Laut Flores. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus dengan cara melakukan pengukuran secara langsung terhadap bentuk kapal, pengukuran ordinat kapal dan wawancara sebagai data primer. Sampel juga diperoleh dari data hasil penelitian pengukuran kapal purse seine yang beroperasi di perairan Selat Makassar dan Laut Flores. Data pengukuran kapal tersebut kemudian ditampilkan dalam tabel offset kapal, gambar lines plan dan general arrangement kapal dan kemudian dianalisis untuk mengetahui spesifikasi teknis kapal sampel. Hasil penelitian menunjukkan parameter desain kapal purse seine di Selat Makassar dan Laut Flores diperoleh secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kapal desain kapal di kedua perairan tersebut. Kata Kunci: Kapal Perikanan, Purse seine, Desain, Selat Makassar, Laut Flores 
Kinerja Pertumbuhan dan Respons Imun Larva Udang Vaname yang diberi Probiotik Pseudoalteromonas piscicida dan Prebiotik Mannanoligosakarida melalui Bioenkapsulasi Artemia sp. Hamsah Hamsah; Widanarni Widanarni; Alimuddin Alimuddin; Munti Yuhana; Muhammad Zairin Junior
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.734 KB)

Abstract

Pemberian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan respons imun pada ikan, udang, dan organisme akuatik lainnya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan dan respons imun larva udang vaname yang diberi probiotik Pseudoalteromonas piscicida (1Ub), prebiotik mannanoligosakarida (MOS), dan sinbiotik (kombinasi probiotik 1Ub dan prebiotik MOS) melalui bioenkapsulasi Artemia sp. Bioenkapsulasi dilakukan dengan cara menambahkan probiotik 1Ub konsentrasi 106 CFU/mL, prebiotik MOS 12 mg/L, dan sinbiotik (kombinasi 106 CFU/mL 1Ub dengan 12 mg/L MOS) pada media pemeliharaan Artemia sp. selama 4 jam. Pemberian Artemia sp. hasil bioenkapsulasi ke larva udang dilakukan selama 13 hari (Mysis3 sampai PL12). Pertumbuhan panjang dan bobot tubuh larva udang vaname diamati pada awal dan akhir penelitian, sedangkan rasio RNA/DNA, aktivitas enzim pencernaan, kelangsungan hidup, jumlah total bakteri, dan respons imun larva udang meliputi total hemosit (THC), aktivitas phenoloxidase (PO), dan aktivitas respiratory burst (RB) dianalisa pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan laju pertumbuhan harian (DGR), panjang mutlak, rasio RNA/DNA, aktivitas enzim, kelangsungan hidup, jumlah total bakteri, dan respons imun pada larva udang yang diberi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik berbeda nyata (p˂0,05) dibandingkan dengan kontrol. Pemberian sinbiotik menunjukkan hasil terbaik dengan DGR (24.39±0.31% per hari), panjang mutlak (13.00±0.50 mm), rasio RNA/DNA (0.6369±0.0094), aktivitas enzim pencernaan (protease 0.033±0.0007; lipase 0.047±0.0010; amilase 0.853±0.008; mananase 0.148±0.004 U/mL/menit), kelangsungan hidup (92.67±1.26%), jumlah total bakteri (6.7 x 107 CFU/0.1g larva), THC (7.6 x 106 sel/mL), aktivitas PO (0.19±0.002 OD 490 nm), dan aktivitas RB (0.67±0.028 OD 630 nm) yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol. Kata Kunci: probiotik, prebiotik, sinbiotik, Artemia sp., udang vaname. 
Skrining Metabolit Sekunder pada Sirip Ekor Hiu Carcharhinus melanopterus Andi Annisar Dzati Iffah; Chair Rani; Muhammad Farid Samawi
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.063 KB)

Abstract

Hiu merupakan ikan laut yang banyak dimanfaatkan metabolit primernya untuk kebutuhan konsumsi, sedangkan senyawa metabolit sekunder khususnya pada bagian sirip hiu dikatakan memiliki banyak manfaat di bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder pada sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus. Pengambilan sampel dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Paotere Kota Makassar. Sampel yang diambil adalah bagian sirip ekor ikan hiu jenis Carcharhinus melanopterus. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut metanol, kloroform dan dan n-heksan p.a. Hasil ekstrak yang diperoleh dari proses maserasi (metanol:.1,03%, kloroform: 0,49%, dan n-heksan: 0,034%). Pada ekstrak C. melanopterus menggunakan ketiga pelarut diidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder jenis alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, dan poliphenol. Hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder pada ekstrak sirip C. melanopterus dilakukan dengan uji warna. Skrining senyawa metabolit sekunder yang didapatkan pada ekstrak dengan pelarut metanol yaitu senyawa flavonoid dan saponin, pada ekstrak dengan pelarut kloroform mengandung senyawa saponin, sedangkan pada ekstrak dengan pelarut n-heksan positif mengandung senyawa alkaloid; flavonoid; dan saponin. Berdasarkan hasil uji warna terhadap identifikasi golongan senyawa terhadap ketiga jenis pelarut positif mengandung senyawa saponin sedangkan nilai negatif pada keberadaan senyawa steroid dan poliphenol. Kata Kunci: Carcharhinus melanopterus, Sirip Hiu, Metabolit Sekunder, Ekstraksi, Uji Warna. 
Pertumbuhan dan Sintasan Kuda Laut (Hippocampus barbouri) dalam Keramba Jaring Apung Syafiuddin Syafiuddin; A. Niartiningsih; M. Natsir Nessa
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.122 KB)

Abstract

Kuda laut merupakan salah satu jenis ikan hias air laut yang banyak diminati, selain untuk tujuan estetika sebagai ikan hias akuarium, juga dalam keadaan kering digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan kuda laut, H. barbouri yang dipelihara dalam keramba jaring apung (KJA). Penelitian dilaksanakan di laksanakan di Teluk Laikang Kabupaten Takalar. Pemeliharaan kuda laut dalam karamba jaring apung menggunakan kurungan yang terbuat dari kain organdi dan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 0,80 (p) x 0,80 (l) x 1,5 (t) m. Sebanyak 6 buah kurungan kuda laut ditempatkan dalam satu petak keramba jaring apung berukuran 3 x 3 m. Setiap kurungan ditebar benih kuda laut sebanyak 50 ekor dengan ukuran kisaran panjang 2,5 – 3 cm. Pakan yang diberikan berupa Artemia dewasa hidup dan pemberian pakan segar seperti udang misys beku. Hasil pemeliharaan kuda laut dalam KJA diperoleh pertumbuhan kuda laut mencapai ukuran kisaran panjang 5,06 hingga 5,15 cm, dengan rata-rata pertumbuhan mutlak kuda laut 2,4 cm dan rata-rata laju pertumbuhan hariannya sebesar 0,040 cm/hari serta sintasan sebesar 43,33%. Kata Kunci: pertumbuhan, sintasan, KJA, Hippocampus barbouri. 
Kajian Efektifitas Penerapan Berbagai Metode Asesmen Pada Uji Kompetensi Profesi Penyuluh Perikanan (Studi Kasus Uji Kompetensi di Jurusan Penyuluhan Perikanan STP Bogor) Pola Panjaitan; Utami Widiasih; Anthon A. Djari
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.498 KB)

Abstract

Sertifikasi profesi Penyuluh Perikanan merupakan suatu upaya legalitas kompetensi dan profesionalisme profesi Penyuluh Perikanan. Sertifikasi bertujuan untuk membangun keprofesian dibidang penyuluhan perikanan, peningkatan kualitas penyuluhan, Dengan sertifikasi profesi, diharapkan Penyuluh Perikanan tidak hanya kompeten menangani masalah dan materi teknis, akan tetapi juga fungsi dan peran lainnya dalam sistem penyuluhan perikanan. Dalam melaksanakan profesi Penyuluh Perikanan dituntut adanya penerapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Penyuluh Perikanan yang telah ditetapkan berdasarkan SK Kemenakertrans Nomor 403 Tahun 2014, SKKNI ini merupakan acuan dalam penyusunan Materi Uji Kompetensi (MUK). Penelitian ini bertujuan mengkaji metode asesmen yang paling efektif diterapkan pada pelaksanaan uji kompetensi profesi penyuluh perikanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dengan analisa data menggunakan statistik sederhana, dengan responden para penyuluh yang melakukan uji kompetensi tahun 2015, 2016, dan 2017 di Jurusan Penyuluh Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan di Bogor. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 213 orang merupakan penyuluh perikanan yang sangat berpengalaman (pengalaman kerja lebih dari 5 tahun), metode asesmen yang efektif adalah menerapkan metode portofolio dan wawancara. Sebanyak 187 orang merupakan penyuluh belum banyak pengalaman, metode asesmen yang efektif adalah menerapkan kombinasi metode portofolio dan demonstrasi serta uji tulis/lisan. Sebanyak 64 orang merupakan penyuluh pemula/calon penyuluh, metode asesmen yang efektif adalah menerapkan metode p demonstrasi dan uji tulis/lisan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah metode asesmen yang efektif diterapkan pada proses sertifikasi dibagi menjadi 2 kriteria : 1) bagi penyuluh yang berpengalaman metode asesmen nya adalah protofolio untuk mengetahui tingkat keterampilan, dan wawancara untuk mengetahui tingkat pengetahuannya, 2) bagi penyuluh yang belum berpengalaman metode asesmen nya adalah demontrasi untuk mengetahui tingkat keterampilan, dan uji tulis/lisan untuk mengetahui tingkat pengetahuannya, Kata Kunci: Efektifitas, Metode Asesmen, Uji Kompetensi, dan Profesi Penyuluh Perikanan 
Hubungan Lebar Karapas – Bobot, Faktor Kondisi, dan Kelimpahan Kepiting Bakau Scylla Serrata Forsskål, 1775; di Kawasan Pengembangan Silvofishery Jalur Tanggul, Kabupaten Maros Budiman Yunus; Suwarni Suwarni; Anastasia Irma Santy
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (913.779 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lebar karapas-bobot, faktor kondisi, dan kelimpahan kepiting bakau berdasarkan waktu pengamatan dan jenis kelamin di perairan pesisir Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai pola pertumbuhan dan kegemukan kepiting bakau serta kelimpahannya di kawasan pesisir Kota Maros, Sulawesi Selatan. Selama penelitian di bulan Maret sampai akhir April 2016, dilakukan pengambilan sampel sekali dalam seminggu di pesisir pantai Kuri Lompo dan muara Sungai Maros yang merupakan kawasan pengembangan tambak terpadu mangrove (silvofishery) di Kabupaten Maros. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Jumlah sampel kepiting bakau yang diambil untuk analisis lebar carapace dan bobot selama penelitian sebanyak 136 ekor terdiri atas 78 ekor kepiting bakau jantan dan 58 ekor kepiting bakau betina. Jumlah ini sebesar 60% dari jumlah total kelimpahan sebesar 230 ekor. Koefisien b kepiting bakau jantan dan betina pada bulan Maret masing-masing sebesar 3,3626 dan 2,6674, Sedangkan pada bulan April, nilai b kepiting jantan dan betina masing-masing sebesar 3,5965. Relasi ini menujukkan tipe pertumbuhan untuk jantan adalah isometrik, sedangkan untuk betina adalah allometrik negatif. Sedangkan pada bulan April, kepiting bakau jantan dan betina masing-masing memiliki tipe pertumbuhan allometrik positif dan isometrik. Pada umumnya faktor kondisi kepiting bakau jantan pada Maret lebih besar dibandingkan kepiting bakau betina. Sedangkan pada bulan April faktor kondisi kepiting bakau betina lebih besar dari kepiting bakau jantan. Sifat faktor kondisi kepiting ini mewakili sebaran kelimpahan kepiting di kawasan pengembangan silvofishery pola tanggul sebesar 0.015 ind./m2. Kata kunci: Kepiting bakau, hubungan lebar karapas-bobot, faktor kondisi, kelimpahan, pesisir pantai Kabupaten Maros. 

Page 1 of 18 | Total Record : 172