cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bekasi,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal FISIP : SOUL
ISSN : 1979259X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Soul: Jurnal Ilmiah Psikologi adalah jurnal ilmiah dalam bidang Psikologi, mencakup Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial, Psikologi Industri dan Organisasi, serta tidak menutup akses pada Psikologi Olahraga, Psikologi Politik, Psikologi Seni, dan lain-lain. Artikel yang diterima oleh Soul: Jurnal Ilmiah Psikologi hanya artikel hasil penelitian ilmiah.
Arjuna Subject : -
Articles 53 Documents
PENGARUH IBU BEKERJA DAN PERAN AYAH DALAM COPARENTING TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK Nurhidayah, Siti
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 1 No 2 (2008): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.813 KB)

Abstract

Sejauh ini pengasuhan atau parenting lebih banyak dilakukan oleh para ibu, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa persen dari keseluruhan pengasuhan di Indonesia dilakukan oleh para ayah. Keyakinan bahwa anak adalah urusan ibu, bukanlah keyakinan yang hanya didominasi oleh masyarakat Indonesia saja, melainkan sudah menjadi suatu pan-dangan yang bersifat universal sebagaimana diyakini di berbagai budaya masyarakat di dunia ini. Meskipun tidak dapat disamaratakan pada semua ayah, tetapi dapat dikatakan bahwa pada umumnya keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan anak masih sangat minimal yang kemudian berdampak pada rendahnya sensitivitas ayah terhadap kebutuhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagai-mana pengaruh ibu bekerja dan peran ayah dalam coparenting terhadap prestasi belajar anak? Pertanyaan tersebut menjadi dasar adanya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa dampak dari ibu-ibu yang bekerja di luar rumah memiliki korelasi terhadap peran ayah dalam coparenting yang salah satunya ditandai dengan menurunnya prestasi akademik anak-anak di sekolah. Hal ini berarti bahwa dengan bekerjanya ibu di luar rumah, di samping prestasi belajar anak di sekolah akan menjadi lebih rendah juga berdampak pada bergesernya peran ayah dalam pengasuhan yang pada kelanjutannya akan berpengaruh pula pada perkembangan prestasi belajar anak di sekolah
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA Nur, Ika Fauziah; Ekasari, Agustina
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 1 No 2 (2008): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.568 KB)

Abstract

Bangsa yang berupaya menciptakan generasi muda/remaja yang berkualitas dan penuh potensi, sebaiknya tidak hanya menekankan pentingnya kecerdasan intelektual (IQ) saja, tetapi kecerdasan emosional (EQ) pun perlu dikembangkan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada remaja bukan suatu perkara yang mudah. Di masa ini, remaja mengalami banyak perubahan yang dapat menimbulkan pergolakan emosi, hal ini dikarenakan remaja harus belajar beradaptasi dan menerima semua perubahan yang terjadi pada dirinya. Remaja yang menilai dirinya secara negatif dapat dikatakan memiliki konsep dirinya rendah. Sementara remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, serta mampu mengelola dan memotivasi dirinya, sehingga dapat diartikan remaja tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik. Subjek penelitian berjumlah 70 orang. Alat ukur yang digunakan adalah pertama, Tennesse Self Consept Scale (TSCS) terjemahan Nurhidayah (1996) yang disusun dan dikembangkan oleh Fitts (1965). Kedua, skala kecerdasan emosional yang mengungkap lima komponen kecerdasan emosional Goleman (1998). Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan positif antara konsep diri dengan kecerdasan emosional pada remaja. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi (positif) konsep diri remaja, maka akan semakin tinggi kecerdasan emosionalnya
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN (GURU) Muzayanah, Aan; Iva Prestiana, Novita Dian
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 1 No 2 (2008): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.182 KB)

Abstract

Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi biasanya akan merasa puas dalam bekerja, meskipun mendapat berbagai perlakuan (seperti gaji yang kurang, fasilitas kerja yang terbatas, dll), hal ini dapat terjadi karena orang yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya memiliki kemampuan untuk menjalin relasi, mampu berkomunikasi dengan berbagai orang, mudah berempati, suka berteman dan bekerjasama, mempunyai lebih dari dua teman dekat, memberikan nasihat pada teman yang sedang dalam kesulitan, sehingga orang tersebut akan dapat bersosialisi dengan baik. Subjek penelitian berjumlah 11 orang. Alat ukur yang digunakan adalah pertama, skala kecerdasan interpersonal yang menerangkan dimensi utama kecerdasan interpersonal (sosial) sesuai dengan teori Anderson (dalam Safaria, 2005:25). Skala ini terdiri dari 28 butir pernyataan yang dibagi menjadi 3 faktor yaitu; 1) Social Insight, 2) Social Sensitivity, dan 3) Social Communication. Kedua, skala kepuasaan kerja sesuai dengan teori Harold E. Burt (dalam Anoraga, 1992:83 dan As?ad, 2002:112) yang berdasarkan pada 3 faktor yaitu; 1) Hubungan Antar Karyawan (relasi sosial), 2) Faktor Individual (personal), dan 3) Faktor Luar. Skala ini terdiri dari 28 butir pernyataan. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan positif antara kecerdasan interpersonal dengan kepuasan kerja. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan interpersonal seseorang maka akan semakin tinggi pula kepuasan kerjanya, sebaliknya semakin rendah kecerdasan interpersonal seseorang maka akan semakin rendah pula kepuasan kerjanya.
RELASI KECERDASAN SPIRITUAL DAN PENCARIAN JEJAK TUHAN ., Hudori
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 1 No 2 (2008): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.421 KB)

Abstract

Spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Spiritualitas memberi arah dan arti bagi kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar dari kekuatan makhluk hidup yang menghubungkan langsung kepada Tuhan. Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hal-hal yang transenden. Ia melampaui kekinian dari pengalaman manusia dan merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia. Penemuan neorosains dan pandangan para ahli jiwa belum sependapat tentang hakikat naluri bertuhan atau naluri ketuhanan pada diri manusia, namun sebagian hasil penelitian mereka membenarkan eksistensi naluri tersebut, yaitu berupa dorongan dan kecenderungan pada diri manusia untuk mengakui adanya suatu zat supernatural yang berbeda dari keseluruhan realitas kehidupam manusia itu sendiri.
PENGARUH PACARAN TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH Setiawan, Rony; Nurhidayah, Siti
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 1 No 2 (2008): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.627 KB)

Abstract

Banyaknya kasus kehamilan, aborsi dan penyakit kelamin akibat hubungan seks bebas pada remaja, diperoleh kesimpulan bahwa kebanyakan menjadi korban karena ketidaktahuannya mengenai seks dan sebagian besar dari mereka dilakukan dengan teman akrab (pacar). Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui lebih jauh bagaimana hubungan antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah pada remaja? Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi remaja yang berpacaran sampai berlanjut ke hubungan badan? Apakah ada perbedaan sikap permisif antara remaja laki-laki dengan wanita dalam perilaku seksual pranikah? Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Kota Bekasi. Sedangkan Sampel penelitiannya adalah Siswa-siswi Kelas II dan III pada SMA N 2 Bekasi dan SMA YPI ?45? Bekasi. Jenis sampling yang digunakan adalah jenis Quota Sampling yang terdiri dari 160 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan/ dokumentasi dan studi lapangan (wawancara dan angket). Teknik analisa data menggunakan pendekatan statistika antara lain Uji validitas konstruk, Skala Guttman, Kendalls, Coefisien Contingensi dan Mann-Whitney. Hasil kesimpulan dari penelitian : ada hubungan yang signifikan antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah; faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah lainnya antara lain waktu usia dari pubertas sampai menikah diperpanjang, adanya kesempatan untuk melakukan perilaku seksual pranikah, paparan media massan tentang seks, kurangnya informasi/ pengetahuan tentang seks, komunikasi yang kurang efektif dengan orang tua, mudah menemukan alat kontrasepsi yang tersedia bebas dan kurangnya pemahaman etika moral dan agama; remaja laki-laki lebih bersikap permisif/ menyetujui daripada remaja wanita dalam menentukan dan melakukan perilaku seksual pranikah.
HUBUNGAN ANTARA MINAT BERORGANISASI DENGAN ASERTIFITAS PADA MAHASISWA Ningsih, Wahyu Setia; Kusmayadi, Dedy
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 1 No 2 (2008): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.487 KB)

Abstract

Indonesia pada saat ini mengalami masa perubahan dari negara berkembang menjadi negara maju. Dimana pada saat ini Indonesia dihadapkan pada era persaingan dengan negara-negara maju lainnya dalam berbagai bentuk seperti ilmu pengetahuan dan iptek. Oleh karena itu, untuk menciptakan generasi muda/mahasiswa yang berkualitas dan penuh potensi, sebaiknya pemerintah dan para pengajar tidak hanya menekankan pentingnya nilai akademik tapi juga harus memperhatikan kemampuan asertifitas dalam berorganisasi baik di dalam kampus maupun luar kampus. Mahasiswa dalam perkembangannya disebut sebagai masa eksplorasi. Mereka suka bereksperimen dengan masyarakat di luar dirinya. Oleh karena sikap coba-coba ini maka sering terjadi keberanian yang kelewat batas (agresif), sehingga hal ini sering menimbulkan konflik dan suasana yang tidak enak. Mahasiswa yang memiliki minat berorganisasi disertai asertifitas akan mampu mengendalikan emosi serta didalam mengemukakan pendapat dapat bersikap tegas namun tidak menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan mahasiswa yang memiliki minat berorganisasi namun tidak disertai asertifitas, maka didalam mengemukakan pendapatnya sering terjadi konflik atau kesalahpahaman. Subjek penelitian berjumlah 32 orang. Alat ukur yang digunakan adalah pertama, skala minat berorganisasi. Skala ini terdiri dari 53 item yang mengandung beberapa indikator pencerminan minat berorganisasi. Kedua, skala asertifitas. Skala ini terdiri dari 33 item yang mengandung beberapa indikator pencerminan dari kemampuan asertifitas seseorang. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan positif antara minat berorganisasi dengan asertifitas pada mahasiswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi minat berorganisasi mahasiswa, maka akan semakin tinggi asertifitasnya. Sebaliknya semakin rendah minat berorganisasi mahasiswa, maka akan semakin rendah asertifitasnya
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN STRESS PADA NARAPIDANA KASUS NAPZA DI LAPAS KELAS IIA BULAK KAPAL BEKASI Ekasari, Agustina; Susanti, Nova Dhelia
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 2 No 2 (2009): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.292 KB)

Abstract

Stress merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, stress seperti bagian dari kehidupan itu sendiri terlebih untuk seorang narapidana, kondisi yang serba terbatas mengakibatkan narapidana sangat mudah sekali mengalami stress. Tingkat optimisme yang tinggi akan membantu narapidana dalam menilai suatu masalah dari titik pandang yang positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara optimisme dan penyesuaian diri dengan stress pada narapidana kasus Napza di Lapas Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi. Oleh karena itu, variabel dalam penelitian ini variabel bebas atau independet variabel (X1) yaitu optimisme dan (X2) yaitu penyesuaian diri dengan variabel terikat atau dependent variabel (Y) yaitu stress. Populasi dalam penelitian ini adalah narapidana kasus Napza di Lapas Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi. Jumlah populasi adalah sebanyak 419 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 12% dari populasi yaitu sebanyak 50 orang.Untuk menganalisa hasil penel;itian dilakukan Uji normalitas dengan perhitungan distribusi frekuensi yang selanjutnya dimasukkan ke dalam kertas peluang normal dan data yang dihasilkan menunjukkan distribusi normal. Teknik koefisien korelasi yang digunakan adalah korelasi Product Moment untuk menganalisa data. Semua analisis diatas menggunakan SPSS 16.00Hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment ditemukan bahwa optimisme dan stress memiliki korelasi sebesar -0.454, Koefisien korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang terjadi adalah berlawanan yaitu besarya skor yang terjadi bersamaan dengan rendahnya skor pada variabel yang lain. Sementara itu hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment, ditemukan bahwa penyesuaian diri dan kebermaknaan hidup memiliki korelasi sebesar -0.465. Koefisien korelasi yang negatif menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah berlawanan yaitu besarya skor yang terjadi bersamaan dengan rendahnya skor pada variabel yang lain. Kemudian koefisien determinan diperoleh sebesar 26.4%, artinya variabel optimisme (X1) dan variabel penyesuaian diri (X2) memberikan sumbangan sebesar 26.4% untuk variabel stress (Y). Selebihnya 73.6% dipengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara optimisme, penyesuaian diri dengan stress. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat optimisme dan penyesuaian diri, maka semakin rendah tingkat stress dan sebaliknya, semakin rendah tingkat optimisme dan penyesuaian diri maka semakin tinggi tingkat stress-nya
ATTACHMENT PADA AYAH DAN PENERIMAAN PEER-GROUP DENGAN RESILIENSI " STUDI KASUS PADA SISWA LAKI-LAKI DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Ekasari, Agustina; Bayani, Irma
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 2 No 2 (2009): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.009 KB)

Abstract

Kelekatan (attachtment) antara orangtua dan anak merupakan kata kunci (keyword) dalam menganalisis pola prilaku dan kemampuan penyesuaian social dengan lingkungan sekitarnya, termasuk peer-group. Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan mengembangkan kelekatan yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment) dan mengembangkan rasa percaya tidak saja pada Ayah, juga pada lingkungan sekitarnya. Kelekatan yang kokoh dengan orangtua dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan-perasaan depresi atau tekanan emosional yang berkaitan dengan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dukungan keluarga dan khususnya ayah terhadap remaja menjadikan mereka mempunyai daya tahan yang tinggi dalam menghadapi masalah (Resiliensi) serta mampu melakukan penyesuaian dimanapun ia berada. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Hubungan antara Attachment pada ayah dan Penerimaan Peergroup dengan Resliensi (Studi kasus pada remaja laki-laki). Hipotesa yang diajukan adalah adanya Hubungan Attachment pada ayah dan Penerimaan peergroup dengan Resiliensi. Subjek penelitian adalah siswa laki-laki SMPN 2 Bekasi sebanyak 100 orang yang dipilih berdasarkan Tekhnik Cluster Random Sampling. Pengumpulan datanya menggunakan angket dengan bentuk skala likert. Uji validitas item menggunakan teknik product moment dan reliabilitasnya menggunakan teknik alpha.Hasil dari korelasi ketiga variabel tersebut adalah nilai p-value F-Test sebesar sig 0,000 < (0,05) dan nilai Fhitung (11,092) > Ftabel (3,09). Kesimpulannya adalah bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Attachment pada ayah dan Penerimaan peergroup dengan Resiliensi dimana variabel Attachment pada ayah dan variabel Penerimaan peergroup bersama-sama mempengaruhi atau merupakan variabel predictor pada variabel Resiliensi. Perubahan yang ditunjukkan oleh variabel resiliensi dipengaruhi oleh perubahan pada variabel Attachment pada ayah dan variabel penerimaan peergroup. Anak laki-laki yang memiliki kedekatan dengan ayahnya serta memiliki kemampuan untuk diterima oleh kelompok sebayanya, maka akan memiliki kompetensi dan kemampuan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan masalah dalam hidupnya.
HUBUNGAN ANTARA KETABAHAN DAN LOCUS OF CONTROL EXTERNAL DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ISTRI YANG BEKERJA DI BAGIAN SEWING PADA PT. BOSAENG JAYA BANTAR GEBANG BEKASI Nurhidayah, Siti; Hidayanti, Nuri
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 2 No 2 (2009): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.313 KB)

Abstract

Kehidupan dirasa bermakna manakala manusia dapat menerima cobaan dan permasalahan hidup dengan baik. Perasaan bahagia akan selalu mengiringi ketika manusia menerima dengan tabah dan ikhlas keadaan hidup yang dimilikinya baik sedih, susah, maupun senang. Akan tetapi banyak manusia yang tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan dengan menyesali segala bentuk penderitaan dan pesakitan yang diterimanya dengan tidak melihat sisi positif dari berbagai macam permasalahan kehidupan. Hal ini disebabkan tingkat ketabahan manusia yang rendah sehingga membuat seseorang mudah menyerah dan tidak terbuka terhadap tantangan hidup. Selain itu, orang yang selalu menyesali diri dan keadaan hidupnya cenderung memiliki locus of ontrol external yang membuatnya tidak pernah bersyukur dan selalu menyalahkan keadaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara ketabahan dan locus of control external dengan kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, variabel dalam penelitian ini variabel bebas atau independet variabel (X1) yaitu ketabahan dan (X2) yaitu locus of control external dengan variabel terikat atau dependent variabel (Y) yaitu kebermaknaan hidup. Populasi dalam penelitian ini adalah istri yang bekerja sebagai buruh pabrik di PT Bosaeng jaya Bantar Gebang Bekasi. Pada saat penelitian dilakukan, jumlah populasi sebanyak 560 orang. Teknik pengambilan sampel dalam pnelitian ini adalah random sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari populasi yaitu sebanyak 112 orang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positf antara ketabahan dengan kebermaknaan hidup. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat ketabahan, maka kebermaknaan hidup semakin tinggi pula dan sebaliknya, semakin rendah tingkat ketabahan, maka tingkat kebermaknaan hidupnya semakin rendah pula. sementara itu, terdapat hubungan negatif antara locus of control external dengan kebermaknaan hidup. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tinggi tingkat locus of control external, maka semakin rendah kebermaknaan hidupnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat locus of control external, maka semakin tinggi tingkat kebermaknaan hidupya
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN WANITA DI UNISMA BEKASI Prestiana, Novita Dian Iva; Kuswandi, Aos
SOUL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol 2 No 2 (2009): SOUL
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.378 KB)

Abstract

Karyawan yang mendapatkan jaminan kesehatan dari perusahaan biasanya akan merasa lebih puas dibandingkan dengan karyawan yang kurang mendapatkan perhatian akan jaminan kesehatan. Karyawan yang kurang puas dengan jaminan yang diberikan oleh perusahaan biasaya adanya perasaan tidak adil yang dilakukan oleh perusahaan. Perlakuan yang tidak adil tersebut bisa dikarenakan adanya karyawan yang mendapat uang pengganti jaminan kesehatan dan ada juga karyawan yang tidak mendapatkan ganti dari perusahaan. Padahal terdapat peraturan bahwa karyawan yang sudah dicover oleh suami tidak boleh mendapat ganti uang kesehatan dari perusahaan yang bersangkutan. Reaksi dari perlakuan perusahaan yang tidak adil berdampak pada sikap karyawan yang sering absen, memberikan saran kepada pihak manajemen dalam hal ini HRD, mengabaikan sikap perusahaan.Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara pemberi jaminan kesehatan dengan kepuasan kerja karyawan wanita UNISMA Bekasi, terutama wanita yang melahirkan tetapi tidak mendapatkan ganti dari pihak UNISMA Bekasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bahwa terdapat karyawan wanita yang mendapatkan ganti dari pihak manajemen meskipun sudah di cover oleh suami. Padahal dari peraturan yang diterapkan oleh pihak UNISMA Bekasi adalah karyawan yang sudah dicover oleh suami tidak akan mendapat ganti dari UNISMA Bekasi.Variabel dalam penelitian yaitu untuk variabel bebas (X) adalah pemberian jaminan kesehatan kerja dan variabel terikat (Y) adalah kepuasan kerja. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan wanita di UNISMA dengan jumlah sampel 91 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 46 subyek dengan karakteristik karyawan wanita tetap UNISMA. Untuk menganalisa data hasil penelitian digunakan teknik korelasi Product Moment untuk menguji hubungan antara pemberian jaminan kesehatan dengan kepuasan kerja. Hasil uji linearitas hubungan antara pemberian jaminan kesehatan dengan kepuasan kerja diperoleh F = 41,471 dengan p= (sig) (0,000) < ? (0,05). dengan Ha diterima. Berdasarkan uji normalitas terdapat Mean 151,15 berarti pada kategorisasi tinggi. Besarnya nilai t (sig<0,05) berarti berpengaruh, jika t (sig > 0,05) berarti tidak ada pengaruh. Berdasarkan hasil perhitungan statistic dapat diketahui bahwa besarnya t tes = 6,440 sedangkan sig 0,000 l < 0,05. Dengan demikian ada pengaruh variabel jaminan kesehatan terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan hasil uji statistic F diperoleh hasil ujinya adalah : Tolak hipotesis nol bila F tes < 0,05 dan Terima hipotesis nol bila F tes > 0,05. Oleh karena nilai F tes sebesar sig 0,00< 0,05, dan F hitung 41,471, maka hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel Pemberian jaminan kesehatan (X) mempunyai hubungan linier yang signifikan dengan variabel Kepuasan kerja (Y).Koefisien korelasi antara variabel Pemberian Jaminan Kesehatan Kerja dengan Kepuasan Kerja, rxy= 0,697, artinya antara variabel Pemberian Jaminan Kesehatan Kerja dengan Kepuasan Kerja terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Dengan demikian kesimpulannya bahwa ada hubungan antara pemberian jaminan kesehatan dengan kepuasan kerja karyawan wanita di UNISMA Bekasi