cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 81 Documents
Analisis Dampak Erosi Terhadap Kapasitas Sungai Mati Di Kecamatan Tawangsari Dan Kecamatan Sukoharjo Andi Renata Ade Yudono; Andi Sungkowo; Muammar Gomareuzzaman
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 1 (2020): Juni
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i1.3190

Abstract

Dampak pelurusan sungai di Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Sukoharjo mengakibatkan terbentuknya Sungai Mati. Akibat dari proses alam dan aktivitas manusia menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan seperti pendangkalan yang disebabkan oleh erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar erosi yang terjadi dan pengaruh terhadap kapasitas Sungai Mati. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode survei, pemetaan, dan wawancara. Untuk metode analisis erosi menggunakan metode USLE yang parameter-parameternya antara lain : Faktor erosivitas hujan (R) yang dihitung dari interpretasi data hujan; Faktor tanaman (C) dan faktor pengelolaan lahan (P) ditentukan dari peta tataguna lahan; Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung dari data topografi yang didapatkan dari pengukuran lapangan; dan Faktor erodibilitas tanah (K) ditentukan dari analisis jenis tanah. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh erosi terhadap kapasitas Sungai Mati menggunakan analisis spasial. Berdasarkan dari hasil analisis dengan menggunakan metode USLE didapatkan hasil bahwasannya ada 73 lokasi di daerah penelitian yang berbeda besar erosinya, sedangkan untuk total erosi keseluruhan yang terdapat di daerah penelitian sebesar 37.704,42 Ton/Ha/thn atau 10.329,98 Ton/Ha/hari atau 29.251,25 m3/Ha/hari. Erosi yang terjadi tersebut dapat mengurangi kapasitas Sungai Mati yang semula (eksisting) sebesar 49.329,075 m3 menjadi 20.077,825 m3 m3/hari.
Analisa Persebaran Wetland Berdasarkan Metode Geolistrik di Kecamatan Pandak, Kab. Bantul, DIY Wrego Seno Giamboro; Puji Pratiknyo; Ardian Novianto; Lisna Tri Utami
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3030

Abstract

ABSTRAKWetland merupakan tanah lunak tersaturasi air yang berada di dekat permukaan yang menjadi permasalahan dalam pembangunan di sekitar daerah penelitian di Desa Gilangharjo, Kab. Bantul, DIY. Oleh karena itu dilakukan pengukuran metode geolistrik untuk mengetahui persebaran kedalaman wetland di sekitar daerah penelitian sebagai bahan kajian pendukung dalam program pembangunan desa. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran metode geolistrik sounding sebanyak lima titik sounding, kemudian data lapangan diproses menggunakan pemodelan inversi 1 Dimensi (1D) untuk mendapatkan kurva model 1D resistivitas batuan. Berdasarkan kurva model 1D resistivitas batuan didapatkan nilai resistivitas wetland berkisar antara 5.66 - 29.6 ohm.m dan kedalaman wetland berkisar antara 0.592 - 2.25 meter yang meningkat ke arah tenggara. kata kunci : Wet soils, resistivitas, geolistrik sounding ABSTRACTWetlands is a soft water saturated rocks in near surface which becomes a problems of developement in surrounding area of Gilangharjo Village, Bantul District, DIY. Therefore, the research with using geoelectrical methods has been conducted to delineating spreading of wetlands depth in surrounding research areas as a supporting data for village developing programs. In this research is conducted sounding geoelectrical methods measurements as much five sounding points, then  the field data is processes with using 1D inversion modelling to get 1D resistivity models curve of rocks. Based on 1D resistivity models curve of rocks is obtained wetlands resistivity value is between 5.66 - 29.6 ohm.m and the depth of wetlands is between 0.592 - 2.25 meters which increase to southwest.         keywords : Wet soils, resistivity, sounding geoelectric.
Analisis Kualitas Data Magnetotelurik Berdasarkan Parameter Koherensi Pada Daerah Bandung, Jawa Barat Agus Prabowo; Gusti Muhammad Lucky Junursyah; Wahyu Hidayat
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3679

Abstract

Magnetotelurik atau dikenal dengan MT merupakan metode geofisika pasif yang mengukur variasi medan elektromagnetik alami bumi untuk menyelediki struktur bawah permukaan bumi pada kedalaman 10 meter sampai 10 kilometer berdasarkan sifat resistivitas bawah permukaan. Kualitas data merupakan suatu kunci untuk mendapatkan hasil interpretasi yang baik. Permasalahan utama dari data magnetotelurik adalah pengaruh noise reguler yang dapat mempengaruhi signal ratio. Noise koheren umumnya dijumpai di daerah pengukuran yang dekat dengan sumber noise seperti instalasi listrik rumah tangga atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Untuk mengatasinya perlu dilakukan kajian analisis data berdasarkan parameter koherensi. Penelitian ini memanfaatkan data pengukuran di daerah padat penduduk di Kota Bandung Jawa Barat dengan jumlah 25 titik pengukuran. Untuk meningkatkan S/N ratio (Signal to Noise ratio) dilakukan beberapa treatment data yaitu dengan menggunakan robust, time series, dan edit XPR. Hasil dari pengolahan tersebut terbukti dapat menaikan nilai koherensi pada setiap titik pengukuran dengan rata-rata nilai koherensi dari 65.32% menjadi rata-rata nilai 83.85% atau mengalami kenaikan sebesar 18.54%. Penelitian ini membuktikan bahwa metode MT dapat dilakukan pada daerah perkotaan yang biasanya mempunyai banyak noise.
Konservasi Mataair untuk Memenuhi Kebutuhan Domestik di Daerah Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Lica Nurmasita; Rr. Dina Asrifah; Dian Hudawan Santoso
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3156

Abstract

INTISARIDesa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu wilayah yang diprediksi sebagai daerah tingkat ancaman kekeringan tinggi menurut Peta Ancaman Kekeringan Kabupaten Kulon Progo. Pemenuhan kebutuhan air bersih warga berasal dari Mataair Tuk Wadang, Kali Lo, Kali Gandu, Kali Bajing dan Bulusari. Mataair di Desa Pagerharjo perlu dilakukan konservasi agar pemanfaatannya lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi mataair agar dapat ditentukan teknik konservasi untuk mempertahankan ketersediaan airnya.Penelitian berada di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo yang dilakukan pada bulan Februari hingga November 2019. Metode yang digunakan antara lain metode matematis, metode laboratorium, metode wawancara dan metode analisis statistik. Metode laboratorium yang mengacu pada Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 untuk mengetahui kualitas air.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa debit mataair dapat memenuhi kebutuhan penduduk hingga 10 tahun kedepan. Kualitas mataair cukup baik pada beberapa parameter namun melebihi baku mutu untuk parameter COD pada Mataair Kali Lo dan Bulusari serta parameter total koliform pada Mataair Tuk Wadang, Kali Lo, Kali Gandu dan Bulusari. Kualitas air menurun seiring pertumbuhan penduduk tetapi dapat diatasi dengan arahan konservasi. Arahan konservasi dengan pembuatan teras individu dan penanaman rumput gajah paitan, pembuatan bangunan penangkap mataair, bak penampung dengan kapasitas 2 m3 dan 5 m3, pendekatan sosial dan pendekatan pemerintah. Kata Kunci: Konservasi Mataair; Mataair; Potensi Mataair
Kajian Kondisi Tutupan Karang Terhadap Daya Dukung Wisata Bahari Di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah Johan Danu Prasetya; Dian Hudawan; Nabila Farhaini
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3837

Abstract

Indonesia adalah satu negara yang mengandalkan pendapatan negara dari sektor pariwisata. Salah satu lokasi yang sekarang mulai banyak didatangi wisatawan local maupun wisatawan mancanegara adalah Kepulauan Karimunjawa. Kenaikan jumlah wisatawan di Karimunjawa juga akan berdampak terhadap kondisi terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tutupan karang terhadap daya dukung wisata bahari di Perairan Kepulauan Karimunjawa. Data tutupan substrat diambil pada dua kedalaman yaitu dangkal (3-6 m) dan dalam (9-12 m), untuk masing-masing lokasi menggunakan metode Underwater Photo Transect  (UPT). Data jumlah wisatawan baik snorkling maupun diving didapat dengan metode wawancara terhadap stakeholder terkait. Hasil penelitian menunjukkan kondisi terumbu karang ke-empat lokasi penelitian masuk dalam kategori sedang (25-49,5 %) hingga baik (50-74,5 %). Jumlah pengunjung rata-rata harian tertinggi terdapat di Perairan Pulau Menjangan Kecil yaitu 194 wisata snorkling dan 216 wisata diving. Sedangkan jumlah wisatawan terendah ada di Perairan Pulau Cemara Kecil yaitu 88 wisatawan per hari yang terdiri dari 36 wisata snorkling dan 52 wisata diving. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kondisi tutupan karang keras tetap berada pada kategori sedang-baik meskipun persentasenya ada yang mengalami penurunan maupun peningkatan. Jumlah wisatawan snorkling maupun diving yang berkunjung tidak melebihi kapasitas daya dukung lingkungan kecuali wisatawan snorkling di Perairan Cemara Kecil.
Karakteristik dan Pembentukan Batuan Beku di Pegunungan Jiwo, Bayat, Jawa Tengah Sutarto Hartosuwarno; Joko Soesilo; Bambang Tri Wibowo; Hafiz Hamdalah; Abdul Majid; Shabrina Aqiilah N
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3235

Abstract

Pegunungan Jiwo, Bayat merupakan salah satu dari tiga wilayah di Jawa yang memperlihatkan adanya singkapan batuan-batuan metamorf yang berumur Pra-Tersier. Di atas batuan-batuan metamorf tersebut diendapkan tidak selaras batuan-batuan sedimen Tersier yang termasuk kedalam Formasi Wungkal-Gamping. Batuan-batuan metamorf maupun sedimen pada beberapa tempat diterobos oleh batuan-batuan beku diantaranya adalah gabro, diabas, basalt, dan diorite. Keberadaan batuan-batuan beku tersebut menjadi menarik karena sedikit terpisah dari jalur magmatic Pegunungan Selatan Jawa Timur. Batuan-batuan beku hasil kegiatan magmatisme tesebut di atas, hadir sebagai batuan beku plutonik (gabro, gabro mikro atau diabas, diorit), dan batuan beku vulkanik (basalt), yang hadir baik  sebai intrusi (retas) maupun lava. Sebagian besar batuan beku tersebut di permukaan dalam keadan lapuk, dan hanya sebagian kecil singkapan yang memperlihatkan keadaan yang fres atau segar, diantaranya pada beberapa inti batuan beku yang mengalamai pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering). Kenampakan mikroskopik, gabro dan gabro mikro umumnya memperlihatkan tekstur equigranular, kumulus, ofitik, subofitik, dan diabasik disusun oleh mineral-mineral primer plagioklas (±52-66%), Olivin (±0-14%), piroksen (±4-18%), mineral opak, baik kemungkinan primer maupun sekunder (±2-12%). Sebagian besar  gabro mengalami ubahan hidrotermal lemah-sedang, yang dicirikan oleh terubahnya beberapa mineral primer menjadi mineral-mineral klorit, silica, epidot, karbonat, serpentin,dan aktinolit. Basalt secara mikroskopik, memperlihatkan tekstur inequigranular, porfiritik-porfiroafanitik, disusun oleh mineral-mineral primer plagioklas, olivin, piroksen, mineral opak, baik kemungkinan primer maupun sekunder  dengan mineral sekunder seperti klorit dan  karbonat . Batuan-batuan beku di Pegunungan Jiwo tersebut, diperkirakan merupakan hasil magmatisme yang berumur Eosen Akhir-Miosen Awal (39,82±1,49 Ma sampai  13.852±5.45 juta tahun)  dan merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda-Banda. Magmatisme tersebut disebabkan oleh adanya subduksi kearah utara lempeng Hindia-Australia di bawah bagian tenggara lempeng Eurasia yang dikenal sebagai Sundaland.
Identifikasi Keberadaan Rongga sebagai Pemicu Amblesan (Sinkhole) Berdasarkan Data Geologi dan Geolistrik Di Daerah Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul Al Hussein Flowers Rizqi; Waskita Bambang Murti Yudhana
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3446

Abstract

Kejadian amblesan di Kecamatan Ponjong masih sering terjadi terutama pada musim penghujan. Daerah penelitian terletak pada Karst Gunung Sewu, tepatnya di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi geologi dan bawah permukaan. Identifikasi keberadaan rongga pada batuan ditentukan berdasarkan nilai resistivitas berdasarkan gambaran bawah permukaan. Dari gambaran bawah permukaan juga dapat diidentifikasi jenis amblesan dan genesanya. Metode penelitian menggunakan pemetaan geologi dan bawah permukaan menggunakan geolistrik Schlumberger.Kondisi bawah permukaan pada lokasi penelitian berdasarkan hasil kajian geolistrik dapat diinterpretasikan adanya zona-zona rongga (cavity zones) yang diduga sebagai pemicu amblesan di permukaan. Pada daerah penelitian di Desa Bedoyo dan sekitarnya memiliki 2 (dua) jenis tipe amblesan berdasarkan genesanya yaitu: tipe dropout sinkholedan suffosion sinkhole. Pada amblesan dengan tipe suffosion sinkholedipengaruhi oleh adanya struktur geologi berupa sesar naik. Hasil dari pemodelan geologi dan amblesan di daerah penelitian didapatkan hasil berupa zona rawan amblesan yang terbagi menjadi 3 zona yaitu zona rawan, sedang, dan aman. Zona rawan amblesan mencakup Desa Sigorejo, Gombong, Pucanganom dan Desa Bedoyo, zona Sedang mencakup pada Desa Sumbergiri dan Desa Karangasem, sedangkan untuk wilayah zona rendah mencakup daerah di Dusun Asem Lulang.Kata Kunci: amblesan (sinkhole), rongga, Ponjong, geolistrik
Geologi dan Manivestasi Tektonik Gayaberat Gunung Pawinihan di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah Sari Bahagiarti Kusumayudha; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3533

Abstract

Gunung Pawinihan, sebuah kerucut gunungapi purba, berada di tapal batas antara Kecamatan Karangkobar dan Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Secara astronomis, puncak gunung tersebut terletak pada titik potong antara garis 109o41’35” Bujur Timur dan garis 7o18’51” Lintang Selatan. Dalam pembagian fisiografi Jawa Tengah, gunung ini termasuk di Zona Pegunngan Serayu Utara. Batuan alas Gunung Pawinihan adalah Formasi Merawu, terdiri dari napal, serpih, batulempung berselingan dengan batupasir gampingan, berumur Miosen Tengah (N12 – N13). Sementara itu penyusun tubuh Gunung Pawinihan adalah endapan vulkanik yang secara regional merupakan anggota dari Formasi Jembangan, tersusun atas lava dan breksi piroklastik dengan komposisi andesit piroksen serta andesit olivin, berumur Plestosen. Pada tubuh Gunung Pawihinan dijumpai sesar-sesar normal berjenjang dengan jurus Timurlaut-Baratdaya. Bagian-bagian tubuh serta lereng-lereng gunung inipun acap runtuh sebagai manivestasi gaya berat massa yang berada pada bidang miring. Gerak-gerak gravitasional tersebut berupa longsoran dan lengseran tubuh Gunung Pawinihan dengan arah umum ke Tenggara menuju lembah Kali Urang - Kali Merawu, anak Sungai Serayu di Selatan daerah penelitian. Peristiwa longsor besar terakhir terjadi pada tanggal 4 Januari 2006, menimbulkan kerugian dan menewaskan sekitar 100 orang penduduk di desa Sijeruk.
Pengelolaan Mata Air Karst Sebagai Sumber Air Domestik Di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta Mufi Bustomi Anam; Sari Bahagiarti Kusumayudha; Andi Renata Ade Yudono
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 4, No 2 (2020): Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v4i2.3670

Abstract

ABSTRAKAir merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dusun Duwet, Desa Purwodadi termasuk kawasan bentang alam karst yang memiliki tingkat kelangkaan air tinggi. Pada daerah tersebut terdapat tiga mata air yang mengalir sepanjang tahun, namun pada musim kemarau debit mata air mengalami penurunan kuantitas. Tujuan penelitian ini yaitu menyusun cara pengelolaan mata air pada daerah karst untuk digunakan sebagai sumber air domestik. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei dan pemetaan lapangan, matematis dengan menghitung debit mata air dan volume bak penampung, evaluasi, dan wawancara. Karakteristik mata air yang dikaji meliputi sebaran dan tipe mata air berdasarkan debit. Potensi mata air diketahui dari kuantitas dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga mata air termasuk tipe perlapisan/kontak dengan sifat pengaliran menahun (perenial springs). Berdasarkan kelas debit mata air Kaliwonosari dan Kaliduren termasuk kelas sedang, sedangkan Luweng Nglibeng termasuk kelas tinggi. Secara umum kualitas air pada ketiga mata air baik untuk digunakan keperluan domestik sehari-hari. Pengelolaan mata air dilakukan secara teknik dengan pembuatan teras bangku dan sarana Perlindungan Mata Air (PMA) dengan pendekatan berbasis masyarakat dan pemerintah. Kata kunci: mata air, karst, karakteristik, potensi, konservasi
Contaminated Groundwater by Nitrate in Sidoarum Village, Godean District, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta Herwin Lukito; Ekha Yogafanny; Suharwanto Suharwanto; Sektiana Uyun Azizah; Vindy Fadia Utama; Novia Devi Savitri
Jurnal Mineral, Energi dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2021): Juni
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jmel.v5i1.4097

Abstract

Sidoarum Village, Godean District, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta become one of the developing areas for getting influenced by Yogyakarta City center which is only 8 kilometers away. Population growth has occurred from 2010 to 2019 which has led to land use changes from agricultural areas to residential areas. Land use change, population growth, incorrect space using, excessive use of fertilizers, agricultural activities, and industrial waste disposal affects the groundwater quality resources, especially nitrate (NO3) compound. This research was aimed to determine the distribution of groundwater quality based on nitrate parameters and to analyze the relationship between land use changing and nitrate concentrations in groundwater. This mixed-method research used to survey and mapping methods to collect the data. The analysis was conducted by laboratory tests and spatial analysis method using Arc GIS software. The sampling of groundwater was carried out by purposive sampling method based on differences in land use. The results indicated that most of the groundwater in Sidoarum Village has been contaminated by nitrate due to activity in agricultural areas like intense fertilizer application and farming in household-scale in densely populated areas, especially with the bad sanitation system. The distribution of nitrate contaminated groundwater was correlated to the types of land use. The monitoring of land use change is needed especially from the agricultural areas to residential areas due to excessive population growth.