cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Buletin Anatomi dan Fisiologi (Bulletin of Anatomy and Physiology)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 25276751     EISSN : 25410083     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022" : 9 Documents clear
Peran Serbuk Kunyit dan Kurkumin Terhadap Diferensial Leukosit Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Pakan Hiperlipid Nuryanti Nuryanti; Teguh Suprihatin; Tyas Rini Saraswati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.42-50

Abstract

Kunyit termasuk dalam suku zingiberaceae yang mempunyai banyak manfaat dalam kesehatan. Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang berfungsi sebagai antioksidan dan anti-inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian serbuk kunyit dan kurkumin terhadap diferensial leukosit tikus putih yang diberi pakan hiperlipid yang diamati melalui jumlah granulosit, jumlah limfosit, dan jumlah monosit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 25 ekor Rattus norvegicus jantan berumur 21 hari yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan dengan 5 kali ulangan. Kelompok perlakuan meliputi: kontrol (C0), tikus diberi pakan hiperlipid (C1), tikus diberi pakan hiperlipid dan kurkumin 1,35 mg/200g BB/hari (C2), tikus diberi pakan hiperlipid dan serbuk kunyit 200 mg/200g BB/hari (C3), tikus diberi pakan hiperlipid dan simvastatin 0,18 mg/200g BB/hari (C4). Perlakuan diberikan selama 56 hari. Pengambilan sampel darah secara intrakardial, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran jumlah granulosit, jumlah limfosit, dan jumlah monosit menggunakan hematology analyzer. Data penelitian dianalisis dengan uji Anova. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) pada jumlah monosit, namun terdapat perbedaan bermakna pada jumlah granulosit dan jumlah limfosit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian kurkumin dan serbuk kunyit pada tikus yang diberi pakan hiperlipid tidak menyebabkan perubahan pada diferensial leukosit dan masih berada pada keadaan normal.Turmeric is included in the zingiberaceae family which has many benefits in health. Turmeric contains curcumin compounds as antioxidants and anti-inflamatory. The purpose of this study was to analyze the effect of giving turmeric powder and curcumin on differential leukocytes of white rats given hyperlipid feeds which were observed through the number of granulocytes, the number of lymphocytes, and the number of monocytes. This study was an experimental study with a completely randomized design (CRD), using 25 male Rattus norvegicus 21 days old, divided into 5 treatment groups with 5 replications. The treatment group included control (C0), rats fed hyperlipid (C1), rats given hyperlipid feed and curcumin 1,35 mg/200g wb/day (C2), rats given hyperlipid feed and turmeric powder 200 mg/200g wb/day (C3), rats given hyperlipid feed and simvastatin 0,18 mg/ 200g wb/day (C4). Intracardial blood sampling, then followed by measuring the number of segmented leukocyte, lymphocyte count, and monocyte count used hematology analyzer. The research data were analyzed using Anova test. The results showed that there was no significant difference (p> 0,05) in monocyte count, but there were significant differences in granulocyte count and lymphocyte count. The conclusion of this study is that presenting curcumin and turmeric powder to rats fed hyperlipid diet did not cause changes in the leukocyte differential and were still in normal conditions.
Histomorfometri Hepar Itik Peking (Anas platyrhynchos) setelah Penambahan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dalam Pakan yang Dikombinasikan dengan Paparan Cahaya Arif Nur Latifah; Kasiyati Kasiyati; Muhammad Anwar Djaelani
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.1-10

Abstract

Hepar merupakan salah satu organ vital pada metabolisme aves. Penelitian ini bertujuan menganalisis penambahan tepung daun kelor dalam pakan yang dikombinasikan dengan paparan cahaya terhadap histomorfometri hepar itik pekin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4×2. Faktor utama berupa konsentrasi tepung daun kelor (0, 2, 4, dan 6%) dan  warna lampu (putih dan hijau). Itik pekin yang digunakan berjumlah 48 ekor. Variabel pengukuran antara lain bobot hepar, bobot badan, indek hepatosomatik, dan diameter hepatosit. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) dua arah. Hasil menunjukkan bahwa paparan cahaya dengan kombinasi tepung daun kelor tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) pada bobot hepar, bobot badan, dan indek hepatosomatik, namun berpengaruh signifikan (P<0,05) pada diameter hepatosit. Masing-masing faktor utama warna cahaya atau tepung daun kelor tidak berpengaruh signifikan pada semua variabel. Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan tepung daun kelor dalam pakan yang dikombinasikan dengan paparan cahaya dapat meningkatkan ukuran diameter hepatosit dan memicu proliferasi sel–sel hepatosit. Proliferasi hepatosit mengarah pada regenerasi hepatosit terdapat pada kelompok 6% tepung daun kelor yang dikombinasikan dengan cahaya putih ataupun cahaya hijau. The liver is one of the vital organs in avian metabolism. This research aimed to analyzed the inclusion of Moringa leaf flour in feed with light exposure on the liver histomorphometry of Pekin ducks. This study used a completely Randomized Design in 2×4 arrangement, with main factors, the first factor was concentrations of Moringa flour and the second factor was color of light. Forty-eight Pekin ducks were used in this research. The variables measured in this research were liver weight, body weight, hepatosomatic index, and hepatocyte diameter. The data obtained were analyze using two-way Analysis of Variance. The light exposure with a combination of Moringa leaf flour had no significant effect on liver weight, body weight, and hepatosomatic index, but had a significant effect (P<0.05) on hepatocyte diameter. Meanwhile, the main factor, either light color or Moringa leaf flour had no significant effect on all variables. The conclusion of this study is Moringa leaf powder in the diet combined with light exposure could affect the histomorphometry of the liver which is characterized by an increase in hepatocyte cell diameter and the proliferation of hepatocyte cells. Liver cell proliferation leading to hepatocyte regeneration was found in the 6% group of Moringa leaf flour combined with white or green light.  
Kajian Struktur Histologi Hati, Insang dan Lambung Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Danau Batur, Bangli Ida Ayu Putu Sugiantari; A. A. S. A. Sukmaningsih; I Made Sara Wijana
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.51-59

Abstract

Danau Batur saat ini sudah mulai tercemar akibat tingginya beban pencemaran yang masuk ke perairan disebabkan oleh aktivitas masyarakat di sekitar danau. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kerusaka struktur histologi hati, insang, dan lambung, ikan nila serta mengetahui jenis logam berat yang terdapat di perairan Danau Batur. Penelitian ini menggunakan 5 titik lokasi pengambilan sampel ikan nila. Sampel dibuat sayatan histologi organ dengan metode embedding dan analisis logam berat dengan Atomic Absorption Spectrophotometer. Hasil skoring pada insang luar, diperoleh kejadian patologi berturut-turut hiperplasia, edema lamela sekunder, dan fusi lamela paling berat 25% pada 4 lokasi, 18,7% pada lokasi 5, dan 25,00% pada lokasi 2. Pada insang dalam menunjukkan berturut-turut hiperplasia, edema lamela sekunder dan fusi lamela paling berat dengan frekuensi masing-masing 25,00% pada 4 lokasi, 25,00% pada lokasi 5, dan 25,00% pada lokasi 4. Lambung ditemukan kerusakan berupasel kariolisis, infiltrasi sel radang, dan desquamasi epitel. Histologi hati menunjukkan adanya kariolisis, karioreksis, dan degenerasi melemak. Konsentrasi logam berat di organ hati terdeteksi Fe dengan konsentrasi paling besar 3,96 ppm pada lokasi 2 dan Cu dengan konsentrasi paling besar 0,7 ppm pada lokasi 5. Ditemukannya kerusakan organ serta adanya logam berat, menandakan bahwa perairan Danau Batur mengalami pencemaran oleh aktivitas manusia di sekitar danau. Lake Batur is currently starting to be polluted due to the high pollution load enters into waters which caused of the people activities around the lake. This study aims to observe the histological structure damage of the liver, gills, and stomach, on the tilapia fishes, as well as to determine heavy metal types found in the Batur Lake water. This study was carried out 5 points of Batur Lake. The fish samples were prepared histological section by using the embedding method. Heavy metals were determined by using the Atomic Absorption Spectrophotometer. The scoring on the external gills showed there were pathological occurrences of hyperplasia, secondary lamellae edema, and lamellae fusion with most severe frequency of 25% at 4 locations, 18.7% at location 5, and 20% at location 2 respectively. Internal gills showed hyperplasia, secondary lamellae edema and most severe lamella fusion with most severe frequency of 25% at 4 sites, 25% at location 5, 25% at location 4 respectively. The stomach damaged were karyolytic cells, inflammatory cell infiltration, and epithelial desquamation. Liver histology showed karyolysis, karyorrhexis, and fatty degeneration. The heavy metals Fe and Cu were detected in the liver with Fe with the highest concentration of 3.96 ppm (Fe) at location 2 and 0.7 ppm (Cu) at location 5. The discovery of organ damages and the presence of heavy metals on the tilapia fish body indicated that Batur Lake water has been polluted by human activity around the lake. 
Karakteristik Perkecambahan Biji Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.)de Wit] pada Perlakuan Skarifikasi serta Perubahan Nilai Gizi Setelah Perkecambahan Yasmin Aulia Rachma; Retno Indrati; Supriyadi Supriyadi
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.11-19

Abstract

Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] merupakan komoditas pangan lokal Indonesia yang berpotensi sebagai pangan sumber protein, namun biji lamtoro tua kurang diminati. Proses pengolahan yang dapat diaplikasikan pada biji lamtoro tua adalah perkecambahan, yang kemudian hasilnya biasa diolah menjadi berbagai makanan khas Indonesia. Lamtoro tua memiliki kulit biji yang tebal dan keras, sehingga perlu proses skarifikasi untuk memudahkan perkecambahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perkecambahan biji lamtoro pada perlakuan skarifikasi dengan variasi suhu dan durasi perendaman serta perubahan nilai gizi biji lamtoro setelah perkecambahan. Skarifikasi dilakukan dengan cara perendaman dalam air dengan suhu 50, 70, dan 90°C selama 5, 10, dan 15 menit kemudian dianalisis karakteristik perkecambahan berupa persen imbibisi, persen perkecambahan, dan kecepatan berkecambahnya. Kecambah dengan karakteristik perkecambahan terbaik dianalisis perubahan kandungan gizinya. Data diambil dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola imbibisi yang terjadi pada biji lamtoro bersifat trifase. Perlakuan skarifikasi dengan air pada suhu 70°C selama 15 menit menghasilkan persen imbibisi, persen perkecambahan, dan kecepatan berkecambah tertinggi, sehingga uji perubahan kandungan gizi dilakukan pada perkecambahan dengan skarifikasi pada suhu 70°C selama 15 menit. Setelah perkecambahan selama 72 jam terjadi peningkatan kadar air dan kadar protein, serta penurunan kadar lemak, abu, dan karbohidrat. Lamtoro [Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit] is a local Indonesian food commodity that can be a food source of protein, but old lamtoro seeds are less attractive. The processing process that can be applied to old lamtoro seeds is germination, which is then usually processed into various Indonesian specialities. Old lamtoro has a thick and hard seed coat, so it needs a scarification process to facilitate germination. The purpose of this study was to determine the germination characteristics of lamtoro seeds in scarification treatment with variations in temperature and soaking duration, as well as changes in the nutritional value of lamtoro seeds after germination. Scarification was carried out by immersion in water at a temperature of 50, 70, and 90°C for 5, 10, and 15 minutes and then analyzed for germination characteristics in the form of percent imbibition, germination percentage, and germination speed. Sprouts with the best germination characteristics were analyzed for changes in nutritional content. Data were taken using a completely randomized design (CRD) pattern at a 95% confidence level. The results showed that the imbibition pattern that occurred in lamtoro seeds was triphase. Scarification treatment with water at 70°C for 15 minutes resulted in the highest percent imbibition, germination percentage, and germination speed, so the test for changes in nutrient content was carried out on germination by scarification at a temperature of 70°C for 15 minutes. After germination for 72 hours, there was an increase in water content and protein content and a decrease in fat, ash, and carbohydrate content.
Pola Pertumbuhan Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perlakuan Monosodium Glutamat Indah Tri Intan Setiyaningrom; Sri Damanti; Endang Saptiningsih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.60-65

Abstract

Sorgum merupakan bahan pangan alternatif yang berpotensi besar dikembangkan di Indonesia. Monosodium glutamat merupakan bahan penguat rasa dengan komposisi berupa natrium dan glutamat, yang bermanfaat pada proses pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dosis efektif monosodium glutamat terhadap pola pertumbuhan tanaman sorgum. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal berupa dosis MSG dengan 4 taraf perlakuan, yaitu 0 g/tanaman, 3 g/tanaman, 6 g/tanaman dan 9 g/tanaman. Perlakuan diberikan dengan cara menaburkan MSG di sekitar daerah perakaran sorgum setiap satu minggu sekali. Parameter yang diukur adalah jumlah daun, luas daun dan tinggi tanaman yang didata setiap minggu sekali, dari minggu kedua sampai minggu kedelapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman sorgum dengan perlakuan MSG berpengaruh meningkatkan pertumbuhan dan mengubah pola pertumbuhan sorgum. Dosis 3 g/tanaman menunjukkan peningkatan pola pertumbuhan lebih cepat. Sorghum is an alternative crop with great potential to develop in Indonesia. Monosodium glutamate is a flavor enhancer with a composition of sodium and glutamate, which is beneficial for plant growth processes. This research aims to examine the effective dose of monosodium glutamate on the growth pattern of sorghum plants. This research used a single factor Completely Randomized Design (CRD) in the form of MSG dose with 4 treatment levels, namely 0 g/plant, 3 g/plant, 6 g/plant, and 9 g/plant. The treatment was given by sprinkling MSG around the sorghum root area once a week. The parameters measured were the number of leaves, leaf area, and plant height, which were recorded once a week, from the second week to the eighth week. The results showed that sorghum with MSG treatment affected increasing growth and changed the growth pattern of sorghum. The dose of 3 g/plant showed an increased growth pattern. 
Efek Proteksi Ekstrak Cymbopogon nardus pada Histologi Testis Mencit (Mus musculus) Setelah Induksi Timbal Asetat Lilis Maghfuroh; Putri Ayu Ika Setyowati; Rofiatun Solekha; Khoirin Nisa; Nynda Ayu Nadira Savitri
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.20-26

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perlindungan ekstrak serai wangi Cymbopogon nardus (C. nardus) terhadap induksi timbal asetat. Sebanyak 25 mencit jantan strain BALB/C secara acak dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok kontrol negatif hanya mendapat injeksi sub cutan Na-CMC 0,5% selama 30 hari ; kontrol positif  diinjeksi sub cutan timbal asetat sebanyak 7 mg/kg bb selama 5 hari; P1, P2, dan P3 secara berturut-turut diinjeksi sub cutan timbal asetat 7 mg/kg bb selama 5 hari kemudian dilanjutkan dengan injeksi ekstrak C. nardus sebanyak 25, 50, dan 100 mg/kg bb selama 25 hari. Pada akhir penelitian semua mencit dikorbankan dan dilakukan koleksi testis. Jaringan testis diproses menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sel spermatogonia, sel spermatosit, dan sel spermatid serta diameter tubulus seminiferus dibandingkan dengan kelompok positif. Dosis optimal yang paling mampu memperbaiki kerusakan jaringan testis yaitu 25 mg/kg bb. This study aimed to determine the protective effect of Cymbopogon nardus (C. nardus) extract against lead acetate exposure. A total of 25 male mice BALB/C were randomly divided into five groups. The negative control group only received 0.5% Na-CMC subcutaneously for 30 days; positive control was given 7 mg/kg bw of lead acetate subcutaneously for 5 days; P1, P2, and P3 were sequentially injected with 7 mg/kg bw subcutaneously for 5 days followed by injection of 25, 50, and 100 mg/kg bw of C. nardus extract for 25 days. At the end of the study all mice were sacrificed and testes were collected. Testicular tissue using Hematoxylin-Eosin staining. The results showed that there was an increase in spermatogonia cells, spermatocytes, and spermatid cells as well as the diameter of the seminiferous tubules compared to the positive group. The optimal dose most capable of repairing testicular tissue damage was 25 mg/kg bw.  
Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata) Setelah Perlakuan Naungan Munifatul Izzati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.66-72

Abstract

Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan salah satu sumber pangan yang kaya nilai nutrisi.  Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia memerlukan suplai tanaman pangan yang mencukupi. Beberapa spesies kacang kacangan dapat ditingkatkan petumbuhan dan produksinya dengan perlakuan intensitas cahaya. Penurunan intensitas cahaya hingga ke level tertentu dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau. Penelitian dilakkukan di Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan. Kacang hijau ditanam dalam pot berdiameter 30 cm, dan tinggi 40 cm. kelompok perlakuan adalah tanaman kacang hijau yang diberi naungan  paranet dgn intensitas cahaya 45%, sedangkan kelompok kontrol adalah tanaman kacang hijau tanpa naungan, dengan intensitas cahaya 100%. Penelitian dirancang menggunakan RAL. Data yang diperloleh diolah dengan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan 45% menghasilkan petumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau yang lebih rendah Mung bean (Vigna radiata) is one source of food that is rich in nutritional value. High population growth in Indonesia requires an adequate supply of food crops. Several species of legumes can be increased in growth and production by light intensity treatment. A decrease in light intensity to a certain level can affect plant growth. This study aims to analyze the effect of shade on the growth of green bean plants. The research was carried out in the Biology Laboratory of Plant Structure and Function. Green beans are planted in pots with a diameter of 30 cm, and a height of 40 cm. the treatment group was mung bean plants that were shaded with paranet with a light intensity of 45%, while the control group was a mung bean plant without shade, with a light intensity of 100%. The study was designed using RAL. The data obtained were processed by T test. The results showed that the provision of 45% shade resulted in lower growth and production of mung bean plants
Penyimpanan Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) dengan Pelapisan Nanokitosan pada Suhu Rendah Noor Laila Safitri; Della Widya Puspita; Junita Junita; Lily Nur Inda Sary; Retno Robiatul Al Adawiyah; Erma Prihastanti; Sri Widodo Agung Suedy
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.27-34

Abstract

Kerusakan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pascapanen dapat menurunkan kualitas sehingga dapat mempersingkat masa simpan cabai rawit. Cara untuk mempertahankan kualitas cabai rawit dapat menggunakan nanokitosan. Nanokitosan memiliki kemampuan membentuk lapisan tipis di permukaan produk segar dan antimikroba. Salah satu pembuatan nanokitosan adalah menggabungkan kitosan dan STPP dengan perbandingan tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nanokitosan terhadap kadar air dan tekstur cabai rawit dan rasio kitosan dan STPP optimum dalam mempertahankan kualitas cabai rawit. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 (perlakuan nanokitosan 0,2% rasio 1:3) dan P2 (perlakuan nanokitosan 0,2% rasio 1:5). Cabai rawit digunakan yang dipanen usia 90 hari setelah tanam, memiliki warna warna oranye kemerahan dengan panjang kurang lebih 6 cm, lebar 0,90 cm dan bebas dari penyakit. Penelitian ini dilakukan selama 16 hari pada suhu 10oC dengan variabel penelitian kualitas cabai rawit kadar air, tekstur, dan letak kerusakan. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanokitosan dapat mempertahankan kualitas cabai rawit yaitu kadar air, tekstur, dan dapa mengurangi kerusakan. Rasio kitosan dan STPP optimum untuk mempertahankan kualitas cabai rawit setelah panen adalah nanokitosan 0,2% (rasio kitosan:STPP 1:5). Damage of postharvest chili pepper (Capsicum frutescens L.) can reduce the quality and it can shorten the shelf life of chili pepper. To maintain the quality of chili pepper can by using nanochitosan. Nanochitosan has the ability to form a thin layer on the surface of fresh produce and is antimicrobial. One of the manufactures of nanochitosan is to combine chitosan and STPP with a certain ratio. The purpose of this study was to determine the effect of nanochitosan on the moisture content and texture of chili pepper and the optimum ratio of chitosan and STPP in maintaining the quality of chili pepper. This study used a completely randomized design (CRD) method with three treatments, P0 (control), P1 (0.2% nanochitosan treatment ratio 1:3), and P2 (0.2% nanochitosan treatment ratio 1:5). Chili pepper is harvested 90 days after planting, has a reddish-orange color with a length of approximately 6 cm, a width of 0.90 cm, and is free from disease. This research was conducted for 16 days at a temperature of 10oC, with research variables of chili pepper quality, moisture content, texture, and location of the damage. Data were analyzed using the ANOVA test and continued with the DMRT test. The results showed that nanochitosan was able to maintain the quality of chili pepper, namely water content, texture, and can reduce damage. The optimum ratio of chitosan and STPP to preserve the quality of chili pepper after harvest is 0.2% nanochitosan (ratio of chitosan: STPP 1:5). 
Pertumbuhan dan Kandungan Antosianin Tanaman Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss) Setelah Perlakuan Limbah Teh Pada Lama Pengomposan Yang Berbeda Dian Rosiana Fatikasari; Endah Dwi Hastuti; Sri Haryanti
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.35-41

Abstract

Pertumbuhan dan kandungan antosianin bayam merah sangat dipengaruhi oleh faktor pemupukan. Limbah teh merupakan pupuk organik yang memiliki unsur hara seperti nitrogen dan fosfor dimana penting dalam mempengaruhi pertumbuhan dan antosianin bayam merah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah teh pada lama pengomposan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kandungan antosianin bayam merah. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah lama pengomposan 0, 1 dan 2 minggu. Perlakuan diaplikasikan dengan cara memberikan pupuk kompos limbah teh, tanah dan sekam dengan perbandingan 1:1:1 pada tanaman bayam merah yang seragam. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, panjang akar, berat basah akar, berat kering akar, berat kering tajuk, rasio tajuk akar dan nilai antosianin. Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dilanjutkan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan lama pengomposan berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah akar, nilai antosianin dan ratio tajuk akar. Perlakuan limbah teh lama pengomposan satu minggu memberikan rerata tertinggi terhadap pertumbuhan dan kandungan antosianin tanaman bayam merah. Growth of red amaranth and anthosyanin influenced by the fertilizer. Tea waste contain of nutrients such as nitrogen and phospor that important for red amaranth. The composting will effect for the fertilizer contain. Anthocyanin is a red- purple pigment. The aim of this experiment was to know the effects of tea waste in different composting time on red amaranth’s growth and anthocyanin. The design that used is Complate Random Design with 3 treatment and 5 replicates. The treatment of compost time were: 0 week, a week and 2 week. The parameters observed were plant height, leaf number, wet weight and dry weight of plant, root length, wet weight and dry weight of root, crown root ratio and anthocyanin. The result of data analysis using ANOVA followed by Duncan’s Multiple Range Test. The result showed that the difference of compost duration affected and improved the growth of plant height, leaf number, wet weight and dry weight of plant, root length, wet and dry weight of root, anthocyanin, crown root ratio. The treatment of tea waste by a week compost duration create the highest average for growth and anthocyanin of red amaranth.

Page 1 of 1 | Total Record : 9