cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara
ISSN : 25023896     EISSN : 25812254     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 95 Documents
Resepsi Terhadap Alquran Dalam Riwayat Hadis Nilna Fadlillah
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.88 KB) | DOI: 10.32495/nun.v3i2.48

Abstract

Pembacaan Alquran yang dilakukan oleh umat Islam tidak hanya bertujuan untuk beribadah atau kepentingan akhirat semata, akan tetapi juga memiliki kepentingan lain. Di satu sisi terdapat pembacaan yang bersifat formal-subtantif yaitu pembacaan yang dilakukan dalam konteks ibadah yang lebih berorientasi pada keuntungan atau pahala akhirat. Di sisi lain, pembacaan Alquran juga dilakukan secara fungsional yang orientasi keuntungannya lebih bersifat duniawi. Fenomena pembacaan Alquran dalam berbagai bentuknya ini masuk dalam salah satu bidang kajian living Qur’an atau resepsi Alquran. Dalam tulisan ini, peneliti akan berusaha melihat beragam resepsi dalam Alquran dengan menjadikan hadis sebagai objek formal penelitian. Dengan memetakan riwayat-riwayat tentang resepsi Alquran yang dilakukan oleh generasi awal Islam yang terekam dalam riwayat hadis, selanjutnya tulisan ini juga akan melihat proses transmisi dan tranformasi riwayat hadis sehingga sampai saat ini resepsi Alqurantetap eksis dan variatif.
Memahami Maksud dan Cita-Cita Tuhan Husein Muhammad
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6085.033 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.56

Abstract

Usaha umat Islam untuk memahami maksud kalam Allah (Alquran) telah memunculkan kajian epistemologi dan tradisi penafsiran yang berproses cukup panjang sejak periode awal paska wafatnya Nabi Muhammad. Tradisi ini berproses dengan corak beragam refleksi dari kecenderungan ideologis, sosial, politik dan kultur penafsir. Setidaknya ada dua terma—dengan konsekuensi epistemologis masing-masing—yang digunakan orang untuk makna memahami ayat-ayat Alquran, yakni “tafsir” dan “takwil”. Tulisan ini berusaha mengulas diskusi epistemologis penafsiran kontemporer yang mengadopsi konsep-konsep lama dalam bidang tafsir dan ushul fiqh, namun menggunakannya untuk menghadirkan penafsiran kontekstual Alquran masa kini. Makalah ini menyoroti sejauh mana artikulasi baru konsep penafsiran lama mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan keislaman masa kini seperti universalitas dan partikularitas ajaran agama, isu-isu kebudayaan dan juga adat.
Kepribadian dalam Perspektif Sigmund Freud dan Al-Qur’an : Studi Komparatif Muhammad Irfan Helmy
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.574 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i2.69

Abstract

Human personality depicts an individual’s behavior and it is a formal object of psychology. Understanding human behavior is a vital and fundamental subject to understand human’s essence. The typology of behavioral concept is multifaceted and varied. In fact, various definitions of personality arrive at a single substance. This paper analyses Sigmund Freud’s concept on personality through the eye of Qur’an. The Qur’an made a personality concept as part of its focus. Through a comparative method, this study concludes that both Freud and the Qur’an argue that human personality consists of three components or potentials with different characteristics, yet integrated, to create human behavior and its personality. Freud calls them consecutively as Id, Ego and Superego; while the Quran calls them as Nafs, Akal and Kalbu. The difference between Freud and Quran on personality concept lies on the source where these three potentials came from. In Freud’s view, they came from the human being themselves internally or being influenced by their surroundings. Freud did not count God’s influence in his theory. According to Quran, however, the third potentials (Kalbu)depicts God’s values embedded in human being. Kalbu is called as a God’s disposition (tendency). Thus, Quranic concept on personality is theocentric while Freud’s is anthropocentric which is much dependent on rationality and morality of human being.  
Membaca Sirah dengan Alquran, Membaca Alquran dengan Sirah Miftahur Rahman
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.82 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.62

Abstract

Kehadiran buku ini menjadi ‘angin segar’ bagi pegiat sejarah kenabian (sirah nabawiyyah) Muhammad SAW sekaligus pegiat ilmu tafsir Alquran. Pasalnya, jika berbicara mengenai sejarah dalam litaratur yang berbahasa Indonesia, akan didapati seperti karya Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishaq, dengan sistematika yangditebali oleh riwayat-riwayat (baca: hadis). Namun, dalam buku yang ditulis oleh Aksin Wijaya ini adalah sebuah bentuk penjelasan dari sirah yang ditulis oleh Izzat Darwazah dalam karya nya yang berjudul Tafsir al-Hadis. Tafsir al-Hadis adalah sebuah tafsir Alquran yang menggambarkan sirah Nabi Muhammad dengan menggunakan sistematika tartib an-Nuzuli Alquran. Hal ini untuk melacak sejarah Nabi dengan mengikuti alur kronologi turunnya Alquran, yakni dari surat al-Alaq hingga wahyu terakhir turun. Bukan dari sistematikatartib mushafi, yakni dari al-Fatihah hingga An-Nass. Oleh sebab itu, hal ini juga menarik perbincangan dikalangan para pegiat tafsir Alquran. Sebab mayoritas tafsir Alquran ditulis dengan merujuk pada sistematika tartib mushafi. Aksin Wijaya, tercatat sebagai dosen STAIN Ponorogo dan STAIN Kediri. Lahir di Sumenep, 1 Juli 1974. Studi S2 dan S3 nya ia tempuh di Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia merupakan dosen dengan segudang karya. Beberapa penghargaan diraihnya seperti juara 2 dalam Thesis Award yang didakan oleh Kemenag RI pada tahun 2006 juga sebagai juara 2 dosen teladan Nasional dalam bidang Islamic Studies yang diadakan oleh Kemenag RI, pada tahun 2015. Ia memiliki 15 karya tulis dalam bentuk buku dan terjemahan, di antaranya ialah Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan: Kritik atas Nalar Tafsir Gender (Yogyakarta: Safiria Insania, 2004), Arah Baru Studi Ulum Alquran: Memburu pesan Tuhan dibalik Fenomena Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Teori Interpretasi Alquran Ibnu Rusyd: Kritik Ideologis-Hermeneutis (Yogyakarta: LKIS, 2009), Problematika Pemikiran Arab Kontemporer, terjemahan dari Isykaliyat al-Fikr al-Arabi Al-Muasyir karya Muhammad Abid al-Jabiri, filsuf asal Maroko, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Sedangkan karya dalam benuk artikel jurnal Ilmiah tercatat sejumlah 31 karya. Mayoritas artikel-artikel tersebut di bidang studi Islam, baik sejarah, hukum, tafsir, Alquran, maupun pemikiran Islam secara umum. Perjalanan hidupnya dengan karya yang melimpah.Jika dilihat dari reputasi dan kapasitas keilmuannya, maka dalam hal ini, ia merupakan seorang yang kompeten ketika berbicara sejarah wacana dan tafsir Alquran. Buku Sejarah Kenabian: Dalam perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah ini ditulis atas dorongan pribadi dengan melihat wacana tafsir Alquran yang berkembang di Indonesia. Terutama dalam segi sistematika penulisan tafsir pada umumnyaditulis berdasarkan tartib mushafi. Oleh karena itu, Aksin tertarik untuk mengkaji sejarah kenabian dalam tafsir Izzat Darwazah tersebut, yang dirasa unik. Sumber-sumber yang ia gunakan dalam hal ini yakni sumber-sumber primer dan sekunder. Ia merujuk langsung dari karya-karya Izzat darwazah, seperti al-Tafsir al-Hadis, Sirah ar-Rasul: Suwar Muqtabasah min Alquran, ‘Ashr al-Nabi wa Baiatuhu Qabla Bi’tsah, dan lain-lain. Sedangkan mengenai wacana tafsir Nuzuli ia juga merujuk langsung terhadap karya Muhammad Abid al-Jâbiri, Fahm al-Qur’ân: at-Tafsir al-Wadh Hasb Tartib an-Nuzul, Ibnu Qarnas, Ahsan al-Qashshash dan Tarikh Alquran karya Thodore Noldeke.Jenis buku (kind of book) ini tergolong pada buku tentang sejarah. Sebuah buku ilmiah yang disajikan dengan penuh analisis. Oleh karena itu, buku ini sangat direkomendasikan untuk para peneliti, mahasiswa, maupun dosen pegiat sejarah Islam awal. Dalam pengantar buku ini, dijelaskan bagaimana Aksin mencari karyakarya Izzat darwazah, selama bertahun-tahun, dari Mesir hingga ke Maroko. Rencana awal penelitian ini akan dianalisis secara kritis, namun diubah dengan analisis deskripif. Hal ini disebabkan karena karya-karya Izzat Darwazah termasuk karya-karya yang ditinggalkan, hanya segelintir orang yang menelitinya. Selain itu, karya-karya yang ditulis oleh Izzat Darwazat ditulis oleh menurut Aksin ditulis secara berkaitan dan sistematis. Keterkaitan antara sejarah dan tafsir merupakan titik tolak Aksin untuk menggali lebih dalam karya-karya lebih dalam pemikiran Izzat Dawazah ini.Al-Tafsir al-Hadis karya Izzat Darwazah ditulis dengan sistematika tartib nuzuli, tentu saja sistematika ini bisa menimbulkan kontroversi. Pasalnya, pernyataan bahwa mushaf Alquran disusun secara tauqifi dan tafsir ada sebuah tafsir yang disusun dengan tartib nuzuli, Aksin menjelaskan jika tafsir dengan metode temaik (maudhu’i) dibenarkan maka tentu saja tafsir dengan semacam ini juga dapat dibenarkan. Izzat Darwazah sendiri membedakan, antara Alquran sebagai objek bacaan, yang sudah semestinya dibaca dengan sesuai dengan tartib ustmani dan sebagai objek tafsir, yang mengandung nilai dan seni untuk dikaji, sehingga tidak ada hubungannya antara bacaan dan tartib Alquran. Dari sini dapat disimpulkan bahwa karya yang ditulis Aksin ini menemukan bahkan mendorong untuk memicu adanya ide baru (logic of discovery) dalam pasar raya intelektual indonesia, bahwa membaca membaca sirah kenabian bisa dilakukan dengan cara mengikuti arus kronologi turunnya Alquran.Adapun sturktur bahasan (method of organization), disusun dengan sangat sistematis dan logis. Buku ini terdiri dari enam bab. Bab pertama berisi pendahuluan dan kerangka teori. Bab dua, berisi mengenai biografi intelektuan Izzat Darwazah. Bab tiga, berisi tentang metode tafsir nuzuli Izzat Darwazah. Pada bab ini Ia terlebih dahulu menjelaskan metode tafsir nuzuli dari beberapa tokoh, baik dari  Muslim (insider) mapun non-Muslim (outsider). Hal ini ditujukan untuk memahami ideal tafsir Alquran dan menafsirkan sejarah kenabian Muhammad. Pada bab keempat, berisi inti pembahasan sejarah kenabian Muhammad pespeksif tafsir nuzuli. Kemudian pada bab terkahir, enam,berisi kesimpulan sekaligus saran untuk peneliti selanjutnya. Buku ini dilengkapi tabel susunan Alquran mushafi dan nuzuli, antara mushaf ustmani, Theodore Noldeke, Muhammad Abid al-Jabiri, Ibnu Qarnas, Khattat Qudur Ugly, dan Muhammad Izzat Darwazah. Hal ini sangat membantu untuk melihat perbandingan susunan Alquran nuzuli antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Buku ini juga dilengkapi glosairum dan indeks, yang bisa membantu pembaca untuk memahami istilah-istilah yang jarang digunakan dan tokoh yang belum dipahami. Menengei kualitas penulisan (quality of writing), buku ini kemas dengan format baik, terstruktur secara sistematis sebagaimana baiknya karya ilmiah. Dilengkapi juga dengan trasliterasi, pilihan kata (diksi) yang baik sehingga tidak mengulang-ulang, catatan kaki untuk mempermudah pembaca, serta daftar pustaka. Aksin juga mengatakan bahwa tema bahasan ini juga memberi ruang untuk dianalisis kembali (further research) karena buku ini hanya menyajikan sejarah objek kenabian dalam pandangan Izzat Darwazah, selebihnya kajian kritis terhadap sejarah kenabian Muhammad dipersilahkan kepada peneliti selanjutnya.Oleh karena itu, Aksin banyak menginspirasi penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang sejarah kenabian dalam tafsir-tafsir yang ditulis secara nuzuli. Buku ini amat penting untuk dikonsumsi oleh para pegiat sejarah dan atau tafsir Alquran. Penilaian umum (overall-judgement) dari buah karya Aksin Wijaya ini, ialah sebuah karya sejarah objektif yang mengantarkan kita terhadap diskusidiskusi menarik selanjutnya, hasil-hasil kreatif dari setiap analisisnya memberikan catatan penting mengenai sejarah Islam awal. Menurut saya, karya sejarah kenabian perspektif tartib nuzuli berbahasa Indonesia yang cukup panjang dan lengkap, sehingga informasinya akan memenuhi kebutuhan para peneliti, dosen, maupun mahasiswa.
Studi Tafsīr Jalālain di Pesantren dan Ideologisasi Aswaja Kurdi Fadlal
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6012.482 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.57

Abstract

This article discusses Tafsi>r Jala>lain as a literature to process Aswaja ideologization in the pesantren milieu. It is the first Islamic literature introduced by Java-Muslim scholars in the institution. The motivation is not only technical (simple description) so that Indonesian Muslim can easily understand the Qur’anic interpretation, but also ideological one. To embed the ideology Tafsi>r Jala>lain were utilized because it describes ideological interpretation of Ahlus Sunnah wal Jamaah, the primary and selected ideology among figures of pesantren. About theology it refers to Asha’iran school and regarding fiqh (Islamic Jurisprudence) it points to Shafi’ian. There are two mothods to embed the ideology to the community of pesantren mil1ieu through Tafsi>r Jala>lain: First, orally, bandongan by reading or teaching it to the students. Second, literally, by translating the Tafsi>r into the local language (Indonesian, Javanese, Maduranese and Sundanese). In turn, Aswaja ideology was rooted in the pesantren and ascertained by Nahdlatul Ulama (NU) organization founded in 1926.
KHUSYUK DALAM ALQURAN (KajianTemtatik) Lia Mega Sari
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.855 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i2.70

Abstract

Khusyuk merupakan hal dasar yang harus diterapkan dalam menjalankan berbagai hal,terutama dalam salat, begitu juga dalam berbaga iaktifitas sehari-hari. Melihat pentingnya pengetahuan tentang konsep khusyuk,maka tulisan ini akan membahas khusyuk dalam alquran dan para mufasir, serta berbagai cara untuk dapat mencapai kekhusyukan tersebut. Hasil dari pembahasan ini adalah bahwa kata khusyuk dalam Alquran ditemukan sebanyak 17 kali dalam bentuk kata yang berbeda-beda, mayoritas lafal khusyuk ditujukan kepada manusia namun ada juga sebagian ayat yang ditujukan kepada benda-benda yang lain seperti gunung dan bumi. Dari berbagai pengertian dari kata khusyuk secara global arti khusyukmerujuk kepada merendahkan diri,dalam artian bahwa khusyuk adalah merasa bahwa dirinya tunduk dan merendahkan diri ketika berada dihadapan Tuhannya.Khusyuk tempatnya di dalam hati,apabila hati khusyuk maka seluruh anggota tubuh akan khusyuk karena kekhusyukan hatinya. Kekhusyukan seseorang tidak dapat dinilai dari gerakan ataupun prilakunya, karena tempatkhusyuk di hati bukan di gerakan. 
مصحف عبد الله بن مسعود دراسة حول حذف الفاتحة والمعوذتين والقراءات الشاذة المنسوبة لمصحف ابن مسعود Abdul Jalil
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.408 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i2.65

Abstract

يعتبر مصحف الصحابي عبد الله بن مسعود من أهم المصاحف القديمة التي ذكرتها المراجع الإسلامية، حيث يظهر وجود اختلافات متعددة بينه وبين المصاحف العثمانية، من أهمها اختلاف ترتيب السور وعدم وجود الفاتحة والمعوذتين، واختلاف في جملة من القراءات. اختلفت آراء العلماء حول هذه القضية، حتى إن  تيودور نولدكه شكك في أن ابن مسعود يعتبر بصحة تلك السور الثلاث الغير موجودة في مصحفه. يحاول هذا البحث باستخدام المنهج التحليلي-المقارن تحليل هذه الآراء حول قضية مصحف ابن مسعود، ويقسمها إلى: المثبتين ما نسب إلى ابن مسعود، والنافين لها، والمأولين. ويرجح البحث بأن ابن مسعود كان يرى بقرآنية السور الثلاث، الفاتحة والمعوذتين.  
Hermeneutika Pesantren: Eksplorasi atas Pandangan Kyai Pesantren Terhadap Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir Abdul Wahab
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6915.766 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.58

Abstract

Penelitian sederhana ini berawal dari fakta yang menyebutkan bahwa kajian tafsir–apalagi tafsir kontemporer—di dunia pesantren belum sedominan fiqh, tasawuf dan ilmu alat, maka penulis beranggapan bahwa minimnya karya atau penelitian yang berkonsentrasi pada kajian dan respon pesantren terhadap tafsir kontemporer berawal dari sikap spekulasi “kebanyakan orang” yang menganggap bahwa kebanyakan pesantren tidak mengkaji apalagi merespon pemikiran tafsir kontemporer, sehingga penelitian tentang tafsir kontemporer dilingkungan pesantren dinilai sebagai penelitian yang sia-sia. Akan tetapi tidak demikian bagi penulis, karena penulis menemukan tidak sedikit kyai, ustadz atau pimpinan pesantren yang secara intens dalam pengajian tafsir yang mereka lakukan selalu menyinggung dan merespon isu-isu kontemporer. Spekulasi tersebut berlanjut ketika kebanyakan kyai menolak hermeneutika sebagai manhaj tafsir, dibuktikan dengan penolakan para kyai terhadap hermeneutika sebagai salah satu metode istinbāṭ al-ḥukm dalam komisi bahtsul masa’il pada Muktamar NU XXXI di Boyolali, Solo. Akan tetapi dari penelitian ini, didapatkan data bahwa pesantren memiliki potensi yang luar biasa dalam pengembangan tafsir kontemporer termasuk kebijakan para kyainya dalam merespon hermeneutika sebagai manhaj tafsir. Pada intinya adalah kecerdasan dalam memilah, mana konsep hermeneutika yang dapat digunakan dalam penafsiran Alquran dan mana yang tidak dapat digunakan, sehingga persandingan hermeneutika dengan berbegai manhaj tafsir yang telah digagas oleh para ulama Alquran bahkan semakin memperkaya khazanah kajian Alquran di pesantren.
Studi Tafsir Nusantara: Kajian Kitab Tafsir AG. H. ABD. Muin Yusuf (Tafsere Akorang Ma’basa Ugi) (tpeeser akor mbs agui) Neny Muthi’atul Awwaliyah; Idham Hamid
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.81 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i2.71

Abstract

Kitab tafsir (Tafsere Akorang Ma’basa Ugi) merupakan kitab tafsir generasi kedua yang sebelumnya telah dipelopori oleh AG. Daud Ismail dengan kitab tafsirnya al-Munir. Karya ini merupakan kitab tafsir edisi kedua yang mampu melengkapi 30 juz  dengan jumlah 11 jilid. Sedangkan bahasa yang digunakan ketika menafsirkan ayat al-Qur’an adalah huruf aksara Lontara’ Bugis yang merupakan bahasa Ibu dari suku Bugis-Makassar yang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan. Umumnya metode yang digunakan dalam tafsir ini menggunakan metode tahlili. Kendati demikian, rasa ijmali juga menghiasi dalam sistematika pembahasan ayat. Pada awalnya, tafsir ini lahir dari proyek Muin Yusuf yang ketika itu menjabat sebagai ketua MUI Selawesi Selatan. Tafsir ini kemudian hadir di tengah-tengah masyarakat Bugis, sebagai alat komunikasi masyarakat awam sehingga mampu memahami kandungan al-Qur’an melalui penafsiran ayat al-Qur’an dengan aksara lontara Bugis sekaligus sebagai cerminan upaya vernakularisasi al-Qur’an dan bahasa Ibu.  
Mitologi Naskh Intra Quranic (Studi Atas Q.S. Al-Baqarah Ayat 106 Aplikasi Teori Semiologi Roland Barthes) Fuji Nur Iman
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.242 KB) | DOI: 10.32495/nun.v4i2.66

Abstract

Tulisan ini mencoba mengurai polemik tentang naskh dalam Alquran atau naskh intra Quranic. Dengan mengikuti cara baca yang ditawarkan Roland Barthes yakni melalui pembacaan atas sistem linguistik dan mitologi dapat dikatakan bahwa pada tataran sistem linguistik penanda atas term naskh adalah pembatalan dengan menandai adanya mansukh dan menjadi tanda akan adanya sesuatu yang baru yang lebih baik. Sementara pada tataran sistem mitologi dengan tanda pada sistem linguistik sebabgai penanda menandai tidak adanya ayat yang bertentang antara satu dengan yang lain dalam Alquran. Dalam pada itu term naskh pada tataran sistem mitologi menjadi tanda bahwa Alquran adalah kitab shalih li kulli zaman wa makan. Adapun sebagai tipe wicaranya dengan meniscayakan bahwa terdapat relasi antara wahyu konteks sosio-historis masyarakat arab pada saat itu.

Page 4 of 10 | Total Record : 95