cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 579 Documents
Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan terhadap Status Gizi Daning Kurnia Rahmatillah
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5650.363 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.106-112

Abstract

Background: Toddler's nutrition is a serious problem in several areas of Indonesia, one of them is Surabaya. In 2015 Surabaya have 513 toddlers with nutrition status below the red line (BGM). Nutritional status is influenced by nutrition intake of children under five which indirectly can be influenced by several factors include knowledge, attitude and action from mother of toddler.Objective: The aims of this study to determine factors that affect the nutritional status of toddler.Methods: This research is an analytical research with cross sectional design with population of all mother of children aged 1-4 years in RW 15 Wonokusumo Sub district, Semampir Sub district, Surabaya City. The sample of this research is 80 samples with simple sampling random sampling technique.Results: The results of statistical calculations showed there is a relationship between the knowledge with nutritional status of children under five with p = 0.001. Moreover, the result shown there is a relationship between attitude with nutritional status of children with p = 0.001. And also there is a relationship between action with nutritional status of children under five with p = 0. 001.Conclusion: From the results of the analysis that has been done can be concluded that the three variables of knowledge, attitude and action have a significant relationship to the nutritional status of children. It is suggested to Puskesmas to give more education to mother of toddler about what is nutrition status of toddler. For the community is expected to be more active in maintaining nutrient intake for the toddler and for researchers are expected to further examine the analysis of any relationship that can affect the nutritional status of children.ABSTRAKLatar Belakang: Persoalan gizi pada balita masih menjadi permasalahan yang sangat serius pada beberapa daerah di Indonesia salah satunya adalah Kota Surabaya. Pada tahun 2015 di Kota Surabaya terdapat 513 balita dengan status di bawah garis merah (BGM). Status gizi dipengaruhi oleh asupan zat gizi balita yang secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dari ibu balita.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi status gizi balita.Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain Cross sectional dengan populasi seluruh ibu balita usia 1-4 tahun di wilayah RW 15 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Sampel penelitian ini didapatkan sebanyak 80 sampel dengan teknik sampling simpel random sampling.Hasil: Hasil perhitungan statistik menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita dengan p=0,001. Selain itu terdapat pula hubungan antara sikap dengan status gizi balita dengan p=0,001 dan juga terdapat hubungan antara tindakan dengan status gizi balita dengan p=0, 001.Kesimpulan: Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki hubungan yang signifikan terhadap status gizi balita. Saran kepada puskesmas agar memberikan edukasi lebih kepada ibu balita tentang apa itu status gizi balita. Bagi masyarakat diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam menjaga asupan gizi balitanya serta bagi peneliti diharapkan untuk lebih meneliti analisis hubungan apa saja yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
Front Matter Vol 2 No 1 Front Matter Vol 2 No 1
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.554 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.%p

Abstract

Pengaruh Penambahan Tepung Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Daya Terima, Kadar Air, dan Kadar Protein Nugget Edamame (Glycin max (L) Merril) Nevi Ruliyana Santi; Farida Wahyu Ningtyas; Sulistiyani Sulistiyani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.726 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.62-71

Abstract

 Background: Edamame is one of local food in Jember Regency which overflow followed, cheap, but its cultivation and utilization is deficient, especially in the form as a side dishes. Objectives: This research aimed to analyze the effect of peanut flour addition to the acceptance, water level, and protein level of edamame nugget.Methods: This research is Quacy Experimental with posttest only control group design with 4 treatments: X0, X1, X2, and X3 (edamame nugget without addition, with 10% addition, 20%, and 30%) and 16 units experiment. The acceptance will be analyzed with form Hedonic Scale Test, water level with destilation test, and protein level with Semi Mikro Kjeldahl test in Food Analysis Laboratory of Polytechnic Jember.Results: The results from this research showed the addition of peanut flour can increase accpetance (flavor, color, and texture), water level, and protein level of edamame nugget. X3 is most preferred from taste aspect, X0 is most preferred from color and aroma aspect, and X1 most preferred from texture aspect. The treatment with high water level and protein level is X3.Conclusion: there are significant addition of peanut flour againts the acceptance, water level, and protein level of edamame nugget.ABSTRAK Latar Belakang: Kedelai edamame merupakan jenis kedelai di Kabupaten Jember yang jumlahnya melimpah, harganya murah, tetapi pengolahan dan pemanfaatannya masih kurang terutama dalam bentuk lauk.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan tepung kacang tanah terhadap daya terima, kadar air, dan kadar protein nugget edamame.Metode: Jenis penelitian termasuk quasi eksperimental menggunakan posttest only control group design dengan 4 taraf perlakuan: X0, X1, X2, dan X3 (nugget edamame tanpa penambahan tepung kacang tanah (kontrol), dengan penambahan 10%, 20%, dan 30%) dan 16 unit percobaan. Semua taraf perlakuan akan dianalisis daya terima dengan form Hedonic Scale Test di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Al Ghozali Jember, kadar air dengan metode destilasi dan kadar protein dengan uji Semi Mikro Kjeldahl di Laboratorium Analisis Pangan Politeknik Negeri Jember.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung kacang tanah dapat meningkatkan daya terima (rasa, warna, dan tekstur), kadar air, dan kadar protein nugget edamame. Perlakuan yang paling disukai panelis dari aspek rasa adalah nugget edamame dengan penambahan tepung kacang tanah sebanyak 30 gram, dari aspek warna dan aroma adalah nugget edamame tanpa penambahan tepung kacang tanah, dan dari aspek tekstur adalah nugget edamame dengan penambahan 10 gram kacang tanah. Perlakuan dengan kadar air dan kadar protein tertinggi adalah nugget edamame dengan penambahan tepung kacang tanah sebanyak 30 gram.Kesimpulan: Terdapat pengaruh penambahan tepung kacang tanah terhadap daya terima (rasa, warna, dan tekstur), kadar air, dan kadar protein nugget edamame.
Perbedaan Kepuasaan Pasien Terhadap Makanan Dengan Sistem Penyelenggaraan Outsourcing Dan Swakelola Di RS Islam Jemursari Surabaya Susila Rusdiana Dewi; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.641 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i3.2017.209-219

Abstract

Background : Patient satisfaction is one of expected outputs of food provision. Food service system selection, especially in the hospital, will influence food and foodservice quality, which can influence patient’s acceptance and food intake. Objectives: The Purpose of this study was to analyze the difference between food satisfaction on foodservice as outsouching and self operated based on food quality and foodservice quality which had been held in RS Islam Jemursari Surabaya. Method : The study was a description research with cross sectional design. The study used two kinds of data, which were secondary data (to know the patient satisfaction of food by outsourcing system) and primaly data (to know the patient satisfaction of food by self operated system). Measures of food and foodservice quality by outsourcing system was same by self operated system. Population of the study were all of patient which in 2 and 3 class at Azzahra 1’room, Azzahra 2’room, and Mawar’room so that sampels of the study in each food service system were 43 patients. Analysis test used was Mann Whitney test.Results : The result of the statistical analysis showed that there was no significant difference in food quality (p<0.100) and total food satisfaction (p>0.100), but there was significant difference in foodservice quality (p<0.100).Conclusion : Patient satisfaction of food by outsourcing system was no difference from the patient satisfaction of food by self operated system.ABSTRAK Latar belakang : Kepuasan makan pasien merupakan salah satu output yang diharapkan oleh suatu penyelenggara makanan. Pemilihan dalam sistem penyelenggaraan makanan khususnya di rumah sakit akan mempengaruhi kualitas dan pelayanan makanan yang nantinya juga akan berpengaruh pada daya terima dan asupan makan pasien.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kepuasan makanan pasien pada penyelenggaraan makanan secara outsourcing dan swakelola berdasarkan kualitas makanan dan kualitas pelayanan makanan yang telah dilaksanakan di RS Islam Jemursari Surabaya.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan dua jenis data yakni data sekunder (untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap makanan pada saat sistem outsourcing) dan data primer (untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap makanan pada sistem swakelola). Ukuran kualitas makanan dan kualitas pelayanan makanan yang digunakan pada saat survey outsourcing sama dengan yang digunakan saat swakelola. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien kelas 2 dan 3 yang ada di Ruang Azzahra 1, Azzahra 2, dan Mawar dengan sampel penelitian masing-masing sistem penyelenggaraan sebanyak 43 pasien. Uji analisis yang digunakan adalah uji Mann Whitney.Hasil : Hasil analisis statistik dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada kualitas makanan (p>0,100) dan kepuasan makanna total (p>0,100), namun ada perbedaan bermakna pada kualitas pelayanan makanan (p<0,100).Kesimpulan : Kepuasan makan pasien pada penyelenggaraan makanan sistem outsourcing tidak berbeda dengan kepuasan makan pada penyelenggaraan sistem swakelola.
Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi Dan Seng Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 6-23 Bulan Enggar Kartika Dewi; Triska Susila Nindya
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (751.54 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i4.2017.361-368

Abstract

Background: Stunting is a cronic malnutrition that affects linear growth. The main cause of malnutrition is the adequacy of micronutrients in the process of linear growth. Micronutrients that relate to stunting are iron and zinc, because both of that micronutrient have necessary role in linear growth of toddlers age 6 -23 months. Objectives: The purpose of this study was to analyze correlation between iron and zinc adequacy level with stunting incidence in toddlers age 6 -23 months. Methods:  This study was an analytical study with cross sectional design. The sample size were 55 children spread over 25 Posyandu in Suci Village. The data collected using of food recall 3x24 hours, height measurement with microtoice for stunting status, and the questionnaire characteristics of children and mothers. The data were analyzed by using Fisher's Exact test. Result: The results showed 14.5% of toddlers age 6 – 23 months were stunted. 33.3% of children were given inadequate iron intake and 35.7% of children were given inadequate zinc intake. The analysis test showed there was a significant correlation between levels of iron and zinc adequacy with the incidence of stunting with p=0.02 and p=0.018. Conclusion: The proportion of stunting will increase if the toddler were given inadequate of iron and zinc. Education about the adequacy levels of iron and zinc for toddler age 6-23 months were adjusted to reduce and avoid stunting.ABSTRAK Latar Belakang: Stunting merupakan masalah gizi akibat kekurangan gizi jangka panjang yang berdampak pada pertumbuhan linier. Salah satu zat gizi mikro yang erat kaitannya dengan stunting adalah zat besi dan seng, sebab kedua zat mikro tersebut memiliki peran penting dalam pertumbuhan linier balita 6-23 bulan.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingkat asupan zat besi dan seng dengan kejadian stunting pada balita 6-23 Bulan.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel terdiri dari 55 anak yang tersebar di 25 Posyandu di Desa Suci. Pengumpulan data menggunakan food recall 3x24 jam, pengukuran tinggi badan dengan mikrotoa untuk mengetahui status stunting, dan kuesioner karakteristik anak dan ibu. Data dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 14,5% balita usia 6-23 bulan mengalami stunting, 33,3% anak memilliki tingkat kecukupan zat besi yang kurang dan 35,7% anak memiliki tingkat kecukupan seng yang kurang. Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat besi dan seng dengan kejadian stunting dengan p=0,02 dan p=0,018.Kesimpulan: Proporsi stunting akan meningkat jika tingkat kecukupan zat besi dan seng inadekuat. Sebaiknya dilakukan peningkatan edukasi tentang tingkat kecukupan zat besi dan seng untuk balita usia 6-23 bulan yang bertujuan untuk mengurangi dan mencegah stunting.
Hubungan Riwayat BBLR Dengan Pekembangan Anak Prasekolah (Usia 4-5 Tahun) Di TK Dharma Wanita III Karangbesuki Malang Syafi’atur Rosyidah; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.943 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i1.2018.66-73

Abstract

Background: Around 5-10% children aged 0-5 years in Indonesia experienced developmental delays. Children with a low birth weight history have a greater risk of developing developmental disorders, especially they who not get more stimulation.Objectives: The purpose of this study is to analyze the relationship between the histories of low birth weight with the development of preschoolers (4-5 years) in kindergarten Dharma Wanita III Karang Besuki Malang.Methods: This study used cross-sectional design. Population on this study was all of students of TK Dharma Wanita III Karangbesuki Malang who was 4-5 years old, willing to join development screening test with their parent’s permission, and have KIA book or KMS. Exclution criteria was student whose parents can’t joint this research. Number of sample were 32 taken with simple random sampling technique and analyzed using fisher exact. History of BBLR Data collected from KIA book or KMS, Children Development data collected from Denver Development screening test.Results: The results showed that 18.8% of respondents have a history of Low Birth Weight. The development of preschoolers (aged 4-5 years) in TK Dharma Wanita III Malang which were in the normal category 65.6%, and who are in the category of suspect were 34.4%. There was significant correlation between the history of LBW with the development of preschool age children (Age 4-5 Years) (p-value = 0.011).Conclusion: There was significant correlation between histories of LBW with development of preschoolers (Age 4-5 Years) in TK Dharma Wanita III Karangbesuki Malang. Children who have a history of LBW suggested to be given special attention and early detection of child development on a regular basis to recognized some possible developmental disorders immediately and can immediately get the management.ABSTRAKLatar Belakang : Masih ditemukan sebanyak 5-10% anak usia 0-5 tahun yang mengalami keterlambatan perkembangan di Indonesia. Anak dengan riwayat berat lahir rendah memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan perkembangan, terutama jika tidak diimbangi dengan pemberian stimulasi yang adekuat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara riwayat berat badan lahir rendah dengan perkembangan anak usia prasekolah (4-5 tahun) di TK Dharma Wanita III Karang Besuki Kota Malang.Metode: Penelitian ini bersifat obervasional dengan rancang bangun cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siwa TK Dharma Wanita III Karangbesuki Malang yang berusia 4-5 tahun dengan kriteria inklusi siswa/siswi bersedia mengikuti skrining perkembangan atas persetujuan orang tua siswa, dan masih memiliki buku KIA atau KMS. Kriteria eksklusi dalam populasi penelitian ini adalah siswa yang orang tuanya tidak dapat ditemui pada saat penelitian. Jumlah sampel 32 yang diambil dengan teknik simple random sampling dan dianalisa menggunakan fisher exact .Data riwayat BBLR didapatkan melalui buku KIA atau KMS siswa, dan perkembangan anak di nilai melalui metode DDST (Denver Development screening test).Hasil: Sebanyak 18.8% responden memiliki riwayat BBLR. Perkembangan anak prasekolah (usia 4-5 tahun) di TK Dharma Wanita III Malang yang berada dalam kategori normal sebesar 65,6%, dan yang berada dalam kategori suspect sebesar 34,4%. Terdapat hubungan antara riwayat BBLR dengan perkembangan anak usia prasekolah (Usia 4-5 Tahun) (p = 0.011).Kesimpulan: Terdapat hubungan antara riwayat BBLR dengan perkembangan anak usia prasekolah (Usia 4-5 Tahun) di TK Dharma Wanita III Karangbesuki Malang. Siswa yang memiliki riwayat BBLR disarankan untuk diberikan perhatian khusus dan dilakukan deteksi dini perkembangan anak secara rutin agar gangguan perkembangan yang mungkin terjadi dapat segera dikenali dan segera mendapatkan tata laksana.
Kandungan Peroksida Minyak Goreng Pada Pedagang Gorengan Di Wilayah Kecamatan Tembalang Kota Semarang Dina Rahayuning Pangestuti; Siti Rohmawati
Amerta Nutrition Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (21.493 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v2i2.2018.205-211

Abstract

Background: The repeated use of cooking oil can affect the quality of the oil and the nutrient composition in it. The presence of peroxides can be used as an indicator of oil deterioration. Fritter food is snacks by using flour dough which was prepared by deep fat frying method and sold on the street lot.Purpose: This study aimed to describe and analyze the amount of peroxide value of cooking oil used by fritter traders in Tembalang Sub-district, Semarang City.Methods: This is an observational descriptive research which analyzed 25 samples of used cooking oil of 25 fritter traders. Univariate analysis data was used to describe frequency distribution and mean. Analysis of peroxide value was established according to SNI 3741-2013.Results: Research shows that 28% of traders use branded oil, while the rest use bulk oil. Bulk purchased oil has an average peroxide of 8.77 mEq O2 /kg, while the branded 11.71 mEq O2 /kg.Conclusions: Forty-four percent of cooking oil exceeds the maximum peroxide amount (> 10 mEq O2 /kg, SNI 3741-2013). Bulk oil has a lower average peroxide content than branded oils.ABSTRAKLatar Belakang: Penggunaan minyak goreng secara berulang dapat mempengaruhi kualitas minyak dan komposisi zat gizi di dalamnya. Keberadaan peroksida dapat digunakan sebagai indikator kerusakan minyak. Gorengan merupakan makanan jajanan dengan menggunakan adonan tepung yang digoreng dengan minyak berlebih (deep fat frying) dan dijual di tepi jalan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis jumlah nilai peroksida minyak goreng yang digunakan pedagang gorengan di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 yang didapatkan dari 25 pedagang gorengan. Data analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan rerata. Analisis bilangan peroksida ditetapkan sesuai SNI 3741-2013.Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 28% pedagang menggunakan minyak bermerek, sisanya berupa minyak curah. Minyak yang dibeli secara curah memiliki rerata peroksida 8,77 mEq O2/kg, sedangkan bermerk 11,71 mEq O2/kg.Kesimpulan: Sebesar 44% minyak goreng melebihi jumlah peroksida maksimum (>10 mEq O2/kg, SNI 3741-2013). Minyak curah mempunyai rerata nilai peroksida lebih rendah dibandingkan minyak bermerek.
BAck Matter Vol 1 No 2 Back Matter Vol 1 No 2
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.259 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i2.2017.%p

Abstract

Thirty Days Snail Biscuit Supplementation Improved Height-for-age Z-score (HAZ) of Malnourished Children in Slum Surabaya Trias Mahmudiono; Zeni Firginingtyas; Qonita Rachmah
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.638 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i1.2017.31-37

Abstract

Background: Indonesia is now still suffering from malnutrition. It was reported that at least 1.39% out of 136,155 children under-five in Surabaya were severely. Severe malnutrition caused by direct factors including infectious diseases and food intake. Therefore, an alternative to overcome that problem is crucial, such as using snail flour for a weaning food. Snail is known as one of the good protein source with complete essential amino acid.Objective: This research aims to determine the effect of snail biscuit (Achatina fulica) toward z-score improvement in severely malnourished children under five according weight for age and height for age index in Ujung sub-district, Surabaya.Methods: This was an experimental research which divided into two groups; case group that given snail biscuit for a month and control group that given coconut biscuit in a same time period. Paired t-test was done to analyze the different between before and after treatment.Results: The result showed that there was no effect of snail biscuit to weight-for-age z-score (WAZ) improvement in children under five (p-value>0.05). However, a month snail biscuit intervention improved height-for-age z-score (HAZ) in children under five (p-value=0.02); while the control group did not show significant result (p-value=0.84). The strength of intervention shown by Exp(B) value=1.02 means that children under five who consume snail biscuit for a month had 1.02 higher height-for-age z-score improvement compared to those who consumed coconut biscuit.Conclusion: It can be concluded that snail biscuit give better improvement of nutritional status based on height-for-age z-score compared to coconut biscuit in malnourished children under five. It is suggested for the intervention study to expand intervention period to 90 days similar to government supplementary feeding intervention. ABSTRAK Latar belakang: Malnutrisi masih menjadi masalah gizi utama yang dialami di Indonesia. Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada tahun 2009 melaporkan sebesar 1,888 (1.39%) dari 136,155 balita mengalami gizi buruk. Penyebab gizi buruk terdiri dari faktor langsung dan tidak langsung, dimana faktor langsung terdiri dari penyakit infeksi dan asupan makanan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah penggunaan tepung bekicot sebagai makanan pendamping. Bekicot diketahui sebagai salah satu sumber protein dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian biskuit bekicot  (Achatina fulica) pada perbaikan z-score berat badan menurut usia dan tinggi badan menurut usia balita gizi buruk di Kelurahan Ujung, Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan pembagian dua kelompok; kelompok intervensi yang diberikan biskuit bekicot selama 30 hari dan kelompok kontrol yang diberikan biskuit kelapa dalam jangka waktu yang sama. Uji statistik yang digunakan yaitu paired t-test.Hasil: Hasil analisis menunjukkan tidak ada efek pemberian biskuit bekicot selama satu bulan pada indeks status gizi berat badan menurut umur (BB/U) (P-value>0,05). Namun, intervensi pemberian biskuit bekicot secara statistik mempengaruhi perbaikan status gizi tinggi badan menurut usia (TB/U) pada balita gizi buruk, sedangkan biskuit kelapa tidak mempengaruhi TB/U balita gizi buruk (P-value=0.84). Kekuatan pengaruh intervensi berdasarkan perhitungan Exp(B)=1.02, artinya bahwa balita gizi buruk yang mengonsumsi biskuit bekicot memiliki 1.02 kali perbaikan yang lebih baik pada status gizi TB/U dibandingkan balita yang mengonsumsi biskuit kelapa.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa biskuit bekicot dapat menjadi alternatif perbaikan status gizi balita gizi buruk. Penelitian selanjutnya disarankan dapat memperpanjang durasi intervensi hingga 90 hari seperti anjuran pemerintah dalam pemberian makan tambahan.
Hubungan Usia Gestasi dan Kadar Hemoglobin Trimester 3 Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi Denna Rahinda Yulia Fanni; Merryana Adriani
Amerta Nutrition Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.653 KB) | DOI: 10.20473/amnt.v1i3.2017.162-171

Abstract

Background: The incidence of LBW is one of the health issues in Indonesia that still needs to be handled properly. This can be happen because of several factors which are gestational age and the 3rd trimester Hb level of pregnancy that the mother had during pregnancy. LBW may cause some health issues for infants such as infectious diseases, respiratory disorders, and central nervous system disorders. Objectives: This research has purpose to analyze relationship between gestational age and 3rd trimester Hb level of pregnancy with infant birth weight in working area of Tambak Wedi Surabaya Community Health Center. Method: This study used cross sectional design with 60 respondents as sample of research where chosen by simple random sampling system. The instruments that used were mother and baby characteristic questionnaire sheets and FFQ sheets for interviewing pregnancy consumption patterns. Data analysed using chi square statistic test. Results: There was a relationship between gestational age (p-value = 0.002) and 3rd trimester hemoglobin levels of pregnancy (p-value = 0.044) with infant birth weight. Conclusion: The variable of gestational age and the 3rd trimester Hb level of pregnancy has a relationship with the birth weight of infants in the working area of Tambak Wedi Surabaya Community Health Center. Gestational age which isn’t considered risky to give birth to LBW infants are gestational age >38 weeks while the 3rd trimester Hb level of pregnancy that isn’t classified risky to give birth to LBW baby is >11g / dl.ABSTRAK Latabelakang: Kejadian BBLR merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang masih harus ditangani dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah usia gestasi dan kadar Hb trimester 3 kehamilan yang dimiliki ibu saat kehamilan. BBLR dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan pada bayi seperti penyakit infeksi, gangguan pernafasan, dan gangguan sistem saraf pusat.Tujuan: Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan usia gestasi dan kadar Hb trimester 3 kehamilan dengan berat lahir bayi di wilayah kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel sebanyak 60 responden dimana dipilih dengan sistem simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner karakteristik ibu dan bayi serta lembar FFQ untuk wawancara pola konsumsi kehamilan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square.Hasil: Terdapat hubungan antara usia gestasi (p-value = 0,002) dan kadar hemoglobin trimester 3 kehamilan (p-value = 0,044) dengan berat lahir bayi.Kesimpulan: Variabel usia gestasi dan kadar Hb trimester 3 kehamilan memiliki hubungan dengan berat lahir bayi di wilayah kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya.Usia gestasi yang tergolong tidak berisiko untuk melahirkan bayi BBLR adalah usia gestasi >38 minggu sedangkan kadar Hb trimester 3 kehamilan yang tergolong tidak berisiko untuk melahirkan bayi BBLR adalah > 11g/dl. 

Page 2 of 58 | Total Record : 579


Filter by Year

2017 2024


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue